Anda di halaman 1dari 4

Identifikasi Kondisi Jalur Pedestrian Terhadap Aksesibilitas Pejalan

Kaki Menuju Stasiun MRT (Mass Rapid Transit)


(Studi Kasus: Jalur Pedestrian di Stasiun-Stasiun MRT Jakarta)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Permasalahan Perencanaan (PLA-304)

Dosen Pembimbing :
Isro Saputra, ST., MT

Disusun Oleh:

Nama : Mohammad Sarwan Jodi


NRP : 242016003

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pedestrian merupakan fasilitas kota yang diperuntukan bagi pejalan kaki memisahkan
lintasan kendaraan dengan pejalan. Utterman (1984) menyatakan bahwa pada dasarnaya
setiap orang adalah pejalan. Jaringan pejalan merupakan alat yang efektif dalam mengatur
dan mengontrol lalu lintas perkotaan (Brambilla dan Longo, 1979 dalam Danisa 2015)
dan merupakan elemen penting dalam perancangan kota (Shirvani, 1985) yang berguna
untuk meningkatkan estetika, kenyamanan dan vitalitas kota. Aktivitas berjalan berguna
sebagai sarana transportasi yang dapat menghubungkan fungsi kawasan satu dengan
kawasan lainnya, terutama pada kawasan perdagangan, budaya dan permukiman yang
memiliki pergerakan cukup tinggi, dengan berjalan maka dapat menjadikan suatu kota
lebih manusiawi (Gideon, 1977 dalam Danisa, 2015). Jaringan pejalan juga menjadi
penghubung antar moda angkutan lainnya, sehingga aktivitas berjalan menjadi alat dalam
melakukan pergerakan internal kota (Fruin, 1976) jaringan pejalan juga berfungsi sebagai
wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan dalam beraktivitas dan sebagai bentuk
pelayananan kepada pejalan sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan,
kenyamanan bagi pejalan. Selain itu jalur pedestrian merupakan ruang publik tempat
terjadinya interaksi sosial antar masyarakat.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 mengenai Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfataan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki
di Kawasan Perkotaan menyeebutkan bahwa salah satu prinsip dalam penataan adalah
menciptakan skala ruang yang manusiawi dan berorientasi pejalan kaki. Sebagai upaya
untuk menciptakan ruang yang berorientasi pejalan, telah disusun berbagai macam
pedoman, standar dan aturan yang berlaku di Indonesia mengenai perencanaan,
penyediaan, dan pemanfaatan jaringan pejalan pada penyediaan sarana dan prasarananya.
Pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di DKI Jakarta mendorong adanya
kebutuhan akan pembangunan infrastruktur untuk berbagai aspek, salah satunya adalah
infrastruktur transportasi sebagai upaya dalam mengatasi masalah kemacetan. Pemerintah
DKI Jakarta telah melakukan pembenahan sistem transportasi publik dalam kotanya,
dengan terealisasinya sistem transportasi massal yang disebut MRT (Mass Rapid Transit)
Jakarta. Dengan tersedianya sistem transportasi perkotaan yang lebih modern tersebut
maka diharapkan warga kota dapat semakin tergerak untuk memprioritaskan penggunaan
transportasi umum. Dengan demikian, aktivitas berjalan kaki yang terbentuk dengan pola
pergerakan/perpindahan antar moda transportasi (transit) Transjakarta-MRT ataupun
pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya akan semakin meningkat. Hal ini akan
mendorong perencanaan dan perancangan fasilitas MRT termasuk stasiun-stasiunnya
untuk menyediakan fasilitas untuk pergerakan/perpindahan pejalan kaki yang walkable.
Penyediaan jalur pedestrian bagi pejalan kaki memiliki peran penting sebagai upaya
terwujudnya sebuah lingkungan yang ideal, dalam hal ini kemudahan pencapaian
(aksesibilitas) untuk mencapai suatu tempat/kawasan merupakan salah satu parameter
untuk mengetahui bagaimana kondisi jalur pedestrian tersebut memiliki kondisi yang baik
atau tidak bagi para pejalan kaki, dimana kemudahan akses jalur pedestrian untuk
mencapai stasiun MRT akan mempengaruhi keinginan dalam menggunakan fasilitas
transportasi umum tersebut. Apabila akses pada stasiun MRT tidak didukung dengan jalur
pedestrian yang berkualitas maka akan dapat menghambat kontunuitas sirkulasi pejalan
kaki yang bisa berdampak pada menurunnnya keinginan warga untuk menggunakan MRT
karena tidak terpenuhinya kemudahan akses yang diinginkan.

1.2 Rumusan Permasalahan


Stasiun MRT yang merupakan infrastruktur pendukung utama dalam terciptanya
transportasi publik yang baik, harus memiliki kemudahan akses untuk dicapai bagi para
pejalan kaki. Kemudahan akses berjalan kaki menuju stasiun MRT harus menjadi salah
satu faktor penting yang harus dipertimbangkan, baik dari segi lebar jalur pedestrian,
kondisi pekerasan maupun pemanfaatan jalur pedestrian yang seringkali disalahgunakan
sebagai lahan parkir ataupun sebagai tempat kendaraan berhenti yang menghambat
ataupun mengganggu pejalan kaki dalam menggunakan jalur pedestrian. Berdasarkan hal
tersebut, maka diperlukan penelitian untuk “mengidentifikasi bagaimana kemudahan
akses (aksesibilitas) pejalan kaki pada jalur pedestrian untuk mencapai stasiun-stasiun
MRT di Kota Jakarta”.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Purnomo, M. F. (2015). "Tingkat Kenyamanan Jalur Pedestrian di Kawasan


Simpang Lima Kota Semarang Berdasarkan Persepsi Pengguna". Jurnal Teknik
Sipil dan Perencanaan, Nomor 2. Volume 17, 131-138.
Andretto Putranda Tifandira, R. S. (2018). "Pengaruh Fasilitas dan Desain Jalur Pejalan
Kaki Terhadap Minat Berjalan Kaki Masyarakat Pada Kawasan Central Bussiness
District (CBD) Bintaro Jaya". 340-345.
Indonesia. (2014). Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No 3 Tahun 2014.
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, A. A. (2011). "Analisis Pengaruh Kualitas Area
Pedestrian Terhadap Kemudahan Akses Pengunjung Bangunan Mal di Jalan Asia-
Afrika Jakarta.". Julnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 1, No. 2, Juli 2011
ISSN 2087-9334, 135-143.
Piotr Olszewski, S. S. (2005). "Using Equivalent Walking Distance to Assess Pedestrian
Accessibility to Transit Station In Singapore". Transportation Research Record
Journal of the Tranportation Research Board, 38-45.
Rongrong Yang, H. Y. (2013). "The Study of Pedestrian Accessibility to Rail Transit
Station Based on KLP Model". Procedia - Social and Behavioral Sciences, 714-
722.
Wafirul Aqil, L. M. (2019). "Permeabilitas Kawasan Jalan MH. Thamrin Terhadap Akses
Pejalan Kaki Menuju Stasiun MRT Bundaran HI Jakarta." NALARs Jurnal
Arsitektur Volume 18 Nomor 1 Januari 2019, 75-84.

Anda mungkin juga menyukai