Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KESESUAIAN KARAKTERISTIK KAWASAN BERDASARKAN

KRITERIA TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)


(STUDI KASUS : STASIUN JURANGMANGU)
Noor Annisa Kamila1, Mega Novetrishka Putri2, Elsa Martini3
1
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Esa Unggul
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
annisa.andraini@gmail.com

Abstrak

Stasiun Jurangmangu yang terlihat sudah seperti pengembangan kriteria TOD terletak di kawasan strategis yang didominasi oleh perumahan,
apartemen, mall dan perkantoran, serta terdapat fasilitas “park and ride” di Stasiun Jurangmangu menjadi salah satu solusi alternatif untuk
mengintegrasikan pergerakan pengguna moda transportasi dan pengembangan ruang di sekitar kawasan transit. Hal ini juga didukung dengan
adanya perencanaan pengembangan dalam penerapan kawasan transit menggunakan pendekatan Transit Oriented Development (TOD) yang
telah termuat dalam perda RTRW Tangerang Selatan No. 15 Tahun 2011. Dengan menggunakan konsep TOD pada Stasiun Jurangmangu akan
fokus pada pengembangan ruang disekitar kawasan transit. Pengembangan pada kawasan transit Stasiun Jurangmangu berdasarkan
karakteristik TOD harus memprioritaskan desain kawasan yang ramah akan pejalan kaki, mengintegrasikan penggunaan lahan dengan moda
transportasi, densitas tinggi, dan diversitas yang beragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui kesesuaian
karakteristik kawasan Stasiun Jurangmangu dalam penerapan pengembangan kawasan transit berdasarkan kriteria TOD. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis skoring kesesuaian tiap variabel dan statistik deskriptif untuk mengetahui bagaimana kesesuaian karakteristik
kawasan Stasiun Jurangmangu dalam penerapan pengembangan kawasan transit berdasarkan kriteria TOD. Hasil penelitian menunjukkan dapat
diketahui tingkat kesesuaian karakteristik kawasan transit Stasiun Jurangmangu berdasarkan PerMen ATR BPN No 16 Tahun 2017 dalam
konsep TOD hanya sebesar 55% yang artinya kawasan transit Stasiun Jurangmangu belum sepenuhnya memenuhi kriteria TOD. Secara
keseluruhan Kawasan Transit Stasiun Jurangmangu sudah memenuhi beberapa kriteria TOD seperti densitas yang tinggi dan diversitas yang
beragam akan tetapi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan konsep TOD pada kawasan transit Stasiun Jurangmangu adalah
desain kawasan transit yang ramah pejalan kaki belum sesuai dengan konsep TOD.

Kata Kunci : Stasiun Jurangmangu, Transit Oriented Development, Design Kawasan, karakterstik kawasan

Pendahuluan berbasis transit yang sering diketahui pada konsep


Kawasan transit Stasiun Jurangmangu yang Transit Oriented Development (TOD).
terletak di Kota Tangerang Selatan mengalami Berdasarkan penerapan TOD di beberapa negara
peningkatan cukup pesat yang dapat dilihat dari tingkat berkembang, salah satunya di Curitiba, Brazil berhasil
pergerakan, dan tingkat mobilitas semakin tinggi. menciptakan sistem transportasi menggunakan BRT
Peningkatan pola pergerakan dan mobilitas pada kota kepadatan tinggi dikonsentrasikan di
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam sepanjang lima koridor liniear yang dilalui oleh arus
pemakaian transportasi umum dan transportasi pribadi. pergerakan penumpang setiap harinya menyebar ke
Menurut BPS Tangerang Selatan, 2013 jumlah tingkat arah luar pusat kota. Integrasi antara kawasan dengan
pemakaian kendaraan pada moda transportasi pribadi sistem transportasi tersebut menunjukan bukti nyata
sebesar 15,7% sedangkan pemakaian moda transportasi bahwa transportasi berpengaruh terhadap tingkat
umum hanya 9,8% sehingga timbulnya permasalahan pergerakan dan menciptakan jalur pejalan kaki.
kemacetan yang disebabkan oleh moda transportasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep
Pesatnya peningkatan pergerakan dan mobilitas TOD dapat mengurangi permasalahan kemacetan di
dikarenakan masyarakat lebih memilih menggunakan perkotaan, dengan menurunkan tingkat penggunaan
kendaraan pribadi dapat dilihat pada kelayakan sarana transportasi pribadi dan beralih ke transportasi umum
dan prasarana yang tersedia untuk menjangkau yang dapat mempersingkat waktu perjalanan dan
pemakaian transportasi umum belum dapat membuat menghemat biaya dalam perjalanan.
masyarakat merasa nyaman dan aman untuk Kawasan transit Stasiun Jurangmangu
menggunakannya, sehingga dapat mempengaruhi merupakan stasiun yang seakan-akan sudah terintegrasi
tingkat pemakaian transportasi umum. Timbulnya dengan aktivitas guna lahan dan sistem transportasi
permasalahan kemacetan dapat dikurangi dengan umum seperti pengembangan konsep TOD yang
mengalihkan penggunaan transportasi pribadi terletak di Bintaro Jaya, Tangerang Selatan yang
transportasi umum berbasis transit. Akan tetapi, harus merupakan kawasan permukiman dengan kepadatan
juga di dukung dengan pengembangan design kawasan, penduduknya tinggi pada pinggiran selatan Kota
dan penggunaan lahan yang kompak serta terintegrasi Jakarta. Di sekitar kawasan transit Stasiun
disekitar kawasan transit agar pola pergerakan dan Jurangmangu didominasi oleh perumahan dan
tingkat mobilitas yang tinggi pada pemakaian apartemen, serta adanya mall sebagai fasilitas
transportasi pribadi beralih ke transportasi umum penunjang masyarakat untuk memudahkan melakukan
kegiatan di sekitar kawasan tersebut serta adanya - Area Residensial, dengan perancangan dan lokasi
konsep “park and ride” untuk pengguna kereta dapat area residensial yang tepat, sebaiknya berdekatan
memarkirkan transportasi pribadi di tempat yang sudah dengan area komersial dan kawasan transit.
disediakan dan melanjutkan perjalanan ke pusat kota - Pedestrian, jalan dikawasan TOD merupakan
dengan kereta api. Akan tetapi aksesibilitas dari elemen paling vital dalam menentukan kualitas
perumahan menuju Stasiun Jurangmangu masih ruang publik dan ramah untuk pejalan kaki. Untuk
dikatakan kurang baik, baik dalam pemakaian moda menciptakan yang demikian harus direncanakan
transportasi umum maupun sarana dan prasarana untuk berapa luas yang diperlukan untuk pedestrian, untuk
menjangkau kawasan transit. Oleh karena itu, menciptakan ruang publik yang aktif, sementara
penelitian ini dilakukan untuk meninjau sejauh mana tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parker,
tingkat kesesuaian karakteristik kawasan transit Stasiun jalur bersepeda dan pergerakan kendaraan.
Jurangmangu berdasarkan kriteria TOD (PerMen ATR - Parkir, parkir on-street direkomendasikan untuk
BPN No.16 Tahun 2017) terhadap pola pergerakan dapat membantu mengurangi kecepatan mobil yang
kereta api. Sehingga diharapkan bisa menjadi melintas karena membuat ruang jalan lebih sempit
rekomendasi dalam pengembangan kawasan transit secara visual, juga berfungsi sebagai buffer antara
Stasiun Jurangmangu. trotoar dengan lajur mobil.
Dalam pengembangan kawasan berbasiskan TOD,
Studi Pustaka Cervero dan Kockelman (2007), menjelaskan
Pedoman yang digunakan untuk menganalisa karakteristik kawasan TOD memiliki prinsip 3Ds yaitu:
kesesuaian karakteristik kawasan Transit Stasiun - Density: kepadatan suatu kawasan dipengaruhi oleh
Jurangmangu yaitu berdasarkan studi ilmiah dari Teori kepadatan bangunan, kepadatan pekerjaan dan
Peter Calthrope (1992), Cervero dan Kockelman aksesibilitas terhadap pekerjaan;
(2007), Florida TOD Guidebook (2012), TOD - Diversity: keberagaman suatu kawasan dipengaruhi
Standard (2014) yang dikeluarkan oleh ITDP, serta oleh proporsi penggunaan lahan dikawasan dan
Peraturan Pemerintah ATR BPN No 16 Tahun 2017. presentasi lahan komersil atau perdagangan dan
Pedestrian pocket merupakan konsep terawal dari Peter jasa;
Calthrope yang melandasi munculnya TOD, konsep ini - Design: desain suatu kawasan dapat dipengaruhi
diperkenalkan pada tahun 1988 sebagai alternatif oleh ketersediaan prasarana dan sarana penunjang
terhadap pola pembangunan berorientasi peri urban. non-motorized vehicle (pedestrian dan jalur sepeda).
Konsep TOD bertujuan untuk memberi alternatif dan Dalam Florida TOD Guidebook (2012), merumuskan
pemecahan permasalahan terhadap ketergantungan prinsip-prinsip dalam pembentukan kawasan berbasis
dalam penggunaan kendaraan pribadi dan mendorong transit TOD diantaranya:
penggunaan transportasi publik melalui penataan - Street Design, jlan merupakan komponen penting
kawasan yang berorientasi pada titik transit dan dalam pembentukan kawasan TOD, dimana harus
ditunjang oleh aksesibilitas menuju titik transit (stasiun, menyediakan komponen yang ramah bagi pejalan
terminal, halte/pemberhentian bus) yang baik. Dengan kaki, seperti fasilitas sidewalk dan jalur sepeda yang
membuat fungsi guna lahan campuran yang kompak baik, serta fasilitas penunjang parkir yang baik;
dalam jangkauan lima hingga lima belas menit untuk - Density, dengan layanan transit, mobilitas di
menuju area transit, diharapkan dapat meminimalisir kawasan transit meningkat. Hal ini harus didukung
kemacetan serta pergerakan tanpa kendaraan pribadi dengan kepadatan bangunan yang tinggi dan
dan akan memilih berjalan kaki, bersepeda ataupun kompak, sehingga masyarakat dapat dengan mudah
memakai moda transportasi umum. menjangkau pusat kegiatan yang berada di sekitar
Menurut Peter Calthrope (1992) dalam Taolin (2008) kawasan transit;
karakteristik fisik TOD ada 5 yaitu: - Mix-used, penggunaan lahan campuran yang
- Kriteria Umum, bangunan harus memiliki akses termasuk didalamnya perumahan, perkantoran,
langsung kejalan denagn entrance, balkon, serambi, retail, serta perdagangan dan jasa diperlukan dalam
untuk menciptakan lingkungan yang ramah pejalan mendukung mobilitas dan kelayakan huni dalam
kaki, intensitas, orientasi dan bangunan harus pengembangan konsep TOD.
mendukung komersial yang aktif, mendukung Dalam (ITDP) Institute for Transportation and
penggunaan transit, dan memperkuat ruang publik. Development Policy (2014), TOD merupakan proses
- Area Komersial, tata guna lahan pada kawasan TOD perencanaan dan perancangan suatu wilayah dalam
dikembangkan dengan prinsip mixed-used. mendukung, menfasilitasi, dan memprioritaskan
Penggabungan fungsi retail dan perkantoran penggunaan transportasi umum, dan pejalan kaki. ITDP
menjamin kawasan yang aktif sepanjang hari tanpa mengembangkan beberapa prinsip TOD yaitu, walk
terikat jam-jam sibuk. (berjalan kaki) membangun lingkungan yang ramah
terhadap pejalan kaki, cycle (bersepeda) memberikan
prioritas kepada jaringan transportasi non-kendaraan
bermotor, connect (menghubungkan) menciptakan Indikator Variabel Kriteria
Design Pola Jaringan Jalan Alternatif rute untuk
jaringan jalan dan jalur pejalan kaki yang padat, transit Ketersediaan Jalur Pejalan kaki pejalan kaki dan
angkutan umum) memfokuskan pembangunan didekat Dimensi Jalur Pejalan Kaki sepeda
jaringan angkutan umum massal yang berkualitas, mix Ketersediaan Jalur Sepeda Terdapat JPO, zebra
Ketersediaan Fasilias Jalur cross, PJU
(pembauran) merancang pembangunan kota dengan penyebrangan jalan Terdapat parkir
tata guna lahan yang beragam, densify (memadatkan) Ketersediaan parkir kendaraan
Ketersediaan fasilitas diffabel Bollard, Paving
mengoptimalkan kepadatan lahan dan kapasitas Konektivitas jalur pejalan kaki Tactile
transportasi umum, compact (merapatkan) dan sepeda Trotoar tidak terputus
membanguna wilayah-wilayah dengan jarak kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan transit
Taman dan Ruang terbuka Tersedia RTH dan
perjalanan yang singkat, shift (beralih) berpaling dari (tempat titik kumpul dapat diakses dari
mobilitas kendaraan pribadi dengan penataan parkir lokasi transit
dan kebijakan penggunaan jalan. Integrasi Moda Ketersediaan jenis moda Beragam moda
transportasi
PerMen ATR BPN No. 16 Tahun 2017 yang berlaku di Frekuensi dan headway moda 5-15 menit
Indonesia mempunya variabel dan indikator TOD yaitu, Konektivitas antar moda
Kepadatan penggunaan lahan (density) dengan Bus stop 200m
Kejelasan arah jaringan jalan Tersedia Penunjuk
indikator kepadatan bangunan, Koefisien Lantai arah
Bangunan (KLB) dan Koefisien Dasar Bangunan C. Metode Analisis
(KDB), variabel penggunaan lahan campuran Dalam melakukan analisis kesesuaian
(diversity) dengan indikator perumahan dan non- karakteristik kawasan transit Stasiun Jurangmangu
perumahan, design kawasan dengan indikator dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
ketersediaan jalur pejalan kaki, konektivitas jalur Mengidentifikasi karakteristik kawasan transit
pejalan kaki, dimensi jalur pejalan kaki, tempat Stasiun Jurangmangu berdasarkan kriteria TOD.
berteduh, ruang terbuka hijau (RTH), fasilitas Proses analisis ini mengidentifikasi setiap
penyebrangan, fasilitas jalur sepeda, fasilitas parkir, indikator, variabel dan kriteria dengan batas
fasilitas diffable, dan moda transportaso, serta integrase penelitian yakni 800 M dari kawasan transit
moda dengan indikator lama perjalanan menuju dari Stasiun Jurangmangu. Dalam tahapan ini
kawasan transit,moda transportasi menuju kawasan dilakukan menggunakan teknik analisis skoring
transit, jarak 200-800 meter menuju kawasan transit. kesesuaian tiap variabel dan statistik
Metode Penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (1999), analisis ini
A. Metode Pengumpulan Data bertujuan untuk melilhat kesesuaian kawasan
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan transit berdasarkan variabel-variabel penelitian.
dengan cara melakukan survei primer dan survei Pemberian bobot angka setiap variabel didasarkan
sekunder. Untuk mendapatkan data karakteristik pada masing-masing variabel. Sementara, tiap
kawasan transit Stasiun Jurangmangu dilakukan indikator mendapatkan skor 1 (satu) apabila
observasi lapangan dengan panduan tolak ukur termasuk dalam kategori sesuai dan 0 (nol) apabila
Permen ATR BPN No. 16 Tahun 2017 serta termasuk dalam kategori tidak sesuai. Penilaian ini
beberapa teori tentang TOD dan tingkat pengguna menggunakan standard Guttman sebagai dasar
kereta api di Stasiun Jurangmangu melakukan untuk mendapatkan jawaban berupa pilihan ganda
survei instansional ke PT. KCI dan penyebaran atau bernilai “ya atau tidak”. Hasil perhitungan
kuesioner. skoring dari masing-masing variabel kawasan
B. Variabel Penelitian transit kemudian digunakan sebagai masukan
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa untuk analisis kesesuaian kawasan transit
variable penelitian sebagai dasar tolak ukur berdasarkan kriteria TOD. Setelah melakukan
kesesuaian karakteristik kawasan transit. perhitungan skoring dari setiap variabel kawasan
Penentuan dari variabel penelitian ini didasarkan transit, melakukan analisis kesesuaian
dari Permen ATR BPN No. 16 Tahun 2017 dan karakteristik kawasan transit sebagai kawasan
berbagai pustaka ilmiah. Berikut merupakan tabel TOD. Analisis ini diawali dengan menjumlahkan
variable dari penelitian ini. skor pada setiap kawasan dan
Table 1
Indikator, Variabel dan Kriteria Penelitian
mengkonversikannya kedalam bentuk persentase
dengan rumus berikut:
Indikator Variabel Kriteria persentase skor = (jumlah skor
Density Koefisien Dasar Bangunan 70% kawasan/jumlah skor maksimal)/100%
Koefisien Lantai Bangunan 2.0 Hasil persentase skor kawasan tersebut kemudian
Kepadatan Penggunaan Lahan Min 40 Bangunan/Ha
diklasifikasikan kedalam rentang skala Guttman
Diversity Penggunaan Lahan Campuran Presentase Perumahan dengan interprestasi skor sebagai berikut:
dan Non Perumahan 1. Apabila skor suatu kawasan transit berada dalam
rentang 0-49%, maka kawasan transit tersebut
dinyatakan dengan “mendekati tidak sesuai” Dari tabel tersebut, penggunaan lahan disekitar
berdasarkan kriteria konsep TOD; kawasan tranasit Stasiun Jurangmangu di dominasi oleh
2. Apabila skor suatu kawasan transit bernilai 50% penggunaan lahan perumahan dengan luas 170,71 Ha
maka kawasan transit tersebut dinyatakan dengan persentase 53,94% dan penggunaan lahan non-
“mendekati tidak sesuai dan sesuai” perumahan dengan persertase 46,06% yakni
berdasarkan kriteria konsep TOD; perdagangan dan jasa seperti hotel, supermarket, ruko,
3. Apabila skor suatu kawasan transit berada dalam travel, warung, restoran, gedung serbaguna, pasar
rentang skor 51-100% maka kawasan transit modern, mall, dan perkantoran.
tersebut dinyatakan “mendekati sesuai”  Kepadatan Penggunaan Lahan
berdasarkan kriteria konsep TOD. Kepadatan penggunaan lahan pada wilayah penelitian
Pada teknik analisis data ini juga akan mengkaji meliputi kondisi kepadatan bangunan, KDB, dan KLB
Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan tentang di wilayah penelitian dapat dilihat pada peta berikut:
RTRW Kota Tangerang Selatan 2011-2031 untuk
melihat ketentuan KDB an KLB Tangerang Selatan,
serta RDTR dan RTBL untuk mengidentifikasi kondisi
eksisting KDB dan KLB kepadatan setiap jenis
penggunaan lahan dan bangunan, persentase
penggunaan lahan di Tangerang Selatan, dan
disesuaikan dengan kriteria TOD. Adapun observasi
lapangan untuk membuktikan sampel penelitian yang
sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang
Selatan tentang RTRW Kota Tangerang Selatan 2011-
2031 dan dihitung taraf kesesuaiannya berdasarkan
kriteria TOD menggunakan skala Guttman, setelah
menghitung taraf kesesuaiannya, hasilnya akan
disajikan dalam bentuk persentase, dan
mendskriptifkan setiap masing-masing variabel. Pada  Kepadatan Bangunan
indikator dan variabel penelitian yang menjadi sample Kepadatan bangunan menunjukkan tingkat kepadatan
pada desain kawasan pada lokasi transit Stasiun kawasan di sekitar kawasan transit. Pada kawasan
Jurangmangu juga akan disesuaikan berdasarkan transit Stasiun Jurangmangu, jumlah bangunan yang
kriteria TOD Permen ATR BPN No. 16 Tahun 2017 ada yakni 4579 bangunan dengan luas 316,47 Ha.
dan berbagai pustaka ilmiah. Kepadatan bangunan dalam wilayah penelitian adalah
sebagai berikut:
Hasil Penelitian Kepadatan Bangunan = 4579/316,47 = 14 bangunan/ Ha
Mengidentifikasi karakteristik kawasan transit
Stasiun Jurangmangu berdasarkan kriteria TOD. Kepadatan bangunan dalam wilayah penelitian juga
 Ruang Lingkup Wilayah penelitian terbagi kedalam setiap kelurahan pada kawasan
Ruang lingkup penelitian ini radius 800 dari titik transit radius, dimana jumlah bangunan setiap keluarahn
memiliki luas lahan sebesar 316,47 Ha. Di dalam radius dibagi dengan luas kelurahan itu sendiri.
kawasan transit terdapat Kelurahan Sawah 87,58 Ha, Luas Persentase Kepadatan
Kelurahan
Kelurahan Sawah Baru 102,57 Ha, Kelurahan Pondok (Ha) (%) Bangunan
Jaya 38,25 Ha, dan Kelurahan Pondok Ranji 88,07 Ha. Pondok Jaya 38.25 12.09 3
Sawah 87.58 27.67 20
 Penggunaan Lahan Campuran Sawah Baru 102.57 32.41 14
Pada penggunaan lahan campuran diidentifikasi Pondok Ranji 88.07 27.83 15
berdasarkan jenis penggunaan lahan pada masing- Total 316.47 100
masing kawasan transit. Jenis penggunaan lahan pada  KDB
kawasan transit Stasiun Jurangmangu terbagi menjadi, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah persentase
perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, perbandingan antara luas lahan terbangun dengan luas
fasilitas umum, campuran (apartemen dan perkantoran lahan keseluruhan pada setiap kelurahan pada
dan/ atau apartemen dan restoran), dan ruang terbuka kawasan radius. Dalam penlitian ini, KDB kawasan
hijau (RTH). dinyatakan dalam KDB rata-rata pada setiap
Penggunaan Jenis Penggunaan Luas Persentase Proporsi
Kelurahan. KDB dengan rentang 50-60% dilihat pada
Lahan Lahan (Ha) (%) (%) jenis penggnaan lahan perkantoran, perdagangan dan
Perumahan Perumahan 170.71 53.94 53.94 jasa seperti ruko, fasilitas umum yakni sekolah, dan
Perdagangan dan tempat ibadah di Kelurahan Pondok Jaya, KDB
Jasa 66.66 21.06
dengan rentang 60-70% dapat dililhat penggunaan
Perkantoran 0.14 0.04
Non- 46.06
Fasilitas Umum 2.93 0.93
Perumahan
RTH 75.8 23.95
Campuran 0.23 0.07
Total 316.47 100 100
lahan perumahan kepadatan sedang, apartemen mall beberapa lokasi saja yang fasilitas dalam ketersediaan
di Kelurahann Sawah. KDB dengan rentang 71-75% jalur pejalan kakinya baik, salah satunya tidak
dilihat jenis penggunaan lahan perumahan serta dilengkapi dengan tactile untuk penyandang diffable.
perdagangan dan jasa, dan perkantoran di Kelurahan Selain itu, trotoar juga dilengkapi dengan pohon
Pondok Ranji, sedangkan >75% dijumpai pada peneduh yang dapat memberikan kesan estetika dan
perumahan dengan kepadatan tinggi dan perdangan kenyamanan bagi para pejalan kaki. Dalam
dan jasa di Kelurahan Sawah Baru. ketersediaan jalur pejalan kaki di sekitar kawasan
transit Stasiun Jurangmangu
KDB
Kelurahan
rata-rata
Terpisah Ketersediaan
Pondok Jaya 50-60% Jenis ketersediaan
No. Nama Jalan dengan Jalan Pohon
Permukaan Tactile
Sawah 60-70% Raya Peneduh
Tidak
Pondok Ranji 71-75% tidak tersedia
terdapat Tidak
dengan baik
Sawah Baru >75% tactile dan tersedia
Jl. dan menjadi
1 Aspal penunjuk pohon
Cendrawasih satu jalur
arah jalan peneduh yang
dengan jalan
pada jalur rata dan baik
raya
 KLB pejalan kaki
Tidak
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan angka tersedia dan terdapat
Sudah
tersedia
perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terpisah dengan tactile dan
pohon
Jl. Bintaro jalan raya penunjuk
2 Aspal peneduh
terhadap luas perpetakan. KLB juga menggambarkan Utama 3A hanya saja arah jalan
sepanjang
kondisi kurang pada jalur
ketinggian dari suatu bangunan. Dalam penelitian ini, baik pejalan kaki
jalur pejalan
kaki
KLB kawasan dinyatakan dalam KLB rata-rata pada dengan baik
Sudah
setiap kelurahan. Pada kawasan transit, besar KLB tersedia akan
Tidak
tersedia
terdapat
bervariasi dikarenakan dari perbedaan tinggi lantai Jl. Menteng
tetapi dengan
tactile dan
pohon
3 Aspal kondisi kurang peneduh
tiap bangunan mulai dari 1 lantai hingga 24 lantai. Raya
baik dan
penunjuk
sepanjang
arah jalan
Bangunan-bangunan yang memiliki KLB tinggi terpisah dengan
jalan raya
dengan baik
jalur pejalan
kaki
terdapat pada Kelurahan Sawah Baru, dimana Di beberapa
Sudah
terdapat gedung perkantoran, Apartemen The Accent, titik sudah Tidak
tersedia
tersedia sudah terdapat
Jl. pohon
Bintaro Exchange, Rumah Sakit Premiere Bintaro, 4 Boulevard Aspal
baik, ada yang tactile dan
peneduh
kurang baik penunjuk
Taman Jajan Bintaro, Gedung Bukopin. Sedangkan Bintaro
dan terpisah arah jalan
sepanjang
jalur pejalan
untuk nilai KLB rendah terdapat di Kelurahan dengan jalan dengan baik
kaki
raya
Pondok Jaya dengan jenis penggunaan lahan di beberapa Di beberapa
perumahan kepadatan tinggi. titik sudah titik sudah
tersedia sudah tersedia
Tidak
baik dan ada pohon
KLB rata- terdapat
Kelurahan Jl. Jendral
yang kurang
tactile dan
peneduh akan
rata 5 Aspal baik dan tetapi di
Sudirman penunjuk
Pondok Jaya 1.80 terpisah dengan beberapa titik
arah jalan
jalan raya jalur pejalan
Sawah 5.40 dengan baik
kaki lainnya
Sawah Baru 7.20 belum
tersedia
Pondok Ranji 6.0
di beberapa
 Desain Kawasan titik sudah Tidak
Sudah
tersedia
tersedia sudah terdapat
 Ketersediaan Jalur Pejalan Kaki Jl. Bintaro baik dan ada tactile dan
pohon
6 Aspal peneduh
Ketersediaan jalur pejalan kaki merupakan jalur yang Exchange yang kurang penunjuk
sepanjang
baik dan arah jalan
jalur pejalan
diperuntukkan untuk prasarana dan sarana pejalan terpisah dengan dengan baik
kaki
jalan raya
kaki yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
sehingga dapat memberikan kelancaran, keamanan,
dan kenyamanan bagi pejalan kaki tersebut yang  Dimensi Jalur Pejalan Kaki
menjadi elemen penting dalam pengembangan Ketersediaan jalur pejalan kaki juga tidak terlepas dari
kawasan TOD. dimensi pada setiap jalur pejalan kaki yang ada.
Pada kawasan transit dalam penelitian ini, jalur Dimensi pada jalur pejalan kaki atau trotoar menjadi
pejalan kaki atau trotoar di sekitar kawasan transit bagian penting dalam penyediaan prasarana jalur
Stasiun Jurangmangu hampir tersedia di seluruh jalan pejalan kaki, yakni untuk menghindari kemungkinan
utama seperti Jl. Cendrawasih, Jl. Merpati Sawah, Jl. kontak fisik atau bersimpangan antar pejalan kaki dan
Menjangan, Jl. Bintaro Utama 3A, Jl. Menteng Raya, berbenturan dengan kendaraan bermotor. Dimensi
Jl Bintaro Exchange, Jl. Kyai Haji Wahid Hasyim, Jl. jalur pejalan kaki dihitung berdasarkan dimensi tubuh
Mohammad Husni Thamrin, Jl. Jendral Sudirman, Jl manusia, sehingga pejalan kaki dapat dengan nyaman
Hr. Rasuna Said, Jl. Pondok Pucung Raya. Akan dan aman dalam berjalan kaki di sekitar kawasan
tetapi, kondisi trotoar di sekitar kawasan transit transit. Pengadaan jalur pejalan kaki disekitar
tergolong masih kurang baik dikarenakan hanya di kawasan transit dilakukan secara bertahap baik dalam
hal panjang, maupun lebar dari jalur pejalan kaki pejalan kaki dan pada Jl. Boulevard Bintaro terdapat
tersebut. jalur hijau khusus sepeda di sebelah sisi jalan
 Konektivitas Jalur Pejalan Kaki Lebar
Konektivitas jalur pejalan kaki dalam hal ini No. Kode Nama Jalan Jalan
(m)
merupakan kemudahan berjalan kaki dan aksesibiltas 1 1.1 Jl. Cendrawasih 1
yang efektif, mudah dan cepat dalam menuju dari titik 2 2.1 Jl. Bintaro Utama 3A 1,5
transit menuju pusat kegiatan ataupun sebaliknya. 3 3.1 Jl. Menteng Raya 1
Konektivitas jalur pejalan kaki pada kawasan transit 4 4.1 Jl. Boulevard Bintaro 1,5
Stasiun Jurangmangu dilihat berdasarkan jarak 5 5.1 Jl. Jendral Sudirman 1,3
tempuh dan waktu tempuh rata-rata dengan berjalan 6 6.1 Jl. Bintaro Exchange 2,5
kaki dari titik transit menuju pusat kegiatan dalam berdampingan dengan jalur pejalan kaki dan masih
titik radius 800 meter. menyatu dengan kendaraan bermotor lainnya.
Minimal Maksimal Rata-rata
Waktu Waktu Waktu
No. Kode Nama Jalan
Tempuh Tempuh Tempuh  Ketersediaan Fasilitas Penyebrangan
(menit) (menit) (menit) Fasilitas penyeberangan merupakan fasilitas yang
Jl.
1 1.1
Cendrawasih
2 7 4.5 menghubungkan antara ruang pejalan kaki yang
Jl. Bintaro
12 17 14.5
bersebrangan dengan jalan raya. Fasilitas
2 2.1
Utama 3A penyeberangan terdiri dari zebra cross, jembatan
Jl. Menteng
3 3.1
Raya
10 15 12.5 Penyeberangan orang (JPO), dan penyeberangan
4 4.1
Jl. Boulevard
8 11 9.5
pelikan. Fasilitas penyeberangan ini merupakan hal
Bintaro terpenting dalam mendukung aksesibilitas pejalan
Jl. Jendral
5 5.1
Sudirman
9 12 10.5 kaki yang mengunakan jalur pedestrian. Pada
6 6.1
Jl. Bintaro
4 7 5.5
penelitian ini, fasilitas penyeberangan yang ada di
Exchange sekitar kawasan transit yakni zebra cross, dan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa konektivitas jembatan penyebangan orang. Persebaran zebra cross
jalur pejalan kaki di kawasan Stasiun Jurangmangu di sekitar kawasan transit terbilang cukup banyak dan
belum terpenuhi aksesibilitasnya dan fasilitas dalam terdapat pada titik transit Stasiun Jurangmangu ke
memudahkan dan mendorong masyarakat untuk arah Bintaro Exchange, bangunan-bangunan utama
berjalan kaki dikawasat transit. Hal ini terlihat dari seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan fasilitas
masih tingginya waktu tempuh rata-rata pada beberapa umum serta terdapat di persimpangan jalan.
jalan utama dari waktu tempuh maksimal yakni 15
No. Nama Jalan Ketersediaan Fasilitas Penyeberangan
menit. Rata-rata waktu tempuh yang tinggi terdapat
pada Jl. Bintaro utama 3A, Jl. Menteng Raya, Jl. Jendral Sepanjang Jl. Cendrawasih pada radius kawasan
Jl.
Sudirman, dan Jl. Boulevard Bintaro. Hal ini 1 transit Stasiun Jurangmangu tidak terdapat
Cendrawasih
dikarenakan setiap jalan utama dan jalan lokal yang ketersediaan fasilitas penyeberangan
minimnya akses bagi pejalan kaki, ketersediaan jalur Jl. Bintaro Terdapat zebra cross di beberapa titik
2
untuk pejalan kaki di titik jalan utama terputus dan tidak Utama 3A persimpangan dan antar sebrang jalur pejalan kaki
terintegrasi dengan baik, serta jarak yang jauh dan Jl. Menteng Tidak terdapat jalur pejalan kaki di sekitar Jl.
minimnya moda transportasi umum untuk menjangkau 3
Raya Menteng raya pada radius kawasan transit
titik transit.
Jl. Boulevard Terdapat zebra cross dan jembatan penyeberangan
4
Bintaro jalan pada radius kawasan transit
 Ketersediaan Jalur Sepeda
Jl. Jendral
Sepeda merupakan pilihan moda transportasi lain 5 Terdapat zebra cross pada radius kawasan transit
yang bebas bensin, sehat, dan terjangkau. Dengan Sudirman
mengendarai sepeda juga dapat menjadi salah satu 6
Jl. Bintaro
Terdapat zebra cross pada radius kawasan transit
solusi dalam mengurangi masalah kemacetan dan Exchange
menghidupkan jalan-jalan di perkotaan, serta Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari Jalan utama
meningkatkan kualitas layanan angkatan umum. yang terdapat pada radius kawasan transit Stasiun
Ketersediaan fasilitas jalur sepeda di kawasan transit Jurangmangu tidak terdapat fasilitas penyeberangan
hanya terdapat pada Jl. Bintaro Exchange dan Jl. seperti zebra cross atau jembatan penyeberangan
Boulevard Bintaro. Namun, ketersediaan jalur seperti pada di Jl. Menteng Raya dan Jl. Cendrawasih.
sepeda ini belum sepenuhnya ada di jalan-jalan utama Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab
di kawasan transit. Jalur tersebut tersedia pada di sisi ketidaknyamanannya masyarakat untuk memakai
kiri dan kanan jalan dengan lebar kurang lebih dari 1,5 fasilitas jalur pejalan kaki yang sudah disediakan
meter dan jalur sepeda tersebut beragam letaknya karena menyulitkan para pejalan kaki untuk
pada titik jalur pejalan kaki. Pada Jl. Bintaro mengakses dan mempersulit dalam perjalanan mereka
Exchange, jalur sepeda terletak menyatu dengan jalur ke titik transit.
 Ketersediaan Parkir menuju arah Bintaro Exchange juga sudah memadahi
Fasilitas park and ride pada kawasan transit sangat dan memberikan kenyamanan bagi pengguna, jalur
penting untuk fasilitas penunjang bagi masyarakat pejalan kaki yang ke arah Bintaro Exchange juga sudah
pengguna bermotor atau sepeda. Pada kawasan transit dilengkapi oleh lampu penerangan jalan, ruang terbuka,
Stasiun Jurangmangu, terdapat fasilitas parkir yang dan atap peneduh hujan dan panas, akan tetapi ada pada
disediakan oleh pengelola stasiun. Akan tetapi, 1 titik yang menuju arah Bintaro Exchange yang atap
fasilitas parkir tersebut tidak dipelihara dan dirawat tersebut belum terintegrasi untuk masuk kedalam pintu
dengan baik sehingga terlihat seperti parkir yang tidak masuk ke arah peron Stasiun Jurangmangu. Jalur
tertata, tumpuk, dan kumuh. pejalan kaki yang tersedia ke arah Jl. Cendrawasih pada
Serta terdapat parkir liar di luar kawasan transit yang Stasiun Jurangmangu bertolak belakang dengan kondisi
dikarenakan parkir yang tersedia tidak memadahi jalur pejalan kaki ke arah Bintaro Exchange, jalur
untuk semua kendaraan bermotor yang parkir di area pejalan kaki tersebut masih belum ada atap peneduh,
tersebut. Kondisi fasilitas parkir yang tersedia di dan jalan masih berupa tanah. Ruang terbuka yang
kawasan transit Stasiun Jurangmangu dapat dikatakan tersedia di kawasan transit Stasiun Jurangmangu juga
tidak tersedia dengan baik dan terawat. Keterbatasan tidak terdapat titik lokasi bertemu para pengguna kereta
lahan parkir dan kurang terawatnya fasilitas parkir api, dan tidak terdapat tempat tunggu atau tempat duduk
yang disediakan menjadi terlihat kumuh serta jalan di sekitar kawasan tersebut kecuali didalam peron
parkir yang terlihat pada gambar masih dalam berupa stasiun.
tanah, sehingga ketika hujan turun jalan parkir pun
akan berlumpur dan air tergenang yang cukup dalam.

Serta dengan keterbatasan dan tidak tertatanya


fasilitas parkir yang tersedia pada kawasan transit ini,
menjadikan masyarakat menggunakan kesempatan Analisis Skoring Kesesuaian setiap Variabel pada
untuk membuka parkir liar untuk menampung Karakteristik Kawasan Transit Stasiun Jurangmangu
kendaraan bermotor yang tidak dapat parkir di berdasarkan Kriteria TOD
kawasan transit tersebut. Dan pada kawasan transit Dalam kesesuaian karakteristik kawasan transit
Stasiun Jurangmangu menyediakan fasilitas parkir berdasarkan kriteria konsep kawasan Transit Oriented
untuk sepeda yang digunakan oleh masyarakat. Akan Development (TOD), akan menggunakan skoring pada
tetapi, fasilitas parkir sepeda ini juga hanya setiap variabel karakteristik kawasan transit dan
disediakan lahan seadanya dan tidak memberikan menganalisa kriteria yang menunjukkan bagaimana
fasilitas penunjang untuk parkir sepeda seperti, sekat kesesuaian kawasan transit Stasiun Jurangmangu
sepeda, gembok pengaman, dan atap peneduh parkir. berdasarkan konsep TOD yang diukur dengan pedoman
kriteria TOD. Pedoman yang digunakan untuk
menganalisa kesesuaian karakteristik kawasan Transit
Stasiun Jurangmangu yaitu berdasarkan studi ilmiah
dari Teori Peter Calthrope (1992), Cervero (2004),
Florida TOD Guidebook (2012), TOD Standard (2014)
 Desain Kawasan yang dikeluarkan oleh ITDP, serta Peraturan
Pada kawasan transit Stasiun Jurangmangu terdapat Pemerintah ATR BPN No 16 Tahun 2017. Pedoman
fasilitas penunjang didalamnya untuk pengguna kereta dan peraturan tersebut menjelaskan tentang kriteria dari
api. Didalam Stasiun Jurangmangu, sudah terdapat masing-masing variabel yang terkait dengan
tempat tunggu bagi pengguna kereta api yang sedang pengembangan kawasan transit dengan konsep TOD,
menunggu kereta datang, serta tempat pembuangan serta yang menjadi acuan untuk menganalisa
sampah yang disediakan di dalam peron untuk kesesuaian karakteristik kawasan transit Stasiun
membuang sampah yang sudah disediakan. Didalam
Jurangmangu berdasarkan kriteria konsep TOD.
Stasiun Jurangmangu juga sudah terdapat toilet bagi
Analisis skoring kesesuaian variabel dilakukan dengan
pengunjung dan karyawan yang terbilang sudah bersih
bagi kenyamanan pengguna, dan fasilitas pejalan kaki membandingkan kondisi eksisting setiap variabel pada
karakteristik kawasan transit dengan tolak ukur variabel No. Variabel TOD Kesesuaian Skor
kawasan transit berdasarkan konsep TOD. skala 9 Kejelasan arah jaringan jalan Tidak Sesuai 0
Total 0
penilaian yang digunakan dalam analisis ini adalah
Sementara klasifikasi kondisi eksisting yang tidak
model skala Guttman, yaitu variabel mendapatkan nilai
sesuai dengan tidak mendekati konsep TOD yaitu,
1 (satu) apabila diperoleh hasil analisis yang ”sesuai”
terdapat pada indikator desain dan integrasi moda
dan mendapatkan nilai 0 (nol) apabila hasil analisis
seperti ketersediaan jalur pejalan kaki, dimensi jalur
yang “tidak sesuai”. Hasil kesesuaian karakteristik
pejalan kaki, ketersediaan jalur sepeda, ketersediaan
kawasan transit Stasiun Jurangmangu akan
parkir (pengguna stasiun), ketersediaan fasilitas
menunjukkan variabel-variabel yang sudah sesuai dan
diffable, konektivitas jalur pejalan kaki dan sepeda
tidak sesuai berdasarkan kriteria konsep TOD. Berikut
terintegrasi ke kawasan transit, konektivitas antar moda
tabel yang sudah diklasifikasi berdasarkan yang sesuai
dan kawasan transit, serta kejelasan arah jaringan jalan
dan tidak sesuai kondisi eksisting kesesuaian
belum termasuk dalam klasifikasi sesuai dengan
karakteristik kawasan dan tidak kesesuaian
kondisi ideal kawasan transit dari hasil analisis skoring
karakteristik kawasan berdasarkan peraturan konsep
kesesuaian pada setiap variabel.
TOD.
No. Variabel TOD Kesesuaian Skor
Berikut tabel keselurahan variabel kesesuaian
Density (Kepadatan Penggunaan Lahan) karakteristik kawasan transit Stasiun Jurangmangu
1 berdasarkan Peraturan Pemerintah ATR BPN No 16
1 Kepadatan bangunan Sesuai
1 Tahun 2017.
2 Kepadatan hunian Sesuai 1
3 Keberagaman guna lahan Sesuai 1
Diversity (Penggunaan Lahan Campuran)
4 Penggunaan lahan perumahan
Penggunaan lahan non- Sesuai 1
5
perumahan
Design (Desain Kawasan)
6 Pola Jaringan jalan Sesuai 1
Ketersediaan fasilitas
7 Sesuai 1
penyeberangan jalan
Ketersediaan parkir (pengguna
8 Sesuai 1
stasiun)
Taman dan ruang terbuka
9 (tempat titik kumpul) dalam Sesuai 1
kawasan transit
Integrasi Moda
10 Ketersediaan jenis moda Sesuai 1
11 Frekuensi dan headway moda Sesuai 1
Total 11
Pada tabel kondisi eksisting kesesuaian karakteristik
kawasan yang sesuai yaitu variabel kepadatan
perumahan, pola jaringan jalan, ketersediaan fasilitas
penyeberangan jalan, ketersediaan parkir (pengguna
stasiun), taman dan ruang terbuka termasuk dalam
klasifikasi sesuai dengan kondisi ideal kawasan transit
berdasarkan konsep TOD.
No. Variabel TOD Kesesuaian Skor
Design (Desain Kawasan)
1 Ketersedaan jalur pejalan kaki Tidak Sesuai 0
2 Dimensi jalur pejalan kaki Tidak Sesuai 0
3 Ketersediaan jalur sepeda Tidak Sesuai 0
Ketersediaan parkir Tidak Sesuai 0
4
(pengguna stasiun) Tidak Sesuai 0
5 Ketersediaan fasilitas diffable Tidak Sesuai 0
Konektivitas jalur pejalan kaki
6 dan sepeda terintegrasi ke Tidak Sesuai 0
kawasan transit
7 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tidak Sesuai 0
Integrasi Moda
Konektivitas antar moda dan
8 Tidak Sesuai 0
kawasan transit
No. Variabel TOD Kondisi Eksisting Peraturan Konsep TOD Kesesuaian Skor
Density (Kepadatan Penggunaan Lahan)
Tinggi dengan mayoritas KDB 60-80% 1
1 Kepadatan bangunan Sedang hingga tingga (70%) Sesuai
14 bangunan/Ha 1
ketinggian sedang, ketinggian rendah, sedikit
2 Kepadatan hunian Tinggi dengan dominasi penggunaan lahan yaitu perumahan Sesuai 1
bangunan tinggi, dan townhouse
Bervariasi, terdiri dari perumahan, perdagangan jasa, fasilitas umum, sosial
(fasilitas transportasi, pendidikan, peribadatan, hiburan), dan instansi karakteristik komersial (regional), tipe hunian
3 Keberagaman guna lahan pemerintah ketinggian sedang, rendah, sedikit bangunan Sesuai 1
tinggi, dan townhouse

Diversity (Penggunaan Lahan Campuran)


tipe hunian ketinggian sedang, rendah, sedikit
1 Penggunaan lahan perumahan 53.94 perumahan
bangunan tinggi, dan townhouse
Sesuai 1
46.06 non perumahan (perdagangan dan jasa, perkantoran, fasilitas umum,
2 Penggunaan lahan non-perumahan
RTH, dan campuran) karakteristik komersial (regional)
Design (Desain Kawasan)
terdapat banyak alternatif bagi moda kendaraan tidak bermotor akan tetapi memiliki alternatif rute dan memungkinkan
1 Pola Jaringan jalan kondisi konektivitas terhadap kawasan transit masih belum memadahi pejalan kaki dan pesepeda dapat melewatinya Sesuai 1
dengan baik dengan mudah dan nyaman
sebagian besar jalur pejalan kaki sudah tersedia dengan kondisi baik dan Keberadaan jalur pejala kaki pada blok sebesar
Tidak
2 Ketersedaan jalur pejalan kaki dapat dilalui pejalan kaki, hanya beberapa jalur pejalan kaki dalam kawasan 100% dari segmen jalan (tidak menyatu dengan 0
Sesuai
transit buruk dan tidak terdapat jalur pejalan kaki jalan raya)
minimal 120cm (PerMen PU) dan 2 meter
sebagian besar jalur pejalan kaki sudah dapat menampung pejalan kaki, Tidak
3 Dimensi jalur pejalan kaki menurut teori Cervero dan Kockleman, dan 2 0
namun sebagian masih belum memadahi dengan baik Sesuai
Meter menurut Perda No 16 Tahun 2017
Ketersediaan jalur sepeda belum sepenuhnya memadahi dengan baik. Hanya Terdapat jaringan infrastruktur yang aman dan
Tidak
4 Ketersediaan jalur sepeda ada di beberapa jalur sepeda tersedia yang mendekati dengan kawasan nyaman serta dapat diakses oleh pengguna kursi 0
Sesuai
transit roda
Ketersediaan fasilitas Pada radius kawasan transit masih tidak terdapat fasilitas penyeberangan Terdapat fasilitas penyeberangan (JPO dan
5 Sesuai 1
penyeberangan jalan seperti zebra cross atau jembatan penyeberangan zebra cross) dan penerangan jalan umum (PJU)
Tersedia park and ride didalam stasiun, namun kondisinya tidak terawat, dan Terdapat parkir kendaraan dan sepeda yang Tidak
0
terlihat kumuh dan tidak memiliki atap peneduh (untuk hujan) aman, nyaman serta terdapat atap peneduh Sesuai
Tidak terdapat parkir khusus sepeda, parkir sepeda menyatu dengan parkir
Tidak
Ketersediaan parkir (pengguna kendaraan bermotor roda 2, Terdapat tempat parkir khusus dekat stasiun dan 0
6 Terdapat tanah atau struktur parkir dengan Sesuai
stasiun) tempat penitipan motor liar
luasan yang cukup dan mendukung park and
Ketersediaan parkir memiliki kapasitas yang besar dan dapat menampung
ride untuk TOD
pengguna kendaraan bermotor hanya saja tidak tertata dengan rapi, tidak Sesuai 1
beraturan dan tidak di kelola dengan baik
Fasilitas diffable di kawasan transit belum memadahi dengan baik dan Tidak
7 Ketersediaan fasilitas diffabel Terdapat bollard dan paving tactile 0
belum ramah dengan penyandang disabilitas Sesuai
No. Variabel TOD Kondisi Eksisting Peraturan Konsep TOD Kesesuaian Skor
Konektivitas jalur pejalan kaki dan Konektivitas jalur pejalan kaki di kawasan transit belum terpenuhi Trotoar tidak terputus dan berhubungan antar
Tidak
8 sepeda terintegrasi ke kawasan aksesibilitasnya dan fasilitas dalam memudahkan dan mendorong blok sampai kawasn transit serta terdapat 0
Sesuai
transit masyarakat untuk berjalan kaki dikawasat transit. fasilitas untuk diffable
Tidak terdapat RTH di dalam Stasiun Jurangmangu yang dapat dicapai ruang terbuka harus mudah dicapai, nyaman, Tidak
9 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 0
selain yang di dalam mall Bintaro Exchange memiliki features yang atraktif Sesuai
tersedia taman atau ruang terbuka dalam radius
Taman dan ruang terbuka (tempat
Terdapat taman dan ruang terbuka yang mudah dijangkau dan nyaman di 5 menit berlaja, 10-15% dari area TOD
10 titik kumpul) dalam kawasan Sesuai 1
dalam mall Bintaro Exchange yang masih dalam kawasan transit merupakan taman, mudah diakses dari lokasi
transit
transit
Integrasi Moda
Tersedia berbagai macam pilihan moda yaitu angkot, ojek, in-Trans Bintaro Tersedia berbagai jenis pilihan moda 1
1 Ketersediaan jenis moda Sesuai
Tersedia moda transportasi bus yang ke arah pusat kegiatan (Trans Bintaro) transportasi seperti bus kota, angkot
2 Frekuensi dan headway moda Frekuensi dan headway masing-masing moda tinggi Tinggi dan Headway 5-15 menit Sesuai 1
Tersedia tempat pergantian moda atau halte
Konektivitas antar moda dan Tidak
3 Keberadaan halte dan tempat tunggu angkot masih minim dalam kawasan transit minilai setiap 200 m 0
kawasan transit Sesuai
(Yeang dalam irawati, 2013)
Tidak terdapat penunjuk arah yang jelas di setiap jalan utama dalam radius Tidak
4 Kejelasan arah jaringan jalan Tersedia penunjuk arah 0
kawasan transit Sesuai
Total 11
Sumber: Hasil analisis, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat pada setiap kepada jaringan transportasi non-kendaraan bermotor,
variabel pada indikator karakteristik kawasan transit connect (menghubungkan) menciptakan jaringan jalan
terdapat klasifikasi kondisi eksisting yang sesuai dengan dan jalur pejalan kaki yang padat.
mendekati konsep TOD dan tidak sesuai dengan tidak
mendekati konsep TOD. Kesimpulan
Pada tabel kondisi eksisting kesesuaian karakteristik - Penelitian yang dilakukan menggunakan radius transit
kawasan yang sesuai yaitu variabel kepadatan bangunan, 200-800 meter menujur kawasan transit, dan 4 variabel
kepadatan hunian, keberagaman guna lahan, penggunaan dengan 20 indikator yang menjadi acuan dalam
lahan perumahan, penggunaan lahan non-perumahan, menganalisis tingkat kesesuaian karakteristik kawasan
pola jaringan jalan, ketersediaan fasilitas penyeberangan berdasarkan konsep TOD yag diperoleh dari kajian
jalan, ketersediaan parkir (pengguna stasiun), taman dan literatur mengenai konsep dan prinsip TOD serta
ruang terbuka termasuk dalam klasifikasi sesuai dengan PerMen ATR BPN No. 16 Tahun 2017 yang berlaku di
kondisi ideal kawasan transit berdasarkan konsep TOD. Indonesia.
Sementara klasifikasi kondisi eksisting yang tidak - Berdasarkan analisis skoring kesesuaian karakteristik
sesuai dengan tidak mendekati konsep TOD yaitu, kawasan transit berdasarkan konsep TOD, kawasan
terdapat pada indikator desain dan integrasi moda seperti transit Stasiun Jurangmangu merupakan kawasan
ketersediaan jalur pejalan kaki, dimensi jalur pejalan transit di Bintaro Jaya, Kota Tangerang Selatan
kaki, ketersediaan jalur sepeda, ketersediaan parkir termasuk dalam kategori mendekati sesuai dengan
(pengguna stasiun), ketersediaan fasilitas diffable, kondisi ideal kawasan transit berdasarkan konsep
konektivitas jalur pejalan kaki dan sepeda terintegrasi ke Transit Oriented Develoment (TOD).
kawasan transit, konektivitas antar moda dan kawasan - Dari 4 variabel dan 20 indikator terdapat 11 kriteria
transit, serta kejelasan arah jaringan jalan belum yang dapat memenuhi kesesuaian kawasan transit
termasuk dalam klasifikasi sesuai dengan kondisi ideal berdasarkan konsep TOD dan 9 kriteria yang belum
kawasan transit dari hasil analisis skoring kesesuaian dapat memenuhi kesesuaian kawasan transit
pada setiap variabel, maka dapat dihitung hasil analisis berdasarkan konsep TOD.
skoring kesesuaian pada setiap variabel maka diperoleh - Kawasan transit Stasiun Jurangmangu mempunyai skor
hasil persentase skor kawasan beserta klasifikasi yang didapat yaitu 55% menekati sesuai dengan
kesesuaiannya sebagai berikut: konsep TOD. Dapat diketahui, kawasan transit Stasiun
Jurangmangu memenuhi 5 dari 8 prinsip TOD (ITDP)
Kawasan transit Perhitungan Skor Klasifikasi seperti: mix (pembauran) merancang pembangunan
Stasiun (11/20)X100 55% “Mendekati kota dengan tata guna lahan yang beragam, densify
Jurangmangu % Sesuai (memadatkan) mengoptimalkan kepadatan lahan dan
Sumber: Hasil analisis, 2018
kapasitas transportasi umum, compact (merapatkan)
Dapat disimpulkan bahwa kawasan transit Stasiun membanguna wilayah-wilayah dengan jarak kebutuhan
Jurangmangu merupakan kawasan transit di Bintaro perjalanan yang singkat, transit angkutan umum)
Jaya, Kota Tangeran Selatan yang termasuk ke dalam memfokuskan pembangunan didekat jaringan
kategori “Mendekati Sesuai” dengan skor 55% dengan angkutan umum massal yang berkualitas, dan shift
kondisi ideal kawasan transit berdasarkan konsep TOD. (beralih) berpaling dari mobilitas kendaraan pribadi
Penilaian tersebut didasarkan pada skor kawasan transit dengan penataan parkir dan kebijakan penggunaan
yang berada dalam rentang skor 51-100%. Dari hasil jalan. Sementara 3 prinsip yang belum terpenuhi yaitu
analisis yang telah dilakukan, kawasan transit Stasiun walk (berjalan kaki) membangun lingkungan yang
Jurangmangu mempunyai skor yang didapat yaitu 55% ramah terhadap pejalan kaki, cycle (bersepeda)
mendekati sesuai dengan konsep TOD. Dapat diketahui, memberikan prioritas kepada jaringan transportasi non-
kawasan transit Stasiun Jurangmangu memenuhi 5 kendaraan bermotor, connect (menghubungkan)
prinsip TOD (ITDP) seperti: Mix (pembauran) menciptakan jaringan jalan dan jalur pejalan kaki yang
merancang pembangunan kota dengan tata guna lahan padat,
yang beragam, Densify (memadatkan) mengoptimalkan
kepadatan lahan dan kapasitas transportasi umum,
Compact (merapatkan) membangun wilayah-wilayah
dengan jarak kebutuhan perjalanan yang singkat, Transit
(angkutan umum) memfokuskan pembangunan di dekat
jaringan angkutan umum massal yang berkualitas, Shift
(beralih) berpaling dari mobilitas kendaraan pribadi
dengan penataan parkir dan kebijakan penggunaan lahan.
Sementara kawasan transit Stasiun Jurangmangu belum
memenuhi 3 dari 8 prinsip yang ada yaitu, walk (berjalan
kaki) membangun lingkungan yang ramah terhadap
pejalan kaki, cycle (bersepeda) memberikan prioritas
Daftar Pustaka

Dittmar, H. d. (2004). The New Transit Town Best


Practice in Transit Oriented Development. Washington
DC: Island Press.

Ofyzar, Z. T. (2000). Perencanaan, Pemodelan, dan


Rekayasa Transportasi. Bandung: Gramedia.

Renne, C. C. (2009). Transit orineted Development:


Making it Happen. Ashgate: Burlington.

Calthorpe, P. (1993). The Next American Metropolis.


Princeton Architectural Press

Isa, M. H. (2014). Keterkaitan Karakteristik Kawasan


Transit berdasarkan Prinsip Transit Oriented
Development (TOD) Terhadap Tingkat Penggunaan
Kereta Komuter Koridor Surabaya-Sidoarjo. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh November.

Siwi, H. P. (2014). Analisis Lokasi Transit Pergerakan


Kawasan Semarang Barat dalam Konsep Penerapan
TOD di Kota Semarang. Semarang: Institut Teknologi
Sepuluh November.

Peraturan Menteri ATR BPN No. 16 Tahun 2017


Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi
Transit (TOD)

O. Z. Tamin, Perencanaan & Pemodelan Transportasi.


Bandung: ITBpress, 2000.

C. Hutton, Florida TOD Guidebook, no. December.


Florida: Treasure Coast Regional Planning Council,
2012.

R. Cervero, “Public Transport and Sustainable


Urbanism: Global Lessons,” Sci. Counc. Japan, pp. 1–
10, 2006.

Robert Cervero, e. a. (2004). Transit Oriented


Development in The United States: Experiences,
Challanges and Prospects. TCRP Report 102.
Washington: Transportation Research Board.

Widyahati, N. A. (2014). Potensi dan Peluang


Pengembangan Transit Oriented Development di
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai