Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN KONSEP TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)

PADA PENATAAN KAWASAN KRL DI TANJUNG PRIOK

ABSTRAK.
Kota berkelanjutan membutuhkan keseimbangan antara ekonomi, sosial dan lingkung
an. Berkelanjutan secara finansial adalah pencapaian pertumbuhan yang berkelanjutan dan pe
nggunaan sumber daya yang efisien. Kinerja perekonomian nasional saat ini sedang terpuruk,
terutama di kota-kota yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi sangat mengalami pembiaya
an ekonomi yang tinggi. Hal ini merupakan salah satu akibat dari penataan ruang dan akses tr
ansportasi yang buruk. Transit-Oriented Development (TOD) adalah konsep ruang terpadu da
n manajemen lalu lintas. Penelitian ini penting untuk mengetahui karakteristik dari setiap TO
D yang diterapkan di stasiun Tanjung Priuk sebagai kawasan transit berbasis TOD. Metode k
ualitatif dalam penyusunannya dengan dilakukannya penataan pada kawasan stasiun Tanjung
Priok akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang membuat angkutan umum lebih mudah
diamankan terintegrasi, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di sekitar stasiun
Tanjung Priok lebih tertata rapih sehingga dapat mencerminkan pemandangan kota yang baik

Kata kunci : Transit Oriented Development (TOD), penataan ruang, transportasi, stasiun
KRL Tanjung Priuk.

PENDAHULUAN

Dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan penduduk meningkat secara masif. Se


hingga, kepadatan penduduk semakin hari semakin bertambah di berbagai wilayah. Tentu, pe
rkotaan menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak paling signifikan. Beberapa dampak
yang dipicu oleh kepadatan wilayah berupa turunnya kualitas lingkungan hidup, munculnya k
awasan-kawasan kumuh pada perkotaan dengan hunian-hunian yang tidak layak, dan juga ke
macetan lalu lintas.

Tanjung Priok adalah salah satu kecamatan yang terletak di kota Jakarta Utara, provin
si DKI Jakarta. Di daerah ini terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan te
rpadat di Indonesia. Sejak dahulu kawasan ini merupakan pelabuhan prasejarah sejak zaman
penyebaran agama Hindu, dan kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda. Tanjung Priok be
nar-benar dikembangkan menjadi kawasan pelabuhan komersial pada akhir abad ke-18. Pada
tahun 2020, penduduk kecamatan ini berjumlah 418.014 jiwa, laki-laki sebanyak 210.987 jiw
a dan perempuan sebanyak 207.127 jiwa, dengan kepadatan penduduk 16.641 jiwa/km².
Dalam perkembangan perkotaan terdapat penawaran transit antar moda dan area transi
t menjadi bagian yang diperlukan. Kawasan di sekitar titik transit merupakan kawasan penge
mbangan yang potensial. Hal ini mengacu pada kemudahan penggunaan area di dekat jaringa
n transportasi dan aktivitas yang dapat dihasilkan melalui area tersebut. Berbagai teori dan ko
nsep yang berkaitan dengan hubungan antara lalu lintas dan bangunan telah menjadi perdebat
an yang menarik dalam ilmu perencanaan kota. Ini termasuk Transit Oriented Development
(TOD) yang telah diterapkan secara ekstensif di berbagai kota di seluruh dunia. TOD diakui s
ecara luas sebagai konsep yang memenuhi kebutuhan kawasan transit.

TUJUAN

Tujuan dari membuat paper ini adalah untuk menata suatu kawasan berkonsep TOD y
ang dapat membantu masyarakat dalam melakukan aktifitas serta mengurangi penggunaan ke
ndaraan pribadi karena tersedianya transportasi umum yang saling terintegrasi sehingga dapat
mewujudkan kota yang efisien.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantit
atif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderun
g menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam peneli
tian kualitatif dengan menata kawasan stasiun kereta api kota Depok untuk meningkatkan per
tumbuhan ekonomi, memudahkan angkutan umum orang yang terintegrasi, mengurangi peng
gunaan kendaraan bermotor, menjadikan lingkungan dari stasiun kereta api Tanjung Priok ber
sih sehingga mencerminkan citra kota yang baik. Landasan teori dimanfaatkan sebagai peman
du agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu, landasan teori juga berm
anfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pemba
hasan hasil penelitian.

Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir
pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan, sedangkan dalam penelitian
kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas.

TINJAUAN PUSTAKA

Transit Oriented Development


Salah satu konsep pengembangan kawasan transit adalah konsep TOD (Transit Orient
ed Development). Menurut Peter Calthorpe (1993) Transit Oriented Development adalah seb
uah kawasan yang memiliki penggunaan lahan campuran yang berada di sekitar lokasi transit
dan pusat perdagangan. Penggunaan lahan tersebut berupa perumahan, perdagangan, pasar, ru
ang terbuka, dan fasilitas publik. Secara umum, TOD merupakan komunitas mix-used yang
mendorong masyarakat untuk menetap dan beraktivitas di sekitar kawasan transit untuk meng
urangi ketergantungan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dan beralih menggunaka
n transportasi umum.

TOD juga harus memberikan kenyamanan pada masyarakat dalam beraktivitas di seki
tar kawasan transit dengan lingkungan yang mendukung untuk berjalan kaki dan melakukan p
erjalanan menggunakan sepeda serta memiliki aksesibilitas yang tinggi. TOD mendukung pe
nggunaan moda transportasi yang berkelanjutan seperti transportasi umum, berjalan dan berse
peda, serta mengurangi jarak perjalanan yang akan mengurangi kemacetan lalu lintas. Selain i
tu, TOD memiliki peran penting dalam konservasi, mitigasi perubahan iklim dan peningkatan
kualitas udara (TOD Guide of Queensland, 2010).

Adapun tujuan utama dari TOD adalah menciptakan ruang yang kompak dengan pem
bangunan mixed-use, kepadatan tinggi, serta ramah bagi pejalan kaki yang dapat memaksima
lkan potensi pengunaan kendaraan umum dan menciptakan investasi dan peningkatan pereko
nomian di sekitar kawasan transit (Florida TOD Guidebook, 2012). Berdasarkan penje
lasan di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi konsep Transit Oriented Development adalah
suatu kawasan di sekitar titik transit yang memiliki keberagaman jenis penggunaan lahan (mi
x-used) seperti perumahan, perkantoran, pusat komersial, dan fasilitas publik lain dengan kep
adatan tinggi yang terhubung dengan konektivitas jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan keterse
diaan parkir, dalam mengakomodasi pergerakan masyarakat dengan menggunakan moda tran
sportasi umum yang dapat menangani masalah kemacetan.

Karakteristik Transit Oriented Development

Transit Oriented Development (TOD) merupakan konsep yang berfokus pada pola pe
nggunaan lahan yang memberikan penekanan kuat pada campuran jenis kegiatan, mobilitas, k
onektivitas, kepadatan dan intensitas tinggi serta ramah bagi pejalan kaki. Dalam hal ini, skal
a TOD merupakan kawasan yang memiliki radius ¼ - ½ mil (400-800 meter) atau kemudahan
dalam berjalan kaki selama 5-10 menit dari premium transit. TOD berada pada kawasan deng
an pembangunan yang kompak dengan kepadatan tinggi dan mix-used yang berorientasi pada
bentuk perkotaan yang ramah bagi pejalan kaki dalam melakukan perjalanan dari lokasi transi
t pusat kegiatan lainnya (Florida TOD Guidebook, 2012).

Menurut Peter Calthorpe (1993), terdapat dua tipe pengembangan kawasan Transit Or
iented Development, yakni:
 Urban TOD, merupakan pengembangan kawasan yang terletak di jaringan utama tran
sportasi publik yang berdekatan dengan campuran kegiatan penggunaan lahan seperti
perkantoran, perumahan, perdagangan, dan kegiatan lain dalam meningkatkan akses p
encapaian masyarakat secara efisien.
 Neighborhood TOD, merupakan pengembangan kawasan yang terkoneksi dengan tran
sportasi lokal atau feeder yang dapat menunjang kebutuhan masyaraat dan meminimal
isir penggunaan kendaraan pribadi sehingga mendukung pergerakan dengan non-moto
rized seperti berjalan kaki atau bersepeda.

Cervero (2004) menjelaskan karakteristik kawasan TOD memiliki prinsip 3D yaitu ke


padatan (Density), keberagaman (Diversity) dan desain (Design). Prinsip kepadatan dilihat da
ri kepadatan bangunan dan intensitas pemanfaatan ruangnya seperti KDB dan KLB. Prinsip k
eberagaman dilihat dari keberagaman penggunaan lahan di kawasan tersebut seperti perumah
an, perkantoran, fasilitas umum, perdagangan dan jasa. Serta prinsip desain dilihat dari desain
kawasan yang mendukung aksesibilitas seperti ketersediaan fasilitas pejalan kaki. Me
nurut Renne (2009), TOD merupakan kategori pembangunan yang efisien, dimana meningkat
kan aksesibilitas dengan pengalihan kendaraan pribadi ke transportasi umum serta penggunaa
n lahan campuran yang berkelompok dan berdekatan, yang terletak di dekat lokasi transit sehi
ngga memungkinkan perjalanan dengan berjalan kaki dan bersepeda.

Dalam Florida TOD Guidebook (2012), merumuskan prinsip-prinsip pembentukan ka


wasan TOD, diantaranya:

1. Density

Dengan layanan transit, mobilitas di kawasan transit meningkat. Hal ini harus didukun
g dengan kepadatan bangunan tinggi dan kompak, sehingga masyarakat dapat dengan muda
h menjangkau pusat kegiatan yang berada di sekitar kawasan transit.

2. Mix Use

Penggunaan lahan campuran yang termasuk didalamnya perumahan, perkantoran dan


ritel diperlukan dalam mendukung mobilitas dan kelayakan huni dalam pengembangan TOD
.
3. Street Design

Jalan merupakan komponen penting dalam pembentukan kawasan TOD, dimana haru
s menyediakan komponen yang ramah bagi pejalan kaki, seperti fasilitas sidewalk dan jalur s
epeda yang aksesibel, serta fasilitas penunjang parkir baik on-street maupun off-street.

Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan kepada k


etentuan khusus, yaitu:

1. Besar standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan penduduk < 200 jiwa/h

2. Untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat dibangun secara ber
gabung dalam lokasi atau atau bangunan dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan secara
menyeluruh

DIVERSITY

Diversity memiliki keberagaman jenis penggunaan lahan (mix-used) seperti perumaha


n, perkantoran, pusat komersial, dan fasilitas publik lain dengan kepadatan tinggi yang terhub
ung dengan konektivitas jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan ketersediaan parkir, dalam meng
akomodasi pergerakan masyarakat dengan menggunakan moda transportasi umum yang dapa
t menangani masalah kemacetan dan meningkatkan nilai guna lahan di kawasan tersebut. Tuj
uan utama dari TOD adalah menciptakan ruang yang kompak dengan pembangunan mixedus
e, kepadatan tinggi, serta ramah bagi pejalan kaki yang dapat memaksimalkan potensi pengun
aan kendaraan umum dan menciptakan investasi dan peningkatan perekonomian di sekitar ka
wasan transit.

DESIGN

Desain menguraikan konsep yang digunakan dalam desain pada jaringan jalan untuk f
asilitas publik stasiun. Didalam desain menentukan suatu pola pergerakan arah transportasi ba
ik dari luas area, panjang jaringan jalan, jumlah persimpangan dan kepadatannya, agar bisa m
engetahui dasar untuk masyarakat saat transit harus memaksimalkan sarana prasarana yang a
da di sekitar area wilayah studi sebagai penunjang kebutuhan masyarakat dikarenakan TOD d
apat dikatakan berhasil saat jalur tersebut dapat menyediakan keberagamaan penggunaan laha
n dan kepadatan yang menciptakan kenyamanan bagi masyarakat setempat dan pengunjung d
i jalur untuk dikembangkannya TOD di sekitar kawasan stasiun.
PEMBAHASAN (samar-samar)

Stasiun Tanjung Priuk (TPK) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di
seberang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4
meter dan termasuk ke dalam Daerah Operasi I Jakarta dan menjadi stasiun paling utara dala
m pengelolaan KAI Commuter. Stasiun ini melayani KRL Commuter Line dan KA barang an
gkutan peti kemas/kontainer. Memiliki langgam bangunan art deco, stasiun ini termasuk sala
h satu bangunan tua yang dijadikan cagar budaya DKI Jakarta.
Stasiun ini merupakan stasiun ujung yang dibuat untuk mengintegrasikan Pelabuhan T
anjung Priok dengan moda kereta api, dan awalnya dibangun untuk mendukung distribusi bar
ang dari dan ke pelabuhan tersebut. Stasiun Tanjung Priuk dibangun sebanyak dua kali, yaitu
pembangunan stasiun generasi pertama pada tahun 1885 yang berlokasi sekompleks dengan p
elabuhan, dan pada 1925 saat operasional perdana kereta rel listrik di Batavia. Bangunan stasi
un ini sempat ditelantarkan pada dekade 2000-an, tetapi kemudian dihidupkan kembali pada
2009 sehubungan dengan rencana pengoperasian kembali KRL Tanjung Priuk. Saat ini stasiu
n ini hanya melayani KRL Pink Line. Bangunannya yang besar dan megah membuat masyara
kat tertarik untuk menggelar syuting film, televisi, dan iklan di stasiun ini.

Pada dasarnya prinsip TOD untuk menempatkan sarana komersial, permukiman, perk
antoran, serta sarana umum dan sarana sosial dalam jarak tempuh berjalan kaki dari pusat tra
nsit, menciptakan jaringan jalan yang pedestrian friendly yang menghubungkan berbagai tuju
an untuk bepergian lokal, melestarikan habitat dan ruang terbuka dengan kualitas yang baik,
membuat ruang publik sebagai fokus dari orientasi bangunan dan kegiatan masyarakat, dan ju
ga untuk mendorong penggunaan lahan dan pengembangan kawasan sepanjang koridor transi
t.

Pengembangan kawasan dengan konsep TOD juga perlu memastikan akses yang mud
ah dari tempat tinggal masyarakat ke berbagai moda transportasi umum, memudahkan pengg
una transportasi umum untuk berpindah-pindah jalur, dan berganti moda transportasi sesuai k
ebutuhan mereka. Manfaat TOD antara lain pengurangan penggunaan mobil dan pengeluaran
keluarga untuk transportasi, peningkatan jumlah pejalan kaki dan pengguna jalan, revitalisasi
pusat kota, peningkatan kepadatan dan intensitas, pengurangan paparan terhadap pembangun
an taman dan nilai properti yang lebih tinggi, serta berbagai perbaikan kebijakan terkait trans
portasi. kualitas lingkungan dan masyarakat. Di tingkat daerah, konsep ini harus bisa mengata
si masalah pertumbuhan.

Calthorpe (1993), menjelaskan bahwa TOD merupakan kawasan mixed-use dengan ja


rak rata-rata 2.000 kaki dari titik transit dan pusat bisnis. TOD menawarkan kawasan permuki
man dengan tingkat kepadatan yang tinggi, lengkap dengan fasilitas sosial dan komersial sepe
rti perdagangan dan jasa. Tujuan kombinasi ini adalah mengkombinasikan mobilitas manusia
dalam satu titik tujuan agar mereduksi pergerakan manusia dengan kendaraan pribadi. Pandan
gan lain menyebutkan bahwa TOD adalah sebuah terminologi yang paling sering digunakan u
ntuk menjelaskan integrasi antara transportasi dan guna lahan yang mampu meningkatkan out
come dari berbagai aspek didekat lokasi transit yang berkualitas (Smith & Brooks, 2012). Ga
mbar 3. Skema TOD Sumber: Calthorpe, 1993 Calthorpe (1993), menekankan prinsip TOD
menjadi 7 bagian, yaitu:

1. Core Commercial Areas Fungsi komersial memberikan kemudahan kepada masyar


akat atas akses dari titik transit dan tempat tinggal mereka. Kecenderungan orang untuk meng
gunakan sistem transit akan meningkat bila dimasukkan fungsi-fungsi lain seperti jasa, restau
rant, dan taman.

2. Residentaial Area Kawasan perumahan TOD harus berada sedekat mungkin dengan
pusat bisnis dan transit. Namun juga dapat dicampur dengan beberapa tipe hunian seperti rum
ah tapak, townhouse, condominium, dan apartemen. Untuk jarak tempuh kawasan hunian TO
D paling tidak berada pada radius 2.000 kaki dan dapat ditempuh dalam waktu 10 menit deng
an berjalan kaki atau bersepeda.

3. Park, Plaza, and Civic Buildings Fasilitas umum dan sosial harus tersedia di kawasa
n TOD. Hal ini menjadi penting agar memenuhi kebutuhan sosial masyarakat yang tinggal di
kawasan TOD. Focal points di sekitar stasiun dapat dibangun rumah sakit, sekolah, dan perpu
stakaan. Sedangkan taman dan fasilitas sosial dapat diletakkan dekat dengan titik transit.

4. Streets and Circulation System Transit Oriented Development: Insentif terhadap Ni


lai Properti (Harizul Akbar Nazwar) 34 Sistem jalan di kawasan TOD harus berorientasi pada
pengguna pedestrian. Lebar jalan, batas kecepatan, dan jumlah jalur harus direduksi. Sedangk
an jalur sepeda dan penghijauan trotoar harus dimaksimalkan. Sistem jalan dapat menggunak
an grid system untuk meminimalisir jalan buntu dan memaksimalkan konektivitas.
5. Pedestrian and Bicycle System Penempatan jalur pedestrian dan jalur sepeda harus
berada di sepanjang jalan. Keduanya harus dipastikan bersih, tertata rapi, dan nyaman serta a
man. Hal ini menjadi penting karena semakin banyak orang berjalan kaki atau bersepeda, ma
ka semakin kecil penggunaan kendaraan.

6. Transit System Peranan titik transit sangat penting bagi kawasan TOD karena harus
dapat diakses oleh segala aktivitas yag berada di kawasan TOD khususnya pusat komersial. S
tasiun transit harus mengedepankan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan bagi pengguna.
Kantong parkir sebaiknya terletak jauh dari stasiun transit dengan tujuan agar tidak mengang
gu pejalan kaki.

7. Parking Requirements and Configuration Menurunkan ketergantungan terhadap ke


ndaraan yaitu dengan cara memberdayakan pejalan kaki dan pengguna sepeda. Kawasan TO
D sebaiknya meminimalisir ketersediaan fasilitas parkir, khususnya di kawasan residensial. S
edangkan pada kawasan komersial, fasilitas parkir boleh disediakan namun jumlahnya terbata
s. Institute for Transportation Development Policy (2013), mengeluarkan standar khusus untu
k pengembangan TOD yaitu berdasarkan skalanya dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, re
gional (inter-urban) TOD yang berfokus pada hubungan titiktitik transit yang terkoneksi deng
an stasiun inti antar daerah. Kedua, neighborhood (lokal) TOD yang berfokus pada peningkat
an densitas kawasan dan mengintegrasikan fungsi kawasan berupa mixed use area yang berad
a di sekitar stasiun penghubung.

b. Best Practices TOD Sejak diperkenalakan pada tahun 1993, perkotaan berbasis
TOD terus diaplikasikan di daerah lain di seluruh dunia. Dalam konteks ini mengambil c
ontoh TOD di Hongkong karena memiliki karakteristik wilayah yang menyerupai Jakarta
Hongkong mengawali pembangunan sistem transportasi berbasis kereta api Mass Transit
Railway (MTR) pada tahun 1970-an dengan market share sebesar 48,1 persen dari total tr
ansportasi publik yang ada. Semenjak itu, kemacetan berkurang secara signifikan, linier
dengan peningkatan jumlah pengguna MTR. Semakin meningkatnya penggunaan MTR
mendorong pemerintah setempat melakukan pembaharuan dengan mengusung konsep T
OD yang mengintegrasikan stasiun MTR dan kawasan perumahan dan kawasan bisnis. P
engembangan tersebut mencangkup transportasi MTR, pengembangan properti, dan inve
stasi, serta manajemen properti. Sehingga kawasan stasiun dijadikan pusat baru peningka
tan MTR. Implementasi TOD di Hongkong tidak hanya berhasil dalam melakukan migra
si penggunaan moda transportasi pribadi ke transportasi umum, tetapi juga berdampak pa
da sektor ekonomi. perkembangan properti yang marak hampir di semua stasiun mendata
ngkan laba pada perusahaan pengelola MTR sebesar USD 2.33 Miliar untuk periode 198
0 sampai dengan 2005. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberadaan MTR H
ongkong yang dioperasikan telah memberikan keuntungan terhadap tata kota Hongkong
berupa tata kota yang kompak, kepadatan yang tinggi, dan efisiensi transportasi.

c. TOD Sebagai Solusi Komprehensif Sejak tahun 1980, paling sedikit telah ada 2
5 studi yang dilakukan untuk menguji kelayakan MRT di Jakarta guna mengatasi kemace
tan. Namun, pembangunannya sendiri baru dimulai tahun 2013 dan tahap pertama selesai
pada tahun 2019. Jauh sebelum MRT di mulai, Jakarta telah menerapkan sistem transport
asi berbasis Bus Rapid Transit (BRT) dengan nama Transjakarta sejak tahun 2004 yang s
ekaligus menjadi BRT pertama di Asia Tenggara. JMAP Vol. 1 No. 2, Desember 2021, h
al. 30-39 35 Selain itu, Jakarta telah memperbaiki sistem jaringan transportasi berbasis k
ereta api komuter yang dapat melayani kebutuhan penumpang di hampir seluruh area Jab
odetabek. Sistem tersebut dapat dirasakan hingga Cikarang. Penggunaan sistem ini telah
mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dengan bukti bahwa tahu
n 2019 naik secara signifikan menjadi 920.000 penumpang per hari dibandingkan tahun 2
012. Meskipun demikian, nyatanya perbaikan sistem trasnportasi umum sudah dilakukan,
pengguna kendaraan pribadi di Jabodetabek masih banyak. Hal ini menjadi suatu indikasi
bahwa layanan transportasi publik belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyaraka
t secara maksimal. Rangkaian kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat
dirasa kurang efektif apabila tidak diikuti dengan perbaikan dalam sektor perumahan dan
tata guna lahan. Meningkatnya kebutuhan rumah dari tahun ke tahun yang semakin cepat
serta aglomerasi kota yang semakin melebar akan mendorong mobilitas masyarakat yan
g semakin tinggi. Sehingga kemacetan semakin parah. Apabila pola tersebut dibiarkan ter
us menerus, maka kebutuhan transportasi dan perumahan tidak akan pernah seimbang ter
hadap ketersediaan transportasi dan perumahan. Oleh karena itu, dalam konteks perkemb
angan sarana trasnportasi, munculah ide untuk mengadopsi konsep Transit Oriented Dev
elopment (TOD). Konsep ini merupakan pengembangan kawasan mixed-use yang berori
entasi pada efektivitas dan efisiensi perpindahan manusia melalui sarana transportasi sert
a menekankan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Selain itu, konsep tersebut juga berorientasi pada transit yang dekat dengan simpul-simp
ul transportasi. Pengembangan TOD cocok dikembangkan untuk kawasan berkepadatan t
inggi, bersifat multi-kegiatan, dan ramah lingkungan. TOD mengedepankan fungsi integr
itas antara penggunaan lahan campuran dengan sistem transportasi sehingga akan mencip
takan sebuah kawasan yang ramah lingkungan, berkepadatan tinggi, dan saling terkoneks
i antar transit. Dengan mengedepankan ketiga hal tersebut, maka mobilitas penduduk dap
at direduksi secara signifikan. Sehingga permasalahan transportasi berupa kemacetan dap
at diminimalisir. Implementasi TOD juga memberikan manfaat berupa penghematan wak
tu tempuh dan biaya tranportasi karena peralihan moda transportasi dari kendaraan priba
di menjadi transportasi masal.

d. Implementasi TOD di Indonesia Di daerah Jabodetabek, pengembangan TOD suda


h mulai dilakukan tahun 2017 yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur Nom
or 44 Tahun 2017 tentang Pengembangan Kawasan Transit Oriened Development yang berla
ku pada tanggal 7 April 2017. Secara umum, peraturan tersebut mengatur tentang prinsip das
ar dan kriteria teknis TOD, namun belum mengatur lokasi yang menjadi pengembangan TOD
di luar jakarta. Merespon peraturan tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang mengeluarkan
Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorie
ntasi Transit pada tanggal 27 September 2017. Peraturan tersebut dikeluarkan untuk merespo
n pengembangan TOD yang bersifat inter-regional. Sehingga sulit untuk diaplikasikan apabil
a aturan hukum yang berlaku hanya setingkat gubernur. Secara umum, aturan tersebut memua
t tentang prinsip dasar TOD, kriteria penetapan lokasi TOD, pengembangan kawasan TOD, d
an kelembagaan kawasan TOD. Aturan tersebut mendapat payung hukum dari presiden denga
n dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2018 tentang Ren
cana Induk Transsportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Tahun 2018-2029. R
encana Induk Transportasi menjadi perlu disusun secara rinci sebagai respons untuk mengatu
r pengembangan infrastruktur transportasi masal di daerah Jabodetabek secara integratif yaitu
Mass Rapid Transit, Light Rapid Transit, dan Bus Rapid Transit. Dalam peraturan presiden in
i secara khusus diatur lokasi pengembangan TOD yang dibagi menjadi tiga yaitu TOD Kota
(skala Transit Oriented Development: Insentif terhadap Nilai Properti (Harizul Akbar Nazwa
r) 36 regional), TOD Sub kota (intra-regional) dan TOD Lingkungan (neighbourhood).
TOD dalam Penataan Ruang

Menurut Pemecahan Isu Strategis Transportasi DKI Jakarta Perda No.1 Tahun 2014
tentang RDRT dan PZ yaitu Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ)
harus dapat mengantisipasi isu transportasi dengan :

 Pengembangan infrastruktur jalan melalui pengembangan jalan baru, jalan


tembus dan jalan sejajar, pembangunan perlintasan tak sebidang serta
pengembangan jalan inspeksi.

 Pengembangan angkutan umum massal baik berbasis jalan dan berbasis rel.

 Implementasi pendekatan Transit Oriented Development (TOD)

 Penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda park and ride

Pertimbangan Peletakan Lokasi TOD:

a. Perpotongan koridor angkutan massal (dua atau lebih).

b. Kawasan dengan nilai ekonomi tinggi atau yang diprediksi akan memiliki nilai ekonomi
tinggi.

c. Kawasan yang direncanakan atau ditetapkan sebagai pusat kegiatan. Sebagai langkah
strategis untuk mencapai tujuan konsep TOD, telah dikembangkan
prinsip untuk memberikan alternatif pertumbuhan pembangunan perkotaan,

sub-wilayah perkotaan, dan lingkungan ekologis sekitarnya.

Sebagai langkah strategis untuk mencapai tujuan konsep TOD yakni memberi alternat
if bagi pertumbuhan pembangunan kota, subwilayah kota, dan lingkungan ekologis di sekitar
nya maka dirumuskan delapan prinsip Penerapan Konsep Transit Oriented Development (TO
D) Pada Penataan Kawasan di Kota Tangerang Adji Prama Priadmaja, Anisa, Lutfi Prayogi 5
5 urban design dalam transit oriented development yang di kutip dari TOD Standart, yaitu:

1. Berjalan kaki

Berjalan paling transportasi alami , sehat dan bebas emisi dan dekat dan terjangkau, dan

merupakan bagian penting dari perjalanan transportasi umum. Di mana berjalan kaki
merupakan landasan sistem transportasi berkelanjutan

2. Bersepeda

Bersepeda adalah moda transportasi tanpa emisi, sehat dan terjangkau, sangat efisien dan
menghemat ruang dan sumber daya perkotaan, jarang digunakan.

3. Sambungan

Trotoar lurus pendek membutuhkan jaringan padat jalan antara blok dengan lubang kecil.

4. Angkutan Umum (Transit)

Angkutan umum menghubungkan dan menyatukan kawasan perkotaan yang terlalu jauh
untuk pejalan kaki.

5 Memadukan

Memadukan pemanfaatan lahan dalam masyarakat, menghidupkan jalan lokal, memberikan


rasa aman, menggalakkan kegiatan jalan kaki dan bersepeda serta menciptakan lingkungan
hidup yang layak

6. Pemadatan

Untuk mendukung pertumbuhan kota dalam pola ruang yang padat, kota harus tumbuh secara
vertikal (densifikasi) bukan secara horizontal (sprawl).

7. Kompak
Pembangunan perkotaan yang kompak Prinsip dasar adalah rencana tata ruang yang kompak
aktivitas dan kegiatan berada dalam jarak dekat di daerah perkotaan atau pinggiran kota yang
padat penduduk.

8. SHIFT

Jika kota-kota dibangun menurut tujuh prinsip di atas, kendaraan pribadi otomatis sebagian
besar tidak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berjalan kaki, bersepeda, dan
menggunakan angkutan umumSarana transportasi yang sederhana dan nyaman juga dapat
dilengkapi dengan transportasi perantara atau mobil sewaan hemat tempat.

Struktur TOD dan daerah di sekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut:

1. Fungsi public (Public Uses).

Area fungsi public di butuhkan untuk memberi pelayanan bagi lingkungan kerja dan p
ermukiman di dalam TOD dan kawsan di sekitarnya. Lokasi berada pada jarak yang terdekat
dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. (Calthorpe, 1993)

2. Pusat area komersil (core commercial area.

Lokasi berada pada area yang paling dekat dengan fungsi transit. Karakteristik ukuran
dan lokasi sesuai pasar, keterdekatan dengan transit, dan pentahapan pengembangan. Dilengk
api oleh ruang hijau. Fasilitas yang ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, res
toran, servis, hiburan, industry ringan. (Calthorpe, 1993).

3. Area permukiman (residential area).

Lokasi berada di luar core commercial area. Jangkauan 10 menit berjalan kaki. Karakt
eristik menyediakan beragam tipe hunian tipe, harga, maupun densitas. Fasilitas nya antara la
in single-family housing, townhouse/Soho Apartment. (Calthorpe, 1993).

4. Area sekunder (Secondary area).

Lokasi berada di luar area TOD. Karakteristik, jangkauan 20 menit berjalan kaki di se
berang arteri. Auto oriented, kepadatan lebih rendah, memiliki banyak jalan menuju area tran
sit. Fasilitas nya antara lain sekolah umum, singlefamily housing (Calthorpe, 1993).

1. Analisis Perkotaan
Stasiun Jakarta Kota adalah Stasiun akhir dan stasiun transit menuju Stasiun Depok, Stasiun
Bogor (Jalur Merah), Stasiun Bekasi dan Stasiun Cikarang (Jalur Biru)

Stasiun Kampung Bandan adalah stasiun transit menuju Kemayoran, Stasiun Pasar Senen,
Stasiun Jatinegara, Stasiun Duri, dan Stasiun Tanahabang (Jalur Kuning)

Stasiun Tanjung Priuk = Tanjung Priuk ini merupakan stasiun akhir dan juga terminus KA
Cilamaya & Walahar maupun Jatiluhur Ekspres dan KA Kontainer 30 GD

2. Analisis Pemilihan Wilayah

a) Kriteria

Pemilihan lokasi Penataan Kawasan TOD di Tanjung Priok, memerlukan lokasi yang ideal d
an lingkungan yang menunjang untuk berkembang. Kriteria lokasi tersebut antara lain :

 Dorongan dukungan dan semangat masyarakat dalam pengembangan dan penataan


lingkungan agar terbentuk kawasan yang tertata,

 Pusat kota, posat komersial, dan permukiman penduduk dalam lokasi yang strategis

 Akses transportasi yang mendukung, sehingga memudahkan penduduk dalam


membentuk kawasan yang tertata.

b) Lokasi Terpilih

Hal ini sangat mendukung lokasi site berada di Tanjung Priok. Tanjung Priok dengan luas 25,
1255 km² . Tanjung Priok adalah salah satu kecamatan di Jakarta Utara yang merupakan sala
h satu area pusat kota yang sangat strategis dan diperuntukkan bagi area komersial.
Bangunan Transit

Stasiun tersebut memiliki delapan jalur kereta api, yaitu Jalur 2 jalur langsung Jakarta Kota,
Jalur 3 jalur langsung Jakarta Kota, Jalur 6 jalur langsung Rajawali-Pasar Senen-Jatinegara,
dan Jalur 7 jalur langsung . dari Jatinegara -Pasar Senen-Rajawali. Di sayap barat laut area
penerimaan, jalan menuju pelabuhan bercabang.

Meskipun stasiun ini bukan stasiun kereta api utama, namun cukup modern karena
menggunakan kerangka overcapping berbentuk busur yang memayungi enam jalur kereta api.
Struktur baja menjadi umum di stasiun kereta api Eropa pada abad ke-20. Jendela berbentuk
garis, terdiri dari profil atap horizontal dan lubang tepi, garis vertikal dan rongga dinding,
memberikan kesan Siro. Dekorasi profil kaca patri dan keramik memberikan kesan megah
dan diperkuat dengan tiang-tiang yang tinggi dan kuat pada beranda utama dan penyangga
tangga bangunan.

KESIMPULAN

Divisi Transit Oriented Development (TOD) dirancang di Tanjung Priok sebagai sarana dan p
rasarana yang memadai untuk memungkinkan pengguna melakukannya agar merasakan keny
amanan dan kemudahan dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.

SARAN

Adanya konsep pengembangan kawasan yang berorientasi pada TOD diharapkan dukungan d
an peran serta masyarakat dan instansi terkait untuk pengembangan kawasan dengan konsep
TOD. Selain itu diharapkan juga adanya pengembangan angkutan massal yang berbasis TOD.

Anda mungkin juga menyukai