Anda di halaman 1dari 3

ARTICLES

Masa Depan Transportasi dan Pengembangan


Kawasan Pasca Pandemi
Dalam masa pandemi dimana keramaian dan kepadatan menjadi situasi yang dihindari,
penggunaan transportasi publik menjadi salah satu sektor yang tentunya terdampak secara
signifikan. Menurut Rudy Saptari Sulessuryana, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan
Jakarta, jumlah pengguna angkutan umum di Jakarta mengalami penurunan drastis hingga 77%
sedangkan untuk pengguna kereta (Seperti Komuter, MRT dan LRT) mengalami penurunan hingga
92% selama masa PSBB berlangsung.

Situasi ini diperparah dengan anjuran untuk menghindari penggunaan transportasi massal untuk
mengurangi interaksi dengan orang lain yang kerap digaungkan oleh pemerintah. Tidak heran jika
ketakutan akan terpapar COVID-19 menjadi salah satu faktor pendorong naiknya angka pengguna
mobil pribadi dan kendaraan bermotor lainnya di jalanan yang ditakutkan dapat memperparah
kondisi kemacetan di Jakarta.

Selain itu, adanya pembatasan kapasitas penumpang hingga 50% dan penerapan protokol
kesehatan belum disertai dengan adanya pemberian kompensasi untuk operator transportasi umum.
Kondisi ini dinilai cukup ‘mencekik’ untuk pegiat angkutan umum informal yang kebanyakan
bergantung pada jumlah penumpang untuk menutup biaya operasional sehari-hari.

Salah satu penyedia transportasi publik yang terdampak adalah TransJakarta yang sebelumnya
melayani hingga 248 rute menjadi hanya 29 rute. Menurut Direktur Utama PT. Transjakarta,
Sardjono Jhony Tjitrokusumo, pihaknya cukup optimis sudah melakukan langkah-langkah strategis
untuk menangani penyebaran COVID-19 yaitu dengan menyediakan petugas medis di setiap halte,
melakukan transport demand management, dan juga penurunan kapasitas penumpang 50%, yang
mempengaruhi adanya peningkatan tarif TJ sebanyak 40%.

Di sisi lain, banyak negara yang menyiapkan bantuan kompensasi untuk para operator transportasi
publik seperti pemerintah Belanda yang menyediakan EUR 1,5 Milyar ataupun pemerintah swedia
yang memberikan subsidi SEK 3 Milyar kepada operator bus, subway dan commuter train untuk
dapat melakukan protokol COVID-19 dan mendukung operasional agar dapat beroperasi seperti
biasa akibat adanya penurunan pendapatan.

Menariknya di Jakarta sendiri, penurunan jumlah pengguna transportasi umum bersamaan dengan
naiknya tren Non-motorized Transport (NMT) seperti pesepeda dan pejalan kaki yang berdasarkan
riset ITDP meningkat hingga 10 kali lipat. Berdasarkan paparan Faela Sufa, Direktur Asia Tenggara
ITDP, momentum ini dapat dimanfaatkan untuk mereformasi fasilitas NMT di Jakarta yang masih
belum memadai seperti yang dilakukan oleh Inggris yang menginvestasikan 2 Milyar Poundsterling
untuk perbaikan infrastruktur pejalan kaki dan pesepedanya.

Menurut Faela Sufa, ada empat langkah yang dapat dilakukan menanggapi kondisi transportasi di
Jakarta saat ini yaitu:
 Avoid: Memanfaatkan Transport Demand Management dengan melakukan pembatasan
penggunaan kendaraan pribadi (contoh: ganjil genap, tarif parkir, dll) dan menghindari
berpergian di rute-rute sibuk dan waktu puncak.
 Shift: Menggunakan alternatif moda yang tersedia dengan mendorong penggunaan NMT
(Non-Motorized Transport), memperbaiki fasilitas NMT dan menjadikan NMT
sebagai supporting system angkutan umum.
 Improve: Memperbaiki layanan transportasi umum dan meningkatkan kapasitas
penumpang untuk mengurangi tingkat kepadatan.
 Assure: Menyediakan layanan kebersihan di transportasi umum, memastikan kondisi
moda transportasi steril dari bakteri dan virus dan menjadikan indikator kebersihan
sebagai prioritas dalam SPM angkutan umum.
Bergeraknya masyarakat menuju penggunaan NMT sebenarnya adalah kabar baik terutama jika
didukung ketersediaan akses yang memadai ke transportasi umum. Ketersediaan akses akan
memudahkan masyarakat untuk berjalan kaki atau bersepeda ke halte terdekat dan menggunakan
transportasi umum untuk berangkat ke tempat kerja.

Akses ke stasiun ataupun halte menjadi salah satu preferensi masyarakat yang memiliki mobilitas
tinggi dalam memilih tempat tinggal (Turner, 1972). Tidak jarang iklan properti saat ini menggunakan
embel-embel “Transit Oriented Development” yang sebenarnya hanya sebagai keterangan bahwa di
tempat tersebut dekat dengan halte atau stasiun. Padahal pendekatan seperti ini bukanlah TOD
melainkan Transit Adjacent Development (TAD) yang fokusnya untuk menyediakan hunian yang
dekat dengan transportasi massal.

Menurut Pergub No.44 Tahun 2017, Konsep TOD merupakan pengembangan kawasan berorientasi
transit dan berbasis atau berpusat di stasiun angkutan umum massal yang mengakomodir
pertumbuhan baru menjadi kawasan campuran dengan area yang berjawak 350 – 700meter dari
pusat kawasan yang terintegrasi. Berdasarkan hasil riset RCUS, pengembangan kawasan TOD
dapat dilakukan dengan melakukan langkah berikut: memodifikasi area yang tidak produktif atau
memiliki nilai yang rendah, melakukan konsolidasi lahan dan menyiapkan infrastruktur.

Sebagai contoh kawasan Cideng yang posisinya dekat dengan pusat kota namun banyak ditempati
bangunan tua yang terbengkalai, kawasan ini dapat ‘dihidupkan’ kembali dengan pendekatan
konsep TOD. Salah satunya dengan menambahkan titik transit TransJakarta dengan radius yang
nyaman untuk pejalan kaki atau pesepeda antara Harmoni dan Sumber Waras. Meskipun lokasi ini
tergolong strategis namun intensitas bangunan dinilai masih minim dan dapat ditingkatkan dengan
skema konsolidasi lahan vertikal.

Adanya pandemi ini menjadi momen ‘berhenti sejenak’ untuk mengevaluasi kembali tentang
mobilitas dan peran transportasi dalam kota. Momen ini juga mungkin dapat menjadi waktu yang
tepat untuk memaknai kembali tentang bagaimana transportasi diartikan.

Seperti halnya berbicara tentang TOD yang masih banyak salah kaprah sebagai slogan yang dapat
dipenuhi dengan langkah praktis padahal esensinya sendiri lebih luas. Berbicara tentang
transportasi tidak bisa hanya dilihat dalam satu sektor saja, melainkan juga harus melihat dari
kacamata yang lebih holistik dengan melibatkan sektor-sektor lain seperti hunian dan fasilitas
penunjang lainnya.

(Sumber: rujak.org)

Anda mungkin juga menyukai