Indonesia Power
Adanya perubahan lingkungan bisnis mendorong manajemen Indonesia Power
untuk me-review dan mengembangkan sistem tata nilai yang mengarah pada
pengembangan strategi dan teknologi—khususnya teknologi pembangkitan
dan manajemen aset—serta proses improvement dengan digitalisasi untuk
mewujudkan eksekusi ekselen.
Sebagai perusahaan yang memiliki aset fisik—dalam hal ini aset pembangkit
dengan jumlah sangat signifikan, yaitu 80% dari total aset perusahaan, maka
sangatlah penting bagi Indonesia Power untuk memahami dan menguasai
dengan baik manajemen aset fisik. Untuk itu, Program Manajemen Aset pun
menjadi salah satu prioritas perusahaan dalam mengelola aset pembangkitnya.
Buku ini adalah sebagai Kado kenangan istimewa di HUT PT Indonesia Power
yang ke 25 dan Harlitnas yang ke-75. Kami ucapkan terima kasih dan
mengapresiasi atas terbitnya Buku ini.
M. Ahsin Sidqi
iii
iv
Sambutan Narasumber
Sejak berdiri tahun 1995, PT Indonesia Power telah menjadi perusahaan
penyedia energi listrik yang terpercaya sebagai solusi pemenuhan kebutuhan
pasokan listrik di Indonesia. Ketersediaan, keandalan dan efisiensi menjadi
kunci yang krusial bagi Indonesia Power dalam menyediakan pasokan energi
listrik bagi masyarakat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan fondasi yang pada kuat tata kelola
pembangkit yang holistik yang didasarkan asset management - yang best
practice, untuk meningkatkan value perusahaan yang sustain dengan
mempertimbangkan Performance - Finansial dan Risiko yang optimum, serta
memperhatikan regulasi dan kepentingan stakeholder.
Untuk itu, maka buku POWERFUL ASSET MANAGEMENT ini hadir sebagai salah
satu suplemen untuk lebih mengokohkan awareness dan wawasan seputar
pengelolaan aset fisik khususnya di ranah bisnis pembangkitan. Tantangan
seputar pengelolaan aset adalah tantangan kita bersama. Dalam hal ini,
Indonesia Power juga mendapat tantangan untuk bisa mempertahankan dan
menguatkan efektivitas dari strategi maupun operasional perusahaan,
meningkatkan pendapatan dan kepuasan pelanggan, sementara secara
bersamaan mengoptimalkan biaya operasi dan support. Kami pribadi merasa
bangga, tidak hanya Indonesia Power telah mampu menuangkan praktik terbaik
seputar manajemen aset, namun juga mampu melahirkan beragam inovasi
melalui pendayagunaan teknologi dan digitalisasi untuk pengelolaan
manajemen aset secara terintegrasi.
Selain menjadikan buku ini sebagai panduan, memicu munculnya lebih banyak
inovasi dari para insan Indonesia Power. Kami juga berharap buku ini
dilanjutkan/dikembangkan tidak hanya tataran operasional namun juga tataran
yang lebih strategis dalam konteks korporasi dan kebijakan regulasi di atasnya
untuk kiprah Indonesia Power yang lebih powerful bagi bangsa!
v
vi
Kata Pengantar
PT Indonesia Power sebagai Perusahaan Pembangkitan terbesar saat ini akan
Menyambut HUT PT Indonesia Power yang ke 25 Tahun. Suatu usia yang dewasa
dan matang dan terus diharapkan tumbuh berkembang mencapai visi misinya.
Untuk menorehkan catatan dalam pengelolaan Pembangkitan yang holistik
maka buku POWERFUL ASSET MANAGEMENT (PAM-IP) ini hadir untuk memberi
gambaran dan tambahan lesson learned bagi internal perusahaan juga ke Induk
Perusahaan yaitu PLN maupun eksternal.
Pembahasan pada buku ini meliputi tahapan-tahapan dan hal-hal apa saja yang
harus dipenuhi dalam penerapan Asset Management (AM) dalam suatu
organisasi pengelola aset pembangkit listrik mengacu pada persyaratan dan
panduan penerapan sistem manajemen aset dalam konteks organisasi yang
ditetapkan oleh series ISO 55000, pada pengelolaan pembangkit listrik dengan
contoh penerapan AM di PT Indonesia Power.
Semoga sedikit banyak buku ini dapat memberikan manfaat kepada segenap
pembaca, sebagai bahan pendampingan dan bisa memunculkan diskusi,
pendalaman serta ide darinya.
vii
viii
Daftar Isi
SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA INDONESIA POWER .....................................III
SAMBUTAN NARASUMBER ........................................................................... V
KATA PENGANTAR ...................................................................................... VII
DAFTAR ISI ....................................................................................................IX
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ XV
DAFTAR TABEL ........................................................................................... XIX
BAB I STRATEGI DAN PERENCANAAN MANAJEMEN ASET .............................. 1
1.1 ASET PEMBANGKITAN INDONESIA POWER .................................................. 1
1.2 MANAJEMEN ASET DAN ISO55000 ......................................................... 3
1.2.1 Apa Itu Manajemen Aset ................................................................ 4
1.2.2 Mengapa Manajemen Aset itu penting ......................................... 8
1.2.3 Karakteristik Manajemen Aset yang Baik...................................... 9
1.2.4 Manfaat Manajemen Aset yang Baik .......................................... 10
1.2.5 Tentang ISO dan ISO 55000 ......................................................... 11
1.2.6 Mengelola Aset secara Efektif...................................................... 16
1.2.7 ISO 55000 dalam Kontinuitas Aset Efektif ................................... 17
1.3 KEBIJAKAN, STRATEGI DAN TUJUAN MANAJEMEN ASET ............................... 20
1.3.1 Tujuan Manajemen Aset di Indonesia Power .............................. 20
1.3.2 Kebijakan Manajemen Aset.......................................................... 23
1.3.3 Pemantauan Eksekusi Strategi Manajemen Aset dengan KPI .... 27
1.4 IMPROVEMENT YANG TERFOKUS ............................................................ 35
1.4.1 Perbaikan Proses dan Prosedur.................................................... 35
1.4.2 Penerapan Manajemen Perubahan dan Pelatihan ..................... 38
1.5 MANAJEMEN RISIKO ........................................................................... 43
1.5.1 Analisis Risiko ................................................................................ 46
1.5.2 Garis Besar Manajemen Risiko..................................................... 47
1.5.3 Jenis Risiko..................................................................................... 50
1.5.4 Analisis Risiko Kuantitatif ............................................................. 52
1.5.5 Panduan Praktis dari ISO 55001 .................................................. 53
1.5.6 Mencermati Kondisi Aset.............................................................. 54
ix
BAB II ASESMEN DAN PENILAIAN MANAJEMEN ASET .................................. 57
2.1 ASESMEN MANAJEMEN ASET ................................................................ 57
2.1.1 Maturity Manajemen Aset ............................................................58
2.1.2 Prinsip Maturity Manajemen Aset ................................................61
2.1.3 Manfaat Dilakukannya Asesmen Maturity ..................................62
2.1.4 Karakteristik Organisasi yang Mature ..........................................63
2.1.5 Contoh Skala Maturity ..................................................................64
2.1.6 Audit Sistem Manajemen Aset......................................................66
2.1.7 Tinjauan Manajemen ....................................................................66
2.2 PENGUKURAN KINERJA DENGAN QUICK WIN ............................................. 67
2.2.1 Komitmen Indonesia Power ..........................................................67
2.2.2 Key Performance Indicators ..........................................................69
2.2.3 Indikator Kinerja Terkait Maintenance .........................................71
BAB III KEPATUHAN K3L DAN FINANSIAL ...................................................... 73
3.1 KEPATUHAN TERHADAP KESEHATAN DAN SAFETY ....................................... 73
3.1.1 K3L sebagai Prioritas di Indonesia Power.....................................73
3.1.2 Pernyataan Kebijakan K3L Indonesia Power ................................77
3.1.3 Fire & Safety Academy Indonesia Power ......................................80
3.1.4 Persyaratan dan Kompetensi Safety.............................................82
3.1.5 Persyaratan K3L .............................................................................83
3.1.6 Persyaratan Induksi dan Pelatihan K3L ........................................88
3.1.7 Alat Pelindung Diri .........................................................................91
3.1.8 Peralatan Safety yang Kritikal.......................................................97
3.2 MANAJEMEN LINGKUNGAN .................................................................. 99
3.2.1 Bagaimana Pembangkit Listrik Dapat Menyebabkan Dampak 100
3.2.2 Dampak Pembangkit pada Lingkungan .................................... 102
3.2.3 Komitmen Indonesia Power ....................................................... 114
3.3 KEPATUHAN FINANSIAL ASET ............................................................... 121
3.3.1 Manajemen Aset untuk Sustainability ....................................... 122
3.3.2 Aset dan Pemasukan Organisasi ............................................... 123
3.3.3 Dampak Terjadinya Downtime .................................................. 126
BAB IV PENGUATAN TEKNOLOGI UNTUK PENGELOLAAN ASET .................. 129
4.1 ASSET REGISTER DAN RENCANA MAINTENANCE ....................................... 129
4.1.1 Kesadaran Akan Aset Kunci........................................................ 129
4.1.2 Pentingnya Daftar Aset .............................................................. 131
4.1.3 Pengetahuan Aset ...................................................................... 133
4.1.4 Manajemen Aset Perusahaan .................................................... 135
4.1.5 Kapabilitas Inti Enterprise Asset Management ......................... 138
x
4.1.6 IBM Maximo Enterprise Asset Management ............................ 141
4.2 ALIRAN INFORMASI YANG EFISIEN ......................................................... 143
4.2.1 Mengoptimalkan Manajemen Data .......................................... 143
4.2.2 Peningkatan Efisiensi Operasional dengan IBM Maximo ......... 145
BAB V PENGOPTIMALAN MAINTENANCE UNTUK RELIABILITY DAN
AVAILABILITY ............................................................................................. 151
5.1 OPTIMALISASI RENCANA MAINTENANCE ................................................ 152
5.1.1 Jenis Kegiatan Maintenance ...................................................... 152
5.1.2 Memahami Kegagalan Peralatan .............................................. 154
5.1.3 Maintenance Berbasis Kondisi ................................................... 157
5.1.4 Maintenance Berbasis Pemakaian............................................. 162
5.1.5 Maintenance Run to Failure ....................................................... 166
5.1.6 Pro dan Kontra Strategi Maintenance ....................................... 172
5.2 CONDITION MONITORING .................................................................. 175
5.2.1 Maintenance Sebagai Tool untuk Manajemen Aset ................. 175
5.2.2 Perencanaan Maintenance ........................................................ 177
5.2.3 Mode Kegagalan Aset................................................................. 177
5.2.4 Prescriptive Maintenance........................................................... 187
5.2.5 Reliability Efficiency Optimization Centre .................................. 195
5.2.6 Driver Maintenance Preskriptif REOC ........................................ 198
5.3 WORK PERMIT & CONTROL ................................................................ 201
5.3.1 Tactical Maintenance ................................................................. 204
5.3.2 Non Tactical Maintenance ......................................................... 207
5.3.3 Improvement............................................................................... 208
5.3.4 IP- DIGIMONX.............................................................................. 209
5.4 ADMINISTRASI SUKU CADANG ............................................................. 210
5.4.1 Tujuan Manajemen Persediaan ................................................. 210
5.4.2 Katalogisasi ................................................................................. 211
5.4.3 Manajemen Persediaan.............................................................. 211
5.4.4 Dependent Demand .................................................................... 213
5.4.5 Item Independent Demand......................................................... 214
5.4.6 Kesalahan Inventaris................................................................... 216
xi
BAB VI ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ...... 217
6.1 PENGEMBANGAN MITRA BISNIS ........................................................... 217
6.1.1 Pengadaan yang Berpusat pada Reliability .............................. 218
6.1.2 Prinsip Dasar dan Etika Pengadaan........................................... 220
6.1.3 Evaluasi Penyedia ....................................................................... 222
6.1.4 Seleksi, Uji Coba Peralatan, dan Acceptance ............................ 224
6.2 KONTRAKTOR DAN MANAJEMEN KONTRAK ............................................. 225
6.2.1 Apa yang Bisa Di-outsource-kan................................................ 226
6.2.2 Apa yang Bukan untuk Di-outsource -kan ................................. 227
6.2.3 Manfaat Outsourcing ................................................................. 228
6.2.4 Seputar Kontrak .......................................................................... 229
6.2.5 Jenis Kontrak Secara Umum ...................................................... 231
6.2.6 Poin Penting pada Perancangan Kontrak.................................. 235
6.2.7 Etika Dalam Pengadaan Barang/Jasa ....................................... 238
6.3 PENGEMBANGAN SDM ..................................................................... 240
6.3.1 Tantangan Penguatan SDM Indonesia Power .......................... 240
6.3.2 Kompetensi Manajemen Aset pada ISO 55001......................... 243
6.4 OPERATOR ASSET CARE ..................................................................... 252
6.4.1 Mengapa Melatih Operator Tentang Maintenance ................. 252
BAB VII PENGOPTIMALAN ASSET LIFE CYCLE .............................................. 261
7.1 MANAJEMEN LIFE CYCLE ASET ............................................................. 261
7.1.1 Life Cycle Aset ............................................................................. 261
7.1.2 Biaya Life Cycle ........................................................................... 270
7.1.3 Keputusan Akuisisi ...................................................................... 270
7.1.4 Keputusan Penggantian ............................................................. 272
7.1.5 Rencana Manajemen Aset life cycle .......................................... 272
7.2 OPTIMALISASI SUKU CADANG .............................................................. 273
7.2.1 Keberadaan Persediaan di Perusahaan ..................................... 273
7.2.2 Mengidentifikasi Kekritisan Suku Cadang ................................. 275
7.2.3 Lead time dalam Manajemen Persediaan................................. 279
7.2.4 Menentukan Stok Persediaan Optimal ...................................... 281
7.2.5 Sistem Pengendalian Persediaan ............................................... 283
7.3 SMART INVENTORY MANAGEMENT SYSTEM ............................................ 286
7.3.1 IP-ProInventory ........................................................................... 288
7.3.2 Digitalisasi Gudang..................................................................... 288
7.3.3 Fase 1 (Efisiensi Transaksi)......................................................... 289
7.3.4 Fase 2 (Data Integrity)................................................................ 291
7.3.5 Fase 3 (Perencanaan Inventori) ................................................. 292
7.3.6 Fase 4 (Warehouse Mapping Based on Augmented Reality) ... 293
xii
BAB VIII DIGITAL TRANSFORMATION ......................................................... 295
8.1 MENYIKAPI DINAMIKA PERUBAHAN ...................................................... 296
8.1.1 Selaras dengan Transformasi PLN ............................................. 296
8.1.2 People, Structure dan Technology ............................................. 297
8.1.3 Change Management dan Leadership....................................... 298
8.1.4 Strategic Change Leadership dan Digital Transformation ........ 299
8.2 STRATEGI TRANSFORMASI DIGITAL ........................................................ 300
8.2.1 Kerangka Kerja Transformasi Digital ......................................... 300
8.2.2 Kaizen dan Agile .......................................................................... 302
8.2.3 Scrum dan PASTI ......................................................................... 305
8.3 DATA TO COMPETENCE ...................................................................... 308
8.4 ROADMAP DIGITALISASI ..................................................................... 311
8.5 MANFAAT ...................................................................................... 314
8.5.1 Digitalize Business Function Process With IP-Apps ................... 314
8.5.2 Intangible Benefit........................................................................ 317
8.6 ASSET INFORMATION......................................................................... 320
8.6.1 Penerapan dan Fungsinya .......................................................... 321
8.6.2 Hasil Penerapan .......................................................................... 326
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 329
xiii
xiv
Daftar Gambar
Gambar 1 Lingkup definisi manajemen aset ................................................... 4
Gambar 2 Manajemen Aset adalah sistem pendukung untuk bisnis ................ 5
Gambar 3 Aset manajemen pada organisasi pembangkitan
sebagaimana mengacu pada ISO 55001 .................................................... 24
Gambar 4 Kebijakan tata kelola PT Indonesia Power ..................................... 27
Gambar 5 Siklus monitoring dan evaluasi tata kelola PT. Indonesia
Power....................................................................................................... 28
Gambar 6 Elemen pada Standar ISO ............................................................. 29
Gambar 7 Mengatasi proses dan prosedur yang buruk ................................. 36
Gambar 8 Improvement tata kelola di PT Indonesia Power ........................... 37
Gambar 9 UP Semarang Indonesia Power meraih Asian Power Awards,
penghargaan "Oscar" di bidang energi di Malaysia tahun 2019
Kategori Power Plant Upgrade of The Year, sebagai hasil dari
perbaikan proses dan prosedur................................................................. 38
Gambar 10 Rencana untuk mengembangkan program pelatihan EAM .......... 41
Gambar 11 Program-program perusahaan pendukung tata kelola
manajemen aset di PT Indonesia Power .................................................... 42
Gambar 12 Kerangka pengelolaan risiko Indonesia Power ............................ 44
Gambar 13 Garis besar manajemen risiko .................................................... 48
Gambar 14 Roadmap manajemen risiko Indonesia Power tahun 2019-
2023 ......................................................................................................... 49
Gambar 15 Skala Maturity Manajemen Aset (Asset Management
Consulting Limited - 2016) ........................................................................ 59
Gambar 16 Ilustrasi bow tie dari Skala Kematangan IAM .............................. 65
Gambar 17 Forum Leader 2019 di mana Direksi bersama Senior Leader
Indonesia Power merumuskan Quick Wins 2019 sekaligus
mengukuhkan komitmen untuk meningkatkan keandalan dan
efisiensi pengelolaan pembangkit. ............................................................ 67
Gambar 18 Quick Wins Indonesia Power 2019 untuk mencapai Human
capital Excellent (HCE), Operation Maintenance Excellent (OME),
dan Business Development Excellent (BDE)................................................ 68
Gambar 19 Penandatanganan Key Performance Index (KPI) oleh 133
Eksekutif Kantor Pusat dan 146 Eksekutif Unit Indonesia Power yang
dilakukan serentak ................................................................................... 70
Gambar 20 PT Indonesia Power meraih Subroto Award kategori
Efisiensi Energi Nasional (UJP Lontar dan UJP Jawa Barat 2 Pelabuhan
Ratu) pada 2019 dari kementerian ESDM menjadi bukti tercapainya
kinerja pengelolaan aset, .......................................................................... 71
xv
Gambar 21 Workshop Leadership In Safety yang diikuti oleh Manajer
Operasi seluruh unit PT Indonesia Power untuk meningkatkan
komitmen kepemimpinan terhadap budaya K3 pada Level
Manajemen .............................................................................................. 73
Gambar 22 Sepuluh unit Indonesia Power meraih beragam
penghargaan seputar K3 - Zero Accident, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Pencegahan
Penanggulangan HIV-AIDS - dari Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi ............................................................................................. 76
Gambar 23 Centre of Excellence (COE) Fire & Safety Academy Indonesia
Power saat menjadi tuan rumah Apel Bulan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Nasional Provinsi Jawa Tengah tahun 2020............... 78
Gambar 24 Sertifikasi personil Indonesia Power terkait K3............................ 80
Gambar 25 Daftar pelatihan yang tersedia pada fasilitas Fire & Safety
Academy Indonesia Power ........................................................................ 81
Gambar 26 Beberapa bentuk kegiatan simulasi fire suppresion
Indonesia Power ....................................................................................... 81
Gambar 27 Penandatanganan MoU Indonesia Power dengan Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS) peningkatan
kemampuan di bidang K3.......................................................................... 83
Gambar 28 Indonesia Power melalui UP Bali meraih penghargaan
ASEAN OSHNET Award Kategori Excellence di Kamboja sebagai
apresiasi terhadap Perusahaan yang Zero Accident dalam kurun
waktu 3 tahun berturut-turut ................................................................... 90
Gambar 29 Kegiatan Workshop Behaviour Based Safety di salah satu
unit Indonesia Power untuk ajang untuk menguatkan budaya K3
selama bertugas ....................................................................................... 96
Gambar 30 Indonesia Power dinobatkan sebagai Green Company oleh
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan majalah
SWA, atas kontribusinya terhadap kelestarian lingkungan setempat
maupun global........................................................................................ 100
Gambar 31 PT Indonesia Power melalui UP Bali meraih penghargaan
tertinggi dalam kinerja pengelolaan lingkungan (Proper) dalam
pemeringkatan periode 2017—2018 dengan 11 unit lainnya meraih
Proper Hijau dan 2 unit meraih Proper Biru............................................. 101
Gambar 32 Seminar lingkungan oleh PT. Indonesia Power UP Suralaya
sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kelestarian alam
sekaligus untuk kelangsungan bisnis perusahaan .................................... 104
Gambar 33 Ilustrasi dampak industri pada efek gas rumah kaca (lokasi
gambar bukan di Indonesia) .................................................................... 104
xvi
Gambar 34 Indonesia Power meraih 3 penghargaan di ajang Asean Coal
Awards 2019 sebagai bukti pemanfaatan teknologi batubara yang
ramah lingkungan oleh Indonesia Power ................................................ 106
Gambar 35 Contoh waste ash dan slag....................................................... 109
Gambar 36 Peresmian Program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS)
Indonesia Power yang mengubah sampah menjadi pellet untuk
bahan bakar kompor anglo dan gasifier di pembangkit listrik, sebagai
bentuk kepedulian terhadap lingkungan ................................................. 112
Gambar 37 Proses pencacahan sampah yang telah dipeyeumisasi
sebelum dijadikan pelet di Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) ......... 116
Gambar 38 Gasifier untuk mengubah pelet menjadi listrik di PLTD/G.......... 117
Gambar 39 Program Plasma Nano Bubble sebagai remidiasi Kali Item ........ 118
Gambar 40 Kerjasama Indonesia Power dengan EDF Group untuk
pengembangan EBT ................................................................................ 118
Gambar 41 PLTS Atap Bali Power Generation Unit ...................................... 119
Gambar 42 Penganugerahan PROPER kepada Indonesia Power .................. 120
Gambar 43 Enterprise Asset Management excellence PT Indonesia
Power..................................................................................................... 130
Gambar 44 Indonesia Power meraih penghargaan TOP IT on Industry
4.0 Development 2018 selama dua tahun berturut-turut sebagai
bentuk kesadaran akan pentingnya pengelolaan aset melalui
dukungan teknologi ................................................................................ 131
Gambar 45 Workshop Pengelolaan Persediaan Material Pemeliharaan
dari fungsi System Analysis and Program Development SAP untuk
pengelolaan aset yang lebih baik ............................................................ 133
Gambar 46 Organisasi padat aset saat ini membutuhkan serangkaian
kemampuan perusahaan yang kuat, didukung oleh teknologi mobile
terbaru dan analitik big data................................................................... 138
Gambar 47 Manajemen data yang buruk membawa serta berbagai
tantangan............................................................................................... 144
Gambar 48 Mendapatkan insight dengan memanfaatkan perangkat
yang terhubung dan data operasional aset real time ............................... 149
Gambar 49 Pola Kegagalan (Sumber: John Moubray, Nolan & Heap) .......... 155
Gambar 50 Barrier perlindungan reliability ................................................. 156
Gambar 51 Kurva PF - mencari tanda-tanda awal kegagalan ....................... 157
Gambar 52 Diagram Workflow Run to Failure ............................................. 166
Gambar 53 Ilustrasi dampak kebijakan maintenance terhadap kurva
hidup...................................................................................................... 176
Gambar 54 Kurva P – F. Grafik menunjukkan peristiwa: A, kegagalan
mulai terjadi; P, potensi kegagalan; dan F, kegagalan fungsional. ........... 178
xvii
Gambar 55 Interval P – F net. Grafik menunjukkan peristiwa: A,
kegagalan mulai terjadi; P, potensi kegagalan; F, kegagalan
fungsional; dan Interval inspeksi ti. ......................................................... 179
Gambar 56 Tinjauan konsep maintenance. Keluar dari standar EN13306
(Terminologi maintenance. European standard: EN 13306:2010.). .......... 180
Gambar 57 Teknik condition monitoring dan persamaan medisnya ............. 184
Gambar 58 Interval condition monitoring dan delay time............................ 185
Gambar 59 Aliran Proses Dasar WPC .......................................................... 203
Gambar 60 IP-DigimonX di Playstore .......................................................... 209
Gambar 61 Sistem inventori ....................................................................... 213
Gambar 62 Item yang fast moving— siklus reorder ..................................... 214
Gambar 63 Vendor Gathering Indonesia Power untuk menguatkan
terwujudnya Supply Chain Excellence ...................................................... 217
Gambar 64 Peresmian IP Academy berbasis digital: Virtual Classroom,
Virtual Reality, Gamification, Micro Learning, dan REOC Simulator.......... 242
Gambar 65 Kerangka kompetensi pada ISO 55001 ...................................... 244
Gambar 66 Gambaran kompetensi untuk setiap elemen peran ................... 246
Gambar 67 Kegiatan Assessment Kompetensi Operation &
Maintenance Excellence (AKOME) ke IV yang dihadiri perwakilan
seluruh unit Indonesia Power sebagai wadah berbagi ilmu. .................... 254
Gambar 68 Tahapan life cycle ..................................................................... 271
Gambar 69 Format Informasi QR Code ....................................................... 288
Gambar 70 QR Code pada Bon Permintaan................................................. 289
Gambar 71 proses penerimaan barang pada ERP (sebelum inovasi) ............ 290
Gambar 72 Proses penerimaan barang pada ERP (setelah inovasi) .............. 290
Gambar 73 Proses penerimaan barang pada ERP (setelah inovasi) .............. 291
Gambar 74 Proses inventarisasi sebelum implementasi memerlukan
waktu 15 menit ...................................................................................... 292
Gambar 75 Proses inventarisasi setelah implementasi yang dilakukan
hanya 5 menit......................................................................................... 292
Gambar 76 Chart Control pada IP-ProInventory .......................................... 293
Gambar 77 Warehouse mapping design based on augmented reality ......... 293
Gambar 78 Diagram Alir Change (Perubahan)............................................. 298
Gambar 79 Diagram Alir Change Management ........................................... 298
Gambar 80 Kerangka Kerja Transformasi Digital (Westerman George,
Bonnet Didier, 2014)............................................................................... 301
Gambar 81 Metode Kaizen berbanding Kaikaku ......................................... 302
Gambar 82 Indonesia Power’s Triangle Loop Of Transformation
Approach ................................................................................................ 304
Gambar 83 Kerangka Kerja Scrum .............................................................. 306
Gambar 84 Kerangka kerja Scrum pada PASTI Digital Transformation ......... 307
xviii
Gambar 85 Sample Scrum Sprint from PASTI .............................................. 307
Gambar 86 Model Data To Competency ..................................................... 308
Gambar 87 Skema Artificial Intelligence ..................................................... 309
Gambar 88 Level data dan Informasi REOC ................................................. 310
Gambar 89 Kerangka Kerja PASTI pada Digital Transformation ................... 312
Gambar 90 Penyusunan roadmap digitalisasi Indonesia Power ................... 312
Gambar 91 Roadmap Digital Transformation Indonesia Power ................... 313
Gambar 92 Subyek untuk manajemen aset................................................. 321
Gambar 93 Keuntungan yang didapat atas tercapainya keselarasan dan
keintegrasian.......................................................................................... 325
Gambar 94 Bentuk integrasi dari sistem manajemen aset ........................... 327
Daftar Tabel
xix
Bab I Strategi dan Perencanaan
Manajemen Aset
Aset pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power meliputi Pusat Listrik
Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga Gas
dan Uap (PLTGU), Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), Pusat Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) dan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Menurut data
1
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
operasional Jawa Bali, realisasi pasokan energi listrik di sistem Jawa Bali pada
tahun 2019 adalah sebesar 194.560 GWh, meningkat 3,71% dibandingkan
realisasi pada tahun 2018 sebesar 187.605 GWh. Dari total pasokan tersebut,
Indonesia Power memasok sebesar 19,22% atau sebesar 37.391 GWh. Hasil
produksi tenaga listrik Indonesia Power dijual kepada induk Perusahaan yaitu
PLN sebagai single buyer. Mekanisme penjualan energi listrik melalui
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) periode lima tahunan. Dalam
perjanjian tersebut, PLN membayar pasokan tenaga listrik yang disediakan
oleh Perusahaan dan entitas anak sebesar jumlah yang ditentukan
berdasarkan formula pembayaran. Sehingga aspek pemasaran Indonesia
Power ditujukan untuk mengelola dan meningkatkan kepercayaan
pemegang saham dan kepuasan pelanggan. Sebagai salah satu Perusahaan
pengelola berbagai jenis pembangkit di Indonesia menjadikan pengalaman
tersebut sebagai modal dasar dalam meraih peluang. Keunggulan tersebut
perlu dikelola dan diciptakan suatu strategi yang sesuai dalam menghadapi
tantangan dan persaingan yang makin ketat dengan meninjau faktor internal
dan eksternal Perusahaan.
2
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Ini adalah definisi yang sangat umum yang dapat mencakup semua jenis aset.
Untuk memfokuskan pengertian ini, kita arahkan ke jenis aset berikut yang
biasanya dapat diidentifikasi dalam organisasi:
• Aset Fisik
• Aset Keuangan
• Aset Manusia
• Aset Informasi
• Aset Tak Berwujud
Aset fisik adalah item-item seperti plant, mesin, bangunan, jalan, kendaraan,
kereta api, pesawat terbang, pipa, kabel, peralatan komunikasi, dan
infrastruktur lainnya.
3
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Selain aset fisik, kita juga mempertimbangkan aset keuangan, manusia, dan
juga informasi sejauh aset informasi ini mendukung pengelolaan aset fisik.
Aset tidak berwujud adalah hal-hal non fisik seperti goodwill dan kekayaan
intelektual.
Ilustrasi dasar tentang bagaimana peran aset fisik dan manajemen aset
dalam organisasi ditunjukkan pada Gambar 2. Di sini kita melihat bahwa
pendorong utamanya adalah permintaan pelanggan yang mengarah pada
tujuan dan rencana bisnis. Untuk memenuhi tujuan bisnis, kita memerlukan
4
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
5
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Manajemen Aset yang baik ditandai dengan garis pandang yang jelas dari
para direktur di ruang rapat hingga para staf di garis depan, dari strategi
manajemen aset hingga dijabarkan ke task-task individu. Ini membutuhkan
kebijakan aset untuk dijustifikasi, strateginya disusun menjadi yang berbasis
eviden, dampak yang dihasilkan dibuat agar bisa dilacak, dan informasi
asetnya harus terbaru dan dapat diandalkan. Ini juga membutuhkan proses
end-to-end yang jelas dan dikomunikasikan dengan baik, didukung oleh
peran dan tanggung jawab yang tidak ambigu, dan manajer yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk memahami,
berkontribusi dan memberlakukan kebijakan, strategi, dan pengelolaan aset
seusia hidupnya. Di atas segalanya, kepentingan yang tinggi harus diletakkan
pada pengetahuan dan pembelajaran juga komitmen yang serius untuk
pembelajaran berkelanjutan dari SDM, tim dan organisasi.
Manajemen Aset:
• Adalah pola pikir yang memandang aset fisik bukan sebagai benda
mati logam/plastik/beton yang tidak berubah, tetapi sebagai objek
dan sistem yang merespons lingkungan, bisa berubah dan biasanya
terdeteriorasi atau memburuk seiring penggunaan atasnya, dan
akan semakin bertambah tua sampai kemudian mengalami gagal/
berhenti bekerja/mati.
• merupakan pengakuan bahwa aset memiliki life cycle
• sama pentingnya bagi mereka yang bekerja di bidang keuangan
maupun bagi para enjinir
• merupakan pendekatan untuk mendapatkan apa yang terbaik dari
aset untuk kepentingan organisasi dan/atau pemangku kepenti-
ngannya
• tentang memahami dan mengelola risiko yang terkait dengan
kepemilikan aset.
6
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Prinsip utama dalam Manajemen Aset adalah LINE OF SIGHT ... yang berarti:
• Suatu pendekatan dalam suatu organisasi untuk mengatur
pekerjaan yang secara langsung dikenakan pada aset berdasarkan
tujuan organisasi bersangkutan
• suatu disiplin yang mengakui, mengakomodasi, dan menyelaraskan
risiko kepemilikan atas aset tertentu dengan tujuan organisasi yang
mengoperasikan aset bersangkutan.
Beberapa contohnya:
7
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
8
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Setiap organisasi yang ingin mencapai Manajemen Aset yang baik, harus
mempertimbangkan karakteristik berikut:
9
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
10
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
11
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
dan sistem manajemen untuk pengelolaan aset. Selain itu juga terdapat ISO
55001: Manajemen aset — Sistem Manajemen — Persyaratan dan ISO
55002: Manajemen aset — Sistem Manajemen — Pedoman penerapan ISO
55000, serta ISO TS 55010 yang merupakan pedoman tentang penyelarasan
fungsi keuangan dan non-keuangan dalam manajemen aset.
Rangkaian standar ISO 55000 adalah set standar internasional pertama untuk
manajemen aset. Mereka muncul dari Spesifikasi Publik (PAS) 55. PAS55
diluncurkan oleh British Standards Institute (BSI), pada tahun 2004, sebagai
hasil dari upaya yang dipimpin oleh Institute of Asset Management (IAM). Ini
dianggap sebagai spesifikasi pertama yang diakui secara internasional untuk
Manajemen Aset.
Migrasi ke ISO 55000 dari PAS55 dianggap cukup mudah dengan elemen
serupa. Perbedaan utamanya adalah bahwa PAS55 difokuskan pada
manajemen aset fisik yang optimal, sementara ISO 55000 adalah standar
untuk semua jenis aset.
12
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
13
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
• Asset life: Periode dari penciptaan aset hingga akhir masa pakai aset
• Life Cycle: Tahapan yang terlibat dalam pengelolaan suatu aset
• Asset management: Aktivitas yang terkoordinasi dari suatu
organisasi untuk mewujudkan value dari aset
• Strategic Asset Management Plan (SAMP): Informasi yang
terdokumentasi yang menentukan bagaimana tujuan organisasi
akan dikonversi menjadi tujuan manajemen aset, pendekatan untuk
mengembangkan rencana manajemen aset, dan peran sistem
manajemen aset dalam mendukung pencapaian tujuan manajemen
aset
• Asset management plan: Informasi terdokumentasi yang
menentukan kegiatan, sumber daya, dan rentang waktu yang
diperlukan untuk aset individu, atau pengelompokan aset, untuk
mencapai tujuan manajemen aset organisasi
• Preventive action: Tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian potensial atau situasi potensial yang tidak
diinginkan lainnya
• Predictive action: Tindakan untuk memantau kondisi suatu aset dan
memprediksi kebutuhan akan tindakan pencegahan atau tindakan
korektif
• Corrective action: Tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian dan mencegah terulangnya
• Management system: Set elemen yang saling terkait atau
berinteraksi dari suatu organisasi untuk menetapkan kebijakan dan
tujuan dan proses untuk mencapai tujuan tersebut
• Asset management system: Sistem manajemen untuk manajemen
aset yang fungsinya adalah untuk menetapkan kebijakan
manajemen aset dan tujuan manajemen aset
• Asset management system: Sistem manajemen untuk manajemen
aset yang fungsinya adalah untuk menetapkan kebijakan
manajemen aset dan tujuan manajemen aset
14
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Hal Fundamental
Assurance - tata kelola organisasi yang efektif untuk memastikan aset akan
memberikan value yang diinginkan dan tujuan organisasi. Ini termasuk
pengelolaan sumber daya yang optimal dalam batasan-batasan yang relevan,
membentuk orang-orang yang efektif dan efisien, proses dan sistem untuk
mencapai kapabilitas yang diperlukan, dan pemantauan serta peningkatan
berkelanjutan.
15
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
16
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Selain itu, ISO 55000 mencakup seluruh life cycle suatu aset: mulai dari
desain, hingga rekayasa, pengadaan, pemasangan, start-up, operasi,
maintenance, pemulihan, penonaktifan, dan pembuangan; proses ini secara
populer disebut sebagai 'from cradle to grave'.
17
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Rencana manajemen life cycle juga harus mencakup risiko yang terkait
dengan aset spesifik dan konsekuensi dari risiko bersangkutan. Proses
penentuan kapan aset akan gagal membantu untuk menentukan life cycle
aset dan bagaimana cara mengelola aset bersangkutan secara efisien. Untuk
memastikan reliability dan produktivitas aset, organisasi sepatutnya
mengadopsi struktur ISO 55000 berikut.
Konteks Organisasi
18
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Kepemimpinan
Perencanaan
Support
Operasi
19
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Evaluasi Kinerja
Improvement
20
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Manajemen aset itu penting bagi organisasi karena kontrol dan tata kelola
aset yang efektif sangatlah krusial dalam mewujudkan value guna mencapai
keseimbangan kinerja, biaya, dan risiko yang diinginkan. Pemahaman
tentang value yang dapat diturunkan dari manajemen aset harus
mencerminkan value yang relevan dengan berbagai pemangku kepentingan
organisasi.
Tujuan organisasi dapat bersifat finansial dan non-finansial dan sering kali
saling tergantung karena mewakili kepentingan yang berbeda dari para
pemangku kepentingan yang berbeda. Pengaruh potensial dari manajemen
aset dalam pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pentingnya aset
fisik untuk organisasi dan tunduk pada industri, struktur bisnis, dan faktor
internal dan eksternal dalam konteks organisasi.
21
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Sistem manajemen aset tidak boleh memiliki elemen apa pun yang tidak
mendorong atau mengaktifkan value dan value enabler apa pun harus
dikaitkan secara kausal dan logis dengan value driver. Jika misalnya aset atau
aktivitas tidak dengan sendirinya menghasilkan value (enabler value), harus
22
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
bisa dijelaskan bagaimana aset atau aktivitas ini dapat mendukung elemen
lain (value driver) dalam menciptakan value.
Prinsip kebijakan lain terkait dengan tata kelola dan praktik bisnis, dan bisa
jadi dalam bentuk referensi ke dokumen lain yang relevan. Contohnya adalah
prosedur untuk memastikan pilihan Penyedia atau penyedia layanan yang
transparan. Namun, kita juga dapat menentukan bahwa minat akan
dukungan logistik memungkinkan dilakukannya pemilihan dari berbagai
23
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Bagian 5.2 dari ISO 55001: 2014 memiliki beberapa persyaratan khusus
mengenai konten Kebijakan Manajemen Aset. Di antara ini adalah bahwa
kebijakan manajemen aset haruslah:
▪ Sesuai dengan tujuan organisasi
▪ Memberikan kerangka kerja untuk menetapkan tujuan Manajemen
Aset
▪ Meliputi komitmen untuk memenuhi persyaratan [wajib dan legal]
yang berlaku
▪ Meliputi komitmen untuk peningkatan berkelanjutan dari Sistem
Manajemen Aset
24
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Jadi, untuk menyatukan semua ini, apa saja atribut utama dari Kebijakan
Manajemen Aset yang baik?
Pertama, sebaiknya pendek – semisal tidak lebih dari satu atau dua halaman.
Kita bisa pandang Kebijakan Manajemen Aset sebagai yang serupa dengan
Kebijakan safety atau Kebijakan Lingkungan organisasi. Biasanya ini adalah
dokumen satu halaman yang diposting secara mencolok di sekitar organisasi
kita - misal di area penerimaan tamu. Ingatlah bahwa kebijakan harus
memberikan prinsip panduan di Level atas atau umum saja, dan detailnya
harus dimuat dalam dokumen lain - kemungkinan besar dalam Rencana
Manajemen Aset Strategis, atau dalam kebijakan, rencana, dan prosedur
terkait lainnya.
25
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Ketiga, ada beberapa elemen wajib yang harus ada dalam kebijakan
Manajemen Aset. Ini adalah:
▪ Komitmen untuk mematuhi semua persyaratan legislatif, peraturan
dan hukum yang relevan, dan
▪ Komitmen terhadap peningkatan berkelanjutan dari Sistem
Manajemen Aset
26
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Penting juga bahwa struktur dan panjang Kebijakan Manajemen Aset kita
konsisten dengan kebijakan lainnya (seperti Kebijakan safety dan Kebijakan
Lingkungan) yang bisa jadi sudah dimiliki organisasi. Ini akan mengirimkan
pesan yang konsisten mengenai pentingnya semua kebijakan ini - jadi
berusahalah untuk memastikan bahwa panjang dan tingkat perincian yang
terkandung dalam Kebijakan Manajemen Aset konsisten dengan kebijakan-
kebijakan lain ini.
Key Performance Indicators (KPI) diakui oleh sebagian besar praktisi industri
sebagai motivator organisasi yang efisien dan didorong oleh data. Memang
benar, namun KPI sering dikembangkan secara sewenang-wenang dan bisa
jadi bahkan tanpa mempertimbangkan efek pada organisasi yang lebih besar
atau keselarasan dengan strategi dan tujuan organisasi.
27
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Jadi apa hubungannya ini dengan manajemen aset? Pada Januari 2014, ISO
55000 diperkenalkan sebagai standar internasional yang menyediakan
kerangka kerja untuk sistem manajemen aset. Inti dari standar ini adalah
untuk meminta organisasi manajemen aset menyelaraskan kegiatan dengan
tujuan organisasi, dan tujuan organisasi dengan strateginya, dan mengukur
kinerjanya. Tampaknya para penulis standar ini sudah memahami sentimen
dari Porter.
Gambar 5 Siklus monitoring dan evaluasi tata kelola PT. Indonesia Power
Kerangka kerja
28
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
tujuan dari kelompok lain. Jadi sebelum memahami hubungannya, kita harus
terlebih dahulu menjabarkan pendekatan dan penerapan yang konsisten.
Perspektif manajemen aset, ISO 55000 menyediakan kerangka kerja untuk
hal ini.
29
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Sistem manajemen aset diuraikan sebagai semua proses bisnis dan interaksi
yang terjadi dalam organisasi terkait dengan manajemen aset. Ini mencakup
baik proses manajemen aset internal maupun hubungan dengan fungsi bisnis
lain di dalam perusahaan.
Jelas, dalam standar ISO ada kerangka kerja yang dipikirkan dengan matang
untuk memastikan bahwa kegiatan manajemen aset secara khusus telah
terselaras dengan tujuan perusahaan. Ini adalah sumber value nyata dari
standar ISO karena membatasi fungsi manajemen aset agar tidak
menyimpang dari organisasi yang lebih besar. Kerangka kerja ini memastikan
bahwa kinerja yang ditunjukkan, diukur, dan dianalisis adalah yang
diperlukan untuk memenuhi tidak hanya tujuan manajemen aset, tetapi juga
tujuan perusahaan.
Sekarang peran Indikator Kinerja Utama (KPI) telah ditetapkan dalam konteks
ISO 55000 dan fungsi manajemen aset, maka adalah penting untuk
membahas desain dan penerapan taktisnya secara lebih komprehensif.
Agar KPI jadi bermakna, dia haruslah memuat, setidaknya, empat komponen
ini: tujuan, sumber, kriteria kinerja, dan rencana tindakan.
Objective: Berasal dari SAMP dan pada akhirnya tujuan organisasi, ini adalah
tujuan atau hasil yang diinginkan. KPI harus dengan jelas mengukur kinerja
yang terkait dengan pemenuhan atau pencapaian tujuan. Best practice-nya
adalah untuk secara eksplisit mendefinisikan hubungan ini ketika
melaporkan hasil KPI yang akan memastikan bahwa semua pemangku
kepentingan memahami pentingnya metrik.
Penting juga untuk dicatat bahwa hubungan antara tujuan dan KPI tidak
harus 1: 1. Misalnya, jika tujuan manajemen aset adalah untuk memenuhi
ambang batas biaya per unit tertentu, bisa jadi akan ada banyak KPI yang
30
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
ISO 55001 Bagian 9.1 memberikan panduan lebih lanjut. Di sana dinyatakan
bahwa organisasi "harus mengevaluasi dan melaporkan kinerja aset, kinerja
manajemen aset termasuk keuangan dan non-keuangan ..., dan efektivitas
sistem manajemen aset." dengan kata lain, organisasi harus mengukur
tujuan yang terkait tidak hanya dengan kinerja teknis peralatan fisik tetapi
juga kinerja kegiatan dan proses pendukung yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan SAMP dan pada akhirnya memberikan value pada
tujuan organisasi atau perusahaan.
Performance Criteria: KPI harus memiliki kriteria atau definisi kinerja yang
jelas. Stakeholder harus memahami apa yang merupakan kesuksesan, dan
yang lebih penting pada titik mana adanya penyimpangan membutuhkan
tindakan. Sekali lagi, ini harus secara spesifik terkait dengan tujuan yang
dievaluasi oleh metrik. Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan strategis
dan memberikan hasil, bukan serta merta untuk mencapai target "kelas
dunia" atau hasil benchmark. Batas atas dari kriteria kinerja haruslah realistis,
tetapi juga masih cukup agresif untuk memastikan tujuan sebenarnya akan
dipenuhi jika metriknya tetap tercapai. Batas bawahnya harus menyediakan
peluang yang cukup bagi manajer untuk mengimplementasikan tindakan
untuk memulihkan kinerja, yang menghindari gagal dalam mencapai tujuan
keseluruhan. Jika batas bawahnya ditetapkan terlalu rendah, pada saat suatu
tindakan sudah dapat diambil, bisa jadi akan sudah terlambat untuk
melakukan pemulihan secara memadai.
Source: KPI hanya bisa sekuat data dan informasi dari mana mereka dibuat.
Setiap KPI harus memiliki tinjauan integritas data yang jelas dan rencana
untuk memastikan KPI itu sudah didasarkan pada informasi yang akurat.
Selain itu, setiap KPI harus memiliki owner yang jelas dengan tanggung jawab
untuk memperbarui, memantau, dan mendokumentasikan.
31
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
32
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Tujuan untuk memenuhi tingkat unit tertentu yang diproduksi per bulan
dapat digunakan untuk menggambarkan penerapan indikator leading dan
lagging. Untuk menghasilkan jumlah unit yang diinginkan, aset harus online
selama 95% dari periode produksi. Uptime peralatan dengan ambang batas
95% adalah KPI yang jelas untuk mengelola dan melacak kinerja yang sesuai
rencana. Namun, metrik ini hanya memberikan insight kepada manajer
setelah uptime 95% yang diperlukan terlewatkan dan hilangnya produksi
selanjutnya. Oleh karenanya, yang seperti ini dianggap sebagai indikator
lagging.
33
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Penerapan
Dalam skenario ini, manajer aset tertarik untuk membuat tolok ukur metrik
best practice untuk organisasi maintenance-nya. Dia telah membaca buku
dan menghadiri konferensi untuk menyelidiki metrik dan KPI yang digunakan
di organisasi dan industri lain. Akhirnya, ia memutuskan bahwa ia ingin
memaksimalkan kepatuhan jadwal maintenance harian untuk memastikan
kelompok perencanaannya efektif, melacak waktu rata-rata antar
maintenance (mean time between maintenance, MTBM) sampai memantau
kinerja program Preventive maintenance, dan mengurangi biaya
kontraktornya untuk mengurangi biaya tenaga kerja keseluruhan per unit,
semuanya adalah metrik yang sudah mapan. Dia memutuskan target agresif
yang “berkelas dunia” dan mengimplementasikan scorecard.
Bagaimana upaya untuk mencapai hasil "best practice" yang dipantau oleh
metrik sampai bisa mengakibatkan konflik dalam organisasi ini? Singkatnya,
hasil yang diinginkan oleh manajer ini bersifat terlalu umum dan tidak
terselaras dengan tujuan strategis perusahaannya. Kepatuhan jadwal harian
yang tinggi, MTBM yang tinggi, dan biaya kontraktor yang rendah adalah
karakteristik dari operasi yang bervolume tinggi, berbiaya rendah, dan yang
terdiversifikasi minimal. Namun, tujuan organisasi di perusahaannya adalah
lead time yang rendah, operasi yang sangat fleksibel dan sangat beragam.
Untuk memenuhi tujuan ini, jadwal produksinya jadi sangat fleksibel dan
diperlukan operasi untuk bereaksi terhadap pesanan dengan cepat guna
memenuhi persyaratan lead time yang rendah.
34
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Meskipun ini adalah contoh yang sangat sederhana dan dalam kehidupan
nyata akan berdampak minimal, yang seperti ini bisa menggambarkan
pentingnya interaksi dan keselarasan seperti yang ditentukan dalam ISO
55000. Fungsi manajemen aset adalah untuk menambah value bagi
organisasi, sebagaimana didefinisikan oleh organisasi itu, bukannya agar
efisien untuk kepentingannya sendiri.
Akan tetapi, mengimplementasikan aset kelas dunia hanya akan bernilai kecil
jika proses yang buruk digunakan untuk mengoperasikan dan
memeliharanya. Namun yang mengejutkan, banyak perusahaan yang kaya
aset masih menggunakan praktik maintenance yang tidak efisien di seluruh
operasi mereka. Penjadwalan kerja sering dilakukan secara manual, di atas
35
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
kertas; manajemen suku cadang sering dilakukan secara lokal di setiap lokasi;
dan maintenance-nya reaktif atau hanya didasarkan pada jadwal yang tidak
fleksibel dan telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, prosedur yang
digunakan untuk melaksanakan berbagai task - seperti melacak tenaga kerja,
mengelola inventaris, dan memproses pesanan - seringkali rumit, berlebihan,
dan dipenuhi dengan kesalahan dan inefisiensi. Dan perencanaan work order
untuk kegiatan maintenance ini sering tidak didefinisikan dengan baik,
mengakibatkan hilangnya waktu, kurangnya komponen yang tepat,
pengerjaan ulang, jadwal maintenance yang terlewat, dan bahkan kondisi
kerja yang tidak aman.
36
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Setelah proses dan prosedur barunya tersedia, dan didukung oleh teknologi
baru, perusahaan harus secara teratur mengukur apakah itu semua diikuti
seperti yang diharapkan, dan jika tidak, mengapa tidak. Sangatlah penting
untuk mengukur hasil dan menggunakan indikator kinerja utama yang
konsisten sebagai dasar untuk menghargai perilaku yang baik, sebagai
sebuah praktik yang dapat membawa perubahan besar dalam mengubah
keyakinan, sikap, dan tindakan karyawan.
37
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
38
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Pelatihan yang memadai juga penting untuk mencapai tingkat buy-in yang
tinggi dari semua pihak yang terlibat. Seringkali, perusahaan tidak
mengevaluasi apakah karyawan memiliki keterampilan yang diperlukan
untuk melakukan task-task baru mereka dan juga dalam melaksanakan
secara mahir untuk proses, prosedur, dan teknologi yang telah dimodifikasi.
Pengguna yang kurang terlatih seringnya merasa frustrasi dan memilih
kembali ke proses yang lama dan tidak efisien, atau mulai menggunakan
teknologi baru dengan cara yang tidak pernah dimaksudkan. Pelatihan yang
efektif juga dapat membantu mengurangi frustrasi yang sering dirasakan
oleh pekerja yang lebih tua ketika mereka diminta untuk mengubah
kebiasaan kerja mereka, dan dapat membantu memitigasi risiko dari pekerja
semacam tersebut, dan pengetahuan dan pengalaman penting mereka,
keluar dari perusahaan.
39
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Dalam kasus lain, pelatihan tidak dilakukan dengan baik. Hal ini dapat
disebabkan oleh buruknya kualitas materi pelatihan dan penyampaian
pelatihan, atau trainer yang tidak cukup berpengalaman dalam manajemen
aset agar bisa menjalin hubungan dengan, dan menanggapi, peserta
pelatihan yang lebih berpengalaman. Terlalu seringnya, perusahaan
meremehkan waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk memberikan
pelatihan yang efektif, dan tidak jelas jadinya siapa yang bertanggung jawab
untuk menetapkan tingkatan pelatihan yang diperlukan.
Selain itu, para pemimpin senior perlu melibatkan pekerja lapangan dalam
mendesain dan mengimplementasi program EAM yang baru. Ini berarti
bersikap terang-terangan terkait alasan untuk perubahan, dan secara aktif
meminta dan dengan serius mempertimbangkan saran-saran yang datang
dari orang-orang di lapangan. Meskipun tidak semua ide dapat
ditindaklanjuti, saluran komunikasi yang jelas yang mendorong terjadinya
dialog dan memberikan pembaruan yang bermanfaat, dan bisa melalui
buletin dan coffee morning dan pertemuan departemen, yang mana akan
bisa memadamkan rumor dan isu, hingga membuat karyawan bisa tetap
bersikap positif terkait perubahan yang akan terjadi.
40
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
41
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
42
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
ISO 55001 secara eksplisit mengacu pada standar ISO tentang Manajemen
Risiko, ISO 31000. Perhatikan bahwa definisi risiko dalam ISO 31000 - "risiko
adalah efek ketidakpastian pada objectives" - termasuk di dalamnya
ancaman dan peluang atas objectives.
43
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Mirip dengan pendekatan ISO 55001 untuk Manajemen Aset, ISO 31000
menjelaskan kerangka kerja untuk menerapkan manajemen risiko, alih-alih
memberikan panduan 'how to' terkait manajemen risiko. Organisasi
diharuskan untuk membuat kerangka kerja dan proses manajemen risiko
yang sesuai untuk industri dan konteksnya masing-masing.
44
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
45
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Tujuan dari analisis risiko dan manajemen risiko adalah untuk menjawab
empat pertanyaan mendasar berikut:
• Kondisi melenceng apa yang bisa terjadi?
• Seberapa besar kemungkinannya terjadi?
• Apa konsekuensinya jika itu sampai terjadi?
• Bagaimana kemungkinan dan konsekuensinya bisa dikurangi atau
dimitigasi?
46
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Dalam praktiknya, ini berarti bahwa analisis bahaya dilakukan di mana kita
membuat daftar risiko, yang dikenal sebagai Risk register. Kita kemudian
menganalisis risikonya, dengan mempertimbangkan signifikansinya dan
47
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Saran spesialis juga bisa jadi diperlukan sehubungan dengan fungsi teknis dan
bahaya tertentu. Untuk tujuan ini, kita dapat membentuk tim penilai risiko di
seluruh perusahaan yang berspesialisasi dalam memahami jenis risiko yang
terjadi dalam bisnis. Ini bisa menjadi task kelompok manajemen aset, atau
manajer aset yang relevan, tetapi juga penting untuk melibatkan personel
operasi setempat. Spesialis equipment khusus, spesialis liability legal, dan
spesialis kesehatan, safety, dan lingkungan bisa dilibatkan sesuai keperluan.
Tim asesmen risiko memberi nasihat tentang analisis risiko, kegiatan mitigasi
48
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
49
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Sovereign Risk
Risiko sovereign adalah risiko yang terkait dengan peristiwa di luar kendali
organisasi, terutama yang melibatkan tindakan pemerintah.
• Pemerintah mengubah undang-undang, peraturan, atau tingkat
subsidi;
• Perubahan sentimen politik;
• Perang dan perdamaian.
Risiko sovereign dapat diimbangi dengan klausa force majeure dalam kontrak
yang menetapkan bahwa risiko tertentu dikecualikan dari kewajiban
kontraktor.
Solution Risk
Risiko solusi adalah di mana solusi yang diharapkan untuk suatu masalah,
atau teknologi yang mendasari suatu proyek, ternyata tidak berfungsi atau
menjadi sangat mahal. Risiko solusi mudah untuk terabaikan atau
diremehkan. Banyak kerugian besar telah terjadi karena solusi yang salah
dipilih untuk suatu pengembangan. Manajer proyek harus menyadari
masalah ini dan menghindari komitmen yang berlebihan terhadap solusi
yang sebenarnya tidak terbukti. Jika ragu, lakukan studi percontohan atau
lakukan penelitian lebih lanjut.
50
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Risiko Performance
Kinerja yang dihasilkan dari suatu pengembangan bisa jadi terbukti tidak
memuaskan. Aspek-aspek produksi atau dukungan dari suatu
pengembangan bisa jadi terbukti tidak memuaskan, atau perkembangan-
perkembangan baru bisa jadi menyalip konsep aslinya.
Risiko Administrasi
Risiko dapat timbul dari peristiwa di dalam organisasi kita tetapi di luar
proyek. Departemen lain tidak berkomitmen; ada keterlambatan atau
kurangnya persetujuan, dan keterlambatan, atau tidak dijalankannya
kegiatan terkait yang diperlukan untuk proyek.
Risiko Penyedia
Penyedia bisa jadi gagal mengirim, atau bisa jadi ada keterlambatan dalam
pengiriman. Mungkin juga ada perubahan pada harga atau tingkat support.
Sumber Daya
Fasilitas fisik atau SDM dalam hal desain, pengembangan, akuisisi, produksi,
operasi, atau penjualan bisa jadi gagal terwujud.
51
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Biaya risiko dari liabilitas bisnis bisa jadi sulit untuk dinilai. Sangat diinginkan
untuk membuat manajemen senior membuat penilaian risiko dan biaya
potensial, karena manajemen menengah dapat membuang waktu dan
sumber daya pada studi yang terlalu rinci, ketika suatu keputusan,
katakanlah untuk mengganti atau mempertahankan kelompok peralatan
lama tertentu, dapat dengan cepat dibuat oleh seorang manajer senior
dengan pandangan yang lebih menyeluruh tentang situasi bersangkutan.
52
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Pernyataan panduan praktis tentang risiko berikut bersifat umum dan dapat
diterapkan di seluruh klausa ISO 55001:
53
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
54
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
Pertimbangannya adalah:
• Kondisi aset terkait dengan fungsi dan safety utama.
• Kondisi aset terkait dengan tingkat layanan yang diharapkan, khususnya
bagi aset yang memburuk secara bertahap dan di mana kondisi tersebut
kemudian masih dapat dipulihkan, seperti kasusnya untuk jalan dan
bangunan.
Suatu pendekatan adalah untuk menilai kondisi pada skala yang ditentukan.
Ini bisa jadi dalam bentuk skala 1-5 seperti:
1 = sangat bagus
2 = bagus
3 = sedang
4 = buruk
5 = sangat buruk
Untuk setiap jenis peralatan yang diberikan, detailnya bisa dijabarkan dalam
prosedur inspeksi atau condition monitoring. Poin kuncinya adalah
mewaspadai kondisi aset dan merespons secara tepat waktu guna
mempertahankan fungsi dan safety.
55
Strategi dan Perencanaan Manajemen Aset
56
Bab II Asesmen dan Penilaian
Manajemen Aset
57
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Standar dapat ditetapkan dalam beberapa cara - oleh inovator yang tidak
tertandingi, melalui kontestasi, melalui konsensus industri atau melalui
pemaksaan oleh negara. Mereka divalidasi di pasar oleh permintaan akan
produk dan layanan yang mewujudkannya.
58
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Tingkat maturity Manajemen Aset terkait dengan kepatuhan ISO 55001 bisa
jadi sesuai untuk beberapa organisasi, tergantung pada konteks, risiko, dan
peluang spesifik masing-masing.
59
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Kepatuhan terhadap ISO 55001 saja jarang bisa memberikan 'jawaban akhir'
atau tingkat maturity Manajemen Aset yang optimal untuk suatu organisasi.
Untuk mencapai value maksimum dari aset biasanya akan membutuhkan
organisasi untuk mengembangkan kemampuan Manajemen Aset di luar
kepatuhan dengan persyaratan ISO 55001.
Apa yang dilakukan ISO 55001 adalah memastikan bahwa suatu organisasi
memiliki Sistem Manajemen Aset yang kompeten dan efektif. Ini akan
memungkinkan organisasi untuk, dari waktu ke waktu, terus menguatkan
pemahamannya tentang cara terbaik untuk mendapatkan dan memberikan
value dari asetnya dan untuk menetapkan tingkat maturity Manajemen Aset
yang sesuai berdasarkan manfaat bisnis terkait. dengan demikian, ini
merupakan target awal praktik yang baik bagi organisasi yang ingin mencapai
manfaat dari Manajemen Aset.
60
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
61
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
62
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
63
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
64
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Empat dari tingkat maturity ini mudah dirasakan dan dapat mewakili kriteria
untuk pencapaian atau kecukupan, sementara dua di antaranya (Developing
dan Excellent) lebih bersifat transisi dan dapat diperlakukan sebagai kriteria
atau bukti perkembangan yang sedang berjalan. Mencapai Level 3 atau
"Competent" setara dengan mematuhi ISP55001.
65
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Audit adalah proses memeriksa sistem untuk melihat apakah proses yang
ditentukan telah diikuti dengan benar dan bahwa catatan dalam sistem
mencerminkan aset nyata dan juga peristiwa nyata. Audit terhadap sistem
manajemen aset diperlukan dari waktu ke waktu.
Hasil dari audit harus menjadi dasar untuk memperbaiki kesalahan, kelalaian,
atau ketidaksesuaian. Mereka juga dapat membentuk dasar untuk perbaikan
dalam sistem. Personil yang bekerja dalam sistem harus didorong untuk
mengusulkan potensi improvement.
66
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Gambar 17 Forum Leader 2019 di mana Direksi bersama Senior Leader Indonesia
Power merumuskan Quick Wins 2019 sekaligus mengukuhkan komitmen untuk
meningkatkan keandalan dan efisiensi pengelolaan pembangkit.
67
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
68
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
69
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Ukuran kinerja tunduk pada variasi acak, dan untuk memutuskan secara
formal apakah variasi itu signifikan atau tidak, maka diperlukan analisis
statistik, atau setidaknya, kesadaran akan prinsip-prinsip statistik.
70
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
Berikut ini adalah beberapa contoh item yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk indikator kinerja.
71
Asesmen dan Penilaian Manajemen Aset
72
Bab III Kepatuhan K3L dan Finansial
73
Kepatuhan K3L dan Finansial
Di Indonesia Power, safety masuk sebagai bagian dari isu penting dan
ekpektasi stakeholder terhadap Perusahaan terkait hak asasi manusia, yang
mana antara lain:
74
Kepatuhan K3L dan Finansial
75
Kepatuhan K3L dan Finansial
76
Kepatuhan K3L dan Finansial
Selain itu, kegiatan tanggung jawab Perusahaan terkait hak asasi manusia
diharapkan memberikan dampak positif baik langsung maupun tidak
langsung bagi pembangunan berkelanjutan melalui produksi yang
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Kebijakan K3L harus berlaku juga untuk semua pihak eksternal yang bekerja
di lokasi plant atau mengunjungi lokasi plant. Ini merujuk misalnya kepada
staf service eksternal yang bekerja di lokasi selama periode maintenance
Semua pihak yang terlibat mulai dari manajemen atas pembangkit hingga
setiap pekerja harus bertanggung jawab atas semua prosedur K3L yang
disyaratkan, dan dengan cara yang sama, semua anggota tim staf harus
menyadari tanggung jawab mereka dalam mematuhi Kebijakan K3L.
Persyaratan berikut ini bersifat mandatory untuk Indonesia Power dan setiap
pekerja untuk penerapan lingkungan yang tidak terganggu dan lingkungan
kerja yang aman dan sehat melalui:
keterlibatan dalam sistem K3L di tempat kerja;
berpegang teguh pada prosedur dan peralatan yang benar;
mengenakan pakaian dan peralatan pelindung jika diperlukan;
melaporkan rasa sakit atau ketidaknyamanan sesegera mungkin;
77
Kepatuhan K3L dan Finansial
Gambar 23 Centre of Excellence (COE) Fire & Safety Academy Indonesia Power saat
menjadi tuan rumah Apel Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional
Provinsi Jawa Tengah tahun 2020
78
Kepatuhan K3L dan Finansial
79
Kepatuhan K3L dan Finansial
80
Kepatuhan K3L dan Finansial
81
Kepatuhan K3L dan Finansial
Kompetensi kontraktor dalam hal safety ditinjau sebagai bagian dari proses
tender kontrak dengan tinjauan kinerja kontraktor yang sedang berlangsung
dan disertai penilaian di tempat kerja.
82
Kepatuhan K3L dan Finansial
Kesehatan
Tujuan utama bagian ini adalah untuk memastikan ruang kerja yang sehat
untuk personel pembangkit listrik.
Fasilitas harus dijaga tetap bersih dan bebas dari effluvia dan kebocoran yang
timbul dari saluran pembuangan, lubang, jamban untuk keperluan higienis
dan kesehatan. Juga, akumulasi kotoran dan limbah harus dipindahkan dari
lantai dan dari ruang kerja untuk memastikan ruang kerja yang aman.
Sehubungan dengan aspek higienis, pembersihan ruang kerja harus
dilakukan seminggu sekali dengan mencuci dan mendisinfeksi, jika perlu.
83
Kepatuhan K3L dan Finansial
Ruang kerja untuk setiap pekerja tidak boleh kurang dari 11 m3 (400 kaki
kubik). Ruang di atas 4 meter (14 kaki) dipertimbangkan dalam ruang kerja
yang terkalkulasi.
Personil pembangkit listrik harus memiliki akses mudah ke air minum bersih.
Lokasi keluaran air harus mudah diakses dan diberi label "air minum". Jika
jumlah pekerja melebihi angka 250, air minum harus didinginkan selama
cuaca panas.
Jamban dan urinal harus dipisahkan untuk pekerja pria dan wanita. Selain itu,
fasilitas ini harus diberi ventilasi, penerangan dan dijaga dalam kondisi bersih
dan tersanitasi sepanjang waktu untuk di satu sisi mencegah bahaya
kesehatan dan di sisi lain untuk meningkatkan kenyamanan kerja personel.
Debu dan gas buang harus dikelola untuk mencegah masalah kesehatan bagi
personel. Penghirupan dan kontak langsung harus dihindari. Jika terjadi
kebocoran asap, semua tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pengotor harus dilakukan.
Kelembaban Buatan
Di plant mana pun di mana kelembaban udara meningkat secara buatan, air
yang digunakan untuk tujuan tersebut harus diambil dari sumber pasokan air
minum, atau harus seperti yang telah dimurnikan.
Kepadatan
Tidak ada ruangan di plant yang bisa jadi terlalu padat orang sedemikian rupa
sehingga membahayakan kesehatan pekerja yang dipekerjakan di dalamnya.
Pencahayaan Buatan
84
Kepatuhan K3L dan Finansial
Keamanan
Tujuan utama bagian ini adalah untuk mencegah kecelakaan atau masalah
apa pun yang dapat membahayakan pekerja dan operasi pembangkit listrik.
Bukaan, lubang dan tangki harus ditutup atau dipagari dengan aman untuk
menghindari kecelakaan saat jatuh.
85
Kepatuhan K3L dan Finansial
Lantai, tangga, lorong dan gang harus dirawat dengan baik dan dilengkapi
dengan pagar dan pegangan tangan. Akses aman ke setiap ruang kerja harus
diberikan.
Karena adanya gas di pembangkit listrik, tidak ada orang yang boleh masuk
ke dalam bilik atau pipa mana pun yang mengandung asap berbahaya yang
dapat menyebabkan sesak napas atau sangat mudah terbakar. Lebih jauh
lagi, tidak ada lampu listrik dengan tegangan melebihi 24 volt dibolehkan
berada dalam ruang yang disebutkan di atas. Pada bagian yang berbahaya
dari plant, di mana asap asfiksasi dapat dikeluarkan, alat bantu pernapasan
yang sesuai harus tetap siap untuk digunakan.
Jika menurut Inspektur terlihat bahwa setiap bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau bagian dari jalan lintas, mesin di plant berada dalam
kondisi sedemikian rupa sehingga akan membahayakan kehidupan atau
safety manusia, ia dapat memerintahkan pada Manajer dari faktor
bersangkutan, sebuah perintah tertulis terkait penetapan tindakan yang
menurutnya harus diadopsi, dan mengharuskan tindakan itu dilakukan
sebelum tanggal yang ditentukan.
86
Kepatuhan K3L dan Finansial
Jika terjadi kerusakan atau keruntuhan tali, rantai atau attachment, maka
perlengkapan efisien yang mampu menopang cage-nya bersama dengan
beban maksimumnya harus disediakan dan di-maintain.
Setiap bagiannya, termasuk peralatan kerja, baik yang sifatnya fiks (tak
berpindah) ataupun yang dapat dipindahkan, dan perlengkapan penahan
dan pemasangan, haruslah
• memiliki konstruksi yang baik, dengan material yang kuat;
• dipelihara dengan baik, dan harus diperiksa secara menyeluruh oleh
penguji yang berwenang, setidaknya sekali dalam setiap periode
dua belas bulan dan sebuah register harus disimpan berisikan
keterangan yang telah dituliskan pada setiap pemeriksaan tersebut;
Tidak ada mesin seperti itu boleh dimuat di luar beban kerja yang aman, dan
untuk ini harus ditandai dengan jelas tentangnya.
Tidak ada pekerja dewasa yang dibuat bekerja lebih dari empat puluh empat
jam dalam seminggu. Dalam satu hari pekerja tidak boleh bekerja lebih dari
delapan jam. Setiap lima jam kerja, maka setengah jam harus digunakan
untuk istirahat. Hari Minggu bukanlah hari kerja kecuali bisa jadi ada
pergeseran atau kasus khusus di mana pengecualian dapat dibuat.
Jika seorang pekerja bekerja lebih dari jam yang ditentukan di atas, ia berhak
untuk dibayar dengan upah dua kali lipat dari upah biasanya untuk
lemburnya.
Akhirnya, pekerja tidak boleh bekerja dua kali dalam satu hari di dua fasilitas
terpisah
87
Kepatuhan K3L dan Finansial
Shift Malam
Jika seorang pekerja di sebuah plant bekerja pada shift yang melampaui
tengah malam, hari berikutnya baginya akan dianggap sebagai periode dua
puluh empat jam dimulai dengan berakhirnya shift tersebut dan jam kerjanya
setelah tengah malam akan dihitung sebagai jam kerja dari hari sebelumnya;
Tidak ada anak yang belum menyelesaikan usia tiga belas tahun dibolehkan
atau diizinkan untuk bekerja di pembangkit listrik.
Seorang anak yang telah menyelesaikan usia tiga belas tahun atau remaja
tidak diperbolehkan bekerja di pembangkit listrik kecuali dia telah
mendapatkan sertifikat kebugaran. Dalam hal ini, dan di bawah pengawasan
manajer pembangkit listrik ia bisa diperkenankan bekerja.
Dalam hal pekerja anak, waktu kerjanya tidak boleh melebihi empat jam
dalam sehari. Waktu kerjanya tidak boleh antara 6 sore sampai 6 pagi. Karena
itu, tidak ada shift malam yang dapat dilakukan oleh anak-anak. Pada hari
yang sama tidak ada anak yang boleh bekerja di dua tempat terpisah.
Apa yang disebut pelatihan berarti mendukung pekerja dan staf manajemen
untuk belajar bagaimana melakukan task-nya, menjelaskan kepada kolega
dan karyawan pihak ketiga apa yang harus mereka lakukan atau tidak boleh
dilakukan, atau hanya memberikan mereka informasi yang perlu mereka
ketahui.
88
Kepatuhan K3L dan Finansial
Induksi Pekerja
89
Kepatuhan K3L dan Finansial
tersedia untuk diperiksa oleh pihak Indonesia Power atau pihak yang
berwenang.
Dalam hal kunjungan situs oleh tamu dan pengunjung, staf K3L harus
memastikan bahwa semua pengunjung telah menjalani induksi K3L yang
menginformasikan tentang risiko di lokasi dan setiap Tindakan K3L yang
diterapkan.
90
Kepatuhan K3L dan Finansial
Tujuan dari Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk memberikan barrier yang
efektif antara pekerja dan benda, zat, dan proses yang berpotensi
membahayakan.
Perlindungan Kepala
• Personil harus mengenakan topi keras yang dalam kondisi baik dan
memenuhi persyaratan dan standar yurisdiksi legislatif.
• Topi bump dan topi keras dari logam tidak boleh dikenakan sebagai
pelindung kepala.
• Personil harus mengenakan topi keras dengan logo perusahaan
mereka dan nama pekerja jelas ditampilkan di topi keras.
• Dilarang mengubah topi keras
• Topi keras harus dikenakan dengan cara yang ditentukan oleh
pemanufaktur.
91
Kepatuhan K3L dan Finansial
Perlindungan Tangan
Semua personil harus memiliki sarung tangan yang sesuai untuk task mereka.
Sarung tangan harus dikenakan saat melakukan aktivitas kerja dengan
bahaya yang dapat menyebabkan cedera pada tangan.
92
Kepatuhan K3L dan Finansial
Perlindungan Kaki
Perlindungan Pendengaran
93
Kepatuhan K3L dan Finansial
Pekerja harus diberi tahu tentang bahaya yang terkait dengan paparan
terhadap kebisingan dan tujuan serta batasan alat pendengaran pelindung
oleh pengawas masing-masing. Sesuai persyaratan yang disyaratkan,
pemeriksaan pendengaran harus dilakukan dalam waktu enam bulan dan
setiap tahun setelah itu. Untuk membantu subkontraktor/kontraktor dalam
memenuhi persyaratan, pengujian pendengaran ini akan dijadwalkan
sepanjang masa proyek dan tanggalnya dikomunikasikan kepada para
pemangku kepentingan.
Di mana ada risiko cedera pada anggota tubuh dan pekerja, perlindungan
tubuh yang memadai harus dikenakan dan peralatan yang dirancang untuk
melindungi karyawan dari cedera pada anggota tubuh mereka dan tubuh
harus digunakan (yaitu chainsaw chaps).
Jika ada risiko cedera karena area kerja yang padat dan/atau pergerakan
mesin di dan/atau di sekitar area kerja, semua karyawan harus mengenakan
pakaian bervisibilitas tinggi. Ketika pekerjaan dilakukan dalam suhu yang
sangat panas atau dingin, pakaian pelindung yang dikenakan harus ditinjau
ulang untuk memverifikasi bahwa itu memadai.
Perlindungan Pernafasan
Bagian ini memberikan uraian tentang berbagai jenis respirator yang dapat
digunakan di lokasi kerja untuk perlindungan pernapasan.
94
Kepatuhan K3L dan Finansial
95
Kepatuhan K3L dan Finansial
Personel tempat kerja yang mengenakan kemeja, pakaian lain dan stiker
yang menampilkan bahasa atau pendapat yang menyinggung akan diminta
untuk menghapus materi ofensif atau meninggalkan situs dengan segera.
Gambar 29 Kegiatan Workshop Behaviour Based Safety di salah satu unit Indonesia
Power untuk ajang untuk menguatkan budaya K3 selama bertugas
96
Kepatuhan K3L dan Finansial
Peralatan atau sistem safety kritikal adalah item dengan tingkat kegagalan
yang dapat membahayakan nyawa manusia atau menyebabkan kerusakan
signifikan. Sistem ini biasanya tunduk pada persyaratan hukum dan
persyaratan maintenance. Manajemen enjiniring untuk sistem semacam ini
diatasi oleh topik Sistem Enjiniring dan oleh topik spesifik yang berkaitan
dengan industri berisiko tinggi.
Integritas sistem kritis safety melibatkan beberapa fitur di atas dan di atas
yang biasanya ditemukan untuk sistem yang lebih umum, meskipun ada
overlap yang cukup besar.
Berikut ini adalah beberapa contoh peralatan atau sistem yang bersifat
kritikal untuk safety-nya:
• boiler, bejana tekan, dan perpipaan
• apa pun yang melibatkan zat berbahaya atau beracun
• derek, kerekan, dan platform kerja yang tinggi
• perangkat amusement
• lift dan eskalator
• unit pendingin udara dan menara pendingin
• tabung gas
• sistem penerbangan
• sistem kereta api
97
Kepatuhan K3L dan Finansial
• industri nuklir
• tangki penyimpanan
• peralatan sumur dan kepala sumur
• sistem deteksi kebakaran
• sistem pemadam api
• instrumentasi yang terkait dengan safety.
98
Kepatuhan K3L dan Finansial
99
Kepatuhan K3L dan Finansial
100
Kepatuhan K3L dan Finansial
rumput, atau vegetasi ladang tua), akan ada dampak pada penggunaan
lahan, tanah, dan satwa liar yang ada di lokasi bersangkutan.
101
Kepatuhan K3L dan Finansial
Emisi Udara
Emisi utama ke udara dari pembakaran bahan bakar fosil atau biomassa
adalah sulfur dioksida (SO 2 ), nitrogen oksida (NO X), partikel (PM), karbon
monoksida (CO), dan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO 2 ).
Tergantung pada jenis bahan bakar dan kualitas zat lain seperti logam berat
(misalnya, merkuri, arsen, kadmium, vanadium, nikel, dll.), Senyawa halida
(termasuk hidrogen klorida dan hidrogen fluorida), dioksin dan furan,
hidrokarbon yang tidak terbakar dan bahan organik mudah menguap lainnya
Senyawa (VOC) dapat dipancarkan dalam jumlah yang lebih kecil, tetapi bisa
jadi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap lingkungan karena toksisitas
dan/atau persistensinya. Sulfur dioksida dan nitrogen oksida juga terlibat
dalam pengendapan asam jarak-jauh dan trans-batas.
102
Kepatuhan K3L dan Finansial
103
Kepatuhan K3L dan Finansial
Gambar 32 Seminar lingkungan oleh PT. Indonesia Power UP Suralaya sebagai salah
satu bentuk kepedulian terhadap kelestarian alam sekaligus untuk kelangsungan
bisnis perusahaan
Karbon dioksida, salah satu gas rumah kaca utama (GRK) di bawah Konvensi
Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, dikeluarkan dari pembakaran
bahan bakar fosil.
104
Kepatuhan K3L dan Finansial
Penggunaan bahan bakar fosil yang kurang intensif karbon (yaitu, bahan
bakar yang mengandung lebih sedikit karbon per unit dengan value
kalorinya — gas lebih sedikit dari minyak dan minyak lebih sedikit dari
batubara) atau co-firing dengan bahan bakar rendah karbon (misalnya,
biomassa, yang dianggap karbon-netral jika diproduksi dalam hasil
berkelanjutan tanpa mempertimbangkan energi yang digunakan untuk
panen, pemrosesan dan transportasi)
Penggunaan teknologi efisiensi konversi energi yang lebih tinggi, tunduk
pada kesesuaian teknis untuk penerapan dan kelayakan finansial.
Sebagai contoh, plant supercritical memiliki efisiensi konversi energi
yang lebih tinggi daripada plant subcritical, combined cycle gas turbine
(CCGT) memiliki efisiensi konversi energi yang lebih tinggi daripada
pembangkit siklus sederhana, dan CHP memiliki efisiensi konversi energi
yang lebih tinggi daripada pembangkit listrik saja. Elemen-elemen lain
dari pembangkit listrik juga dapat mempengaruhi efisiensi seperti
parameter siklus uap (mis., Tekanan dan suhu) untuk pembangkit listrik
berdasarkan siklus Rankine uap, teknologi pendinginan dan abatement,
efisiensi listrik (misalnya, motor listrik untuk kipas dan pompa, ESP),
efisiensi konversi energi dan konservasi energi. Penggunaan teknik
pemantauan dan kontrol proses kinerja tinggi, desain dan maintenance
sistem pembakaran yang baik sehingga efisiensi dan emisi GRK yang
dirancang awalnya dapat terus dipertahankan;
Jika memungkinkan, sertakan loss transmisi dan distribusi serta langkah-
langkah sisi demand. Sebagai contoh, investasi dalam manajemen beban
puncak dapat mengurangi persyaratan siklus fasilitas pembangkit
sehingga meningkatkan efisiensi operasinya. Kelayakan jenis opsi off-set
ini dapat bervariasi tergantung pada apakah fasilitas tersebut
merupakan bagian dari utilitas terintegrasi secara vertikal atau
merupakan produsen listrik independen;
Pertimbangkan emisi siklus bahan bakar dan faktor-faktor di luar lokasi
seperti pasokan bahan bakar, kedekatan dengan pusat-pusat muatan,
potensi untuk penggunaan panas limbah di luar lokasi, atau penggunaan
gas limbah terdekat (gas blast furnace atau metana coal bed) sebagai
bahan bakar;
105
Kepatuhan K3L dan Finansial
Gambar 34 Indonesia Power meraih 3 penghargaan di ajang Asean Coal Awards 2019
sebagai bukti pemanfaatan teknologi batubara yang ramah lingkungan
oleh Indonesia Power
106
Kepatuhan K3L dan Finansial
Turbin uap kondensasi yang digunakan dengan boiler dan Heat Recovery
Steam Generators (HRSG) yang digunakan dalam unit combined cycle gas
turbine membutuhkan sistem pendingin untuk mengembunkan uap yang
digunakan untuk menghasilkan listrik. Sistem pendingin yang digunakan
dalam pembangkit listrik tenaga panas meliputi: (i) sistem pendingin sekali
pakai di mana air pendingin yang memadai dan air permukaan penerimanya
tersedia; (ii) sistem pendingin sirkuit tertutup basah (evaporatif); dan (iii)
sistem pendingin kering sirkuit tertutup (mis. kondensor berpendingin
udara).
107
Kepatuhan K3L dan Finansial
108
Kepatuhan K3L dan Finansial
Limbah Padat
Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara dan berbahan bakar
biomassa menghasilkan limbah padat terbanyak karena tingginya persentase
abu dalam bahan bakar. Limbah padat adalah fly ash, bottom ash, slag boiler,
sludge FGD (walaupun biomassa mengandung lebih sedikit sulfur daripada
batubara dan oleh karena itu FGD bisa jadi tidak diperlukan ketika
menggunakan biomassa), reject/pyrite plant batubara (tergantung bahan
bakar yang digunakan), menara pendingin lumpur, lumpur pengolahan air
limbah dan lumpur pengolahan air.
109
Kepatuhan K3L dan Finansial
Limbah pembakaran minyak termasuk fly ash dan bottom ash biasanya
hanya dihasilkan dalam jumlah yang signifikan ketika sisa bahan bakar
minyak dibakar dalam boiler uap berbahan bakar minyak. Teknologi lain
(misalnya, turbin pembakaran dan mesin diesel) dan bahan bakar (misalnya,
minyak sulingan dan HFO) menghasilkan sedikit atau tanpa limbah padat,
meskipun pra-perlakuan HFO-nya dapat menghasilkan sejumlah besar
lumpur. Secara keseluruhan, limbah pembakaran minyak dihasilkan dalam
jumlah yang jauh lebih kecil daripada limbah pembakaran bahan bakar padat
yang dibahas di atas. Pembangkit listrik tenaga panas berbahan bakar gas
pada dasarnya tidak menghasilkan limbah padat karena kandungan abu yang
dapat diabaikan, terlepas dari teknologi pembakarannya.
110
Kepatuhan K3L dan Finansial
111
Kepatuhan K3L dan Finansial
112
Kepatuhan K3L dan Finansial
Kebisingan
113
Kepatuhan K3L dan Finansial
114
Kepatuhan K3L dan Finansial
115
Kepatuhan K3L dan Finansial
116
Kepatuhan K3L dan Finansial
117
Kepatuhan K3L dan Finansial
Selain pembangkitan yang sudah ada, Indonesia Power juga berupaya terus
meningkatkan produksi Energi Listrik Terbarukan (EBT) melalui
pengembangan EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM), Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Hybrid dan Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa).
118
Kepatuhan K3L dan Finansial
PLTS Atap yang dikembangkan memanfaatkan modul Photo Voltage (PV) dari
Canadian Solar. Teknologi ini menjadi salah satu metode untuk menurunkan
emisi yang dihasilkan oleh unit pembangkit yang selama ini dioperasikan
menggunakan energi primer gas ataupun minyak. PLTS Atap Bali Power
Generation Unit terpasang di dua titik, masing-masing berdaya 136 kWp di
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran dan sebesar
90 kWp di PLTG Pemaron yang diperkirakan akan mampu memangkas nilai
emisi hingga 39T CO2.
119
Kepatuhan K3L dan Finansial
Proper
120
Kepatuhan K3L dan Finansial
Manajemen aset adalah tentang mengelola aset secara lebih efektif - yaitu
tentang membuat keputusan yang lebih baik tentang dan untuk aset, baik
yang sudah ada maupun yang akan datang. Kunci utama untuk mencapai
pengambilan keputusan yang lebih baik adalah memiliki jenis informasi yang
tepat yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Sasaran yang
berusaha dicapai oleh pengambilan keputusan yang lebih baik adalah tingkat
layanan yang dipenuhi, risiko, termasuk kesehatan masyarakat, safety,
keuangan, dan lingkungan, yang berkurang, dan biaya yang dioptimalkan.
121
Kepatuhan K3L dan Finansial
Salah satu metode analisis yang digunakan untuk manajemen aset yang
memfasilitasi optimasi biaya jangka panjang adalah penggunaan life cycle
cost analyses (LCCA). Analisis biaya life cycle (LCCA) biasanya mencakup
evaluasi biaya yang dikeluarkan oleh suatu aset selama masa manfaatnya
dan membandingkannya dengan aset lain untuk menemukan solusi biaya
yang paling murah. Biaya-biaya ini umumnya termasuk biaya akuisisi,
instalasi, operasi, maintenance, dan pembuangan. Namun, karena tujuan
122
Kepatuhan K3L dan Finansial
manajemen aset juga termasuk memenuhi standar Level of service (LOS) dan
mengurangi risiko, solusi dengan biaya lowest life cycle cost (LCC) seringkali
bukan solusi yang optimal.
Sustainability adalah konsep mengelola sumber daya alam dengan cara yang
tidak menyebabkan kerusakan pada ekosistem dan memungkinkannya untuk
membawa hasil sebanyak mungkin, sementara memungkinkan aktivitas
manusia menjadi produktif dan juga tahan lama.
Seperti yang sudah dibahas di Bab I, ISO 55000 mendefinisikan aset sebagai
'benda, barang, atau entitas yang memiliki value aktual atau potensial' bagi
organisasi. Aset dapat berupa kelas sebagai produksi, peralatan dan struktur
operasi. Semua aset tidak sama dalam hal value, beberapa darinya punya
value lebih penting untuk mencapai tujuan organisasi daripada yang lain.
Sementara, aset tertentu menghadirkan tingkat risiko yang lebih tinggi untuk
sasaran bisnis daripada yang lain.
123
Kepatuhan K3L dan Finansial
Kinerja aset akan meningkat jika peralatan dipertahankan dalam kondisi yang
sesuai. Untuk mencapai ini, maintenance yang penting harus dilakukan
secara rutin. Manajer senior dan semua personel harus mengakui
maintenance sebagai hal penting untuk kekritisan aset; dan karena itu,
mengelola aset secara efektif membutuhkan pengetahuan aset yang sangat
baik.
Pengetahuan Aset
Manajemen harus mengetahui lokasi aset, elemen, atau parts yang penting
untuk peralatan utama. Manajemen harus melacak perubahan, upgrade dan
kompatibilitas peraturan, disarankan untuk mencantumkan tanggal dan jenis
keputusan.
124
Kepatuhan K3L dan Finansial
Kekritisan Aset
125
Kepatuhan K3L dan Finansial
Ketika sebuah mesin rusak, biasanya ada kehilangan produksi atau layanan,
serta biaya perbaikan, dan sedikit atau tidak ada penghematan yang bisa
didapat pada biaya lain dalam melakukan bisnis. Banyak proyek melibatkan
justifikasinya berdasarkan pengurangan downtime aktual atau potensial.
Dalam hal ini, penjualan produk jadi hilang dan pendapatan terkait juga
hilang. Biaya downtime adalah biaya penjualan yang hilang dikurangi bahan
habis pakai yang tidak terpakai. Ini berlaku untuk setiap mesin yang
downtime-nya menghasilkan hilangnya produksi yang tidak dapat dipulihkan.
Mesin yang sepenuhnya berdampak pada pendapatan yang hilang disebut
sebagai mesin bottleneck. Upaya peningkatan aset sering diarahkan untuk
menghilangkan bottleneck ini, dengan maksud meningkatkan throughput
dan mengurangi kerentanan pendapatan terhadap kegagalan di bottleneck.
126
Kepatuhan K3L dan Finansial
luar, ini adalah biaya pembelian luar dikurangi barang habis pakai yang tidak
digunakan.
Kehilangan Goodwill
Hal ini dapat mengakibatkan penjualan yang hilang di masa mendatang dan
bisa jadi memiliki dampak negatif secara politis.
Kapasitas Cadangan
127
Kepatuhan K3L dan Finansial
128
Bab IV Penguatan Teknologi
untuk Pengelolaan Aset
129
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
130
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Di hampir setiap industri padat aset (seperti energi dan utilitas, minyak dan
gas, manufaktur atau transportasi), organisasi ditantang terkait cara
memaksimalkan value aset di sepanjang life cyclenya.
Bahkan, dalam survei terbaru terhadap manajer aset di seluruh dunia, lebih
dari 75 persen responden menyebutkan reliability sistem sebagai alasan
mendasar untuk berinvestasi dalam Enterprise Asset Management. 1.
Organisasi padat-aset saat ini harus secara konstan melacak, menilai, dan
mengelola reliability beragam aset fisik, teknologi, dan manusia. Organisasi-
131
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Organisasi-organisasi ini harus berurusan dengan aset fisik yang terus menua
yang membutuhkan maintenance dan perbaikan berkelanjutan, termasuk
pembangkit listrik, jembatan, sistem saluran pembuangan, generator atau
perangkat elektronik seperti meteran pintar.
Kinerja aset dan kualitas produk dan layanan organisasi dipengaruhi oleh
reliability aset atau peralatan. Akibatnya, meningkatnya kebutuhan untuk
maintenance aset dan manajemennya dapat berdampak langsung pada
kepuasan pelanggan. Dinamika ini juga berlaku untuk proses. Produksi,
maintenance, atau proses layanan bertambah dan terkikis, sehingga barang
jadi atau keluaran layanan bisa jadi tidak memenuhi standar kualitas yang
semula ditentukan.
Aset yang paling berharga adalah pengelolaan sumber daya manusia, dan
yang memiliki tantangannya tersendiri. Karyawan yang setia mengabdi,
misalnya, terus menua menuju masa pensiun, yang dapat berarti hilangnya
pengetahuan dan keterampilan, ditambah biaya pelatihan karyawan baru.
Terlepas dari tantangan ini, produk atau layanan organisasi harus terus
berkembang untuk memenuhi permintaan pelanggan. Beberapa variabel
harus terus dikelola secara efektif. Ini termasuk masalah-masalah seperti
meningkatnya komoditisasi dan persaingan global, kepatuhan terhadap
peraturan industri dan pemerintah, operasi yang green dan sustainable,
kesehatan dan safety di tempat kerja, dan biaya yang lebih tinggi untuk
melakukan bisnis. Semua faktor ini berkontribusi pada kemunculan Industry
4.0, tren otomatisasi saat ini dalam teknologi manufaktur yang
menggabungkan sistem fisik, IoT dan komputasi cloud.
132
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
133
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
134
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Terlebih lagi, di era baru teknologi seluler, cloud, dan analitik ini, ada lebih
banyak peluang untuk mengumpulkan, mengkonsolidasikan, dan
menganalisis informasi tentang aset untuk membantu menyempurnakan
kinerja.
135
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Industri padat aset beroperasi di pasar yang sangat kompetitif, dan setiap kali
aset gagal bisa berdampak sangat mengganggu dan berbiaya mahal. Pada
saat yang sama, mereka harus mematuhi peraturan safety, kesehatan, dan
lingkungan yang ketat. Mempertahankan availability, reliability,
profitabilitas, dan safety operasional plant, peralatan, fasilitas, dan aset
lainnya sangat penting untuk mencapai keberhasilan organisasi.
136
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Manajemen aset juga memiliki dampak logis pada biaya operasional. Efisiensi
yang direalisasikan dengan mengelola tenaga kerja, inventaris, dan layanan
dukungan lainnya secara langsung berdampak pada laba, dengan membantu
pengendalian biaya. Intervensi pengguna yang lebih tepat waktu dan presisi
dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi penggunaan material, dan
mengurangi biaya dalam berbisnis.
137
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Manajemen Kerja
Organisasi intensif aset harus mampu mengelola aktivitas kerja baik yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan secara terpusat, mulai dari
permintaan awal hingga penyelesaian dan pencatatan aktual. Pekerja mobile
perlu mencapai lebih banyak hal di lapangan, mulai dari pembacaan meter,
hingga meng-capture tanda tangan elektronik, hingga menggunakan bar
code dan kemampuan RFID untuk pelacakan dan manajemen aset.
138
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Manajemen Aset
Para kru yang dikirim untuk pekerjaan khusus di lokasi-lokasi terpencil sangat
membutuhkan keterampilan, tool, dan dokumentasi yang tepat, yang
merupakan strategi mahal yang digunakan dalam situasi paling kritis. Selain
itu, kemampuan untuk menemukan dan melacak sumber daya lapangan
pada peta publik dapat membantu dalam menguatkan manajemen tenaga
kerja dan dalam membantu menguatkan efisiensi kerja darurat.
139
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
140
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
IBM Maximo dirancang untuk secara alami sejajar dengan best practice
manajemen aset di seluruh organisasi atau dalam industri. Ini memberikan
kapabilitas dan fungsionalitas terkemuka di industri yang memungkinkan
modal, industri padat aset untuk meningkatkan manfaat dari sistem
Enterprise Asset Management terintegrasi untuk mengelola aset dan fasilitas
penting dalam organisasi.
IBM Maximo menyatukan life cycle aset yang komprehensif dan kegiatan
manajemen maintenance, memberikan insight tentang semua aset
perusahaan, kondisi dan proses kerjanya untuk mencapai perencanaan dan
141
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
kontrol yang lebih baik, sambil menguatkan fungsi bisnis dalam suatu
organisasi.
Selain itu, solusi ini dapat menggunakan aspek-aspek kunci berikut dari
Enterprise Asset Management untuk keuntungan bisnis:
142
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
143
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Daftar masalah potensialnya panjang: Data tentang status aset, suku cadang
pengganti, maintenance, penjadwalan tenaga kerja, dan sejenisnya seringkali
tidak terorganisir dengan baik, tidak terintegrasi dengan baik, dan di-
maintain secara berlebihan di lebih dari satu gudang. Kualitas data bisa
buruk, dan field data utama bisa entah rusak atau hilang sama sekali. Data
yang dikelola dengan buruk juga dapat menyebabkan perkiraan yang tidak
akurat dan perencanaan serta penjadwalan kerja yang buruk, sehingga
mendorong peningkatan biaya operasi. Jika kualitas data tidak di-assess dan
dioptimalkan sebelum program EAM baru diimplementasikan, maka semua
inefisiensi ini hanya akan muncul kembali, hingga menciptakan masalah yang
sama dalam solusi baru (lihat Gambar 47).
144
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Solusi teknologi EAM yang baru harus dirancang untuk mencakup proses
yang bisa memvalidasi data saat datanya dimasukkan, meminimalkan entri
data yang terlalu sulit, menambahkan field data baru yang diperlukan, dan
membuat antarmuka pengguna yang mudah untuk dikerjakan. Di sini juga,
para pekerja di garis depan harus dilibatkan untuk membantu upaya
tersebut. Dan sekarang perangkat mobile sudah dapat digunakan untuk
mencatat berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melakukan berbagai
kegiatan maintenance di lapangan secara real time, maka proses SDM yang
termasuk dalam sistem baru harus dirancang dengan sangat hati-hati untuk
menghindari kemungkinan masalah pada integrasi urusan penggajian.
Ada banyak elemen berbeda yang harus dipertimbangkan sebelum kita bisa
mendapatkan gambaran lengkap tentang apa yang diperlukan untuk
memaksimalkan ROI aset, termasuk di antaranya:
• Lokasi aset
• Rencana dan riwayat maintenance
• Kontrak
• Garansi
• Sewa
• Inventori parts
• Tool
• Teknisi
Semua bagian ini dan juga lainnya sangatlah penting untuk memecahkan
puzzle manajemen aset. Misalnya, beberapa organisasi lebih siap daripada
yang lain dalam melakukan Preventive maintenance. Beberapa perusahaan
bisa jadi memilih untuk memperbaiki asetnya hanya setelah aset
bersangkutan rusak. yang lain dapat beroperasi di industri padat aset seperti
telekomunikasi. Untuk organisasi-organisasi ini, risiko bahwa aset tertentu
145
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
146
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
Konvergensi Aset
Kekuatan pasar yang muncul yang membentuk masa depan EAM adalah
konvergensi aset, yang mana didorong oleh meningkatnya kecanggihan aset
operasi yang mencakup perangkat keras dan perangkat lunak. Peralatan
operasional — baik di lantai plant, pembangkit listrik atau terintegrasi ke
dalam infrastruktur — semakin tergantung pada TI untuk operasi dan
maintenance-nya.
147
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
148
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
149
Penguatan Teknologi untuk Pengelolaan Aset
150
Bab V Pengoptimalan Maintenance untuk
Reliability dan Availability
Untuk mendukung tercapainya operational excellence yang merupakan
driver utama dalam pencapaian value Optimizing Cost Efficiency dan
peningkatan kepercayaan pemegang saham serta kepuasan pelanggan, maka
Perusahaan perlu meningkatkan ketersediaan, keandalan dan efisiensi
pembangkit. Program peningkatan keandalan dan efisiensi merupakan
program prioritas untuk mencapai sasaran utama OME, dan program
keandalan dan efisiensi merupakan program yang harus berjalan beriringan,
tidak saling terpisah.
151
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
152
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Deferred - Pekerjaan korektif yang dapat dilakukan pada waktu yang tepat,
sbagai lawan dari "emergency".
Nonbreakdown - Kegagalan suatu item atau sistem tidak terjadi, tetapi tetap
diperlukan tindakan
153
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
• sistem pembuangan
Jika sifat kegagalan yang sebenarnya tidak dipahami, maka akan sulit untuk
mengidentifikasi gejala dan akar penyebabnya. Seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 49, sekitar 89% dari pola kegagalan komponen adalah bersifat
acak. Menjadwalkan PM berbasis waktu untuk mengatasi kegagalan acak
tidak hanya tidak tepat, tetapi juga membuang-buang uang. Untuk bisa
secara efektif mengurangi risiko mode kegagalan acak (infant mortality,
random, break-in awal), kita memerlukan strategi hibrid yang mencakup
operator-operator.
154
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Kita dapat meminimalkan risiko infant mortality dan kegagalan break-in awal
dengan menggunakan Standard Operating Procedures (SOP) dan pengujian
penerimaan untuk memverifikasi pemasangan atau perbaikan. SOP startup
dan shutdown harus ditinjau secara menyeluruh untuk konten yang dapat
menyebabkan penyalahgunaan atau kegagalan peralatan. Kriteria pengujian
penerimaan (acceptance test) harus dievaluasi untuk mode kegagalan utama
dan perbaikan. Minta operator untuk memperbarui SOP dan memberikan
masukan untuk kebijakan pengujian penerimaan.
155
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Operator adalah yang paling dekat dengan peralatan dan tahu kapan
peralatan itu bekerja dalam mode operasi yang stabil. Selain sistem
pemantauan on-line yang dimiliki, operator bisa menggunakan indera
mereka (yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan) untuk
mendeteksi sinyal abnormal yang biasanya terkait dengan peralatan
bermasalah. Kurva titik kegagalan (point of failure, PF) pada Gambar 51
menunjukkan bagaimana memburuknya suatu gejala dari waktu ke waktu,
atau siklus, dan di mana operator dapat memberikan jalur deteksi tambahan
jika kegagalan dimulai antara tanggal pengumpulan predictive maintenance
(PdM).
156
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Hasil tes awalnya ditinjau oleh teknisi yang melakukan pekerjaan. Tinjauan
ini dapat melalui perangkat lunak analisis statistik dan/atau dengan
pemeriksaan dan perbandingan sederhana. Setelah melakukan tinjauan
awal, datanya diunggah ke komputer pusat, di mana itu akan ditinjau lebih
mendalam.
157
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
158
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
159
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Berbagai teknologi dapat dan harus digunakan sebagai bagian dari program
maintenance berbasis kondisi yang komprehensif. Karena sistem mekanis
atau mesin bertanggung jawab atas sebagian besar peralatan plant, maka
monitoring vibrasi umumnya merupakan komponen kunci dari sebagian
besar program maintenance berbasis kondisi. Namun, monitoring vibrasi
tidak dapat memberikan semua informasi yang diperlukan untuk program
maintenance berbasis kondisi yang berhasil. Teknik ini terbatas pada
condition monitoring mekanis dan bukan parameter penting lainnya yang
diperlukan untuk menjaga reliability dan efisiensi mesin. Oleh karena itu,
program maintenance berbasis kondisi komprehensif harus mencakup teknik
pemantauan dan diagnostik lainnya. Teknik-teknik ini meliputi:
1. Monitoring vibrasi.
Analisis vibrasi mendeteksi gerakan berulang permukaan pada mesin
yang berputar atau berosilasi. Gerakan berulang dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan, misalignment, resonansi, efek listrik, kesalahan
bantalan elemen bergulir, atau banyak masalah lainnya. Berbagai
frekuensi vibrasi dalam mesin yang berputar berhubungan langsung
dengan geometri dan kecepatan operasi mesin. dengan mengetahui
hubungan antara frekuensi dan jenis cacat, analis vibrasi dapat
menentukan penyebab dan tingkat keparahan kesalahan atau kondisi
permasalahan. Histori dari mesin dan pola degradasi sebelumnya
sangatlah penting dalam menentukan kondisi operasi mesin saat ini dan
di masa depan.
2. Analisis akustik.
Emisi akustik didefinisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan generasi,
transmisi, penerimaan dan efek suara. Ini adalah suara struktural atau
air-borne yang dapat dideteksi yang dapat memanifestasikan dirinya
sebagai sinyal pada benda-benda mekanik, gelombang tekanan yang
terkait dengan bocornya uap atau gas, atau dengung pada peralatan
listrik. Teknologi akustik mencakup frekuensi serendah 2 Hz dan setinggi
rentang mega-Hertz. Melalui proses pemfilteran, passing pita frekuensi,
dan pemilihan sensor, potensi penggunaan untuk pengujian akustik
untuk mendiagnosis kondisi peralatan dan pengoperasian hampir tidak
terbatas.
160
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
161
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Selain itu, task maintenance yang hilang bisa berdampak mahal. Sementara
para pengguna umumnya merawat peralatan mereka, survei baru-baru ini
terhadap personel layanan menemukan bahwa 40-50% layanan dapat
dikaitkan dengan task maintenance yang terlewatkan seperti penggantian
consumable atau pembersihan secara berkala. Sebuah studi aktuaria lima
tahun menemukan bahwa Preventive maintenance yang teratur dapat
menghemat rata-rata 3,4 hari per tahun; mengurangi biaya layanan sebesar
41%; dan mengurangi perbaikan tak terduga sebesar 35%.
Ada kalanya industri kita terlalu terisolasi dari industri sejenis. Jelaslah bahwa
manajemen fasilitas kelembagaan, dan fasilitas pendidikan khususnya,
mewakili bisnis yang unik. Namun, tampaknya kita tidak membahas apa yang
dipertimbangkan oleh manajer aset lain sebagai best practice sesering yang
seharusnya. Salah satu best practice seperti itu, usage-based maintenance
(UBM), telah ada di bidang manufaktur dan teknologi selama bertahun-
tahun. Praktek ini juga menawarkan manfaat bagi industri manajemen
fasilitas pendidikan.
Mari kita mulai dengan berita yang terbaik: Program UBM memberikan
semua manfaat dari program Preventive maintenance tradisional (seperti
yang paling sering terlihat dalam pendidikan tinggi) tetapi lebih murah untuk
dilaksanakan. Mengingat bahwa kita semua berusaha untuk mencapai
162
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Mengklasifikasikan Aset
163
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Aset terikat adalah aset yang tidak memiliki komponen bergerak dan tidak
tunduk pada beragam permintaan layanan. Barang-barang yang dapat
dioperasikan yang membutuhkan energi untuk bisa berfungsi masuk di
golongan ini karena berdampak pada biaya energi. Barang-barang yang
menggunakan sumber daya seperti air dan dapat dioperasikan seperti
perlengkapan kamar mandi sudah termasuk juga. Aset ini memenuhi satu
atau lebih kriteria berikut:
• Mengkonsumsi energi
• Bersifat elektromekanis dan melakukan suatu fungsi
• Memberikan pemanasan atau pendinginan untuk penghuni gedung
• Semua jenis pencahayaan internal atau eksternal
Setelah daftar kandidat UBM dibuat, kita harus merujuk pada task dan
frekuensi maintenance yang disarankan oleh pemanufaktur Semakin lama,
pemanufaktur menentukan task maintenance berdasarkan jam operasional.
Jika demikian, kita dapat menggunakan data ini dan langsung ke upaya
pengumpulan data berikutnya: mengukur pemakaian. Pilihan terbaiknya
adalah dengan mengeksploitasi sistem otomasi gedung (Building Automation
System, BAS) dan parameter operasi pengumpulan untuk semua peralatan
dalam daftarnya. Informasi ini digunakan untuk mendorong dimulainya
kegiatan PM alih-alih penggunaan kalender. Informasi lainnya seperti
penurunan tekanan dan perubahan suhu adalah kandidat yang ideal untuk
mendorong bentuk UBM ini juga.
Beban "Normal"
Terkadang jam task dan frekuensi tidak tersedia dalam format penggunaan.
Dalam hal ini, kita harus mengonversi task dan frekuensi standar yang
dipublikasikan, dengan asumsi mereka didasarkan pada apa yang dianggap
sebagai beban normal. “Normal" ini umumnya menunjukkan bahwa sistem
beroperasi dalam lingkungan bisnis yang khas dengan jam normal, misalnya,
8:00 pagi - 5:00 sore. Jika informasi ini tidak tersedia, maka profesional
fasilitas dapat memperkirakan penggunaan tipikal untuk setiap kelas aset,
dan value ini ditambah dengan task dan frekuensi yang terkait menjadi
164
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Dengan kata lain, task PM bulanan dikonversi menjadi jam operasi dengan
memperkirakan hari yang dioperasikan per bulan menjadi jam. Angka ini
sekali lagi adalah baseline dan tidak dimodifikasi untuk peningkatan atau
penurunan kondisi pemakaian. Frekuensi task dan frekuensi maintenance
yang dipublikasi atau plant dimuat ke dalam sistem manajemen maintenance
sebagai task dan jam operasional (frekuensi).
Beberapa dari kita tidak akan dapat menggunakan data BAS untuk
mendorong aktivitas PM. Pilihan kedua adalah pengukuran sementara atau
bahkan pengamatan fisik untuk membuat set sampel. Meter biaya rendah
dapat dipasang untuk memantau operasi selama berbagai periode untuk
mengumpulkan kumpulan sampel yang representatif. Jika ini tidak
memungkinkan, maka jam operasional yang diamati dapat dikumpulkan
dengan secara strategis memantau aset operasi. Data ini kemudian
disegarkan secara berkala dan dimuat ke dalam sistem maintenance atau
sistem berbasis kertas untuk mendorong frekuensi task PM untuk beragam
bangunan dan sistem terkait.
165
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Ini adalah teknik penting dalam aspek industri tertentu. Pada dasarnya, RTF
itu bisa diilustrasikan dengan pasta gigi yang usia pakainya habis begitu isi
odolnya habis. Tidak ada maintenance apapun yang bisa membuat tabung
odolnya terisi. Ketika sudah habis, maka tinggal beli saja yang baru.
166
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Dalam beberapa industri, banyak peralatan bersifat RTF seperti program luar
angkasa di mana satelit berada di luar jangkauan manusia dan tidak dapat
diservis.
Aset berusia pendek tidaklah kuat atau secara desain tidak tahan lama.
Termasuk di dalamnya adalah bola lampu pijar, motor pintu overhead,
pompa sirkuit, pemanas air, lampu peringatan lalu lintas udara di menara
radio, atau apa pun yang biasanya diganti 5 kali atau lebih dalam masa pakai
bangunan.
Aset sekali pakai adalah item-item yang umumnya murah atau sekali pakai.
Ini dapat mencakup peredam kejut mobil, ban mobil, signage, piston
pneumatik pada jalur perakitan, sebagian besar kartrid printer, hingga sapu
dan pel.
Aset tahan lama atau aset yang tidak dapat di-maintain adalah barang yang
tidak diharapkan bisa aus, seperti fondasi beton bangunan atau struktur baja
interior bangunan bertingkat tinggi. Mereka semua tidak memerlukan
maintenance untuk memenuhi fungsinya dan juga tidak diharapkan sampai
mengalami gagal.
Aset dengan kapitalisasi rendah adalah aset yang bisa jadi mengalami
maintenance, seperti alat pemadam kebakaran yang diisi ulang setelah
digunakan, tetapi dibuang berdasarkan usia atau kondisinya. Ini bisa
termasuk rak sepeda, perabot kantor, detektor asap, ballast lampu neon,
kipas langit-langit, peralatan olahraga, alat maintenance seperti bor listrik
dan pita pengukur, atau peralatan kantor seperti monitor, mouse, keyboard,
atau tikar kursi.
Aset non-kritis seperti elemen kompor yang mengalami gagal hanya akan
menyebabkan kemungkinan penggantian ketika sudah berubah menjadi
tidak nyaman. Kompor biasanya memiliki empat atau lebih elemen
permukaan sehingga fungsi perangkatnya hampir tidak terganggu karena
kegagalan tunggal.
167
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Untuk aset murah yang cepat dan mudah diganti, bisa jadi lebih
murah untuk menggunakan "Gagal dan Ganti" daripada sampai
mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk melakukan task Preventive
maintenance.
Run to failure juga jadi masuk akal diterapkan jika suku cadangnya
murah dan tersedia dalam persediaan suku cadang, dan jika biaya
tenaga kerja untuk memperbaiki atau mengganti asetnya itu murah.
Langkah Dua: Ketahui biaya tenaga kerja yang terkait dengan life
cycle aset yang dipertimbangkan.
168
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
169
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Ada saat-saat tertentu ketika Run to Failure bukan jadi pilihan yang tepat,
selain karena pertimbangan konsekuensi operasional. Dalam keadaan
berikut, Run to Failure bukan merupakan pilihan dan perlu dihindari;
170
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Konsekuensi ke arah kesehatan & safety adalah area lain yang tidak
cocok untuk run to failure. Konsekuensi dari kegagalan dapat
menyebabkan cedera atau kematian, dan karena itu run to failure
bukanlah pilihan yang layak.
Ada dua hasil yang bermanfaat saat menggunakan RTF. yang satu
menghemat biaya sementara yang lain meningkatkan produktivitas. Idealnya
itu adalah gabungan dari keduanya.
171
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Breakdown Maintenance
Keunggulan
▪ Diperlukan perencanaan yang minimal
▪ Prosesnya sangat sederhana sehingga mudah dimengerti
▪ Diperlukan lebih sedikit staf karena lebih sedikit pekerjaan yang
dilakukan sehari-hari
Kelemahan
▪ Kegagalannya sangat tidak terduga
▪ Bisa sangat mahal
▪ Prosesnya rawan menimbulkan risiko safety bagi karyawan dan aset
lainnya.
Preventative Maintenance
Keunggulan
▪ Mempertahankan aset dan beroperasi lebih lama dari jenis
maintenance lainnya
▪ Biaya perbaikan jangka panjangnya biasanya jauh lebih rendah
▪ Safety meningkat karena berkurangnya kemungkinan kegagalan
katastropik
172
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Kelemahan
▪ Lebih kompleks dari jenis maintenance lainnya
▪ Membutuhkan lebih banyak investasi sejak dini.
Keunggulan
▪ Biasanya terdiri dari task-task yang tidak memerlukan pelatihan
ekstensif, seperti melumasi dan memasang kembali sekrup
▪ Biaya jangka panjang yang lebih rendah dibandingkan dengan
breakdown maintenance
Kelemahan
▪ Diperlukan waktu perencanaan
▪ Parts-nya sering diganti sebelum akhir usianya, yang lebih makan
biaya daripada menunggu sampai parts bersangkutan gagal
▪ Jika suatu parts mengalami masalah serius sebelum inspeksi
berikutnya, asetnya tetap bisa mengalami gagal.
Predictive Maintenance
173
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Keunggulan
▪ Biaya dan downtime mesin bisa dijaga seminimal mungkin
▪ Kemungkinan kegagalan terjadi berkurang dan reliability meningkat
Kelemahan
▪ Biaya di muka lebih tinggi daripada strategi maintenance dasar.
Condition monitoring
Keunggulan
▪ Masalah dengan komponen dapat diidentifikasi sebelum terjadinya
kegagalan
▪ Perbaikan dapat dilakukan pada aset agar bisa tetap berjalan
dengan gangguan minimal terhadap produktivitas
▪ Biaya jangka panjangnya sangat rendah dibandingkan dengan biaya
kegagalan
Kelemahan
▪ Diperlukan investasi jangka pendek.
Seperti yang bisa kita lihat, ada banyak pilihan dalam hal strategi
maintenance yang berbeda. Apa pun kebutuhan kita, akan ada strategi yang
cocok untuk kita. Cukup pertimbangkan pro dan kontra dari masing-masing
strategi maintenance dan pilih salah satu yang paling cocok untuk aset kita.
174
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Maintenance adalah salah satu tool utama dari manajemen aset. Ini dapat
didefinisikan sebagai aktivitas restorasi di mana perangkat yang gagal
ditangkap, dikurangi, atau dihilangkan. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan durasi masa pakai komponen dan menunda kegagalan yang
biasanya membutuhkan perbaikan mahal. dengan demikian, task
maintenance memperlambat proses penurunan kualitas. Gambar 53
menunjukkan peningkatan deteriorasi yang dinyatakan dalam hal penurunan
value aset. Kurva value aset dalam diagram di sini disebut sebagai kurva
hidup (life curve).
175
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Jika kegagalan/failure diidentifikasi dengan kondisi value aset nol dan masa
pakai didefinisikan sebagai waktu rata-rata menuju kegagalan, perpanjangan
hidup T 0 ke T, ketika Kebijakan 1 diterapkan alih-alih mengabaikan
maintenance, dan T 1 ke T 2, ketika Kebijakan 1 digantikan oleh Kebijakan 2,
ditunjukkan dengan jelas dalam gambar. Sejauh menyangkut reliability,
Kebijakan 2 lebih unggul daripada Kebijakan 1.
176
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Fungsi dalam bahasan kegagalan aset adalah apa yang diharapkan dari suatu
aset dan bisa juga apa saja yang harus dipatuhi oleh suatu aset, seperti warna
atau bentuk. Fungsi suatu aset tidak harus tepat. Dalam beberapa kasus,
cukup jika kinerja suatu aset berada dalam beberapa interval, misalnya,
untuk oven dalam menghasilkan suhu. Adalah dimungkinkan untuk membagi
fungsi menjadi dua subkategori, yaitu,
177
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Efek kegagalan adalah apa yang terjadi ketika mode kegagalan terjadi.
Efeknya termasuk bukti kegagalan, safety, dan bahaya lingkungan atau efek
produksi.
Interval P – F
178
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Kegagalan
Kegagalan Non-Usia
179
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
dapat terjadi secara acak. Untuk kegagalan ini, tidak ada titik waktu ketika
kemungkinan kegagalan meningkat.
Kegagalan Tersembunyi
Maintenance
180
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Preventive Maintenance
Predetermined Maintenance
181
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Corrective Maintenance
Failure-Finding Tasks
182
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Redesign
183
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
184
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
"I". “Delay time" juga dikenal sebagai Interval PF, (waktu dari Potensi ke
Kegagalan aktual) adalah waktu yang diperlukan kondisi gangguan untuk
memburuk menjadi kegagalan aktual. Idenya adalah untuk mengatur interval
pemantauan tidak lebih dari setengah delay time, sehingga kesalahan akan
terdeteksi seperti ditunjukkan Gambar 58, pada waktunya untuk tindakan
perbaikan yang akan dilakukan sehingga kegagalan yang sebenarnya dapat
dihindari.
185
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Keterbatasan
186
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Selalu ada ruang untuk peningkatan dalam hal reliability dan masa depan
masih memiliki sedikit kejutan untuk membawa praktik predictive
maintenance ke tingkatan yang baru. Level baru itu adalah prescriptive
maintenance. Kata ini akan menjadi lebih umum dalam beberapa tahun
mendatang di industri reliability dan maintenance. Prescriptive maintenance
dapat didefinisikan sebagai konsep yang tidak hanya mencakup mendeteksi
penurunan value aset di masa mendatang, tetapi juga menetapkan solusi
187
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Berkatnya, kita dapat mendeteksi masalah aset kita dengan lebih awal dan
lebih mudah. Ini memberi kita waktu untuk memanfaatkan sistem CMMS
dengan sebaik-baiknya untuk membuat penilaian tentang kondisi aset dan
kemudian merencanakan kegagalan sesuai jadwal kita sendiri. Kita jadi punya
lebih banyak waktu dalam menemukan solusi untuk kegagalan dan itu adalah
tujuan utama predictive maintenance juga. Ada banyak organisasi yang
masih melakukan dan lebih memilih prescriptive maintenance tetapi mereka
mencakup elemen dasar maintenance juga.
Ketika kita bisa mendapatkan data kegagalan dan waktu kerusakan secara
dini, kita dapat menganalisis datanya dengan lebih baik dan hasilnya bisa bisa
diperiksa oleh teknisi dan departemen operasi. Kita perlu memiliki tim
Subject Matter Expert dan Data Scientist untuk bekerja pada teknologi Big
Data dan IIOT guna mendapatkan saran-saran yang dapat membantu kita
188
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
membuat kerja staf jadi jauh lebih sederhana. Proses ini tidak begitu mudah
dan butuh banyak waktu untuk bisa mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Kita harus bersabar karena butuh waktu untuk bisa mulai mendapat manfaat
darinya.
Evolusi Maintenance
189
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Saat ini, kita memiliki sensor canggih yang memantau banyak variabel,
menutup celah informasi, menghilangkan silo data, dan mengisi repositori
Big Data di cloud, di mana Artificial Intelligence (AI), Advanced Pattern
Recognition (APR), Machine Learning (ML), dan analisis canggih menciptakan
keajaiban pada beragam tantangan industri.
190
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
(RxM), data diasimilasi dari beragam variabel proses dan kinerja dan dijalin
menjadi rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti (atau "resep”, prescription)
tentang apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya, dan bagaimana.
Menjelang tindakan maintenance, data dan analisis akan terus terjadi, terus-
menerus menyesuaikan hasil potensial dan membuat rekomendasi yang
direvisi, hingga akan terus meningkatkan akurasi hasil. Setelah kegiatan
maintenance selesai, mesin analitis akan terus memantau peralatan dan
menentukan apakah kegiatan maintenance-nya telah efektif.
Gagasan-gagasan ini bisa jadi luar biasa, tetapi dalam kasus ini, seperti dalam
kebanyakan kasus, adalah perencanaan dan bukannya kekhawatiran yang
bisa jadi penyelamat. Daripada mencoba lompatan heroik dari maintenance
reaktif ke preskriptif, organisasi dan perusahaan reliability dapat melakukan
banyak kegiatan hari ini untuk mempersiapkan IIoT dan untuk prescriptive
maintenance sambil secara bersamaan menemukan pengurangan langsung
dalam biaya maintenance dan peningkatan availability.
191
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Salah satu manfaat IIoT yang paling sering dikutip adalah eliminasi
Downtime, oleh karenanya peningkatan langsung pada produksi dan
profitabilitas. Tetapi manfaat hanya bisa datang ketika perusahaan menjauh
dari kebiasaan lama seperti maintenance reaktif atau preventif dan siap
untuk bertindak berdasarkan informasi terperinci yang mampu memprediksi
kegagalan aset.
192
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
193
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Prescriptive maintenance membuat analisis ini jadi lebih maju dengan tidak
hanya memprediksi peristiwa kegagalan, tetapi juga merekomendasikan
tindakan apa yang harus diambil. Hasil potensial ketika tindakan yang
direkomendasikan tersebut dilakukan kemudian dihitung dan diantisipasi.
Prescriptive Analytics
194
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Pengembangan REOC juga tak bisa dipisahkan dari tata nilai yang tumbuh di
lingkungan perusahaan sebagai budaya perusahaan, yakni IP AKSI. Di mana,
nilai Profesional dan Proaktif tercermin secara nyata melalui kehadiran
operation centre.
195
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
196
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Konsep & Fitur Konsep REOC mengusung tiga fungsi, yaitu Analyze, Advise,
dan Optimize. Analyze diterjemahkan dalam kegiatan monitoring parameter
pembangkit untuk mengetahui adanya penyimpangan parameter yang
menyebabkan losses dan penurunan potensi produksi.
Penerapan REOC sendiri meliputi 4 elemen yang terdiri atas Level 1 hingga
Level 4. Pada setiap Level, terdapat beberapa fitur yang sudah online, seperti
View DCS di Level 1.
Di Level 2, fitur yang sudah online, antara lain Command Dispatch REOC,
Boiler Parameter Monitoring, Generator Parameter Monitoring, Coal Fired
Steam Power Plant Controlable Losses Monitoring, Mill Operation Parameter
Monitoring, serta Efficiency Monitoring. Sementara, fitur Turbine
197
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
198
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
menyelesaikan secara lebih cepat dan lebih baik, yang pada akhirnya bisa
menghemat uang organisasi.
Perubahan Tenaga Kerja: Saat pegawai senior pensiun, dan pekerja baru
yang lebih muda datang, REOC memberi mereka tool pintar yang bisa
membantu dalam melakukan pekerjaan. Pekerja yang bahagia dan efektif
akan menghemat waktu, yang kemudian menghemat uang.
199
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
200
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Perihal pokok dalam proses WP&C Management yang efektif adalah sebagai
berikut:
1. Menjamin safety dengan melakukan identifikasi, pemilihan,
perencanaan, koordinasi, dan eksekusi pekerjaan yang tepat untuk
mengoptimalkan availability dan reliability dari equipment dan
system.
201
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
202
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Dalam aktivitas WPC beberapa indikasi yang perlu menjadi perhatian adalah:
1. Tingkat kesiapan supporting (misal: WO pending caused by material,
expert dan sebagainya).
2. Tingkat kualitas pemeliharaan (misal: re-work event dan
sebagainya).
3. Tingkat efektivitas perencanaan (misal: WO open caused by waiting
for preparation dan sebagainya).
203
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
204
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
205
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Work Execution
2. Preventive Maintenance - PM
Aktivitas ini dilakukan oleh kru Pemeliharaan (mesin, listrik, instrumen dan
sipil) atau bisa juga dilakukan oleh pihak luar namun tetap dalam
pengawasan kru Pemeliharaan (umumnya untuk PM yang sederhana seperti
AC, lampu penerangan dan sebagainya).
4. Overhaul - OH
Aktivitas ini dilakukan oleh kru UPHAR (Unit Pelayanan Pemeliharaan), sesuai
dengan work flow yang tertuang dalam PJB IMS. Pada prinsipnya, overhaul
dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok pekerjaan yaitu:
a. Simple Inspection (atau nama lain sejenisnya) - Pada prinsipnya
adalah melakukan “tune up” pada bagian yang cepat mengalami
kerusakan / keausan
b. Mean Inspection (atau nama lain sejenisnya) - Target pencapaian
dalam pelaksanaan Mean Inspection adalah “tune up” pada bagian
– bagian yang menimbulkan losses yang besar
c. Serious Inspection (atau nama lain sejenisnya) - Pekerjaan ini
dilakukan untuk mengembalikan performance unit ke kondisi
semula (capacity, heat rate dan sebagainya).
206
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Aktivitas ini harus terencana dan tertuang dalam RJPP / RKAP. Aktivitas ini
pada umumnya merupakan tindak lanjut dari Failure Defence Planning, yang
dihasilkan dari proses Reliability Management (FMEA/RCFA), OEE dan Pareto
Analysis.
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mengidentifikasi semua kelainan yang
terjadi di area unit sehingga memudahkan bagi Planner (Rendal Har) untuk
memprioritaskan pekerjaan perbaikan.
Work Execution
Aktivitas pemeliharaan ini dilakukan oleh operator pada saat unit atau
peralatan sedang dalam kondisi beroperasi atau siaga (stand by). Aktivitas
ini, terintegrasi dengan ILS/SR dan tercatat dalam SIT ELLIPSE/Maximo.
207
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
2. Corrective Maintenance – CR
Aktivitas ini dilakukan oleh kru Pemeliharaan, berdasarkan work order yang
di approve oleh Rendal Har.
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memperbaiki kelainan pada peralatan
yang timbul sehingga dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Emergency Maintenance - EM
5.3.3 Improvement
Aktivitas ini dilakukan oleh Rendal Har atau bisa juga dilakukan oleh kru
Enjiniring untuk mendapatkan opportunity highlight yang berupa:
maintenance cost, reliability performance, loss of opportunity maupun risk
mapping.
208
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
209
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
210
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
5.4.2 Katalogisasi
211
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
212
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Jika dependent demand-nya cukup teratur, hal ini akan dapat dikelola dengan
memesan jumlah yang cukup secara teratur untuk memenuhi permintaan.
Variasi sesekali dari rata-ratanya akan ditangani dengan memvariasikan
pesanan dan dengan menyimpan safety stock.
213
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Untuk item permintaan independen yang fast moving, siklus khas Level stok
dari pemesanan hingga pemesanan ulangnya ditampilkan secara grafis pada
Gambar 62.
214
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
Level Reorder
Level pemesanan ulang atau reorder adalah Level persediaan sehingga, ketika
stok bersihnya jatuh di bawahnya, maka harus dilakukan pemesanan. Level
pemesanan ulang diwakili oleh garis putus-putus horizontal pada Gambar
62. Nilai pedoman untuk tingkat pemesanan ulang adalah dua kali lipat dari
permintaan rata-rata dalam waktu tunggu.
Lead Time
Waktu tunggu atau lead time adalah waktu yang diambil dari saat Level
netnya turun di bawah tingkat pemesanan ulang hingga itemnya tersedia
untuk diterbitkan. Perkiraan waktu tunggu harus mencakup:
• Waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasi bahwa stok telah
jatuh di bawah tingkat pemesanan ulang
• Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemesanan
• Waktu dari Penyedia menerima pesanan pengiriman
• Waktu mulai dari pengiriman hingga barang tersedia untuk
pengguna, misalnya, check in dan peletakan di rak.
Selama lead time, stok akan terus digunakan. Jumlah rata-rata stok yang
digunakan dalam lead time dikenal sebagai permintaan lead time rata-rata,
atau hanya sebagai permintaan lead time. Level pemesanan ulang harus
diatur ke Level yang biasanya akan mencakup permintaan lead time,
sehingga tidak sampai terjadi kehabisan stok yang sebenarnya. Namun, jika
tingkat pemesanan ulangnya tinggi, berarti yang sering terjadi adalah stok
yang berlebihan. Nilai pedoman untuk tingkat pemesanan ulang adalah dua
kali lipat dari permintaan rata-rata dalam waktu tunggu.
Kuantitas Reorder
215
Pengoptimalan Maintenance untuk Reliability dan Availability
216
Bab VI Organisasi dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Ada dua skema pengembangan yang akan ditempuh oleh Indonesia Power,
yaitu pengembangan yang dilakukan sendiri dan pengembangan melalui
anak perusahaan. Di masa mendatang, pengembangan melalui anak
perusahaan akan memegang peran penting dan porsi yang besar mengingat
keterbatasan PLN dalam hal pendanaan pengembangan pembangkit,
sehingga Indonesia Power didorong untuk melakukan joint venture dengan
perusahaan swasta, melalui PT. Putra IndoTenaga (PIT) sebagai kendaraan
utama untuk mengeksekusi strategi tersebut.
217
Organisasi dan Pengembangan SDM
Kesamaan Peralatan
218
Organisasi dan Pengembangan SDM
Standar Kinerja
219
Organisasi dan Pengembangan SDM
Penyedia Pilihan
220
Organisasi dan Pengembangan SDM
221
Organisasi dan Pengembangan SDM
222
Organisasi dan Pengembangan SDM
Penilaian Kualifikasi
Penilaian Penyedia dilakukan baik terhadap Penyedia yang baru pertama kali
maupun yang sudah beberapa kali bekerja untuk Indonesia Power, diawali
pada saat Penyedia mengikuti proses pengadaan termasuk sikapnya pada
saat mereka dinyatakan sebagai pemenang atau sebagai pihak yang kalah
dalam proses pengadaan dan kinerjanya pada saat dalam tahap pelaksanaan
pekerjaan.
Penilaian dari Penyedia kepada Indonesia Power diperlukan, karena hal itu
akan sangat membantu terutama pada saat Perusahaan membutuhkan
barang/jasa yang sangat mendesak akibat kondisi darurat yang terjadi.
223
Organisasi dan Pengembangan SDM
Tes formal haruslah diselenggarakan sebagai bagian dari proses akuisisi, baik
dalam memutuskan akuisisi dan memverifikasi peralatan yang dipilih. Hasil
yang diperoleh dalam penerapan rencana pengujian dan evaluasi akan
membentuk tonggak penting dalam proses akuisisi selanjutnya.
224
Organisasi dan Pengembangan SDM
Strategi peningkatan keamanan dan jumlah pasokan energi primer non BBM
dengan harga yang kompetitif tidak akan bisa tercapai kecuali Indonesia
Power memiliki kekokohan dalam pengelolaan kontrak.
225
Organisasi dan Pengembangan SDM
Kegiatan Non-core
adalah non-inti. Kegiatan non-inti adalah kandidat yang siap untuk di-
outsourcing ke organisasi yang berspesialisasi dalam fungsi yang relevan, dan
yang cenderung mengambil kontrak serupa dengan berbagai organisasi yang
bisnis intinya dapat sangat bervariasi.
226
Organisasi dan Pengembangan SDM
Pemain Minor
Pengalihdayaan ini juga masuk akal untuk kegiatan teknis di mana organisasi
kita adalah pemain yang relatif kecil. Contohnya termasuk:
• Perbaikan motor listrik
• Analisis kondisi minyak
• Maintenance pemanas, ventilasi, dan pendingin udara
Area umum lain untuk penggunaan sumber daya kontrak adalah dalam
memenuhi puncak aktivitas, seperti personel maintenance yang diperlukan
untuk pekerjaan shutdown.
Kegiatan Inti
Area Permasalahan
Yang terbaik adalah tidak melakukan outsourcing kegiatan yang saat ini
menyebabkan permasalahan. Selesaikan masalahnya dulu secara in-house
dan kemudian pertimbangkan outsourcing setelah solusi kerja yang
227
Organisasi dan Pengembangan SDM
Dari sudut pandang pekerja, alih daya dapat berarti hilangnya pekerjaan.
Tetapi banyak pekerja mendapat manfaat dari mengejar kegiatan baru, dan
beberapa menemukan pekerjaan terkait dengan task asli mereka, tetapi atas
dasar itu, mengingat peningkatan fleksibilitas yang terlibat, memberikan
manfaat bagi mereka dan juga bagi majikan asli mereka.
228
Organisasi dan Pengembangan SDM
229
Organisasi dan Pengembangan SDM
Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni
tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-
kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan,
traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis
adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam
masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya.
Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.
2. Subjek hukum
3. Adanya Prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu
prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: memberikan
sesuatu; berbuat sesuatu; tidak berbuat sesuatu.
4. Kata sepakat
230
Organisasi dan Pengembangan SDM
5. Akibat hukum
Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat
hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Pengertian
perjanjian sebagai kesepakatan yang dibuat oleh para pihak mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat. Adapun pengertian kontrak tidak disebut
secara tegas dalam literatur hukum. Kontrak lebih merupakan istilah yang
digunakan dalam perikatan-perikatan bisnis disamping MoU dan LoI, yang
pemakaian istilahnya bersifat khusus untuk perikatan bisnis. Kontrak yang
dibuat dalam hubungan bisnis memiliki sifat yang tidak berbeda dengan
perjanjian, yaitu ikatan yang memiliki akibat hukum.
Buruh Saja
Buruh dipekerjakan dan bekerja sesuai arahan staf in-house.
Paket Kerja
Tenaga kerja, alat, dan suku cadang disediakan untuk melakukan pekerjaan
yang ditentukan. Contoh: Kontrak bangunan; Inspeksi dan maintenance rutin
sistem safety kebakaran.
Lump Sum
Kontraktor setuju untuk memelihara sistem sebagai imbalan atas jumlah
uang yang disepakati. Rincian kebijakan maintenance diserahkan kepada
kontraktor. Standar tingkat layanannya didefinisikan.
231
Organisasi dan Pengembangan SDM
Berbasis Kinerja
Mirip dengan Lump Sum kecuali bahwa pembayaran disesuaikan (naik atau
turun) sesuai dengan standar kinerja yang disepakati, seperti:
• Availability plant,
• Waktu respons terhadap kegagalan,
• Kemampuan patuh jadwal, dan
• Turnaround untuk rotable.
Ini cocok untuk situasi di mana kriteria kinerjanya dapat dengan mudah
ditentukan. Ini umumnya adalah jenis kontrak yang disukai untuk situasi
operasional.
Aliansi
Pemilik proyek dan kontraktor bekerja secara terpadu untuk mencapai hasil
target. Jenis kontrak ini bisa jadi diperlukan untuk proyek yang melibatkan
pengembangan teknologi dan/atau integrasi sistem. Agen outsourcing dan
kontraktor penting untuk menyepakati:
• Hasil target proyek,
• Insentif komersial, dan
• Hak kekayaan intelektual.
Konflik dapat dengan mudah muncul dalam bidang-bidang ini dan diperlukan
itikad baik kooperatif untuk mencapai keberhasilan. Risikonya cenderung
kembali ke pihak yang melakukan outsource — berhati-hatilah dengan ini.
Fitur Kontrak
232
Organisasi dan Pengembangan SDM
233
Organisasi dan Pengembangan SDM
234
Organisasi dan Pengembangan SDM
Pada dasarnya kontrak yang dibuat oleh para pihak berlaku sebagai undang-
undang yang membuatnya. Oleh karena itu, untuk merancang suatu kontrak
diperlukan ketelitian dan kecermatan dari para pihak, baik pihak kreditur
maupun debitur, pihak investor maupun pihak yang bersangkutan,
perancang kontrak maupun notaris.
235
Organisasi dan Pengembangan SDM
236
Organisasi dan Pengembangan SDM
2) Perpajakan
Pada dasarnya di dalam setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak
mengandung kewajiban untuk membayar pajak pada negara, baik itu PPh,
BPHTB, dan bea materai. Pengenaan pajak ini disesuaikan dengan objek
kontrak.
4) Masalah keagrariaan
Perancang kontrak juga harus memperhatikan masalah-masalah yang
berkenaan dengan hukum agraria, apabila objek kontrak atau perjanjian
berupa tanah atau semacamnya.
5) Pilihan hukum
Dalam suatu kontrak yang berlaku secara internasional, pilihan hukum
menjadi sangat penting dalam perancangan kontrak. Pilihan hukum ini
berkaitan dengan hukum apakah yang akan digunakan. Apabila terjadi
sengketa antara para pihak.
6) Penyelesaian sengketa
Perjanjian tidak selalu dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu, dalam setiap kontrak perlu dimasukkan klausul mengenai
sengketa apabila salah satu pihak ingkar janji (wanprestasi).
7) Pengakhiran kontrak
Dalam Pasal 1266 KUHPerdata ditentukan bahwa: “Tiap-tiap pihak yang
akan mengakhiri kontrak harus dengan keputusan pengadilan yang
mempunyai yurisdiksi atas kontrak.” Ketentuan ini bertujuan melindungi
pihak yang lemah.
237
Organisasi dan Pengembangan SDM
238
Organisasi dan Pengembangan SDM
kaitannya dengan pengadaan barang dan jasa. Hal ini ditujukan agar seluruh
proses bisnis dan operasional dapat berjalan secara obyektif dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan obyektif, menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun, dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak.
239
Organisasi dan Pengembangan SDM
240
Organisasi dan Pengembangan SDM
Indonesia Power meyakini bahwa SDM yang andal dan mumpuni mampu
memberikan kontribusi penting bagi kesinambungan dan perjalanan bisnis
Perusahaan ke depan. Keyakinan tersebut berdasarkan pada pandangan
bahwa SDM yang memiliki kapasitas yang baik merupakan kunci bagi
keberhasilan Perusahaan untuk mewujudkan visi dan misi, rencana jangka
panjang, serta kinerja yang berkelanjutan. Karena itu, manajemen Indonesia
Power memberi perhatian yang sangat besar terhadap pengelolaan dan
pengembangan kompetensi karyawan agar mampu bersaing di tengah
kompetisi bisnis yang semakin ketat. Perhatian pada SDM tersebut dimulai
sejak rekrutmen, pengelolaan, hingga usai pengabdian.
241
Organisasi dan Pengembangan SDM
242
Organisasi dan Pengembangan SDM
243
Organisasi dan Pengembangan SDM
Ini adalah persyaratan yang cukup umum, dan tidak memberikan banyak
panduan tentang bagaimana cara memastikan bahwa ini telah terpenuhi.
Kita akan mengisi celah itu melalui kerangka kerja berikut yang bisa
memberikan panduan mengenai kompetensi yang dibutuhkan.
244
Organisasi dan Pengembangan SDM
Kerangka kerja ini didasarkan pada sekitar tujuh "peran" Manajemen Aset
kunci, khususnya:
1. Pengembangan kebijakan
2. Pengembangan strategi
3. Perencanaan manajemen aset
4. Penerapan rencana manajemen aset
5. Pengembangan kapabilitas manajemen aset
6. Manajemen risiko dan peningkatan kinerja
7. Manajemen pengetahuan aset
Kerangka kerja ini kemudian menetapkan satu atau lebih "unit kompetensi"
untuk setiap peran. Ada 27 unit kompetensi secara total, dan ini memiliki
judul seperti:
▪ Kembangkan strategi AM
▪ Buat dan akuisisi aset
▪ Dll.
245
Organisasi dan Pengembangan SDM
Karena persyaratan kompetensi IAM ini masih cukup umum (dan, sampai
batas tertentu demikian juga kompetensi Council AM), maka penting juga
untuk mengidentifikasi elemen-elemen kompetensi lain yang bisa jadi
spesifik untuk industri atau organisasi kita dan memastikan bahwa ini juga
terdaftar. Beberapa elemen kompetensi ini bisa jadi diperlukan untuk
memastikan kepatuhan dengan undang-undang atau peraturan yang
diberlakukan secara eksternal. Sebagai contoh di banyak industri, posisi
tertentu memegang peran wajib hukum dan petahana mereka diharuskan
memiliki kualifikasi tertentu, telah memiliki pengalaman khusus dan/atau
telah lulus ujian khusus untuk memenuhi persyaratan hukum tersebut.
Selain itu, kita dapat memilih untuk menentukan tingkat kompetensi yang
diperlukan untuk setiap peran dalam organisasi kita. Tingkatan kompetensi
setiap elemen peran diilustrasikan di bawah ini:
246
Organisasi dan Pengembangan SDM
Namun, terlepas dari tingkat detail yang kita tuju dalam memetakan peran
hingga kompetensi, kita harus dapat memberi justifikasi mengapa kita
memilih untuk menuju ke tingkatan detail dalam hal tiga pertimbangan di
atas.
247
Organisasi dan Pengembangan SDM
Pada titik ini, adalah penting untuk memastikan bahwa kita memahami apa
yang dimaksud dengan istilah "kompetensi". Kompetensi dapat didefinisikan
sebagai "kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan sukses atau efisien".
dengan kata lain, kompetensi hanya dapat ditunjukkan dengan benar-benar
melakukan sesuatu. Menghadiri kursus dan memahami teori dan konsep
tidak selalu membuat kita kompeten - kita hanya kompeten ketika kita tahu
bagaimana caranya, dan dapat menunjukkan bahwa kita dapat, menerapkan
konsep dan prinsip ini dalam praktik nyata. Jadi menghadiri kursus dan lulus
ujian teoretis, meskipun itu mungkin merupakan prasyarat yang diperlukan
pada jalur menuju kompetensi, tapi tidak dengan sendirinya mengartikan
bahwa seseorang telah kompeten. Misalnya, hanya karena seseorang telah
lulus ujian teoretis untuk SIM, tidak berarti dia sudah tahu cara mengendarai
mobil.
248
Organisasi dan Pengembangan SDM
249
Organisasi dan Pengembangan SDM
▪ Tambahan, misalnya:
o Referensi dari majikan sebelumnya
o Laporan dari Pengawas
o Buku harian/buku log kerja
o Contoh laporan atau buku kerja
Evidennya harus:
▪ Valid
o Ini terkait dengan unit kompetensi yang dinilai
o Ini mempertimbangkan keempat dimensi kompetensi
(yaitu keterampilan task, keterampilan manajemen task,
keterampilan manajemen kontingensi dan keterampilan
lingkungan kerja/peran yang dibahas di atas)
▪ Mencukupi
o Ini memberikan bukti yang cukup untuk dapat menilai
kompetensi secara memadai
▪ Terbaru
o Cukup baru untuk menunjukkan bahwa keterampilan dan
pengetahuannya masih dapat diterapkan
▪ Autentik
o Harus dibuktikan bahwa karya yang disodorkan sebagai
bukti adalah betul-betul milik individu bersangkutan
250
Organisasi dan Pengembangan SDM
Setelah tingkat kompetensi Manajemen Aset saat ini telah diidentifikasi, ini
dapat dibandingkan dengan kompetensi dan tingkat kompetensi yang
diperlukan dari posisi tersebut. Tindakan yang tepat kemudian dapat
direncanakan dan diambil untuk menjembatani setiap kesenjangan yang
diidentifikasi. Ini biasanya akan dilakukan melalui proses Sumber Daya
Manusia standar untuk Perencanaan Pengembangan Pribadi, dan dapat
menggabungkan kombinasi kehadiran di pelatihan, penyampaian pelatihan
dan coaching satu-satu, atau kegiatan pengembangan pribadi lainnya.
251
Organisasi dan Pengembangan SDM
252
Organisasi dan Pengembangan SDM
253
Organisasi dan Pengembangan SDM
254
Organisasi dan Pengembangan SDM
Operator adalah mata dan telinganya plant. Oleh karena itu, operator perlu
diposisikan secara optimal untuk menyelesaikan masalah sebelum
masalahnya meningkat dan menjadi bencana besar. Sebagai bagian dari
operator driven reliability, operator harus dapat mendeteksi peralatan dan
memproses ketidaknormalan, karena operator tidak hanya mengendalikan
proses, tetapi juga menyediakan pengawasan utama pada pengoperasian
peralatan. Misalnya, ketika melakukan studi Reliability Centered
Maintenance (RCM), personel operasi biasanya ditugaskan sebagian besar ke
task mitigasi risiko, karena mereka biasa mengamati peralatan setiap hari
dan, kemungkinan besar akan menjadi orang pertama yang bisa mengenali
awal masalah sebelum kegagalan bencana terjadi. Personel operasi yang
terlatih memiliki kemampuan untuk beroperasi lebih aman, lebih baik dan
lebih cepat, dan karenanya memiliki nilai yang signifikan bagi fasilitas.
Deteksi dini melalui pengawasan operator yang terfokus (mis. getaran yang
berlebihan, panas yang berlebih, dll.), dapat membantu meminimalkan biaya
perbaikan dan memungkinkan intervensi untuk mengurangi atau
menghindari kerugian produksi. Misalnya, setelah memulai pembacaan
vibrasi genggam mingguan oleh operator di satu fasilitas, seorang operator
menemukan ada pembacaan di luar jangkauan, yang memicu respons
langsung dengan menghubungi tim rotating equipment. Setelah lebih jauh
menilai kondisi peralatan, tim rotating equipment menentukan bahwa
pompanya harus diganti dengan pompa standby sesegera mungkin. dengan
menukar peralatan tadi, fasilitas dapat menghindari kerugian yang
255
Organisasi dan Pengembangan SDM
Operator konsol memiliki kemampuan untuk membuat tren data yang akan
membantu mengidentifikasi segala penurunan kinerja peralatan. Tanda-
tanda degradasi dapat diidentifikasi melalui posisi valve kontrol, laju aliran
feed, laju output aliran produk, suhu, tekanan, dan verifikasi komposisi
produk untuk memenuhi spesifikasi yang diperlukan melalui penganalisa
lapangan.
Operator adalah yang paling dekat dengan peralatan proses dan tahu kapan
peralatan itu berjalan dalam mode stabil. Karena mereka berada di garis
depan, mereka berada pada posisi terbaik untuk mengidentifikasi dan
menangani bahaya. Dalam memperagakan task pembersihan, craftspeople
maintenance mengajari operator bagaimana cara memeriksa peralatannya.
Inspeksi yang dipimpin operator dimaksudkan untuk mengidentifikasi gejala-
gejala kegagalan peralatan dengan peringatan tingkat lanjut yang cukup
sehingga teknisi maintenance dapat memecahkan masalah secara efektif dan
mengambil tindakan yang sesuai. Kriteria pada lembar inspeksi, atau
prosedur, membantu operator mengidentifikasi mode kegagalan cukup awal
untuk memungkinkan mereka menyelesaikan masalah secara sendiri atau
merencanakan dan menjadwalkan tindakan korektif untuk craftspeople
maintenance yang lebih berkualitas untuk melakukannya sebelum kegagalan
peralatan mempengaruhi value stream perusahaan.
256
Organisasi dan Pengembangan SDM
257
Organisasi dan Pengembangan SDM
258
Organisasi dan Pengembangan SDM
5. Manajemen Visual Kontrol visual pada pengukur, Level, meter, dan pipa
memungkinkan transformasi cepat di lapangan. Operator dan teknisi dapat
dengan cepat menentukan apakah peralatannya masih berjalan dengan
benar, memecahkan masalah, dan mendiagnosis masalah. Dashboard
operator memudahkan pekerja di semua shift untuk mempertahankan fokus
pada reliability garis depan.
259
Organisasi dan Pengembangan SDM
Kontrol Visual
Rencana Kerja
Rencana kerja untuk maintenance dan inspeksi peralatan rutin harus ditulis
dengan kualitas yang sama dengan maintenance. Rencana kerja
didokumentasikan dan data apa pun yang dikumpulkan dapat menjadi tren.
Lingkaran umpan baliknya disertakan dalam rencana kerja untuk
peningkatan berkelanjutan. Prosedur inspeksi operator harus mencakup
tindakan korektif sederhana yang dapat diselesaikan operator selama
melakukan inspeksi bersama dengan tugas-tugas identifikasi mode
kegagalan. Operator dapat menulis rencana kerja saat mereka menjalankan
task. Berikan mereka pelatihan, banyak contoh dan juga templat.
260
Bab VII Pengoptimalan Asset Life Cycle
Life Cycle aset adalah serangkaian tahapan yang terlibat dalam pengelolaan
aset. Ini dimulai dengan tahap perencanaan ketika kebutuhan untuk suatu
aset diidentifikasi dan terus berlanjut sampai ke akhir masa pakainya.
Life Cycle aset dapat dilacak dengan cara yang berbeda dan umumnya
dipantau dalam beberapa cara di setiap perusahaan, meskipun ini bukanlah
proses yang diformalkan. Pentingnya setiap life cycle aset tertentu
ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk seberapa mahal asetnya
bilamana diganti, betapa pentingnya hal itu bagi bisnis atau perusahaan, dan
bagi reliability keseluruhan aset yang jadi soroton.
Akhirnya, setiap siklus akan bervariasi, tergantung pada aset yang dimaksud.
Sebagai contoh, satu set tool kunci-pas komprehensif akan memiliki life cycle
261
Pengoptimalan Asset Life Cycle
aset yang sangat berbeda dari seperangkat mesin yang memiliki lifespan
relatif lebih pendek. Namun, tahapan life cycle-nya tetap sama, tidak peduli
diterapkan di mana, dan prinsip yang sama juga dapat diterapkan pada
sebagian besar aset.
Setiap aset memiliki empat tahap yang berbeda dalam life cyclenya:
1. Membuat dan/atau mengakuisisi
2. Menggunakan
3. Mempertahankan dan memelihara
4. Dan memperbarui/membuang aset.
Meskipun tahap life cycle ini tampak sangat sederhana di permukaan, dalam
praktiknya bisa sangat sulit untuk mempertahankan semua aset sesuai
dengan dan di seluruh tahap ini. Mari kita lihat masing-masing dan juga
tujuannya.
1. Pembuatan/akuisisi
Tahap pertama adalah pembuatan atau akuisisi aset yang jadi sorotan.
Tergantung pada perusahaan, ini dapat digabung, untuk menciptakan aset
hibrida yang sangat cocok untuk kebutuhan perusahaan. Ini juga merupakan
tahap di mana banyak kesalahan dapat terjadi.
Jika ada sesuatu yang salah, atau ada yang salah hitung pada tahap ini, ini
akan bisa memengaruhi semua tahap lainnya, sampai aset diperbarui atau
dibuang. Seringkali, ini bisa jadi baru bertahun-tahun kemudian.
262
Pengoptimalan Asset Life Cycle
2. Pemanfaatan
Jika semuanya berjalan dengan baik, maka pemanfaatan akan menjadi fase
di mana asetnya bertahan paling lama. Jika kebalikannya yang terjadi, maka
pemanfaatan aset dapat menjadi mimpi buruk terbesar yang akan dihadapi
oleh perusahaan.
3. Maintenance
4. Pembaruan/pembuangan
Akhirnya, tahap terakhir dalam life cycle aset adalah pembaruan atau
pelepasannya. Semua aset akan menyediakan data yang cukup selama life
cycle mereka untuk memberi tahu perusahaan tentang cara terbaik untuk
bergerak maju. Namun, data ini umumnya tidak dikumpulkan dengan cara
yang paling bisa membantu eksekutif atau manajer dalam membuat
keputusan ini. Perusahaan harus mengetahui hal ini jauh sebelum fase
pembaruan atau pembuangan, sehingga mereka dapat memanfaatkan data
tersebut.
Walaupun ini bisa jadi langsung terlihat, tapi perusahaan jarang mengikuti
semua tahapan ini secara logis. yang sering diabaikan adalah maintenance
proaktif dan pengaturan awal. Ini bisa jadi karena kebijakannya yang
263
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Premis dasar manajemen life cycle aset adalah untuk memperluas kegunaan
aset sejauh yang kita bisa, tanpa kehilangan fungsi apa pun. Perencanaan dan
manajemen yang tepat sangatlah penting untuk proses ini.
Manajemen life cycle aset yang baik terletak pada empat batu loncatan. Ini
termasuk penilaian awal dan berkelanjutan dari situasi, pengumpulan data
dari aset, pembuatan rencana yang diusulkan, dan integrasi di semua aset.
Ini bukan proses empat langkah karena semua batu loncatan dapat
diselesaikan dalam urutan yang berbeda. Rencana dan pengujian yang
diajukan bisa jadi diperlukan sebelum kita dapat menilai situasinya. Kita
dapat mulai dengan pengumpulan data, untuk membuktikan bahwa kita
perlu menilai metode kita sekarang. Tidak seperti rencana empat langkah,
batu loncatan dapat diambil dalam urutan apa pun. Selain itu, begitu juga
empat poin ini.
Penilaian Situasi
Selama penilaian berbeda yang dapat kita lakukan terhadap situasi sebelum,
selama, dan setelah itu, penting untuk berfokus terutama pada aset yang
dimaksud. Ini adalah waktu untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang
mengetahui aset secara terbaik, untuk memeriksa dokumen atau file digital
yang telah melacak aset ini, dan sumber utama lainnya yang dapat
menawarkan data dan informasi tentang mesin yang dimaksud kepada kita.
Ini bukan waktunya untuk berfokus pada pekerja kita, manajemen kita,
produksi kita, atau faktor-faktor lain apa pun kecuali mereka secara langsung
264
Pengoptimalan Asset Life Cycle
berdampak pada life cycle aset yang bersangkutan. Ini terutama bukan
saatnya untuk berfokus pada masalah lain yang bisa jadi muncul di seputaran
etika, seperti pelatihan yang buruk, tenaga kerja yang tidak memadai atau
terlalu tinggi, dan masalah lain yang berorientasi pada orang.
Big data mengalami momennya di berbagai bidang - dan untuk alasan yang
baik. Big data ini dapat membuktikan atau membantah dengan cukup jelas
gagasan kita tentang apa yang sedang terjadi dan bagaimana
menyelesaikannya. Jadi, mengapa tidak lebih banyak perusahaan
menggunakan data untuk menghubungkan aset mereka ke aset lain,
infrastruktur, dan ke strategi keseluruhan?
Dalam banyak kasus, ini karena aset dipisahkan oleh pen-silo-an. Sangat
jarang mereka semua bekerja secara bersama, dan ketika iya, maka
umumnya aset berteknologi terbaru lah yang bisa “berbicara” dengan
sesama aset yang serupa. Mesin besar, perkakas, mesin jalur perakitan, dan
aset serupa lainnya hampir tidak pernah saling berhubungan. Jawaban
singkatnya adalah karena dalam beberapa kasus sangat sulit dan umumnya
sulit dalam kebanyakan kasus untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis data yang ditawarkan oleh aset-aset ini.
Terkadang sulit untuk mendapatkan data yang berkualitas, tetapi ini layak
untuk diperjuangkan. Sementara banyak perusahaan memutuskan untuk
tidak melakukan investasi ini, pengumpulan data adalah satu-satunya cara
pasti untuk memvalidasi atau menyangkal hipotesis tentang aset. Metode
lain bisa bagus dalam menunjukkan jalan atau dalam menemukan masalah
yang berbeda, tetapi adalah data yang menyimpan jawabannya.
Karena itu, data merupakan bagian integral dari manajemen life cycle aset.
265
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Jika sebuah perusahaan belum memiliki rencana untuk mengelola life cycle
aset mereka, mereka bisa jadi menghadapi sejumlah besar masalah. Ini
terutama benar jika rencana dan pengujiannya sama sekali tidak
direncanakan dan hanya terjadi secara organik.
Ingat: rencana itu pasti selalu ada. Cuma kita bisa jadi tidak mengetahuinya.
Dalam situasi ini, merupakan ide bagus untuk memulai dengan kebijakan dan
praktik perusahaan yang ada. Apa saja yang sudah ada? Apa saja yang bisa
dijadikan lebih baik? Apakah kebijakan kita memerlukan pembaruan dan
apakah perlu dilakukan investasi tertentu untuk membawa perusahaan kita
ke masa depan?
266
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Dengan demikian, integrasinya akan sangat bergantung pada sistem kita saat
ini dan seberapa saling berhubungannya antara satu sama lain.
Dengan semua yang sudah dikatakan, lantas mengapa kita harus peduli?
Mengapa perusahaan perlu menerapkan manajemen khusus untuk aset dan
life cyclenya? Pengembalian investasi seperti apa yang akan terjadi? Dan
mengapa adalah ide yang baik untuk mengakhiri praktik bertahun-tahun
yang, meskipun tidak sempurna, sebenarnya masih bekerja dengan cukup
baik dan tidak memerlukan pembaruan?
Ini semua adalah pertanyaan wajar yang harus dihadapi perusahaan ketika
melihat atau mempertimbangkan perubahan infrastruktur yang signifikan.
Dalam hal ini, alasannya dapat diringkas dalam tiga Fs: membebaskan
sumber daya, berfokus pada reliability, dan mengalami gagal dengan
persyaratan kita sendiri.
267
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Ketika kita berfokus pada siklus life cycle aset, secara otomatis kita
mengalihkan pengurangan fokus ke platform yang berpusat pada keandalan.
Secara umum, fokus pemeliharaan yang berpusat pada keandalan berkaitan
dengan jumlah total output aset dan pengaruhnya terhadap bisnis.
Sementara ini mungkin tampaknya menjadi tujuan dari semua maintenance,
dan memang, reliability centered maintenance menyediakan cara tercepat
untuk mencapai keandalan total.
Manajemen life cycle aset berfokus pada total produktivitas dari aset. Pada
dasarnya, ini mengurangi kegagalan yang tidak direncanakan dan tidak
terduga secara jauh lebih banyak daripada kebanyakan strategi lain. Saat kita
menggunakan siklus life cycle aset, kita memprioritaskan pencegahan
kegagalan sebelum kegagalan itu dimulai.
Kegagalan yang terencana hampir selalu lebih baik daripada kegagalan yang
tidak terduga.
Semuanya dimulai dengan audit jujur atas praktik eksisting dan bagaimana
kita bisa melakukannya dengan lebih baik. Di mana perangkap umumnya?
268
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Apa yang dikatakan pekerja tentang aset kita tentang praktik yang
melingkupinya di sini dan saat ini? Di mana kegagalan terbesarnya? Di mana
keuntungan terbesarnya? Apakah kita memiliki infrastruktur yang kita
butuhkan atau apakah sistem kita secara keseluruhan sudah ketinggalan
zaman dan jadi semacam kikuk?
Setelah audit, kita diperlengkapi untuk melihat di mana ada ruang untuk
melakukan perbaikan. Kita juga akan mengambil data untuk mendukung
perubahan yang diperlukan dan untuk menyediakan dokumentasi terkait
mengapa perubahan bersangkutan diusulkan dan perlu diimplementasikan.
Akhirnya, periksa kebijakan kita dan lihat apakah kebijakan itu membatasi
pertumbuhan kita atau tidak. Apakah kebijakannya sudah semacam
ketinggalan zaman? Apakah kebijakannya menahan kita dari melakukan
perbaikan yang dibutuhkan? Mengapa kebijakannya sejak awal dibuat dan
apa perlu diperbarui? Banyak perusahaan tidak bergerak maju karena
kebijakan mereka semacam tidak mengizinkannya.
269
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Kita membutuhkan biaya siklus hidup untuk membantu kita dengan jenis
keputusan manajemen aset berikut:
Alasan pertama untuk menetapkan biaya life cycle muncul pada tahap pra-
akuisisi aset, di mana kita perlu menentukan biaya life cycle, awalnya pada
Level permukaan yang luas, untuk membantu dengan analisis akuisisi dan
pengambilan keputusan di antara beberapa opsi yang memungkinkan. Poin
kuncinya adalah untuk menghindari dari melakukan sesuatu yang bodoh,
seperti mengabaikan atau memperkirakan terlalu rendah area biaya utama.
Tujuan dari biaya life cycle pada tahap akuisisi adalah untuk memastikan
bahwa semua biaya yang relevan telah diidentifikasi, dan bahwa biaya
usianya juga dipertimbangkan secara memadai. Biaya life cycle awalnya
diterapkan pada tingkatan yang luas. Biayanya nanti akan disempurnakan
dalam proses pengambilan keputusan akuisisi perusahaan.
270
Pengoptimalan Asset Life Cycle
suku cadang, masa pakai komponen kunci, keragaman suku cadang dan alat,
dan masalah yang berkaitan dengan pelatihan.
271
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Alasan ketiga untuk biaya life cycle berkaitan dengan keputusan penggantian.
Seiring bertambahnya usia aset, kita perlu mempertimbangkan untuk
menggantinya. Keputusan penggantian didasarkan pada pembandingan
biaya tahunan maintenance aset yang ada dengan biaya tahunan yang setara
dari aset baru. Penggantian harus dilakukan setelah biaya maintenance
tahunan dari barang lama telah melebihi biaya tahunan yang setara dengan
barang baru, dihitung selama life cyclenya. dengan demikian biaya life cycle
barang baru merupakan pertimbangan yang signifikan dalam keputusan
penggantian.
Rencana manajemen aset life cycle adalah rencana yang dibentuk dengan
mengidentifikasi rezim operasi dari aset, kegiatan maintenance, perbaikan
dan perombakan terkait, usia yang direncanakan, dan rencana pembuangan
item. Penghitungan life cycle melibatkan pembuatan rencana pengelolaan
aset life cycle. Sebenarnya rencana dan penetapan biaya terjadi bersamaan,
dan kebutuhan akan rencana tersebut adalah alasan kedua untuk
melaksanakan penetapan biaya life cycle.
Kita memerlukan rencana manajemen aset life cycle sebagai dasar untuk
merencanakan sumber daya dan anggaran untuk men-support aset.
Rencana manajemen aset life cycle dapat menjadi gambaran kasar pada
tahap pra-akuisisi tetapi kemudian akan disempurnakan pada tahap analisis
kelayakan dan lagi ketika aset tersebut aktif dalam pelayanan.
Sumber informasi
272
Pengoptimalan Asset Life Cycle
273
Pengoptimalan Asset Life Cycle
274
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Item kritikal adalah item yang sangat penting untuk operasi organisasi.
Meninjau kekritisan item membutuhkan pengetahuan tentang mesin dan
proses mana yang paling penting bagi bisnis. Item-item yang bersifat kritikal
biasanya adalah:
• Item habis pakai yang digunakan untuk operasi mainstream,
• Suku cadang yang penting untuk mempertahankan plant
mainstream.
275
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Untuk membuat penilaian kekritisan jadi kurang subyektif, kita perlu punya
beragam jenis tool evaluasi. Anda mungkin pernah menemuinya: setengah
lusin kriteria atau lebih dengan tingkat skala penilaian yang berbeda
berdasarkan sejumlah variabel. Kita menskoring masing-masing atribut,
menjumlahkannya, dan membandingkan totalannya dengan suatu ambang
batas yang akan menentukan apakah parts itu kritikal atau tidak. Meskipun
tidak pernah merupakan solusi yang sempurna, pendekatan yang lebih
objektif ini memberi metode evaluasi yang dapat di-improve seiring waktu.
Tapi apakah ini sesederhana mengatakan parts tertentu itu kritikal atau tidak
kritikal? Ini akan menyiratkan bahwa proses pengambilan keputusan
memiliki jalur logika biner murni. Sebelum kita mengikuti cara berpikir ini,
pertama-tama kita harus mengerti dulu MENGAPA kita ingin mengevaluasi
kekritisan suku cadang kita.
276
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Untuk setiap skenario ini, kemungkinan kita akan memiliki tiga hingga lima
pendekatan strategis dan kita ingin hasil evaluasi kita mendukung ini.
Perhatikan apa ada sesuatu yang hilang di atas? Tidak disebutkan stok atau
non-stok. Ini adalah langkah kedua yang akan kita bahas nanti karena,
walaupun perangkat cadangan bisa jadi dinilai kritikal, ini tidak berarti bahwa
perangkat cadangan ini harus distok.
Tantangan lainnya adalah bahwa kita bisa membatasi diri kita sendiri pada
batas atau cutoff kritis/non-kritis yang sembarang. Misalkan cutoff-nya
diatur pada 100 poin. Siapa bilang kalau kita mengumpulkan 100 poin dengan
tepat, itu artinya parts itu sangat kritikal, tetapi jika hanya mendapat skor 99,
maka bukan kritikal? Apakah modelnya sudah tepat? Satu-satunya cara
untuk mengetahuinya adalah dengan menjalankan semua parts kita melalui
analisis yang sama persis dan kemudian menentukan di mana batas atau
cutt-off antara kritis dan non-kritis. Dan dalam kebanyakan kasus, bahkan ini
masih didasarkan pada penilaian seseorang. Ini semua makin jadi alasan
untuk memiliki tingkat kritisitas ganda yang dirasionalisasi yang memiliki
strategi progresif yang terkait dengannya.
277
Pengoptimalan Asset Life Cycle
melakukan ini, maka alat kritikalitas kita bisa jadi tidak valid kecuali kita
menerapkan perubahan pada kriteria evaluasinya.
Sebagai contoh, jika kita menentukan bahwa suatu parts itu kritikal, apakah
itu berarti harus di Bill of Material (BOM)? Seseorang bisa berargumen
bahwa ini adalah pemikiran mundur atau terbalik, yaitu kita harusnya
membangun BOM-nya terlebih dahulu dan kemudian baru menentukan item
mana dari BOM tadi yang kritikal.
Apakah cadangan kritikal harus ada dalam persediaan? Tentu saja, semakin
kritikal suatu parts, semakin penting bagi kita untuk memiliki parts yang siap
tersedia saat dibutuhkan, dan dalam kebanyakan kasus ini berarti memiliki
parts itu dalam stok. Tetapi bagaimana jika kita dapat membuat kesepakatan
dengan Penyedia lokal untuk menyimpan part kritikal itu untuk kita?
Bagaimana jika dibutuhkan dua jam sebelum kita siap untuk mengganti
komponen dan kita bisa mendapatkannya dalam satu jam saja? Elemen kunci
dari manajemen persediaan mendasar adalah membuat keputusan stocking
yang baik untuk setiap parts - baik kritikal atau tidak - berdasarkan perkiraan
permintaan, lead time, kekritisan aset parts yang digunakan, dan seberapa
cepat kita membutuhkannya. Secara umum, kekritisan suatu parts itu sendiri
tidak menentukan rencana stocking.
Jika kita menentukan bahwa suatu parts itu penting, apakah itu berarti kita
akan melakukan inspeksi dan/atau PM di gudang untuk memastikan
integritas parts tersebut saat ia ada di inventaris? Ini tampaknya masuk akal,
tetapi kegiatan ini tidak harus dibatasi hanya pada parts yang paling kritikal.
Misalnya, motor, pompa, atau gearbox yang mahal - kritikal atau tidak - harus
278
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Akankah kekritisan berdampak pada kode ABC untuk parts itu? Klasifikasi
ABC memang memberikan prioritas relatif untuk keperluan manajemen
inventaris (misalnya lokasi, penghitungan siklus, dll.). Tetapi prioritas itu
umumnya didasarkan pada tingkat aktivitas atau pergantian daripada
kritisitas.
Terlepas dari metode apa yang kita gunakan untuk menentukan kekritisan
item, jika semua yang kita dapatkan adalah sepotong data parametrik yang
tidak memberi tahu kita hal lain tentang parts itu, lalu mengapa kita sampai
perlu berpayah-payah? Ketika kita mempertimbangkan berapa lama waktu
yang dibutuhkan, kita bisa jadi menemukan bahwa waktu akan lebih baik
dihabiskan untuk mengatasi masalah yang lebih penting, seperti memastikan
semua parts kita terikat pada aset melalui Bill of Material; meninjau tingkat
persediaan; atau aktivitas manajemen inventaris lainnya yang tampaknya
tidak pernah sempat dilakukan orang. Intinya adalah bahwa jika kita akan
melakukan evaluasi kekritisan suku cadang, buatlah upayanya jadi
bermanfaat dengan mengembangkan proses kita terlebih dahulu sehingga
kita tahu bagaimana hasilnya nanti akan digunakan.
Lead time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan dari saat pelanggan
melakukan pemesanan sampai produk keluar untuk pengiriman, termasuk
waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi bahan untuk produk tersebut
atau waktu yang diperlukan untuk menerima bahan. Di sisi pelanggan, Lead
time dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk memproses
pesanan hingga menerima pengiriman produk yang dipesan. Misalnya kita
279
Pengoptimalan Asset Life Cycle
melakukan pemesanan hari ini dan menerima kiriman dalam waktu 4 hari
kemudian, berarti waktu tunggu atau Lead time untuk pesanan tersebut
adalah 4 hari.
Pada dasarnya hampir setiap bisnis memiliki Lead time yang harus
diperhatikan. Penafsiran istilah “Lead time” ini mungkin akan berbeda di
setiap bidang tergantung pada sifat operasinya. Contoh di bidang
Manajemen Rantai Pasokan, Lead time adalah durasi sejak pesanan diterima
sampai barang tersebut dikirim ke pelanggan. Sedangkan dalam
Pengembangan Produk Baru, Lead time adalah waktu yang dibutuhkan oleh
suatu produk untuk mencapai pasarnya. Di samping itu, Lead time dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah waktu yang dibutuhkan untuk
perekrutan sumber daya manusia tersebut ke organisasi atau
perusahaannya.
Lead time pada sebuah perusahaan manufaktur pada dasarnya dibentuk dari
beberapa elemen atau variabel, diantaranya adalah:
280
Pengoptimalan Asset Life Cycle
281
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Sesuai dengan namanya, reorder point adalah titik di mana barang sebaiknya
diminta oleh pihak gudang. Reorder point, mengacu pada jumlah stok yang
ada di gudang, di mana jika stock barang sudah mencapai pada jumlah
tersebut, orang gudang harus cepat-cepat meminta barang itu agar dibelikan
oleh purchasing pada bagian procurement.
Seperti reorder point, safety stock juga tidak jauh beda dengan arti yang
melekat di namanya. Safety stock berarti jumlah aman stok. Jumlah aman ini
diperlukan untuk jaga-jaga, apabila lead time dari pembelian ternyata lebih
lama dari biasanya, padahal barang sudah keburu diperlukan. dengan adanya
safety stock, ada jaring pengaman sehingga apabila vendor terlambat dalam
mengantarkan barangnya, atau stok mendadak tidak ada di vendor,
perusahaan manufaktur tetap memiliki ‘waktu tambahan’ untuk
mengonsumsi barang tersebut.
Penentuan safety stock ataupun minimum stock adalah dasar untuk reorder
point. Karenanya, mustahil kita bisa menentukan reorder point apabila tidak
menemukan safety stocknya. Lalu bagaimana cara menentukan safety stock
itu?
Karena pada dasarnya safety stock adalah untuk kepetingan keamanan dan
jaga-jaga. Maka dasar penghitungannya pun tidak bisa sekedar melihat lead
time dan pemakaian rata-rata sehari, melainkan lebih detail.
Mengapa itu dilakukan? Karena untuk menjaga agar angka dari safety stock
tidak terlalu besar, sehingga membuat rupiah diam semakin banyak. Ingat,
inti dari penentuan reorder point dan safety stock adalah agar alur barang
dapat berjalan seefisien mungkin
282
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Untuk menentukan reorder point dari suatu barang, kita harus tahu safety
stocknya terlebih dahulu. Setelah angka safety stock ditemukan, kita cukup
menambahkan safety stock itu dengan perkalian antara lead time dengan
rata-rata pemakaian tiap hari barang itu. Saat angka sudah ditemukan, maka
pada titik itulah, sebaiknya orang gudang segera meminta barang untuk
dibelikan purchasing.
283
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Just in time method ini tidak hanya dapat diterapkan di perusahaan besar
tetapi dapat juga diterapkan oleh perusahaan kecil. Bahkan perusahaan kecil
akan lebih mudah menerapkan just in time method karena relatif lebih
mudah dalam redefine job function dibandingkan dengan perusahaan besar.
Bagaimana prospek metode just in time ini di Indonesia, tampaknya
penerapan metode ini masih menghadapi beberapa kendala. Khususnya
yang menyangkut masalah transportasi. Jika input yang diperlukan dipenuhi
dari luar perusahaan maka masalah ketepatan pengiriman rupanya masih
menjadi kendala terbesar. Ini disebabkan karena prasarana angkutan yang
masih belum memadai, selain itu jaminan ketepatan baik kuantitas maupun
kualitas input masing sangat memprihatinkan. Penerapan metode ini sangat
diperlukan adanya komitmen bersama antara supplier dan perusahaan
pemakai.
Model Outsourcing
284
Pengoptimalan Asset Life Cycle
285
Pengoptimalan Asset Life Cycle
286
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Alasan dipilihnya teknologi mobile sebagai basis revolusi digital tata kelola
pembangkit antara lain: 1) proses yang efisien, 2) memiliki integritas data
yang baik, 3) sistematis, 4) biaya implementasi yang murah, 5) serta proses
internalisasi yang cepat. selanjutnya inovasi memberikan dampak positif
dengan menciptakan proses pengelolaan inventori yang lebih baik dari sisi
proses maupun KPI.
Aplikasi mobile IP-ProInventory dapat digunakan secara real time, kapan saja
dan di mana saja, sehingga memudahkan proses pengelolaan dan
pengendalian persediaan. Proses transaksi mutasi material dapat dilakukan
12x (dua belas kali) lebih cepat dibandingkan dengan proses transaksi
sebelumnya, yakni tanpa menggunakan IPProInventory.
287
Pengoptimalan Asset Life Cycle
7.3.1 IP-ProInventory
[Subinventory]#[Locator]#[Item Number]
288
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Fitur pengeluaran adalah proses mengeluarkan Pada fase ini mulai dengan
menggunakan IP-ProInventory 1.0 sebagai gawai untuk melakukan kegiatan
berikut: penerimaan, pengeluaran, melihat history, dan cek status barang
material dari gudang. Fitur pengeluaran barang terintegrasi dengan work
order pada MAXIMO, di mana bon permintaan barang dapat diakses dengan
memindai QR code dan otomatis akan memotong persediaan pada ERP tanpa
harus mengakses PC.
Fitur penerimaan terdiri dari proses: receive, inspect, dan deliver (RID). Pada
proses ini terdapat 19 langkah dalam sistem ERP dan terlihat pada bagan di
bawah ini. Dalam pelaksanaannya kurang lebih membutuhkan waktu 16
menit. Hal ini dikarenakan selain proses yang panjang, kegiatan penerimaan
289
Pengoptimalan Asset Life Cycle
290
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Fitur mencari barang dan info history barang. Fitur lain pada tahap ini adalah
mencari dan mengetahui history barang. Melalui fitur ini user dapat
mengetahui stock material di seluruh unit pembangkit PT Indonesia Power.
Fitur ini tidak hanya menyajikan saldo dan tempat persediaan material saja,
namun disertai juga dengan foto, harga rata-rata, dan lokasi barang berada.
Untuk menu history item dapat digunakan sebagai pengganti kartu gantung.
dengan adanya fitur ini, kebutuhan mencari barang dan mengetahui history
yang sebelumnya memakan waktu 2 (dua) menit atau 120 (seratus dua
puluh) detik menjadi 15 (lima belas) detik, atau 8x (delapan kali) lebih cepat
dari prosedur lama.
291
Pengoptimalan Asset Life Cycle
Untuk stock count, asesmennya dilakukan pada H+1, dimana list barang yang
ditransaksikan di hari sebelumnya akan muncul di list aplikasi mobile. Hal ini
memudahkan petugas gudang untuk mengetahui barang mana saja yang
wajib di-stock count. Sedangkan data stock opname adalah data material
yang terdapat persediaan di gudang pada saat awal kegiatan stock opname.
292
Pengoptimalan Asset Life Cycle
293
Pengoptimalan Asset Life Cycle
294
Bab VIII Digital Transformation
Bab ini akan membahas strategi yang dilakukan PT Indonesia Power dalam
mengimplementasikan digital tranformation (transformasi digital) dan
bagaimana perusahaan dapat menikmati proses transformasi digital
tersebut. Melalui tiga pilar utama yaitu People, Structure dan Technology,
Indonesia Power melakukan transformasi sehingga dapat mencapai
keandalan dan efisiensi pembangkit. Selain itu, Indonesia Power melalui
Division of Information Technology memiliki program kerja yang disebut
Program Kerja Strategis Teknologi Informasi (PASTI) sebagai platform untuk
menggali benih inovasi. Bab ini akan menjelaskan bagaimana strategi yang
diimplementasikan oleh PT Indonesia Power sehingga perusahaan dapat
dengan mudah menjalani proses transformasi digital. Berdasarkan tiga aspek
yang perlu dikelola dalam transisi digital, PT Indonesia Power membangun
fondasi kapabilitas dalam transformasi digital baik dari sisi people, structure
dan technology. Kemudian menyelaraskan struktur penghargaan untuk
memotivasi pegawai dalam mengawal proses transformasi digital yang
berkesinambungan serta mengukur dan memonitor kemajuan digital yang
sudah di implementasikan oleh perusahaan.
295
Digital Transformation
296
Digital Transformation
PLN tahun 2020. Sebagai tindak lanjut Transformasi PLN tersebut telah
ditetapkan breakthrough initiatives dimana salah satunya adalah Digital
Power Plant. Selaras dengan PLN, Indonesia Power melalui transformasi
digital menerapkan strategic goals power plant of the future sehingga
diharapkan dapat menjadi lebih gesit, lebih lincah, lebih efisien, lebih efektif
dan lebih optimal.
297
Digital Transformation
pada tiga pilar utama yaitu People, Structure dan Technology. Strategi
peningkatan keunggulan operasional dengan mengembangkan kemampuan
internal dilakukan melalui penerapan teknologi baru serta melakukan
efisiensi otomasi proses bisnis melalui digitalisasi.
Change Management
Menurut Murthy (2007), terdapat tiga unsur kunci yang harus disentuh
dalam mengelola perubahan, yaitu People, Structure dan Technology. Cara
berpikir dan beradaptasi kita terhadap tiga usur ini harus diubah. Dibutuhkan
peran Change Agent dalam proses ini untuk memastikan agar perubahan
benar-benar berdampak pada perbaikan kinerja organisasi.
298
Digital Transformation
Leadership
Selain dari pada ranah tersebut (utamanya IT, yang dalam diagram di atas
ditempatkan pertama, sejalan dengan agenda transformasi PLN dan IP), yang
harus juga menjadi perhatian besar adalah people yang ada di perusahaan.
People memegang peranan paling penting. Mengapa? Sebab, walaupun
bagaimana, sebagus apapun sistem dan tata kelola yang dibangun oleh
perusahaan, ujung-ujungnya tetap bergantung pada faktor manusianya
(SDM atau pegawai). Meskipun perubahan adalah suatu hal yang niscaya,
pada faktanya tidak semua orang menerima dan nyaman dengan perubahan
tersebut. Bahkan tidak jarang, ada beberapa orang yang menolaknya. Di
sinilah peran penting leadership. Sebab untuk menyukseskan agenda
transformasi, semua orang membutuhkan kejelasan arah dan tujuan akhir
dari proses yang dijalankan. Oleh karena itu, semua unsur manajerial di
organisasi perusahaan harus bisa menjalankan peran sebagai leader yang
baik, yang bisa mengawal jalannya transformasi.
Perubahan yang paling mendasar dalam bisnis saat ini adalah karena
berkembangnya teknologi digital, information, communication dan
technologi (ICT), cloud big data management dan penggunaan artificial
intelligent (AI) dalam proses bisnis dan eksekusi perusahaan. Digitalisasi
menjadikan bisnis lebih efisien, kolaboratif & economical sharing tumbuh
dengan banyaknya perusahaan start up yang mendisrupsi perusahaan besar
dan mapan. Para leader diharuskan mampu melalukan perubahan proses
bisnis dan mindset anggota organisasi dengan transformasi digital yang
efektif. Transformasi digital tidak akan berjalan berkelanjutan hanya melalui
keyakinan para pimpinan puncak. Perusahaan yang menjalankan
transformasi digital menekankan bahwa untuk menjamin momentum
transformasi digital berjalan terus perlu dikelola tiga aspek transisi digital
(Westerman et al., 2014), sebagai berikut:
299
Digital Transformation
Para leader dan pengambil kebijakan di perusahaan harus lebih fair dalam
mengukur kinerja dan memberikan imbal hasil atau reward, baik dalam
bentuk insentif finansial maupun non finansial. Hal ini dimaksudkan agar
orang-orang IT bisa lebih fokus dan semakin termotivasi untuk mengawal
transformasi digital yang berkesinambungan.
300
Digital Transformation
301
Digital Transformation
Kaizen
Implementasi kaizen adalah bagian filosofi dan bagian proses, yang dapat
membuatnya sulit untuk dibayangkan dalam istilah sehari-hari. Ini dapat
bekerja secara harmonis dengan pengaturan yang ada dan disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan yang tepat.
302
Digital Transformation
Agile
303
Digital Transformation
Tabel 4 Acpect, Key Factor, dan Goal Indonesia Power’s Triangle Loop
of Transformation Approach
304
Digital Transformation
Titik awal Digital Tranformation dengan mencari PILOT Project dengan “Low
Hanging Fruit”, sehingga team akan mendapatkan pengalaman dan
merayakan keberhasilan, pada akhirnya team akan memilih proyek-proyek
yang sulit ditangani yang memberikan hasil lebih besar. Proyek-proyek yang
team pilih harus memiliki faktor "Home Run" dan yang paling utama
memenuhi kebutuhan di mana itu menjadi "MUST HAVE" untuk perusahaan.
Scrum
Scrum adalah kerangka kerja di mana orang dapat mengatasi masalah adaptif
yang kompleks, secara produktif dan kreatif untuk memberikan produk
dengan nilai setinggi mungkin. Scrum dikembangkan oleh Ken Schwaber dan
Jeff Sutherland pada tahun 1993 dan bertujuan untuk menjadi metodologi
pengembangan dan manajemen yang mengikuti prinsip-prinsip metodologi
Agile. Kerangka kerja Scrum sangat cocok diterapkan pada perkejaan yang
persyaratannya cenderung berubah atau sebagian besar waktu tidak
diketahui pada awal proyek.
Scrum dibangun di atas teori proses kontrol empiris atau bisa disebut
empirisme. Empirisme menyatakan bahwa pengetahuan datang dari
pengalaman dan pengambilan keputusan didasari oleh apa yang telah
diketahui hingga saat ini. Tiga pilar yang memperkokoh setiap implementasi
dari proses kontrol empiris adalah: transparansi, inspeksi dan adaptasi.
305
Digital Transformation
Scrum Team terdiri dari Product Owner, Development Team dan Scrum
Master. Scrum Team bersifat swakelola dan lintas-fungsi. Tim yang swakelola
memilih cara terbaik dalam mengerjakan pekerjaan, bukan diperintah oleh
orang lain di luar tim. Tim yang lintas-fungsi memiliki semua keahlian yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa bergantung pada orang
lain di luar tim. Bentuk Scrum Team telah terbukti menjadikan tim semakin
efektif dalam mengerjakan semua tipe pekerjaan jenis pekerjaan kompleks.
306
Digital Transformation
307
Digital Transformation
kaya. Dari perjalanan dan proses bisnis yang dijalaninya, Indonesia Power
terhubung dan terlibat dengan banyak sekali data. Secara umum big data
tersebut tersebar di beberapa komponen ini:
Data yang terkoleksi dengan jumlah besar ini bukan hanya besar (big) dalam
arti kuantitatif, namun secara kualitatif juga memiliki arti yang sangat besar
bagi perusahaan. Ibarat air yang bersumber dari berbagai mata air dan
bermuara di sebuah danau, demikianlah data-data yang terkumpul di
Indonesia power, telah membentuk sebuah danau data (data lake).
308
Digital Transformation
309
Digital Transformation
Agar data-data dapat di analyze dengan cepat, cermat dan tepat, harus
dibangun kesesuaian antara data dan kondisi masa lalu (historical & context
data) dengan melakukan pengolahan / advise yang tepat, sehingga kondisi
saat ini (current state & performance) dapat di optimize sesuai situasi yang
mungkin terjadi ke depan (early warning & prediction).
310
Digital Transformation
dipakai kembali, dan lain-lainnya bisa dioptimalkan sehingga secara cost bisa
terjadi penghematan.
Phase Description
Initialization Menentukan visi dari digital transformation berbasis visi misi Indonesia
Power
Idea Generation 1. Define, menentukan strategi digital dengan pendekatan triangle
loop of transformation
2. Design, menyusun breakthrough programme
3. Decide, memilih program dan menyusunnya dalam Roadmap
Prototyping Build - Measure - Learn, Ini adalah lingkaran pembelajaran dan umpan balik
untuk menetapkan seberapa efektif suatu produk, layanan atau ide, dan
melakukan ini secepat dan semurah mungkin.
Langkah 1: Rencanakan percobaan Anda: pelajari, ukur, dan bangun
termasuk mengembangkan hipotesis formal.
Langkah 2: Bangun produk minimum yang layak, dan ujilah.
Langkah 3: Ukur hasilnya terhadap hipotesis Anda untuk memutuskan
apakah Anda dapat mengembangkan bisnis yang layak di sekitar produk
Anda.
Langkah 4: Belajar dari hasil Anda, dan putuskan apakah akan bertahan
atau berputar. Kemudian, siklus kembali ke awal, dan terus berputar-putar
saat Anda mengembangkan produk Anda. Tujuannya adalah untuk terus
meningkatkan penawaran Anda sehingga Anda akhirnya memberikan nilai
yang dibutuhkan perusahaan Anda dengan tepat.
Presentation Dalam setiap iterasi yang dilakukan, tim harus melakukan presentasi untuk
mendapatkan sponsor untuk ide-ide mereka. Untuk membantu mereka
menciptakan ide bernilai tinggi, perusahaan menyediakan mereka COACH,
MENTOR, dan SPONSOR.
Implementation Transformasi kecil dan langkah demi langkah, tetapi dalam waktu dan
sejumlah besar peserta, akan ada banyak transformasi di setiap lini bisnis.
311
Digital Transformation
312
Digital Transformation
Untuk itu, dalam menerapkan strategic goals power plant of the future, IP
menyiapkan program terobosan digital power plant dengan inisiatif
terobosan berikut:
Dari terobosan yang telah di tentukan perusahaan, maka kami susun menjadi
Roadmap berdasarkan prioritas dan kapabilitas yang sudah diukur. Roadmap
disusuan setelah kondisi perusahaan dan gap nya telah di ketahui. Adapun
Roadmap digitalisasi Indonesia Power dapat dilihat di gambar di bawah ini.
313
Digital Transformation
8.5 Manfaat
Digitalisasi dalam proses dan fungsi bisnis melalui aplikasi IP (IP-Apps) telah
terbukti memberikan dampak signifikan dalam menciptakan keandalan dan
efisiensi. Sebagai bagian dari proses transformasi yang selalu
berkesinambungan dan terus menerus, sederet prestasi IP dalam
mengembangkan dan menerapkan aplikasi dalam poses dan fungsi-fungsi
bisnis telah mendapatkan banyak apresiasi. Adapun kesepuluh aplikasi
tersebut adalah IPKU, INPACT, IP-Academy, IP-STAR, IP-ProInventory, IP-
DigimonX, REOC, Digital Procurement, IP-PROPMO, dan IP-FAST.
314
Digital Transformation
socialmedia
315
Digital Transformation
316
Digital Transformation
Hasil yang diharapkan dari terobosan tersebut selain dari sisi keuangan (cost
reduction), adalah juga dalam bentuk peningkatan kinerja serta akuntabilitas
pegawai atau karyawan dalam melaksanakan program kerja. Dari sisi
transformasi digitilasisasi pembangkit, secara umum sudah baik. Dan seiring
dengan berkembangnya teknologi dan munculnya artificial intelligent (AI),
inovasi dan kolaborasi terus dikembangkan.
317
Digital Transformation
318
Digital Transformation
319
Digital Transformation
320
Digital Transformation
Subjek lanskap manajemen aset membagi menjadi 6 topik yang terdiri dari
39 proses, salah satunya adalah topik mengenai Asset Information, yaitu:
1) Asset Information Strategy
2) Asset Information Standard
3) Asset Information System
4) Data & Information Management
321
Digital Transformation
322
Digital Transformation
Meskipun sistem informasi aset dapat berbasis kertas, sistem ini biasanya
merupakan aplikasi dan sistem perangkat lunak yang mengumpulkan,
menyimpan, memproses, dan menganalisis informasi aset yang diperlukan
suatu organisasi untuk mengelola aset selama life cycle-nya. Sistem ini
menyimpan, atau diintegrasikan dengan, daftar semua aset perusahaan. Hal
ini memungkinkan dilakukannya perencanaan yang terpadu dan
dilakukannya kegiatan operasional secara efektif.
323
Digital Transformation
Data & informasi Manajemen aset dapat bersifat strategis, taktis atau
operasional dan bisa tidak terbatas pada praktisi manajemen aset. Mungkin
saja akan ada pengguna lain baik di dalam dan maupun di luar organisasi.
Setelah kebutuhan para stakeholder dipahami, maka kebutuhan data yang
lebih rinci harus ditentukan. Kebutuhan ini seharusnya tidak hanya
menentukan data apa yang diperlukan tetapi juga kebutuhan kualitasnya
Data & Information Management mencakup data yang disimpan dalam Asset
Information System dimana kualitas serta keakuratan data tersebut, sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan dalam Asset Information Strategy dan
Asset Information Standard
324
Digital Transformation
325
Digital Transformation
Solusi aplikasi EAM Maximo yang merupakan core aplikasi dalam penerapan
Manajemen Aset juga didukung dan disupport oleh aplikasi lainnya seperti
ProERM untuk pengelolaan Risk Management, ProLAK untuk pengelolaan
Document Management, ERP sebagai back office untuk pengelolaan sistem
keuangan, SDM dan procurement serta Inventory, ProPMO untuk
pengelolaan Proyek, PI System REOC untuk pengelolaan monitoring asset,
Tableu dan BI untuk dashboard system reporting. Aplikasi tersebut telah
saling terintegrasi satu sama lain.
326
Digital Transformation
327
Digital Transformation
328
Daftar Pustaka
Alan Brent, 2005, Asset life cycle management: Towards improving physical
asset performance in the process industry, Victoria University of Wellington
Budi Kho, 2020, Pengertian Lead time dan Pengaruh Lead time Terhadap
Keputusan Pemesanan, diakses pada 1 Juli 2020 dari
Chopra, S., dan Meindl, P., 2007, Supply Chain Management: Strategy,
Planning, and Operation,3 rd Ed, Prentice Hall, New Jersey.
329
berkelanjutan/berita/Pages/Indonesia-Power-Borong-Penghargaan-Zero-
Accident-2019.aspx
Ibifuro Ihemegbulem, 2017, The role of ISO 55000 Standard in Asset integrity,
University of Sunderland UK
IBM Watson IoT, 2019, Understanding the impact and value of Enterprise
Asset Management, IBM Corporation
IFC, 2017, Environmental, Health, and Safety Guidelines for Thermal Power
Plants, International Finance Corporation - World Bank Group
Marc Antoine, 2004, Lifecycle Optimization for Power Plants, ABB Power
Automation
Michael Blanchard, 2016, Life Cycle Engineering - How (and why) to train
operators on maintenance, diakses pada 25 Juli 2020 dari
330
https://www.plantservices.com/articles/2016/wf-how-why-to-train-
operators-on-maintenance/
Nate Clark, 2015, Strategy, people, and processes - Fulfilling the promise of
Enterprise Asset Management, DeskripsiPricewaterhouseCoopers
Silver, E.A., Pyke, D.F., dan Peterson, R., 1998, Inventory Management and
Production Planning and Scheduling. John Willey & Sons, New York.
331
332