Anda di halaman 1dari 2

I.

LESSON LEARN
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PLN (Persero) harus menerapkan Tata
kelola komersial sebagai perusahaan modern yang dijalankan bersamaan dengan visi / misi
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat dari sisi pelayanan energi listrik untuk seluruh
masyarakat Indonesia. Disamping kewajiban sebagai Public Service Obligation, PT PLN (Persero)
juga dituntut untuk senantiasa menyesuaikan kondisi pasar yang berkembang dan harus
menyesuaikan kebijakan pemerintah selaku pemegang saham perusahaan dalam menjalankan proses
bisnisnya.
PLN menurunkan strategi bisnisnya dari kebijakan beberapa kementerian negara
(Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM) yang dituangkan dalam
dokumen RJPP disamping juga turut mempertimbangkan kondisi eksternal dan kepentingan serta
keberadaan stakeholder lainnya. Ejawantah dari campur tangan pemerintah tersebut muncul dalam
bentuk control pemerintah (eksekutif dan legislatif) atas penentuan tarif dasar listrik (TDL) yang
kemudian subsidi listrik dan Public Service Obligation (PSO). Kondisi ini sedikit banyaknya akan
mempengaruhi arah proses bisnis dan manajemen keuangan yang ada di PLN, terutama pada profil
Laporan Keuangan perusahaan mengingat TDL dan Subsidi Pemerintah berada pada posisi Revenue
PLN, sementara target deviden yang disetor ke pemerintah membatasi sisi Income PLN.
Neraca (Balance Sheet) adalah salah satu isi dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Dalam
pelaksanaan diunit kerja PLN, setiap pertengahan tahun sampai akhirnya ditetapkan pada awal tahun
berikutnya, selalu dilakukan menyusun Rencana Kerja Anggaran dan Pembiayaan (RKAP) yang
merupakan pembentuk Neraca Perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan Laporan Keuangan
perusahaan yang telah diaudit secara profesional dan independen, perusahaan dapat melakukan
analisa-analisa untuk mengetahui hasil kinerja perusahaan di periode pelaporan dan sekaligus
memprediksi profitabilitas dan resiko kedepannya. Analisa – analisa yang bisa dilakukan antara lain
analisa likuiditas, analisa solvabilitas, analisa aktifitas dan analisa rentabilitas. Beachmarking
terhadap laporan perusahaan yang lain juga bisa dijadikan informasi tambahan untuk menilai
kekurangan dan kelebihan dari kondisi perkembangan PLN. Berdasarkan kondisi dari laporan
tersebut, maka Manajemen PLN dapat melaksanakan Perencanaan dan Peramalan Keuangan
perusahaan ditahap selanjutnya.

Perencanaan Keuangan mempunya arti yang penting bagi perusahaan, yaitu;


a. Membantu manajemen mengetahui dampak dari berbagai strategi terhadap posisi keuangan
perusahaan, arus kas perusahaan, pendapatan, dan tingkat kebutuhan dana eksternal.
b. Manajemen perusahaan berada pada posisi lebih baik untuk bereaksi terhadap segala
perubahan yang terjadi di pasar.

1
c. Membantu manajer dalam memahami pertukaran yang melekat antara rencana investasi dan
rencana pendanaan.

Dalam Proses Penganggaran Modal, PLN sudah melaksanakan mekanisme Capital Budgeting
sehingga bisa memastikan program kerjanya memiliki nilai tambah (added value) kedepannya. Hal
ini terlihat dengan adanya pertimbangan time value for money yang secara sederhana bisa terlihat
pada justifikasi RKAP dan justifikasi setiap pekerjaan / proyek yang akan dilaksanakan. Yang umum
digunakan adalah menggunakan analisa NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return),
meskipun untuk pekerjaan yang lebih besar / rumit bisa jadi menggunakan analisa yang lebih lengkap
dan rumit. Untuk memperkuat kebijakan dan operasional yang ada, PLN juga sudah melaksanakan
analisa keputusan pendanaan, analisa modal kerja dan analisa personal finance.

II. BREAKTHROUGH IDEA


Dalam proses bisnis Perencanaan Tahap Prakonstruksi di Unit Induk Pembangunan, salah
satu tahap yang paling signifikan adalah proses survey dan pemilihan lahan proyek yang diinisiasi
oleh PLN Pusat, baik itu pembangkit, transmisi dan gardu induk. Disampaing mempertimbangkan
aspek-aspek teknis seperti Demand Forecast dan Engineering yang didapat dari Unit Induk Wilayah,
aspek yang sangat krusial adalah aspek Kelayakan Komersial dari Pembangkit/Transmisi/GI tersebut.
Kelayakan komersial tersebut didapat melalui proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik, potensi pasar
dan pengembangan wilayah. Sehingga dengan demikian, kaidah-kaidah dalam proyeksi keuangan
seperti NPV dan IRR bisa diterapkan sebagai salah satu aspek dalam pemilihan lokasi
pembangkit/GI/Transmisi. Dengan demikian diharapkan infrastrktur yang dibangun tersebut dapat
optimal mendatangkan pendapatan bagi PLN pada saat beroperasi.

Anda mungkin juga menyukai