Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN HASIL SURVEY PEJALAN KAKI DI RUAS JALAN DIPONEGORO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester III


Mata Kuliah : Teknik Lalu Lintas
Dosen Pengampu : Pipit Rusmandani

Disusun Oleh Kelompok 10 :

1. IDA SYIFAUL HIKMAH 20011042


2. MUHAMAD WAHYUSEPTIONO 20011045
3. RICKY DWI ISWAHYUDI 20011052

POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN


DIPLOMA IV MANAJEMEN KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Teknik Lalu
Lintas tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Laporan Hasil Survey Pejalan Kaki Di Ruas Jalan
Diponegoro” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang
Laporan Hasil Survey Pejalan Kaki Di Ruas Jalan Diponegoro dapat menjadi referensi. Selain
itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Laporan Hasil
Survey Pejalan Kaki Di Ruas Jalan Diponegoro ini dapat bermanfaat.

Tegal, 15 Januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu moda transportasi yang paling murah dan mudah dilakukan yaitu moda transportasi
berjalan kaki. Namun pada kenyataannya moda transportasi konvensional ini kurang diperhatikan
dalam segi keamanan dan kenyamanan . Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan kondisi
eksisiting ruas jalan untuk kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Padahal menurut Syahri (2006),
berjalan kaki merupakan cara yang paling cepat untuk menyelesaikan perjalanan pendek (pedestrian
cruatchment are). Tradisi berjalan kaki sebagai moda transportasi mempunyaiberbagai keuntungan
antara lain mengurangi perncemaran/polusi udara dan suara , menghemat bahan bakar (BBM), dan
menghemat biaya/ongkos transportasi . Selain itu juga mempunyai manfaat sosial yaitu sebagai tempat
pertemuan individu-individu, terjadinya interaksi sosial , menimbulkan kesan kota yang lebih santai,
dan menyehatkan bagi pejalan kaki.
Manajemen lalu lintas yang baik sangat diperlukan dalam penataan suatu ruas jalan perkotaan
sehingga dapat memberikan tingkat pelayanan yang baik untuk menunjang keselamatan dan kelancaran
baik bagi pengendara maupun pejalan kaki . Seiring bertambahnya laju pertambahan penduduk
dan jumlah kepemilikan kendaraan akan selalu meningkat dimana akan berdampak terhadap
kinerja ruas jalan yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas penduduk.
Konsentrasi pejalan kaki (pedestrian) terjadi di kota-kota besar. Pengembangan tradisi
berjalan kaki sebagai moda transportasi di daerah perkotaan mempunyai berbagai keuntungan,
antaral lain mengurangi polusi (udara dan suara), menghemat bahan bakar dan menghemat
biaya. Disamping manfaat yang bersifat praktis dapat dipetik pula manfaat lain yang bersifat
sosial, antara lain mengembalikan peran kota sebagai tempat pertemuan individu-individu,
menawarkan interaksi sosial yang lebih manusiawi, menimbulkan kesan kota yang lebih santai,
dan menyehatkan bagi pelaku jalan kaki.
Pengembangan fasilitas jalan kaki perlu terus dilakukan untuk mencapai kondisi ideal
bagi aktifitas berjalan kaki. Pejalan kaki mengharapkan situasi yang aman, nyaman, lancar, dan
ekonomis. Karakteristik pejalan kaki merupakan faktor penting dalam merancang dan
mengoperasikan fasilitas pejalan kaki. Karakteristik arus pejalan kaki pada suatu tempat akan
berbeda dengan karakteristik di tempat lain, tergantung pada faktor tata guna lahan, tujuan
perjalanan, usia dan lain-lain. Perbedaan karakteristik tersebut disebabkan oleh perilaku yang
berbeda. Karakteristik pejalan kaki dapat diamati melalui aliran pejalan kaki yang terjadi
dengan tolok ukur kecepatan, tingkat arus dan kepadatannya.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kota serta aktivitas manusia, maka
permintaan akan transportasi juga akan meningkat, sehingga perlu usaha dalam peningkatan
sarana transportasi dimasa mendatang, agar menjamin kelancaran pergerakan orang maupun
barang dijalan. Akan tetapi dengan bertambahnya jumlah kendaran diperlukan juga tempat
parkir yang memadai. Apabila suatu kendaraan yang melakukan perjalanan telah sampai tujuan
yang dimaksud atau berhenti sejenak karena ada keperluan mendadak, lalu apa yang akan
terjadi dengan kendaraan yang digunakan. Dalam hal ini kendaraan pasti akan diparkir bahkan
pada suatu kondisi tertentu akan ditinggalkan ditempat-tempat yang apabila tidak ada peraturan
yang mengatur tentang hal itu maka kendaraan tersebut dapat mengganggu arus lalu lintas.
Sehingga hal itu dapat menimbulkan masalah-masalah baru mengenai teknik lalu lintas. Untuk
itu maka diperlukan survey parkir untuk mengetahui kebutuhan parkir yang nantinya
digunakan untuk pertimbangan dalam mengatasi permasalahan parkir yang ada.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang sebagaimana disajikan di atas, maka
permasalahan yang diperlukan untuk kajian adalah:
1. Bagaimana karakteristik pergerakan pejalan kaki yaitu arus (flow), kecepatan (speed),
kepadatan (density), ruang (space) dan rasio di Jalan Diponegoro Kota Tegal?
2. Bagaimana tingkat pelayanan pedestrian di Jalan Diponegoro Kota Tegal?
3. Bagaimana rekomendasi yang tepat untuk permasalahan pejalan kaki di Jalan
Diponegoro Kota Tegal?

1.3. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik pergerakan pejalan kaki yaitu arus (flow), kecepatan (speed),
kepadatan (density), ruang (space) dan rasio di Jalan Diponegoro Kota Tegal.
2. Mengetahui tingkat pelayanan pedestrian di Jalan Diponegoro Kota Tegal.
3. Mengetahui rekomendasi yang tepat untuk permasalahan pejalan kaki di Jalan Diponegoro
Kota Tegal?
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Jalur Pejalan Kaki


Pedestrian merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu pedos yang berarti
kaki. Definisi spesifik yang dikemukakan oleh Carr (1992:81) mengenai pedestrian yaitu dari
bagian kota dimana orang bergerak dengan kaki yang biasanya di sepanjang jalan. Jadi jalur
pedestrian disini memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang dari suatu tempat sebagai
titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan meggunakan moda jalan kaki.
Pengertian jalur pejalan kaki adalah gabungan dari path dan pedestrian yang
mempunyai kesatuan arti, suatu jalur berupa jalan (dari jalan setapak sampai jalan berstruktur
seperti trotoar) yang diperuntukkan untuk pejalan kaki. Berdasarkan pengertian tersebut maka,
dapat digunakan suatu definisi yang lebih deskriptif tentang jalur pejalan kaki. Jalur pejalan
kaki adalah jalur untuk manusia berjalan dan berpindah secara datar permukaannya berlapis
keras untuk mencapai tujuan. Untuk mempermudah penjelasan di atas memerlukan beberapa
kata di bawah ini :
1. Jalur : Ruang memanjang antara dua garis batas lurus,
2. Berpindah : Beralih (beranjak) ke tempat lain,
3. Tujuan : Arah atau haluan (jurusan) atau suatu yang di tuju.
Suatu jalur dapat dikatakan sebagai jalan apabila telah dilalui beberapa kali, jalur
pejalan kaki biasanya mengikuti arah pergerakan dari suatu jalur jalan atau path akan tetapi
jalur pejalan kaki juga dapat berdiri sendiri atau rutenya lebih panjang dari suatu path untuk
menambah nilai kenikmatan estetika karena adanya titik perhatian visual (Rubenstein, 1996:
97).
Jalur pejalan kaki (pedestrian line) menurut Peraturan Presiden No. 43 tahun 1993
tentang Prasarana Jalan Bag. V2 pasal 39 adalah termasuk fasilitas pendukung yaitu fasilitas
yang disediakan untuk mendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan baik yang berada di
badan jalan maupun yang berada di luar badan jalan, dalam rangka keselamatan, keamanan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta memberikan kemudahan bagi pemakai jalan. Dalam
hal ini fasilitas 6 pejalan kaki yang dimaksud adalah trotoar, tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka jalan dan atau rambu-rambu, jembatan penyeberangan dan
terowongan penyeberangan (PP No. 43 : 1993). Jalur pejalan kaki mempunyai karakteristik
bahwa jalur ini merupakan bagian terkritis dalam masalah keamanan dan keselamatan pada
setiap hal yang berhubungan dengan interaksi antar masing-masing pengguna jalan yaitu
pengguna jalan yang tak berkendaraan (pejalan kaki) dan pengguna jalan yang berkendaraan
pada suatu sistem jalan atau jalan raya (Roess : 2004). Untuk mendesain suatu jalur pejalan
kaki yang memenuhi unsur-unsur keamanan dan keselamatan bagi penggunanya harus
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan, yaitu:
1. ‘Pedestrian Speed’ adalah faktor kecepatan rata-rata dalam berjalan dari pejalan kaki
(ft/dt atau m/dt). Hal ini berhubungan dengan usia dan keadaan tubuh (normal/cacat)
dari pejalan kaki itu sendiri. Secara langsung usia dan keadaan tubuh akan
mempengaruhi kecepatan pejalan kaki dalam berjalan.
2. Faktor ‘Pedestrian Flow Rate’ adalah faktor jumlah dari para pejalan kakiNyang
melewati sebuah titik tertentu pada trotoar tiap satuan waktu (ped/menit atau ped /15
menit). Faktor ini dipakai untuk mendesain lebar jalur pejalan kaki.
3. Faktor ‘Pedestrian Density’ adalah faktor jumlah rata-rata pejalan kaki persatuan
daerah pada trotoar (ped / ft2 atau ped /m2).
4. Faktor ‘Pedestrian Space’ adalah faktor luasan daerah yang diperlukan oleh tiap pejalan
kaki untuk bergerak secara bebas ( ft2 / ped atau m2/ ped ). Faktor ini berbanding
terbalik dengan faktor ‘Pedestrian Density’.
2.1.1. Macam-Macam Jalur Pedestrian
Untermann (1984:8) mendefinisikan macam jalur pejalan kaki di luar bangunan
menurut bentuk dan fungsinya sebagai berikut:
1. Menurut Bentuk
 Arcader/ selasar : Suatu pejalan kaki yang beratap tanpa dinding disalah satu atau
dikedua sisinya.
 Galery : semacam selasar lebar yang digunakan untuk kegiatan tertentu.
 Jalur pejalan kaki yang tidak terlindung dan tidak beratap.
2. Menurut fungsi
 Sidewalk/ trotoar adalah bagian dari jalan berupa jalur terpisah yang khusus untuk
pejalan kaki yang biasanya terletak bersebelahan di sepanjang jalan. Fungsi jalur
tersebut adalah untuk keamanan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan dari suatu
tempat ke tempat lain.
 Footpath/ jalan setapak adalah suatu jalur khusus untuk pejalan kaki yang cukup
sempit, lebarnya hanya cukup untuk satu orang pejalan kaki.
 Penyeberangan digunakan oleh pejalan kaki untuk menyeberang secara aman yang
terdiri dari 3 macam yaitu biasa pada permukaan yang sama (zebra croos), di atas (sky
way) dan di bawah (sub way).
 Mall dan Plaza adalah jalur pejalan kaki yang lebih berfungsi rekreatif biasanya
terpisah dari jalur kendaraan yang dilengkapi dengan tempat istirahat dan penumpang,
bentuknya lebih luas dari trotoar. Mall biasanya berkaitan dengan fungsi perbelanjaan
sedangkan plaza dikaitkan dengan fungsi rekreasi umum.
 Pathways/ gang adalah jalur yang relatif sempit di belakang jalan utama yang terbentuk
oleh pembangunan bangunan yang padat, jalur ini dikhususkan untuk pejalan kaki
karena tidak dapat dilalui kendaraan.

2.2. Penempatan Jalur Pejalan Kaki


Dalam Pedoman Teknis Perencanaan Spesifikasi Pedestrian (1991), pedestrian
dapat di buat sejajar dengan jalan dan terletak pada ruang manfaat jalan (Rumaja). Pada
keadaan tertentu trotoar dapat tidak sejajar dengan jalankarena topografi setempat atau
karena adanya pertemuan dengan fasilitas lain. Pedestrian dapat juga terletak di ruang
milik jalan. Sebuah jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila terdapat
tempat-tempat di sepanjang jalan tersebut yang akan mengakibatkan pertumbuhan
pejalan kaki dan biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas. Adapun tempat-
tempat tersebut antara lain :
1. Perumahan / Sekolah.
2. Pusat perbelanjaan.
3. Terminal bis.
4. Pusat perkantoran.
5. Pusat-pusat hiburan.
6. Pusat-pusat kegiatan sosial.
7. Daerah-daerah industri
RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan) adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina
jalan. Ruang tersebut hanya diperuntukan bagi median, perkerasan jalan, trotoar,
lereng, rentang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan,
dan bangunan pelengkap lainnya.
RUMIJA (Ruang Milik Jalan) adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ruang milik jalan
diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan dan pelaksanaan jalan maupun penambahan
jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengumuman jalan.
Pembina jalan adalah instansi atau pejabat atau badan hukum atau perorangan yang
ditunjuk melaksanakan sebagai atau seluruh wewenang pembina jalan.

2.3. Kriteria Fisik Jalur Pejalan Kaki


Menurut Allan B. Jacobs (1995:10), beberapa kualitas fisik yang wajib
terpenuhi pada jalan adalah ketercapaian, suasana yang umum, kondisi yang
mengidupkan suasana, keamanan, kenyamanan dan pertanggungjawaban. Untuk
memenuhi kualitas fisik perlu dukungan dari unsur-unsur fisik seperti jalur pedestrian,
daerah hijau, street furniture dan utilitas.
1. Keamanan tercakup di dalamnya :
a) Suatu jalur khusus untuk pejalan kaki yang terpisah dari jalur kendaraan.
b) Trotoar sebagai pembatas yang paling umum, daerah hijau dan pepohonan
semua dimaksudkan untuk menciptakan zona aman bagi pejalan kaki serta
c) memberikan kenyaman dan keindahan.
d) Lampu penerangan yang menerangi jalur pada malam hari memberi kesan aman
dan tampil lebih menarik.
2. Ketercapaian yang cukup arus pejalan kaki biasanya berawal dari bermacam moda
transportasi maka sebaiknya, disediakan tempat penerimaan bagi moda tersebut
untuk memudahkan pencapaian.
3. Suasana yang umum yang mencakup dimana setiap orang dapat menikmati jalur ini.
4. Kenyamanan tercakup di dalamnya :
a) Lingkungan berskala manusia diperlukan jarak horizontal 1-3 meter.
b) Penggunaan jenis material yang berbeda selain untuk keindahan dan fungsi
penarik tapi juga bermanfaat bagi orang tuna netra dalam menentukan arah jalan
berdasarkan teksturnya. Sedangkan penyelesaian dengan ramp sangat
memudahkan lajunya kursi roda.
c) Fasilitas berteduh bagi pejalan kaki untuk melindungi dari terik matahari dan
hujan di sepanjang jalur.
d) Bangku atau tempat duduk untuk membuat pengunjung betah dan dapat
istirahat berbincang-bincang atau duduk-duduk.

2.4. Persyaratan Jalur Pejalan Kaki


Menurut Rubenstein (1992), jalur pedestrian mempunyai syarat dalam
perancangannya agar memberi kesempatan kepada penggunaannya melakukan berbagai
macam kegiatan dengan semua keleluasaan geraknya. Syarat rancangan jalur
pedestrian, antara lain :
1. Kondisi permukaan bidang :
Permukaan bidang harus kuat dan stabil, datar dan tidak licin, material yang umum
digunakan adalah : paving block, batu bata, beton, ubin, wafel, batako, batu alam
atau kombinasi diantaranya.
2. Dimensi :
Ukuran lebar jalur pedestrian bervariasi sesuai dengan jumlah dan type traffic atau
lalulintas dan kelas jalan.
Ukuran lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah.
Ukuran lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan satu arah.

2.5. Fasilitas Pejalan Kaki

Fasilitas pejalan kaki disediakan memberikan pelayanan demi kelancaran,


keamanan dan keselamatan, serta kenyamanan bagi pejalan kaki. Di bawah ini
diuraikan mengenai jenis-jenis fasilitas pejalan kaki yang mengacu pada “Tata
Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan” yang dibuat oleh
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga Tahun 1995 dan “Pedoman
Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum” yang dikeluarkan oleh Dirjen
Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1999, yang dijabarkan
sebagai berikut :
1. Jalur Pejalan Kaki

a. Trotoar
Jalur pejalan kaki yang terletak pda ruang Milik Jalan (Rumija) yang diberi
lapisan permukaan dengaan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan
jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalulintas kendaraan.
Ketentuan teknis trotoar adalah sebagai berikut :

- Lebar trotoar harus leluasa, minimal bila dua orang pejalan kaki berpapasan,
salah satu diantaranya tidak harus turun ke jalur lalulintas kendaraan.

- Lebar minimum trotoar adalah 1,50 meter.

- Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki maka jalur
harus diperkeras dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan sekitarnya
harus diberi pembatas.
- Perkerasan dapa dibuat dari blok beton, beton, perkerasaan aspal atau plester.
Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-4% supaya
tidak terjadi genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan dengan
kemiringan memanjang jalan dan disarankan kemiringan maksimum 10%.

b. Penyeberangan sebidang

Penyeberangan sebidang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

 Penyeberangan Zebra (Zebra Cross) adalah fasilitas penyeberangan bagi


pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberi ketegasan /
batas dalam melakukan lintasan. Zebra cross harus dipasang pada jalan
dengan arus lalulintas, kecepatan lalulintas dan arus pejalan kaki yang relatif
rendah.
 Penyeberangan pelikan adalah fasilitas untuk menyeberangi pejalan kaki
sebidang yang dilengkapi dengan marka dan lampu pengatur lalulintas.
Penyeberangan digunakan pada arus lalulintas dengan kecepatan lalulintas
kendaraan dan arus penyeberangan tinggi.
c. Penyeberangan tak sebidang

Penyeberangan sebidang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

 Jembatan penyeberangan adalah fasilitas untuk penyeberangan yang berupa


jembatan yang melintasi jalan raya.

 Terowongan adalah fasilitas penyeberangan yang berupa jalur di bawah tanah


dan dilengkapi dengan sirkulasi udara, serta merupakan suatu jalur yang
bebas dari lalulintas kendaraan.
2. Lapak tunggu / bangku peristirahatan

Fasilitas untuk berhenti sementara pejalan kaki dalam melakukan


penyeberangan atau untuk beristirahat. Fasilitas tersebut diletakkan pada median
jalan. Lapak tunggu / bangku peristirahatan harus dipasang pada jalur lalulintas
yang lebar. Bangku yang berfungsi sebagai lapak tunggu untuk menyeberang
dengan aman.
3. Lampu penerangan

Fasilitas yang berupa lampu untuk memberikan keamanan bagi pejalan kaki.
Lampu penerangan diperlukan untuk menjamin keamanan dan keselamatan
pejalan kaki.
Berdasarkan keputusan Dirjen Bina Marga no. 12/S/BNKT/1991 mengenai
lampu penerangan jalan, kriteria jarak lampu ideal adalah sebagai berikut:
- Untuk jalan arteri, jarak antar lampu = 3 – 3,5 x tinggi lampu.

- Untuk jalan kolektor, jarak antar lampu = 3,5 -4 x tinggi lampu.

- Untuk jalan lokal, jarak antar lampu = 5 – 6 x tinggi lampu.

Dirjen Bina marga dalam Tata Cara Perencanaan Teknik lanskap Jalan (1996)
menyebut lampu penerangan khusus untuk pejalan kaki memiliki kriteria sebagai
berikut:
- Tinggi lampu 4 – 6 meter.

- Jarak interval 10 – 15 meter, tidak menimbulkan blankspot.

- Mengakomodasi tempat untuk menggantung umbul-umbul/banner.

- Kriteria desain yang sederhana, geometris, modern dan fungsional.

4. Halte

Fasilitas pemberhentian angkutan bertujuan untuk menciptakan keteraturan


lalulintas. Halte sedapat mungkin diletakkan dekat dengan fasilitas penyeberangan
jalan.
5. Rambu
Fasilitas yang berupa simbol yang memberikan suatu keterangan tertentu.
Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah dilihat dengan
jelas dan tidak merintangi pejalan kaki.
6. Peneduh

Jenis peneduh disesuaikan dengan kondisi jalur pejalan kaki. Jenis peneduh
dapat berupa pohon peneduh atau atap. Persyaratan pemilihan pohon peneduh
menurut Tata Cara Perencanaan Teknik lanskap Jalan yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:
- Mempunyai batang dan percabangan yang kuat dan tidak mudah patah.

- Struktur percabangan tegak/ semi tegak, tidak jatuh menjuntai.

- Percabangan 2 m di atas tanah.

- Bentuk percabangan tidak menunduk.

- Bermassa daun padat.

- Ditanam secara berbaris.

- Pertumbuhan tajuk tidak menghalangi jalan.

7. Tempat sampah

Kebersihan dilingkungan sekitar jalur pejalan kaki mempengaruhi kenyamanan


pejalan kaki itu sendiri. Untuk mempermudah proses pengumpulan sampah
diperlukan perletakan tempat sampah yang merata

Kriteria tempat sampah di jalur pejalan kaki mengikuti kriteria tempat


sampah individual sebagai berikut :
- Bentuk : kotak, silinder, kantung, kontainer.

- Sifat : dapat diangkat, tertutup.

- Bahan : logam, plastik, dll.

- Ukuran : 10 -50 liter untuk pemukiman, trotoar, toko kecil.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Persiapan Survai Pejalan Kaki

Sebelum suatu survai dilakukan, surveyor atau petugas survai diharuskan


menyiapkan segala keperluan yang berkaitan dengan survai dimaksud. Untuk survai
pejalan kaki jkali ini, surveyor diharapkan memperhatikan kelengkapan alat alat berikut
ini:

• Peta survai

• Formulir survai dan alat lalu lintas

• Alat pencacah lalu lintas (traffic counter/hand-tally)

• Stopwatch (jam tangan atau alat petunjuk waktu lainnya)

Disamping kebutuhan alat alat kelengkapan lapanbgan tersebut, surveyor juga


diharuskan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan berikut yang sangat penting di dalam
menun jang kelancaran survai.

• Organisasi Tim survai

• Perencanaan Anggaran Biaya

• Perijinan/administrasi dan koordinasi dengan insatansi terkait

3.2. Pelaksanaan Survey


3.2.1. Waktu Pelaksanaan

Kebiasaan yang terjadi di lapangan survai pejalan kaki dilaksanakan dengan


mengikuti survai survai lalu lintas lainnya, misalnya : survai volume lalu lintas
kendaraan, baik di ruas jalan maupun di kaki kaki persimpangan. Oleh karena itu
biasanya survai pejalan kaki diadakan pada hari hari tertentu dalam seminggu (sampel
hari), contohnya : hari hari senin, selasa dan rabu. Prinsipnya adalah dengan mencari
hari hari karakteristiknya, baik volume maupun waktu pergerakan pejalan kaki dengan
cenderung sama. Dengan cara demikian data yang diperoleh sedapat mungkin mewakili
atau karakteristik yang sesungguhnya. Denganh kata lain, data yang didapat tidak terlau
bias. Juga harus dihindari semaksimal mungkin pelaksanaan survai pada hari hari libur
tanggal tua.

Sebagai acuan, waktu pengamatan sebaiknya memperhatikan waktu waktu puncak


(peak hours period) pergerakan pejalan kaki sebagaimana dapat dilihat dalam contoh
berikut:

• Puncak pagi : 06.00 – 09.00

• Puncak siang : 12.00 – 15.00

• Puncak sore : 16.00 - 19.00

Sampel waktu pengamatan diatas dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan yang
sebenarnya dan diselaraskan dengan maksud/tujuan serta kebituhannya. Oleh karena itu,
survai pendahuluan perlu dilakukan.

3.2.2. Interval waktu pengamatan

Guna memudahkan dalam pengisian, penyajian dan analisis data mengenai pejalan kaki,
formulier survai harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengakomodasikan
keseluruhan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan interval waktunya. Interval
waktu tersebut tergantung pada kebutuhan, kerincian, dan keakuratan data yang
diinginkan. Biasanya semakin kecil interval waktu pengamatan dalam satu jam, maka
semakin rinci data yang didapat. Namun, interval waktu 15 menit tiap jam lebih banyak
digunakan.

3.2.3. Metode Survai

Agar data yang didapatkan cukup rinci maka survai dilakukan dengan metode “vantage
point” (lokasi pengamatan di tempat yang tinggi) atau metode lainnya yang
memungkinkan sehingga semua pergerakan pejalan kaki dapat dicatat.

3.2.4. Lokasi Survai

Karena survai pejalan kaki biasanya dilakukan bersama-sama dengan survai lalu lintas
lainnya, maka lokasi survai dapat dilakukan di dua tempat, yaitu :

• Di kaki kaki persimpangan

• Di sepanjang atau sepenggal ruas jalan


3.2.5. Pencacatan/Pencacahan

Langkah langkah pencatatan/pencacahan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Hitung jumlah pejalan kaki di lokasi survai yang telah ditentukan dengan
menggunakan alat pencacah lalu lintas (counter) atau apabila dengan cara manual
biasanya dituliskan dengan garis garis pagar (turus) berkelipatan lima sesuai dengnan
interval waktu yang telah ditetapkan.

b. Cantumkan dalam formulir survai hasil pencatatan pejalan kaki sesuai dengan
interval waktunya dan juga dengan arah pergerakan pejalan kaki.

c. Agar tidak terjadi kesulitan pencatatan, sebaiknya setiap arah pergerakan pejalan
kaki (apakah penyeberang atau searah lalu lintas kendaraan/menyusuri tritiar) dicatat
oleh surveyor yang berbeda.

3.3. Penyajian dan pengolahan data.

Data yang telah dikumpulkan harus dipilah dan dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan jam puncak, lokasi pengamatan dan segi segi lainnya yang diminta dalam
lembar formulir tersebut.

Langkah langkah pengolahan data pengolahan data dapat dapat dinyatakan sebagai
berikut :

1. Jumlahkan hasil pencacahan pejalan kaki sesuai dengnan interval waktunya dan
totalkan setiap satu jamnya.

2. Berikutnya adalah menjumlahkan hasil pencacahan setiap jam menjadi total


pengamatan jam puncak.

3. Bilamana total jam puncak telah diketahui, cobalah hitung untuk mengetahui
kecenderungan puncaknya dengan cara menjumlahkannya setiap 60 menit (tiap satu
jam).

Contoh :

Puncak pagi : 06.00 - 09.00

*Interval perjam : 15 menit

Hasil pencacahan adalah sebagai berikut :


• 06.00 – 06.15 = 25 orang

• 06.15 – 06.30 = 35

• 06.30 – 06.45 = 50

• 06.45 – 07.00 = 60

• 07.00 – 07.15 = 65

• 07.15 – 07.30 = 70

........ dan seterusnya

Jadi kecenderungan setiap jamnya adalah

• 06.00 – 07.00 = 170

• 06.15 – 07.15 = 210

• 06.30 – 07.30 = 245

...........dan seterusnya

Selanjutnya setelah data diolah sedemikian rupa sebagaimana telah dicontohkan, guna
memberikan ilustrasi yang lebih jelas, maka hasil pengolahan dapat disajikan dalam
berbagai bentuk diagram : diagram batang, diagram baris, diagram lingkaran.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kondisi Awal atau Eksisting


4.1.1 Trotoar
Kondisi eksisting trooar merupakan kendaraan trotoar di lapangan. Adapun
kondisi eksisting trotoar berdasarkan data survei inventarisasi jalan yang telah
dilakukan .
PANJANG LEBAR HAMBATAN SAMPING

NO. NAMA RUAS JALAN LEBAR JALUR Bahu (m) DRAINASE (m) TROTOAR (m) JENIS LEBAR
P. JALAN (m) P. SEGMEN (m) MEDIAN (m)
EFEKTIF (m) KIRI KANAN KIRI KANAN KIRI KANAN HAMBATAN HAMBATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Jl. P. Diponegoro S1 133 m 4,5 1,5 m 1,5 m 4m 3m PARKIR 2,5 m
395,5 m

S2 210 m 4,5 m 1,5 m 1,5 m 4m 3m PARKIR 2,5 m


395,5

Berikut merupakan gambar eksisting dari ruas jalan Diponegoro


4.2 Analisis Usulan Penanganan
4.2.1 Analisis Ususlan 1
Rekomendasi ini ditentukan berdasarkan perhitungan ketika pejalan menyebrang
dengan rumus:

RUMUS : PV2

Dimana :

P : arus pejalan kaki yang menyeberang ruas jalan tiap jamnya (Pejalan Kaki/jam)

V : arus kendaraan tiap jam dalam 2 (dua) arah (kend/jam).

P dan V adalah arus pejalan kaki dan kendaraan rata-rata dalam 4 jam waktu sibuk (4 PV2 terbesar).

Berikut merupakan data eksisting pejalan kaki yang menyebarang

P V P X V2 Rekomendasi
12 436 2281152 Zebra Cross
5 456 1039680 Zebra Cross
6 534 1710936 Zc dengan pelindung
10 524 2745760 Zc dengan pelindung
13 408 2164032 Zebra Cross
15 378 2143260 Zebra Cross
12 331 1314732 Zebra Cross
15 308 1422960 Zebra Cross
Berdasarkan data eksising menyebrang pejalan kaki dikaitkan dengan Perekayasaaan
fasilitas pejalan kaki di perkotaan dalam idris Zilhardi, 2007 didapatkan bahwa
rekomendasi yang paling dominan adalah zebracross.
Berikut merupakan desain zebrcroos yanag akan di terapkan menurut usulan kami.

4.2.2 Analisis Ususlan 2


Membuat Peraturan mengenai penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di
trotoar .
Hal ini dimaksudkan agar trotoar menjadi ruang bagi pejalan kaki secara leluasa tanpa
ada gangguang oleh PKL. Karena kondisi eksisting di trotoar jalan Diponegoro, banyak
spot spot yang digunakan untuk berjualan baik dari PKL maupun dari penjual toko
sewa.

Berdasarkan Peraturan daerah Kota Tegal BAB II mengenai pengaturan tempat dan
waktu untuk usaha PKL dalam pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “ Fasilitas umum tidak
boleh dipergunakan untuk usaha PKL kecuali yang ditetapkan degan peraturan
walikota “. Jadi mengacu pada peraturan tersebut penertiban PKL yang berda di trotoar
dimaksudkan agar pejalan kaki lebih leluasa menggunakan faslitas umum trotoar.

 Alternatif Satu
Memindahkan PKL ke tempat khusus untuk berjualan
Hal ini dimaksudkan agar trotoar menjadi ruang bagi pejalan kaki secara leluasa
tanpa ada gangguang oleh PKL. Karena kondisi eksisting di trotoar jalan
Diponegoro, banyak spot spot yang digunakan untuk berjualan baik dari PKL
maupun dari penjual toko sewa

 Alternatif Dua
Menggunakan 1 bagian trotoar sebagai pejalan kaki, dan 1 bagian yang
lain difungsikan untuk tempat pedagang kaki lima.
Kondisi eksisiting pada trotoar di jalan Diponegoro yaitu, pada sebelah barat
memiliki lebar 4 m sedangkan trotoar di sebelah timur memiliki lebar 3 m. Jadi
trotoar timur di khususkan untuk pejalan kaki. Dan sebelah barat untuk
pedagang kaki lima, namun dengan lebar 4meter pedagang kaki lima dibatasi
hanya memamkai 2,5 meter. Dan selebihnya tetap untuk pejalan kaki

Perhitungan Pelebaran Trotoar

Waktu Menyusuri Menyebrang


07.15-07.30 12 3
07.30-07.45 5 12
07.45-08.00 6 5
08.00-08.15 10 8
08.15-08.30 13 11
08.30-08.45 15 10
08.45-09.00 12 15
09.00-09.15 15 9
09.15-09.30 12 10
09.30-09.45 18 13
09.45-10.00 16 8
10.00-10.15 13 10
10.15-10.30 9 10
10.30-10.45 11 9
10.45-11.00 7 7
11.00-11.15 8 7
Total 182 147
Perhitungan

P = 182/15
P= 12,13

W= 12,13/35+1

W = 1,347 m

4.2.3 Analisis Usulan 3


Membuat City Walk
Tujuan membuat city walk
 Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya masyarakat kota Tegal
untuk berjalan kaki
 Tempat berjualan
 Menambah daya Tarik Kota Tegal
Rekomendasi city walk ini terinspirasi oleh rancangan pemkot kota tegal dalam
pembuatan city walk di jalan Ahmad Yani. City Walk ini nantinya akan
memperlebar trotoar dan memangkas jalan. City Walk ini berfokus dalam
pembangunan trotoar, jalan, jalur khusus food truck. Jalan memiliki 4 lajur menjadi
2 lajur saja dan jalan bersifat satu arah.
Berikut merupakan rancangan gambaran yang akan dibuat kelompok kami dalam
mendukung pembuatan city walk pada ruas jalan Diponegoro.
1. Perhitungan Kapasitas sebelum diberlakukan city walk (4/1 UD)
C = Co x Fcw x FCsv x FCsf x FCcs
= 6000 x 1 x 1 x 1 x x 1
= 6000
Dengan V/C ratio sebesar 0.,125

2. Perhitungan kapasitas sesudah diberlakukan city walk (2/1 UD)


C = Co x Fcw x FCsv x FCsf x FCcs
= 3300 x 0,92 x 1 x 0,92 x x 1
= 2793,12
Dengan V/C ratio sebesar 0.,2692
Setelah adanya pengurangan lebar jalan tingkat pelayanan jalan yang
bermula A menjadi B. Jadi, adanya city walk mini tidak terlalu
mempengaruhi tingkat pelayanan di ruas jalan tersebut

4.3 Pembahasan

4.3.1 Data Pejalan Kaki

No Waktu/detik Jarak/meter Kecepatan km/h


1 11,54 10 3,12
2 16,24 10 2,22
3 15,24 10 2,36
4 16,34 10 2,20
5 13,59 10 2,65
6 13,55 10 2,66
7 17,7 10 2,03
8 12,2 10 2,95
9 15,42 10 2,33
10 15,1 10 2,38
11 10,44 10 3,45
12 9,83 10 3,66
13 11,84 10 3,04
14 12,44 10 2,89
15 13,07 10 2,75
16 14,66 10 2,46
17 13,96 10 2,58
18 13,7 10 2,63
19 12,1 10 2,98
20 11,22 10 3,21
21 14,57 10 2,47
22 10,24 10 3,52
23 13,67 10 2,63
24 12,65 10 2,85
25 10,8 10 3,33
26 11,42 10 3,15
27 13,45 10 2,68
28 15,42 10 2,33
29 12,3 10 2,93
30 14,65 10 2,46
31 13,23 10 2,72
32 11,26 10 3,20
33 14,56 10 2,47
34 15,6 10 2,31
35 12 10 3,00
36 14,54 10 2,48
37 15,69 10 2,29
38 16,2 10 2,22
39 15,78 10 2,28
40 13,98 10 2,58
41 14,56 10 2,47
42 13,45 10 2,68
43 11,88 10 3,03
44 14,34 10 2,51
45 13,54 10 2,66
46 10,54 10 3,42
47 11,78 10 3,06
48 13,54 10 2,66
49 12,49 10 2,88
50 13,87 10 2,60
51 15,65 10 2,30
52 13,23 10 2,72
53 14,57 10 2,47
54 15,23 10 2,36
55 15,67 10 2,30
56 10,76 10 3,35
57 11,83 10 3,04
58 12,38 10 2,91
59 11,73 10 3,07
60 12,43 10 2,90
61 14,57 10 2,47
62 15,3 10 2,35
63 13,45 10 2,68
64 12,2 10 2,95
65 12,32 10 2,92
66 14,31 10 2,52
67 12,54 10 2,87
68 16,2 10 2,22
69 16,23 10 2,22
70 13,54 10 2,66
71 14,75 10 2,44
72 17,2 10 2,09
73 11,71 10 3,07
74 13,45 10 2,68
75 15,12 10 2,38
76 14,26 10 2,52
77 13,64 10 2,64
78 10,91 10 3,30
79 11,23 10 3,21
80 13,57 10 2,65
81 14,64 10 2,46
82 16,21 10 2,22
83 12,3 10 2,93
84 14,56 10 2,47
85 15,63 10 2,30
86 14,65 10 2,46
87 15,64 10 2,30
88 14,2 10 2,54
89 11,43 10 3,15
90 12,97 10 2,78

91 14,35 10 2,51
92 15,26 10 2,36
93 17,2 10 2,09
94 14,85 10 2,42
95 15,32 10 2,35
96 12,54 10 2,87
97 13,51 10 2,66
98 14,32 10 2,51
99 11,62 10 3,10
100 10,76 10 3,35
101 14,94 10 2,41
102 11,43 10 3,15
103 12,5 10 2,88
104 13,87 10 2,60
105 14,65 10 2,46
106 13,97 10 2,58
107 14,67 10 2,45
108 13,45 10 2,68
109 12,77 10 2,82
110 13,29 10 2,71
111 14,73 10 2,44
112 12,63 10 2,85
113 16,5 10 2,18
114 13,8 10 2,61
115 14,22 10 2,53
116 16,27 10 2,21
117 12,44 10 2,89
118 15,33 10 2,35
119 13,25 10 2,72
120 12,76 10 2,82
121 14,54 10 2,48
122 15,82 10 2,28
123 12,71 10 2,83
124 11,38 10 3,16
125 14,62 10 2,46
126 15,24 10 2,36
127 13,43 10 2,68
128 14,51 10 2,48
129 17,1 10 2,11
130 14,32 10 2,51
131 16,39 10 2,20
132 15,32 10 2,35
133 16,5 10 2,18
134 14,59 10 2,47
135 13,94 10 2,58
136 13,55 10 2,66
137 16,4 10 2,20
138 12,34 10 2,92
139 11,42 10 3,15
140 10,76 10 3,35
141 15,23 10 2,36
142 12,63 10 2,85
143 14,81 10 2,43
144 15,32 10 2,35
145 14,32 10 2,51
146 12,57 10 2,86
147 11,59 10 3,11
148 12,26 10 2,94
149 13,74 10 2,62
150 16,6 10 2,17

151 14,69 10 2,45


152 10,65 10 3,38
153 11,98 10 3,01
154 12,54 10 2,87
155 14,65 10 2,46
156 14,23 10 2,53
157 11,45 10 3,14
158 10,89 10 3,31
159 10,75 10 3,35
160 11,65 10 3,09
161 14,62 10 2,46
162 12,56 10 2,87
163 13,48 10 2,67
164 15,47 10 2,33
165 16,72 10 2,15
166 12,87 10 2,80
167 11,64 10 3,09
168 10,34 10 3,48
169 9,89 10 3,64
170 10,37 10 3,47
171 12,52 10 2,88
172 15,41 10 2,34
173 13,4 10 2,69
174 12,43 10 2,90
175 11,65 10 3,09
176 12,43 10 2,90
177 11,89 10 3,03
178 17,3 10 2,08
179 13,54 10 2,66
180 14,56 10 2,47
181 15,32 10 2,35
182 13,7 10 2,63
183 12,08 10 2,98
184 13,2 10 2,73
185 15,43 10 2,33
186 12,49 10 2,88
187 14,32 10 2,51
188 14,89 10 2,42
189 15,29 10 2,35
190 12,78 10 2,82
191 13,77 10 2,61
192 14,24 10 2,53
193 11,44 10 3,15
194 11,96 10 3,01
195 12,34 10 2,92
196 12,89 10 2,79
197 13,87 10 2,60
198 14,92 10 2,41
199 11,39 10 3,16
200 10,34 10 3,48
201 13,96 10 2,58
202 12,25 10 2,94
RATA RATA 13,59 10 2,69

Pejalan kaki di jalan Diponegoro rata-rata memiliki kecepatan 2,69 km/jam


4.3.2 Data Volume Pejalan Kaki

Waktu Menyusuri Menyebrang Jumlah Kendaraan (smp) Jumlah Kendaraan


06.30-06.45 0 1 109,5 292
06.45-07.00 3 6 135,3 351
07.00-07.15 8 2 128,9 322
07.15-07.30 12 3 179,8 436
07.30-07.45 5 12 188,4 456
07.45-08.00 6 5 196,9 534
08.00-08.15 10 8 212,3 524
08.15-08.30 13 11 154,6 408
08.30-08.45 15 10 161,7 378
08.45-09.00 12 15 145,3 331
09.00-09.15 15 9 138,7 308
09.15-09.30 12 10 151,3 381
09.30-09.45 18 13 154,1 377
09.45-10.00 16 8 128,2 333
10.00-10.15 13 10 148,3 354
10.15-10.30 9 10 136,2 329
10.30-10.45 11 9 136,7 351
10.45-11.00 7 7 158,6 400
11.00-11.15 8 7 151,1 356
11.15-11.30 9 6 173,4 433
Jumlah 202 162 154,465 382,7
Berdaasrkan data volume pejalan kai beserta diagram fluktuasi, orang menyusuri
tertinggi berada pada pukul 09.30-09.45. Sedangkan untuk orang menyebrang
tertinggi berada pada pukul 08.45-09.00

Berikut merupakan data pejalan kaki yang menyusuri dan menyebrang trotoar di
ruas Jalan Diponegoro Kota Tegal

Waktu Menyusuri Timur Barat


06.30-06.45 0 0 0
06.45-07.00 3 1 2
07.00-07.15 8 3 5
07.15-07.30 12 5 7
07.30-07.45 5 3 2
07.45-08.00 6 2 4
08.00-08.15 10 7 3
08.15-08.30 13 5 8
08.30-08.45 15 7 8
08.45-09.00 12 6 6
09.00-09.15 15 8 7
09.15-09.30 12 3 9
09.30-09.45 18 8 10
09.45-10.00 16 7 9
10.00-10.15 13 5 8
10.15-10.30 9 3 6
10.30-10.45 11 4 7
10.45-11.00 7 2 5
11.00-11.15 8 2 6
11.15-11.30 9 4 5
Jumlah 202 85 117
Waktu Menyebrang Timur ke Barat Barat ke Timur
06.30-06.45 1 0 1
06.45-07.00 6 2 4
07.00-07.15 2 1 1
07.15-07.30 3 2 1
07.30-07.45 12 4 8
07.45-08.00 5 2 3
08.00-08.15 8 3 5
08.15-08.30 11 3 8
08.30-08.45 10 5 5
08.45-09.00 15 7 8
09.00-09.15 9 5 4
09.15-09.30 10 3 7
09.30-09.45 13 3 10
09.45-10.00 8 2 6
10.00-10.15 10 3 7
10.15-10.30 10 5 5
10.30-10.45 9 4 5
10.45-11.00 7 3 4
11.00-11.15 7 4 3
11.15-11.30 6 3 3
Jumlah 162 64 98

4.3.3 Karakteristik pejalan kaki


Pengamatan dilakukan terhadap pejalan kaki yang menyusuri ruas troatar Jalan
Diponegoro Kota Tegal yaitu pada pukul 06.30-11.30 tanggal 21 Desember 2021
dengan batasan pengamatan sepanjang Jalan Diponegoro Kota Tegal (±395,5
meter)

Berikut data karakteristik jalan kaki


Perhitungan :
A. Arus pejalan kaki
Arus pejalan kaki didapatkan dari perbandingan arus pejalan kaki tertinggi dalam
kurun waktu 15 menit dengan 15 kali lebar trotoar yang terdapat pada ruas Jalan
Diponegoro Kota Tegal yaitu 2 meter.
 Ruas Barat
Arus Pejalan Kaki tertinggi dalam15 menit
Arus Pejalan Kaki=
15 x lebar trotoar

8
=
15 x 3 m
8
=
45
= 1,6 orang/menit/meter
= 2 orang/menit/meter
 Ruas Timur

Arus Pejalan Kaki tertinggi dalam15 menit


Arus Pejalan Kaki=
15 x lebar trotoar

10
=
15 x 4 m
= 2,7 orang/menit/meter
= 3 orang/menit/meter
B. Ruang Pejalan kaki
Ruang pejalan kaki didapatkan dari perbandingan panjang trotoar dikali lebar
trotoar dengan volume pejalan kaki per jam tiap ruasnya.
 Ruas Barat
panjang trotoar x lebar trotoar
Ruang Pejalan Kaki( S)=
volume pejalan kaki per jam
395,5 x 3
=
55

= 4,07 m2/orang

= 4,1 m2/orang

C. Kecepatan Pejalan Kaki


Kecepatan pejalan kaki didapatkan dari perbandingan jarak terhadap waktu tempuh
pejalan kaki selama melintas di fasilitas pejalan kaki.
Berikut merupakan perkiraan kecepatan pejalan kaki di ruas Jalan Diponegoro Kota
Tegal dengan data sebagai berikut:
 Ruas Barat
Panjang penggal pengamatan (m)
Kecepatan Pejalan kaki (V) =
waktu tempuh pejalan kaki(s)
10
=
0,75
= 13,333 m/s
 Ruas Timur
Panjang penggal pengamatan (m)
Kecepatan Pejalan kaki (V) =
waktu tempuh pejalan kaki( s)
10
=
0,75
= 13,333 m/s
D. Kerapatan Pejalan Kaki
Kerapatan pejalan kaki didapatkan dari penjumlahan pejalan kaki rata-rata per
satuan luas dalam jalan atau daerah antrian yang dinyatakan dalam pejalan kaki per
meter persegi. Ataupun dapat diperoleh dari perbandingan berbalik nilai kerapatan
pejalan kaki (S). Berikut merupakan perhitungan kerapatan pejalan kaki:
 Ruas Barat
1
D=
S
1
D=
21,573

= 0,046 orang/m2
= o orang/m2

 Ruas Timur
1
D=
S

1
D=
3,585

= 0,026 orang/m2

= 0 orang/m2

4.3.4 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki


 Ruas Barat

Ruas Barat Ruang Pejalan Kaki Arus Pejalan Kaki Kecepatan rata-rata
(m 2/orang) (Orang/menit/ (meter/menit)
meter)
Perhitungan 21,573 1.6 13,333
Tingkat A A F
Pelayanan

 Ruas Timur
Ruas Timur Ruang Pejalan Kaki Arus Pejalan Kaki Kecepatan rata-rata
(m2/orang) (Orang/menit/ (meter/menit)
meter)
Perhitungan 38,585 2,667 13,333
Tingkat A A F
Pelayanan

4.3.5 Rekomendasi yang tepat untuk permasalahan pejalan kaki di Jalan


Diponegoro Kota Tegal?
Dalam menentukan rekomendasi yang paling tepat untuk permasalahan pejalan kaki
di Jalan Diponegoro, kelompok kami memilih rekomendasi yang ke tiga yaitu
membuat city waalk mini. Alasan mengapa kami memilih rekomendasi sebagai
rekomendasi yang paling tepat untuk permasalah pealan aki di ras Jalan Diponegoro
adalah :
1. Memberikan hak pejalan kaki
2. Tidak merugikan pedagang kaki lima
3. City walk mini ini menambah daya tarik, sehingga meningkatkan jumlah
volume pejalan kaki yang ada di ruas Jalan Diponegoro Kota Tegal.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memeperoleh
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai studi kasusu pejalan kaki jalan
Diponegoro sebgaia berikut :
Karakteristik pergerakan pejalan kaki di Jalan Diponegoro Kota Tegal sebagai berikut:
 Kecepatan rata-rata (speed) sebesar 2,69 km/jam
 Arus (flow) menyusuri pejalan kaki bagian timur sebesar 1,6 pejalan
kaki/meter/menit sedangkan bagian barat 2,667 pejalan kaki/meter/menit.
 Keradatan pejalan kaki (density) menyusuri bagian timur bagian timur
0,046 pejalan kaki/m2 sedangkan bagian barat 0,026 pejalan kaki/m2
 Ruang pejalan kaki (space) menyusuri pejalan kaki bagian timur 21,573
m2/ped sedangkan bagian barat 38,585 m2/ped
 Kecepatan pejalan kaki (speed) menyusuri pejalan kaki bagian timur 13,333
m/s sedangkan bagian barat 13,333 m/s
Tingkat pelayanan untuk jalur pejalan kaki di Jalan Diponegoro Kota Tegal menurut
HCM 1985 adalah A, karena semua pejalan kaki dapat bergerak dalam ruang yang
diinginkan tanpa adanya perubahan gerakan pada pejalan kaki.
5.2 Saran
 Keberadaan pedagang kaki-lima pada jalur berjalan kaki perlu lebih ditertibkan,
terutama menyangkut pemakaian lahan yang terlalu menyita lebar trotoar.
Penertiban dapat dilakukan dengan membatasi lahan yang bisa dipakai pedagang
kaki-lima. Agar mudah dalam pelaksanaan dan pengawasannya, batas tersebut
dapat dibuat berupa pengecatan garis memanjang searah trotoar.
 Untuk memberi kenyamanan pejalan kaki maka disarankan memperhatikan kondisi
fisik trotoar.
 Untuk meningkatkan kenyaman fasilitas pelayanan pejalan kaki yang baru maka
trotoar baru perlu dilengkapi pepohonan.

Anda mungkin juga menyukai