Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEBUTUHAN JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN

GAJAHMADA PONTIANAK
Eva Zulianna1)
Abstrak
Kebutuhan pedestrian di kota-kota besar menjadi salah satu ruang gerak publik yang cukup
menjadi perhatian saat ini. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pontianak mulai merencanakan
kebutuhan ruang untuk pejalan kaki di Kota Pontianak, salah satunya di Jalan Gajahmada. Jalan
Gajahmada memiliki karakteristik unik dibandingkan jalan protokol lainnya, karena Jalan
Gajahmada telah ditetapkan menjadi Kawasan Perdagangan dan Jasa berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013 – 2033. Penelitian ini diawali dengan obeservasi
lapangan untuk menentukan zonasi sampel penelitian. Observasi dilakukan dengan cara
pengamatan langsung ke lapangan tempat lokasi dilakukannya penelitian. Merekam dengan cara
memotret aktfivitas yang terjadi di pedestrian dan menggambarkan kepadatan pejalan kaki yang
ada. Menghitung volume pejalan kaki yang melintasi titik-titik pengamatan di lokasi penelitian.
Perhitungan untuk menrencanakan lebar trotoar efektif didapatkan yaitu 5 meter dan analisis
tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki, Jalan Gajahmada dapat direncanakan dengan tingkat
pelayanan standar A atau LOS A. Hasil dari responden, bahwa kebutuhan fasilitas mendukung
moda transportasi menuju jalur pedestrian yaitu membutuhkan gedung parkir.
Kata-kata kunci: pedestrian, pejalan kaki

Aktifitas pejalan kaki menjadi


1. PENDAHULUAN sangat penting akibat pembangunan
Dalam pertumbuhan dan perkembangan gedung parkir. Perencanaan
kawasanya ini kemudian muncul beberapa pembangunan trotoar humanis di
isu-isu permasalahan baik dalam konteks Gajahmada menjadi ruang terbuka pada
skala bangunan dan lingkungan. Beberapa kawasan tersebut. Secara umum penataan
masalah tersebut antara lain sistem parkir ruang terbuka berkaitan dengan elemen
dan sirkulasi kendaraan yang telah perabot taman/jalan(street furniture), dan
membentuk kualitas lingkungan yang sangat tata hijau. Pada koridor jalan Gajahmada
rendah, tidak ada jalur pejalan kaki yang terlihat elemen perabot tidak adanya
jelas, tata letak dan sistem reklame/signage keseragaman baik untuk penerangan, dan
yang tidak teratur, bentuk dan masa
bangunan yang sudah menggeser karakter
kelengkapan street furniture lainnya.
dan budaya lokal dan lain sebagainya. Tidak adanya tempat untuk rest area
Disamping itu, muncul beberapa isu potensi untuk pejalan kaki. Elemen penghijauan
yang ada didalam kawasan dan menjadi terdapat beberapa pohon pelindung
karakter dari jalan Gajahmada ini. Beberapa namun perletakan dan jarak sekitar
potensi tersebut yakni adanya aktifitas cafe teratur.
street hampir disepanjang jalur jalan ini, Dari pembahasan diatas,
kawasan Hajahmada sebagai tujuan wisata perencanaan pembangunan trotoar
kuliner bagi masyarakat Kota Pontianak. humanis di Jalan Gajahmada yang
1)
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Tanjungpura
dilakukan oleh Pemerintah Kota perjalanan yang masuk pada zona
Pontianak, melatarbelakangi penulis tersebut. Sedangkan pembebanan pada
untuk menganalisa karakteristik dan jaringan pejalan kaki terbanyak pada ruas
kebutuhan fasilitas pejalan kaki terhadap trotoar 14. Pada volume pedeseterian
pembangunan trotoar di jalan Gajahmada untuk hari libur meningkat. Hal ini
Pontianak. dikarenakan pada hari libur pedestrian
tidak melakukan aktivitas seperti hari
2. TINJAUAN PUSTAKA kerja.
2.1 Refrensi Penelitian Barnabas Untung Sudianto (1997),
telah melakukan penelitian dengan judul
Lukman Wibowo (2005), telah “Fasilitas Pejalan Kaki di Pusat
melakukan penelitian dengan judul Pertokoan (Studi Kasus di Pusat
“Studi Tentang Kenyamanan Pejalan Pertokoan Salatiga)”. Maksud dari
Kaki Terhadap Pemanfaatan Trotoar di penelitian ini adalah membuat
Jalan Protokol Kota Semarang (studi permodelan kebutuhan fasilitas pejalan
Kasus Jalan MT. Haryoni Semarang”. kaki di pisat pertokoan. Penelitian ini
Lokasi penelitian ini pada ruas Jalan MT. dilakukan di pusat pertokoan Jalan
Haryono Semarang. Adapun metode Jendral sudirman Salatiga. Pusat
yang dipakai dengan menggunakan penelitian ini dibagi menjadi 2 zona.
metode sampel dan teknik sampling serta Setiap zona dibagi dalam 6 seksi dan
menyebarkan lembar kuisioner. Dari diambil 2 persimpangan jalan. Data
penelitian telah diperoleh hasilnya yaitu lapangan diolah dan dianalisis untuk
bahwa hasil perhitungan analisis menghasilkan model fasilitas pejalan
deskriptif presentase yang diperoleh kaki di pusat pertokoan. Model fasilitas
memberikan keterangan bahwa dari pejalan kaki terdiri dari lebar efektif
jumlah responden sebanyak 100 pejalan trotoar, tinggi trap refure dan luas sudut
kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel persimpangan jalan. Aplikasi model di
populasi) adalah tergolong dalam kriteria pusat pertokoan menunjukkan hasil yang
tingkat kenyamanan yang kurang baik. baik. Khususnya aplikasi model di pusat
Indira Sari (2001), telah melakukan pertokoan. Pada aplikasi model fasilitas
penelitian dengan judul “Analisa Pola pejalan kaki di pusat pertokoan Salatiga
Perjalanan Pejalan Kaki (Pedesterian) di menghasilkan rekomendasi setempat.
Kawasan Pertokoan Dika dan
Sekitarnya”. Pada penelitian ini peneliti Indriastuti, Amelia Kusuma dkk (2014), telah
menggunakan metode program SPSS melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi
7.5.. Dari penelitian ini telah didapat Kinerja Ruang Pejalan Kaki di Jalan
Malioboro Yogyakarta”. Penelitian ini
hasilnya yaitu, besarnya pergerakan yang
bertujuan untuk menganalisis perencanaan
terjadi antar zona dipengaruhi dengan uang dapat menampung kebutuhan selama 5
daya tarik kawasan zona itu masing- tahun mendatang pada area pedestrian untuk
masing. Bila suatu zona mempunyai daya mencapai nilai Level of service (LOS) B.
tarik yang besar maka akan banyak
2.2 Pedestrian 2.3 Karakteristik Pejalan Kaki
Fungsi jalur pedestrian yang Arus, adalah jumlah pejalan kaki yang
disesuaikan dengan perkembangan kota melintasi suatu titik pada penggal ruang
adalah sebagai fasilitas pejalan kaki, untuk pejalan kaki tertentu pada interval
unsur keindahan kota, media interaksi waktu tertentu dan diukur dalam satuan
pejalan kaki per meter per menit:
sosial, sarana Istilah pedestrian juga
berasal dari bahasa latin yakni, pedester-
pedestris yang diartikan sebagai orang Dimana :
yang berjalan kaki atau pejalan kaki. Q = arus pejalan kaki, (org/m/mnt)
Upaya Jalan kaki merupakan bentuk N = jumlah pejalan kaki yang lewat
sarana transportasi paling sederhana (org/m)
dalam melakukan kegiatan dari satu T = waktu pengamatan (mnt)
tempat menuju tempat lain. Dalam tesis, (
Widodo, Mulyadi, 2001, jalur pejalan Kecepatan adalah jarak yang dapat ditempuh
kaki pada jalan Pandanaran) dituliskan oleh pejalan kaki pada suatu ruas trotoar per
bahwa berjalan kaki merupakan alat satuan waktu tertentu:
pergerakan internal kota, dan satu-
satunya alat untuk memenuhi kebutuhan
interaksi tatap muka di dalam aktifitas Dimana:
komersial dan kultural di lingkungan V = kecepatan pejalan kaki (m/mnt)
kota. Berjalan kaki merupakan L = panjang penggal pengamatan (m)
penghubung antara moda-moda angkutan T = waktu tempuh pejalan kaki yang
yang tidak mungkin dikerjakan oleh lewat segmen pengamatan
moda angkutan yang lain. Dari situ jelas Ruang untuk pejalan kaki merupakan luas
bahwa dengan berjalan kaki orang dapat area rata-rata yang tersedia untuk masing-
bebas berinteraksi dengan siapapun masing pejalan kaki yang dirumuskan dalam
termasuk saat melakukan transaksi satuan m2/pejalan kaki. Ruang pejalan kaki
dengan seorang penjual. adalah hasil dari kecepatan rata-rata ruang
dibagi dengan arus, atau singkatnya ruang
Menurut Uterman (1984) pejalan kaki adalah terbanding terbalik
kenyamanan diperngaruhi oleh jarak dengan kepadatan (Highway Capacity
tempuh. Faktor yang mempengaruhi Manual, 2000):
jarak tempuh adalah: (a) waktu yang
berkaitan dengan maksud atau
kepentingan berjalan kaki; (b) Dimana:
kenyamanan orang berjalan kaki S = Ruang pejalan kaki (m2/org)
dipengaruhi oleh cuaca dan jenis D = Kepadatan (Org/m2)
aktifitas. Q = Arus (org/m/mnt)
Vs = Kecepatan rata-rata ruang, (m2/mnt)
2.4 Tingkat Pelayanan Pejalan Kaki 3. METEDOLOGI PENELITIAN
Kriteria yang digunakan sebagai
syarat dalam menentukan tingkat
pelayanan pada suatu ruang pejalan kaki
dalam hal ini digunakan dua kriteria
sebagai perbandingan yaitu:
Berdasarkan arus pejalan kaki (HCM, 2000):

Dimana:
Q15 = arus pejalankaki pada interval 15
menitan terbesar (org/m/mnt)
Nm = Jumlah pejalan kaki terbanyak
pada interval 15menitan (org)
WE = lebar efektif trotoar (m)
WE = WT – B
Tabel 2.1. Tingkat Pelayanan Pejalan
Kaki

Sumber: Permen PU No. 03/PRT/M/2014


Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN muka bangunan gedung pada zonasi 1.
Namun lebar yang ada di lapangan
4.1 Gambaran Umum Lokasi
tersebut, 10,68 meter tidak seluruhnya
Penelitian
digunakan oleh pejalan kaki, karena
Tabel 4.1. Data Geometrik Zonasi sebagian besar telah digunakan tempat
Penelitian parkir kendaraan dan PKL. Lebar efektif
yang ada pada zonasi 1 yaitu:
Dimensi trotoar
Lebar total = 10,68 meter
Lebar reduksi parkir motor = 2,0 meter
Lebar reduksi bangunan gedung =
4,0 meter
Lebar reduksi PKL = 0,7 meter
Sumber: Survey Peneliti,2017 Dari perhitungan diatas, didapatkan
lebar efektif yang ada pada zonasi 1
4.2 Analisis Kebutuhan Lebar Jalur belum sesuai dengan pedoman
Pedestrian Zonasi perencanaan.
Berdasarkan hasil survey yang Dalam merencanakan suatu
dilakukan pada lokasi penelitian zonasi I, kawasan perdagangan yang baik, maka
total jumlah pejalan kaki sebanyak 344 diperlukan suatu jaringan penghubung
orang. Jumlah pejalan kaki terbanyak berupa pedestrian yang baik, manusiawi
ditunjukkan pada pukul 16.00 – 16.15 dan bersahabat bagi pejalan kaki, tidak
sebanyak 49 orang pejalan kaki dengan hanya pejalan kaki dengan kondisi
kecepatan rata-rata 11,17 detik. normal, perencanaan juga harus
Untuk mengetahui arus pejalan mempertimbangkan kondisi pejalan kaki
kaki, maka digunakan persamaan: dengan kelemahan (Disabilities).
Berdasarkan Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Keterangan: Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
V = Volume Puncak Pejalan Kaki Perkotaan, untuk merencanakan
(Org/15min) kebutuhan lebar pedestrian berdasarkan
We = Lebar Efektif Jalur Pejalan kenyamanan pejalan kaki dan
Kaki (m) menyesuaikan dengan kondisi sekitar dan
perlu ditambahkan lebar pedestrian untuk
lebih memperhatikan pejalan kaki dengan
V = 1 org/menit/meter kelemahan (Disabilities), maka perlu
Berdasarkan hasil pengamatan di penambahan pada jalur pedestrian untuk
lapangan, lebar eksisting untuk zonasi 1 memperoleh lebar ideal trotoar bagi
adalah 10,68 meter. Lebar tersebut kawasan perdagangan dan jasa Jalan
dihitung dari rata-rata muka jalan ke Gajahmada Pontianak:
Keterangan:
V = Volume Pejalan Kaki
(Org/menit/meter)
W = Lebar Jalur Pedestrian
N = Lebar tambahan sesuai dengan
keadaan setempat (m)
Sumber: Analisis Data,2017
Jadi, V = 1 org/menit/meter dan N
1,5 meter untuk lebar tambahan di 4.3 Analisis Kebutuhan dan
kawasan perdagangan. Maka: Ketersediaan Fasilitas Pedestrian
Pejalan kaki di Jalan Gajahmada
Pontianak, menurut kategori sarana
Lebar minimum untuk perjalanannya termasuk pejalan kaki
kenyamanan pejalan kaki normal dengan pemakai kendaraan pribadi penuh, yaitu
volume pejalan kaki 1 org/menit/meter merupakan mereka yang menggunakan
adalah 2 meter. moda jalan kaki sebagai moda antara,
Lebar minimum untuk pejalan kaki dari tempat parkir kendaraan pribadi ke
disabilitas yang menggunakan kursi roda tempat tujuan akhir perjalanan.
dan tongkat adalah 1,2 m. Pejalan kaki di Jalan Gajahmada
Lebar tambahan untuk elemen Pontianak, menurut kepentingan
pendukung berupa pot bunga dan tempat perjalanannya termasuk perjalanan
duduk untuk penambah estetika adalah fungsional, yaitu merupakan perjalanan
1,5 meter. Maka, untuk mengetahui lebar untuk mencapai tujuan tertentu dari atau
ideal trotoar yang dibutuhkan dapat ke tempat kerja, sekolah, belanja dan
digunakan persamaan: lain-lain.
LT = LNormal + LTambahan Pendukung
LT = 2 m + 1,2 m + 1,5 m
LT = 4,7 m
Jadi, total lebar trotoar yang
dibutuhkan untuk zonasi 1 adalah 4,7 m
≈ 5 m.

Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin

Tabel 4.2. Hasil Rekapitulasi Kebutuhan


Lebar Trotoar
Pertimbangan dalam perencanaan
penyediaan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki menurut Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, dan
Pemanfaatan Prasarana dan sarana
Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Perkotaan untuk kawasan Perdagangan
Pekerjaan
dan Jasa cocok untuk Jalan Gajahmada
Pontianak yang telah ditetapkan dalam
RTRW Kota Pontianak sebagai kawasan
perdagangan dan jasa.
Menurut tipologi yang cocok di
Kawasan Jalan Gajahmada, jalur
pedestrian dengan tipologi covered walk
(selasar) dikombinasikan dengan trotoar.
Dimana fasilitas pedestrian dengan
bentuk selasar dapat menghubungkan
Gambar 4.3 Responden Berdasarkan bagian bangunan yang satu dengan
Motivasi (Tujuan) bangunan lainnya yang ada di Jalan
Gajahmada. Sedangkan bentuk trotoar
4.4 Pembahasan Analisa Data dapat direncanakan untuk fasilitas jalur
Dari hasil analisa diatas, didapatkan pedestrian dengan lantai perkerasan yang
bahwa zonasi-zonasi penelitian Jalan terletak di kanan-kiri fasilitas jalan
Gajahmada dapat direncanakan jalur kendaraan bermotor.
pedestrian dengan lebar efektif 5 meter. Berikut Tabel 4.3 rencana dimensi
Dengan perencanaan lebar 5 meter, Jalan jalur pedestrian di Jalan Gajahmada
Gajahmada dapat memiliki jalur Pontianak, yaitu:
Tabel 4.3 Rencana Dimensi Jalur
pedestrian dengan tingkat pelayanan
PedestrianDi Jalan Gajahmada Pontianak
standar A.
Disamping itu, hasil responden
menunjukkan karakteristik pejalan kaki
di Jalan Gajahmada pada masing-masing
zonasi tampak berbeda baik itu dilihat
berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan,
tujuan, kebutuhan fasilitas.
4. Hasil analisis kebutuhan dan
ketersediaan fasilitas pedestrian
untuk Jalan Gajahmada berdasarkan
hasil pengamatan kuisioner yang
dilakukan di tiap-tiap zonasi.
Gambar 4.4 Potongan Melintang 5. Responden berdasarkan jenis
Perencanaan Trotoar kelamin laki-laki terbanyak ada di
zonasi 1 dan jenis kelamin
5. KESIMPULAN DAN SARAN perempuan terbanyak ada di zonasi
5.1 Kesimpulan 3.
6. Responden berdasarkan jenis
1. Penelitian dilakukan dengan pekerjaan memiliki karakteristik
mengambil 4 titik zonasi yang yang berbeda-beda yaitu,
menurut peneliti termasuk pelajar/mahasiswa terbanyak ada di
mempunyai aktivitas yang tinggi, zonasi 1, pegawai negeri sipil
yaitu: terbanyak ada di zonasi 2 dan swasta
a. Jalan Letjen Suprapto dan terbanyak di zonasi 3.
Restoran Mutiara 7. Responden berdasarkan motivasi
b. Jalan Hijas dan Hotel Harris tujuan terbanyak adalah jalan-jalan
Pontianak pada zonasi 1 dan belanja pada
c. Jalan Setia Budi dan Hotel zonasi 3.
Gajahmada Pontianak 8. Responden berdasarkan intensitas
d. Jalan Siam dan Gg. Gajahmada 5 kunjungan terbanyak dilakukan
2. Hasil perhitungan analisis kebutuhan respondedn yaitu selalu melewati
lebar jalur pedestrian zonasi 1 jalan Gajahmada.
didapatkan lebar efektif trotoar 5 9. Responden berdasarkan waktu
meter. Dengan perhitungan yang tempuh terbanyak membutuhkan
didapatkan bahwa volume pejalan waktu kurang dari 1 menit di 2
kaki pada zonasi 1 sebesar 1 zonasi yaitu zonasi 1 dan zonasi 4
org/menit/meter. Lebar minimum dikarenakan jarak dari
untuk kenyamanan pejalan kaki pemberhentian kendaraan bermotor
normal pada zonasi 1 yaitu sebesar 2 berjarak panjang daripada zonasi 2
meter. Adanya lebar tambahan untuk dan zonasi 3.
mendukung elemen berupa jalur 10. Responden berdasarkan kebutuhan
hijau, lampu penerangan dan tempat fasilitas pedestrian terbanyak
duduk sebagai penambah estetika. memilih fasilitas tempat duduk, jalur
3. Berdasarkan hasil analisis tingkat hijau dan fasilitas penyebrangan.
pelayanan fasilitas pejalan kaki, 11. Responden berdasarkan kebutuhan
Jalan Gajahmada dapat fasilitas mendukung moda
direncanakan dengan tingkat transportasi menuju jalur pedestrian
pelayanan standar A atau LOS A. yaitu membutuhkan gedung parkir.
12. Pembahasan analisa data c. Dikarenakan peneliti memiliki
direncanakan jalur pedestrian waktu yang terbatas , sebaiknya
dengan lebar trotoar efektif 5 meter, untuk penelitian selanjutnya lebih
jalur disabilitas (kursi roda) 1 meter, detail alam obeservasi lapangan agar
jalur hijau (pot bunga) 0,6 meter dan mendapatkan data primer yang lebih
tempat duduk 0,6 meter. valid.

DAFTAR PUSTAKA
5.2 Saran
Anggriani, Ninik., 2009. Pedestarian Ways
a. Kawasan Jalan Gajahmada Dalam Perencanaan Kota. Yayasan
mempunyai karakteristik yang Humaniora.
berbeda dibandingkan ruas jalan Anonim. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan
lainnya, hal ini dilihat dengan Umum Nomor: 03/PRT/M/2014 tentang
tingginya pertumbuhan ekonomi Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan
yang didapatkan oleh Pemerintah Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Kota Pontianak. Misalkan, Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan. Jakarta. Menteri Pekerjaan
pendapatan pajak hotel, aktivitas
Umum Republik Indonesia.
warung kopi, adanya toko swalayan Anonim. 2013. Peraturan Daerah Kota
dan toko-toko lainnya. Hal ini dapat Pontianak No. 7 Tahun 2012 tentang
dijadikan alasan untuk perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
jalur pedestrian agar para Pontianak Tahun 2013–2033. Pontianak.
pengunjung Jalan Gajahmada lebih Pemerintah Kota Pontianak.
nyaman dan aman berada di Jalan Highway Capacity Manual. 2000. Pedestrian
Gajahmada. and Bicycle Concepts, American Association
b. Kondisi eksisting dan hasil analisa of State. Amerika Serikat
data, dapat dibuatkan perencanaan Indriastuti, A.K, Dkk. 2014. Evaluasi Kinerja
Ruang Pejalan Kaki di Jalan Malioboro
yang sesuai dengan yang
Yogyakarta. Jurnal. Semarang. Universitas
disyaratkan. Dengan konsep Diponegoro
beberapa zonasi jalur pedestrian Kartika, Anak Agung Gede; Muhlas Hanik
digabung dan adanya gedung parkir Wiganda,. 2012. Analisis Kinerja Jalur
yang tersedia di Jalan Gajahmada Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus:
akan tetapi mengingat prilaku Jl. Pemuda). Teknik Sipil. Fakultas Teknik
masyarakat Kota Pontianak yang Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi
tidak cukup senang dengan aktivitas Sepuluh November ( ITS ). Surabaya.
berjalan kaki yang cukup jauh, L. Mannering, Fred & P. Kilareski, Walter.
peneliti menyarakan mengubah 1988. Principles of Highway Engineering
and Traffic Analysis 4th Edition. Florida
gedung parkir menjadi lahan
Lulie (1995). Karakteristik dan Analisis
kantong-kantong parkir dengan jarak Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki Studi
jangkauan relatif dekat dengan Kasus di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Tesis.
tujuan agar tertata rapi dan tidak Bandung: Magister Teknik Sipil ITB.
menganggu aktivitas pejalan kaki.
Prasetyaningsih, I. 2010. Analisis
Karakteristik dan Tingkat Pelayanan
Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Pasar
Malam Ngaarsopuro Surakarta. Skripsi.
Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Sari, I. 2001. Analisa Pola Perjalanan
Pejalan Kaki (Pedesterian) di Kawasan
Pertokoan Dika dan Sekitarnya. Jurnal.
Palembang. Universitas Sriwijaya
Uterman, Richard K. 1984. Acommodating
The Pedestrian: Adapting Towns and
Neighbohoods for Walking and Bicycling.
New York.
Wibowo, L. 2005. Studi Tentang
Kenyamanan Pejalan Kaki Terhadap
Pemanfaatan Trotoar di Jalan Protokol Kota
Semarang (studi Kasus Jalan MT. Haryoni
Semarang). Jurnal. Semarang. Universitas
Negeri Semarang.
Widodo, M. 2001. Jalur Pejalan Kaki
Pandanaran Semarang. Tesis. Semarang.
Universitas Diponegoro.
Yulianto, A. 2011. Pergerakan dan Fasilitas
Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
Kabupaten Sumedang. Jurnal. Yogyakarta.
Universitas Gajahmada.
Sudianto, B. U. 1997. Kebutuhan fasilitas
pejalan kaki di pusat pertokoan: Studi kasus
di pusat pertokoan Salatiga. Jurnal.
Yogyakarta. Universitas Gajahmada.

Anda mungkin juga menyukai