20170202009
FAKULTAS TEKNIK
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan
penelitian. Penelitian ini berjudul “Analisis Tingkat Kepuasan Pejalan Kaki
Terhadap Kegiatan Informal Di Jalur Pedestrian Jalan Bulungan Blok M”
Berdasarkan hasil dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dijelaskan di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
Ruang lingkup yang akan dibahas pada penelitian ini meliputi ruang
lingkup wilayah yang menjelaskan batasan-batasan wilayah yang dipilih sebagai
objek penelitian, serta ruang lingkup materi yang menjabarkan batasan materi
yang akan dianalisis. Jalan Bulungan merupakan salah satu ruas jalan yang berada
di Kelurahan Keramat Pela, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Administrasi
Jakarta Selatan. Jalan Bulungan memiliki panjang 750 meter, yang berbatasan
dengan:
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai kajian tentang karakteristik pedestrian, perilaku
pejalan kaki serta kegiatan informal yang terjadi didalamnya berdasarkan teori – teori maupun
kajian pustaka yang berkaitan untuk mendukung pemahaman peneliti dalam melakukan analisa
penelitian sehingga peneliti dapat mengemukakan gagasan – gagasan berdasarkan teori dan
kajian pustaka yang sudah ada sebelumnya. Bab ini berisi landasan teori pedestrian, pejalan
kaki, aktivitas dijalur pedestrian, review sebelumnya, kerangka berfiki dan kerangka konsep.
2.1 Pedestrian
2.1.1 Pengertian Jalur Pedestrian
Plasa Merupakan jalur pejalan kaki Berjalan kaki yang Memiliki ruang yang lapang
yang bersifat rekreatif dan sifatnya santai dan Tersedianya fasilitas untuk
dapat dimanfaatkan untuk rekreatif. pejalan kaki
mengisi waktu luang. Lebar atau luasan bervariasi
Letaknya terpisah sama sekali Area bebas kendaraan
dari jalur kendaraan bermotor.
Mall Jalur pejalan kaki yang Berjalan kaki Letaknya pada area
dimanfaatkan untuk berbagai khususnya pada perbelanjaan atau
aktivitas selain berjalan kaki. kawasan perdagangan.
Diantaranya untuk berjualan, perbelanjaan. Biasanya memiliki plasa kecil
duduk santai, kegiatan window Memiliki fasilitas pejalan
shopping dsb. kaki.
Lebar atau luasan bervariasi
Area bebas kendaraan
Zebra cross Jalur pejalan kaki yang Tempat khususnya Posisinya biasanya menyilang
dipergunakan sebagai jalur memutuskan secara pada jalan dan biasnya
menyebrangan untuk mengatasisementara pergerakan dilengkapi traffic light.
dan menghindari konflik antara kendaraan agar Memiliki lebar2,00-4,00 m.
pejalan kaki dengan kendaraan. terhindar dari Ditempatkan pada interval
kecelakaan. tertentu khusunya pada area
rawan konflik pergerakan
pejalan kaki dan kendaraan.
Jembatan Jalur pejalan kaki yang Tempat berjalan Merupakan jembatan
Penyeberanga n digunakan sebagai jalur yang kaki yang penyeberangan antar
Orang aman dari pergerakan menghubungkan bangunan
kendaraan dan letaknya pada bangunan di atasnya. Merupakan sirkulasi pejalan
ketinggian tertentu di atas kaki yang menerus
permukaan tanah. Bebas dari pergerakan
kendaraan.
Sumber : (Danisworo, 1991 dalam Rahadi, 2003)
Menurut (Danisworo, 1991 dalam Rahadi, 2003), jalur pedestrian dari bentuknya, berupa :
1. Selaras, adalah jalur pejalan kaki yang beratap, tanpa dinding pembatas pada salah satu atau
kedua sisinya.
2. Gallery, adalah selaras lebar yang biasanya digunakan untuk suatu kegiatan tertentu
3. Jalur pejalan kaki yang tidak terlindungi atau tak beratap
4. Gang, adalah yang relatif sempit, terbentuk oleh bangunan yang padat.
2. Dimensi :
Ukuran lebar jalur pedestrian bervariasi disesuaikan dengan jumlah dan type trafik atau
lalulintas dan kelas jalan.
Ukuran lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah
Ukuran lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan dua arah
Tabel 2.2
Dimensi Jalur Pedestrian Berdasarkan Kelas Jalan
Sedangkan lebar minimum trotoar tanpa pemabatas adalah 1,5 meter. Hal ini untuk dapat
memberikan keleluasaan sebagai berikut :
Trotoar mampu untuk melayani fungsi kolektor, mengakomodasi volume pedestrian
dan pergerakan berputar dari properti yang berdampingan
Memberikan kesempatan bagi pedestrian dengan tongkat, bawaan atau kantong
berbelanjaan, atau penggunaan kursi roda atau alat bantu lain untuk saling berjalan
atau berlalu.
Memberikan ruang untuk mengantri bagi pedestrian pada sudut-sudut jalan maupun
jalur penyeberangan.
Memberikan ruang untuk 2 orang berjalan berdampingan maupun saling melewati.
Memberiakn ruang bagi anak-anak dengan sepeda roda tiga, gerbong atau kereta
dorong, Sketers, maupun permainan atau aktivitas lain, lebar bersih tersebut harus
bebas dari semua pohon atau tanaman, tanda-tanda, tombol-tombol utilitas hydrat,
parkir, dan perabotan jalan lainya.
Menurut Rubenstein (1992), dimensi ruang pejalan kaki yang dibutuhkan untuk jalur
c o m m it t o u se r
berkapasitas minimal 2 orang adalah 1 ,5 0 m e t er . U ntuk jalur pejalan kaki
berkapasiats 3
orang minimal dibutuhkan dimensi 2 meter. Menurut Kostof (1992), ketinggian jalur
pedestrian 18 inc (± 46cm) di atas permukaan jalan kendaraan, dengan pertimbangan :
Secara simbolis pejalan kaki akan merasa lebih penting dan aman apabila kendaraan
berada dibawah dunia pejalan kaki.
Mobil dapat menanjak atau menerobos ketinggian 15 cm dengan mudah, maka tinggi
jalur pedestrian harus lebih besar dari pada radius ban mobil 10 – 15 inc (± 26 - 38 cm).
Aktivitas pedestrian memiliki lingkup dan kompleksitas pergerakan yang lebih dari pada jenis
transportasi lainya. Suatu ruang harus memiliki kualitas tinggi yang memberikan tempat luas
dari aktivitas pejalan kaki, serta lingkungan yang bebas dari konflik dengan lalu lintas.
Keadaan tersebut akan menciptakan pergerakan yang lancar, kegiatan sosialisasi, serta
kenyamanan bagi pejalan kaki.
2.1.3 Fasilitas Prasarana Pedestrian
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, penyeberangan
bagi pejalan kaki yang efektif dilakukan melalui penataan berbagai elemen pejalan kaki antara
lain, informasi yang dibutuhkan (rambu-rambu atau petunjuk bagi pejalan kaki) yang dapat
dilihat dan diakses seperti tanda lalulintas, tanda tempat penyeberangan (termasuk tempat
penyeberangan bagi pejalan kaki yang mempunyai keterbatasan fisik). Fasilitas
penyeberangan yang benar harus dibuat dengan memperhatikan jarak pandang atau
aksesibilitas yang tepat, durasi atau waktu yang dapat dipergunakan oleh pejalan kaki, dan
ukuran aman lalulintas yang diperoleh pejalan kaki untuk melintasi. Fasilitas penyeberangan
jalur pedestrian yang benar memiliki syarat sebagai berikut :
1. Penyeberangan Zebra
Dipasang di kaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau di ruas jalan
Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, pemberi waktu
penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu
lintas persimpangan.
Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu-lintas, maka kriteria
batas kecepatan kendaraan bermotor adalah <40 km/jam.
2. Marka untuk penyeberangan
Marka jalan untuk penyeberangan pejalan kaki dinyatakan dalam bentuk:
Zebra cross,yaitu marka berupa garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang
jalur lintas.
Marka, berupa 2 garis utuh melintang jalur lalu lintas.
Ketentuan teknis yang mengatur tentang marka penyeberangan pejalan kaki adalah sebagai
berikut :
Garis membujur tempat penyeberangan orang harus memiliki lebar 0,30 meter dan
panjang sekurang-kurangnya 2,50 meter
Celah diantara garis-garis membujur mempunyai lebar sama atau maksimal 2 kali
lebar garis membujur tersebut.
Dua garis utuh melintang tempat penyeberangan pejalan kaki memiliki jarak antar
garis melintang sekurang-kurangnya 2,5 meter dengan lebar garis melintang 0,30
meter.
Tempat penyeberangan orang ditandai dengan Zebra Cross.
Apabila arus lalulintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup tinggi, tempat
penyeberangan orang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalulintas.
2.1.4 Elemen Jalur Pedestrian
Menurut Shirvani (1985), perencanaan kota pedestrian sebagai fasilitas pejalan kaki
harus dipertimbangkan karena merupakan bagian dari ruang terbuka. Ruang terbuka adalah
semua lansekap, hardscape, taman dan ruang rekreasi di area perkotaan. Karena ruang terbuka
bersifat publik maka dapat berfungsi sebagai ruang pendukung kegiatan sehingga memicu
pergerakan massa. Ruang publik diperuntukan untuk publik yang didukung adanya elemen-
elemen ruang yang dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya, elemen-elemen jalur
pedestrian tersebut menurut Rubenstein (1992), meliputi :
1. Paving adalah ubin atau bahan hamparan yang rata. material paving meliputi : beton,
batu, bata, batu dan aspal. Pemilihan ukuran, pola, warna dan tekstur yang tepat akan
mendukung suksesnya sebuah desain jalur pedestriaan di kawasan perdagangan
maupun plasa.
2. Kriteria lampu penerangan di jalur pejalan kaki menurut Departemen Pekerjaan Umum
Direktur Jendral Bina Marga tahun 1999 mengenai Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada
Jalan Umum, yaitu :
a. Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan.
b. Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.
c. Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan kaki melakukan
penyeberangan bisa terlihat pengguna jalan baik di waktu gelap atau malan hari.
d. Cahaya lanpu tidak membuat silau pengguna jalan lalulintas kendaraan.
Menurut Rubenstein (1992), lampu digunakan sebagai penerangan di waktu malam hari
ada beberapa tipe, yaitu :
a. Lampu tingkat rendah, yaitu ketinggian dibawah pandangan mata dan berpola
terbatas dengan daya kerja rendah.
b. Lampu mall dan jalur pejalan kaki yaitu ketinggian 1 – 1,5 m, serba guna berpola
pencahayaan dan berkemampuan daya kerja cukup.
c. Lampu dengan maksud khusus, yaitu mempunyai ketinggian rata-rata 2-3 m, yang
digunakan untuk daerah rekreasi, komersial, perumahan dan industri.
d. Lampu parkir dan jalan raya, yaitu mempunyai ketinggian 3-5 m, digunakan untuk
daerah rekreasi, industri dan komersial jalan raya.
e. Lampu dengan tiang tinggi, yaitu mempunyai ketinggian atara 6-10 m,digunakan
untuk penerangan bagi daerah yang luas, parkir, rekreasi dan jalan layang.
3. Sign, diperlukan untuk menunjukkan identitas toko/kantor, rambu lalu lintas, identitas
daerah perdagangan, dan memberi lokasi atau aktifitas.
4. Bangku, untuk memberikan ruang istirahat bila lelah berjalan. Dan memberi waktu bagi
pejalan kaki untuk menikmati suasana lingkungan sekitarnya. Bangku dapat terbuat dari
logam, kayu, beton atau batu.
5. Tanaman peneduh, untuk pelindung dan penyejuk pedestriaan. Kriteria tanaman yang
diperlukan untuk jalur pedestriaan adalah :
a. Memiliki ketahanan terhadap pengaruh udara maupun cuaca.
b. Bermassa daun padat
c. Jenis dan bentuk pohon berupa angsana, akasia besar, bougenville, dan teh-tehan
pangkas.
6. Telepon, biasanya disediakan bagi pejalan kaki jika ingin berkomunikasi dan sedapat
mungkin didesain untuk menarik perhatiaan pejalan kaki.
7. Kios, shelter dan kanopi, keberadaanya dapat menghidupkan suasana pada jalur
pedestriaan sehingga tidak monoton. Khususnya kios untuk aktivitas jual beli, bila
sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pejalan kaki. Shelter dibangun dengan tujuan
melindungi terhadap cuaca, angin dan sinar matahari. Kanopi digunakan untuk
mempercantik wajah bangunan dan dapat memberikan perlindungan terhadap cuaca.
8. Tempat sampah diletakkan di jalur pedestrian agar jalur pedestrian tetap bersih.
Sehingga kenyamanan pejalan kaki tetap terjaga.
b. Rasa Nyaman
c. Kemudahan Akses
2. Dimensi Pedestrian
a. Dimensi Badan
b. Teritori Bubbles
c. Jarak Ruang
d. Ruang Pandang
3. Kegiatan Berjalan
a. Kecepatan berjalan
b. Jarak Tempuh
4. Kegiatan Berdiri
Kegitan berdiri meliputi beberapa hal sebagai berikut:
3. Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain
harus dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur
ataupun dengan marka penyeberangan, atau tempat penyeberangan
yang tidak sebidang. Jalur pejalan kaki yang memotong jalur lalu
lintas berupa penyeberangan (Zebra Cross), marka jalan dengan
lampu pengatur lalu lintas (Pelican Cross), jembatan penyeberangan
dan terowongan.
a. Daerah-daerah industri.
b. Pusat perbelanjaan
c. Pusat pertokoan
d. Sekolah
e. Terminal bus
f. Perumahan
g. Pusat hiburan
A. Trotoar
B. Penyeberangan
Jembatan Penyeberangan
Zebra Cross
Pelican Cross
Terowongan
C. Non Trotoar
A. Lapak Tunggu
B. Rambu
C. Marka
D. Lampu Lalu Lintas
E. Bangunan Pelengkap
Dirjen Perhubungan Darat (1999 : 205) menyatakan bahwa pejalan kaki adalah
suatu bentuk transportasi yang penting di daerah perkotaan. Pejalan kaki merupakan
kegiatan yang cukup esensial dari sistem angkutan dan harus mendapatkan tempat
yang selayaknya. Pejalan kaki pada dasarnya lemah, mereka terdiri dari anak-anak,
orang tua, dan masyarakat yang berpenghasilan rata-rata kecil.
Perjalanan dengan angkutan umum selalu diawali dan diakhiri dengan berjalan
kaki. Apabila fasiliats pejalan kaki tidak disediakan dengan baik, maka masyarakat
akan kurang berminat menggunakan angkutan umum. Hal yang perlu diperhatikan
dalam masalah fasilitas adalah kenyamanan dan keselamatan, serta harus diingat
bahwa para pejalan kaki bukan masyarakat kelas dua.
Pejalan kaki sering dijumpai, baik hanya untuk jalan-jalan maupun untuk suatu
kebutuhan dengan pertimbangan untuk menghemat biaya transportasi ataupun
pertimbangan jarak yang dekat. Pejalan kaki mempunyai hak untuk mendapatkan
kenyamanan menggunakan jalan, sesuai dengan PP No. 43 Tahun 1993 Tahun 1993
Bab 1 Pasal 2 Ayat 11, yang menyatakan bahwa hak utama adalah untuk
didahulukan sewaktu menggunakan jalan. Oleh karena itu pemerintah membuat
prasarana jalan untuk kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
a.Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil menuju tempat tujuan
b. Mereka yang menuju atau turun dari angkutan umum sebaghian besar
masih memerlukan kegiatan berjalan kaki
Melihat pentingnya sarana untuk pejalan kaki, maka perlu disediakan fasilitas
untuk keselamatan pejalan kaki. Karena adanya hubungan yang erat ataupun
konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, maka fasilitas yang
diberikan kepada pejalan kaki terletak di pinggir jalur jalan kendaraan.
Secara umum pejalan kaki memiliki karakter:
Jarak tempuh pejalan kaki terkait dengan waktu berlangsungnya aktifitas pejalan
kaki. Jarak tempuh juga terkait dengan kenikmatan berjalan antara lain dengan
penyediaan area berjalan kaki yang berkualitas. Juga terkait dengan cuaca. Cuaca
semakin buruk memperpendek jarak tempuh. Orang enggan berjalan pada ruang
terbuka, terkait waktu siang atau malam hari juga berpengaruh. Dalam suasana
normal, pejalan kaki masih nyaman bergerak pada jarak:
a. Jarak kurang dari 300 meter merupakan jarak yang cukup mudah
dicapai dan menyenangkan.
b. Jarak lebih dari 450 meter pada cuaca tertentu dan suasana
arsitektur.
Dalam model pemilihan rute pejalan kaki sangat diperlukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang terdapat didalamnya. Proses pemilihan rute bertujuan memodel
perilaku pelaku pergerakan dalam memilih rute yang menurut pemakai jalan
merupakan rute terbaiknya. Proses pemilihan rute atau Trip Assignment adalah
pergerakan antara dua zona yang didapat dari tahap sebaran pergerakan untuk moda
tertentu yang didapat dari pemilihan mode dibebankan ke rute tertentu yang terdiri
dari ruas jaringan jalan tertentu.
Perilaku pengguna jaringan jalan adalah perilaku umum orang pada saat yang
bersangkutan menggunakan jaringan jalan (berupa memilih rute perjalanan) dalam
melakukan perjalanannya dari tempat asal dari tempat tujuan. Perilaku orang dalam
memilih rute akan sangat tergantung dari persepsi yang bersangkutan tentang
perjalanan itu sendiri, yaitu perjalanan tersebut harus mudah dan menyenangkan.
Struktur jaringan jalan adalah tata letak ataupun konfigurasi ruas-ruas jalan dalam
membentuk jaringan. Makin banyak ruas yang ada untuk membentuk jaringan maka
makin komplek struktur jaringan jalan. Bagi pengguna jalan faktor struktur jaringan
jalan sangat mempengaruhi perilaku rute. Makin besar ataupun makin rumit
struktur jaringan maka berarti makin banyak pula alternatif rute yang tersedia bagi
pemenuhan perjalannya. Hal ini berarti bahwa perjalanan akan lebih tersebar di
banyak ruas, yaitu arus lalu lintas akan tersebar atau arus yang timbul pada masing-
masing ruas akan kecil. Demikian juga sebaliknya.
Kondisi ruas jalan adalah kondisi fisik objektif dari ruas yang bersangkutan,
terutama ditinjau dari seberapa mudah suatu ruas dilewati oleh pengguna jalan
seperyi kondisi permukaan jalan.
Jalur pejalan kaki merupakan bagian dari sistem sirkulasi perkotaan secara
keseluruhan yang sekaligus merupakan elemen penting dalam perancangan kota.
Adanya jalur pedestrian membuat kota tidak hanya berorientasi pada keindahan
semata, karena kenyamanan merupakan pertimbangan utama dalam perencanaan
jalur pejalan kaki. Di dalam jalur pejalan kaki tidak hanya aktivitas para pejalan
kaki yang ditemukan tetapi terdapat aktivitas-aktivitas lain, yaitu:
Secara umum pedagang kaki lima (PKL) adalah orang-orang yang berdagang
sebagai kelompok golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang kebutuhan
sehari-hari, dengan modal yang relatif kecil, yang berjualan di tepi jalan yang
lebarnya lima kaki. Lokasi yang dipilih umumnya adalah trotoar, depan toko atau
berkelompok pada pusat kegiatan tertentu.
4. Modal relatif kecil terkadang juga merupakan hasil pinjaman atau sekedar
tenaga penjual.
7. Barang yang diperjual belikan bias berupa barang baru maupun barang bekas,
dan dalam pelaksanaan perdagangan berciri tradisional diikuti tawar menawar
harga.
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996). Fasilitas lahan parkir
dibangun berasamaan dengan pembangunan gedung untuk memfasilitasi
kendaraan pengguna gedung. Pemilihan lahan parkir yang dibuat menurut
penempatannya dikelompokkan sebagai berikut:
Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi fisik jalur pedestrian di kawasan Jalan Bulungan
Blok M?
2. Apa saja kegiatan informal yang terdapat di jalur pedestrian Jalan
Bulungan Blok M?
3. Bagaimana kepuasan pejalan kaki terhadap kegiatan informal yang
terdapat di jalur pedestrian Jalan Bulungan Blok M?
Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi kondisi fisik jalur pedestrian pada ruas Jalan Bulungan
Blok M
2. Mengidentifikasi kegiatan informal yang tedapat di jalur pedestrian Jalan
Bulungan Blok M
3. Menganalisis tingkat kepuasan pejalan kaki terhadap kegiatan informal
yang terdapat di jalur pedestrian Jalan Bulungan Blok M
Proses Analisa
Analisa yang digunakan dalam mencapai tujuan studi adalah dengan
menganalisa kondisi pedestrian serta menganalisis tingkat kepuasan pejalan
kaki terhadap kegiatan informal yang terdapat di jalur pedestrian Jalan
Bulungan Blok M
Fasilitas
Fasilitas Utama Citra/Visual
Pendukung
Material
Vegetasi Aksesibilitas
Pedestrian
Lampu Keamanan
Halte
Penerangan Pejalan Kaki
Aktivitas
Ramp Tempat Duduk
Informal
Pagar
Guiding Block
Pengaman
Tempat Sampah
Marka, Rambu,
Signage