Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

OPTIMALISASI KINERJA FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN


PASAR MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG

Skripsi
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Program Studi Diploma IV
Guna Memperoleh Sebutan Sarjana Sains Terapan

Oleh :
DIANGGA REGGY ANGGORO
Notar : 1701020

PROGRAM STUDI D IV TRANSPORTASI DARAT


SEKOLAH TINGGI TRANSPORTASI DARAT
BEKASI
2021

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kabupaten Bandung berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kabupaten
Bandung terletak di cekungan Bandung dengan ciri dataran tinggi luas
dibagian tengah yang dikelilingi pegunungan disebelah barat, utara, selatan
dan timurnya. Kabupaten Bandung merupakan kawasan yang sering terkena
banjir setiap musim hujan dikarenakan aliran sungai yang ada diseluruh
cekungan Bandung bermuara ke sungai Citarum ditambah drainase yang
buruk, pencemaran sungai yang parah dan sungai yang dangkal sehingga
dapat mengganggu aktivitas transportasi di sekitarnya.

Untuk kegiatan pemerintahan, pendidikan, pariwisata, perindustrian, serta


perdagangan memiliki andil dalam meningkatnya aktifitas masyarakat,
peningkatan aktifitas akan berbanding lurus dengan meningkatnya
pergerakan masyarakat di Kabupaten Bandung. Semakin meningkat aktifitas
di suatu daerah, maka semakin meningkat pula mobilitas dan aktifitas dari
pergerakan penduduk. Mobilitas akan tercipta dengan baik apabila
mobilitas/pergerakan itu sendiri saling terintegrasi satu sama lainnya di dalam
suatu sistem yang baik pula. Sistem integrasi tersebut harus didukung dengan
sarana dan prasarana yang baik dan juga didukung oleh seluruh pihak, dari
mulai masyarakat, operator, hingga regulator sebagai pemangku kebijakan,
sehingga tercipta sistem transportasi yang berfungsi sebagai penggerak,
pendorong dan penunjang pembangunan di Kabupaten Bandung.

Pasar Majalaya memiliki cakupan wilayah yang cukup luas meliputi beberapa
ruas jalan. Ruas – ruas jalan tersebut didominasi oleh jalan 2/2 UD dengan
lebar jalan terkecil 5 m. Di samping kiri kanan jalan terdapat banyak lapak
pedagang dan parkir on street. Terdapat fasilitas pejalan kaki seperti trotoar,
namun pembangunannya tidak konsisten sehingga sangat tidak memadai bila
digunakan. Serta fungsionalitas nya dirubah oleh para pedagang pasar untuk
dijadikan lapak bagi mereka dan juga sebagai tempat pembuangan sampah.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


3

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu penelitian yang memberikan


analisis permasalahan dan upaya peningkatan kinerja fasilitas pejalan kaki
pada kawasan Pasar Majalaya Kabupaten Bandung. Penelitian ini diharapkan
mampu memberikan pemecahan terhadap masalah fasilitas pejalan kaki yang
ada untuk menciptakan fasilitas yang aman, tertib, dan selamat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Melihat permasalahan di wilayah studi, maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut :
1. Pembuatan trotoar pejalan kaki yang tidak merata sehingga trotoar tidak
saling terhubung mengakibatkan masyarakat enggan menggunakannya.
2. Keberadaan lapak pedagang pada trotoar hingga memakan badan jalan
yang mengurangi lebar jalan efektif dari 7 m hingga 5 m
3. Adanya potensi resiko keselamatan bagi pejalan kaki karena tidak ada
fasilitas pejalan kaki.
4. adanya

C. RUMUSAN MASALAH
Seiring dengan bertambahnya pergerakan dari dan ke kawasan Pasar
Majalaya, maka dapat menimbulkan permasalahan pada tingkat pelayanan
pejalan kaki di sekitar pasar Majalaya.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi trotoar dan fasilitas penyeberangan pejalan kaki di


kawasan pasar Majalaya?
2. Bagaimana kondisi parkir dan fasilitas pejalan kaki di kawasan Pasar
Majalaya?
3. Bagaimana usulan peningkatan kinerja fasilitas pejalan kaki di kawasan
Pasar Majalaya?
4. Bagaimana kinerja fasilitas pejalan kaki setelah dilakukan skenario
peningkatan kinerja fasilitas pejalan kaki kawasan Pasar Majalaya?

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


4

D. BATASAN MASALAH
Pembatasan masalah dalam penulisan ini dilakukan agar pembahasan di
dalam penulisan ini tidak menyimpang dari tema disajikan. Pembatasan
masalah juga dilakukan untuk mempersempit wilayah penelitian agar
permasalahan yang akan dikaji dapat dianalisis lebih dalam sehingga strategi
pemecahan masalah dapat dikerjakan secara sistematis.
1. Daerah studi meliputi ruang pejalan kaki di kawasan Pasar Majalaya
Kabupaten Bandung.
2. Analisis peningkatan pelayanan, menganalisa kebutuhan pejalan kaki,
dengan dibatasi penelitian baik itu volume dan inventarisasi ketersediaan
fasilitas yang telah tersedia dan perlu di lakukan perbaikan
3. Evaluasi dilakukan pada lokasi permasalahan yang ada pada ruang
pejalan kaki di ruas jalan Kawasan Pasar Majalaya Kabupaten Bandung
dengan tahun dasar 2020.

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari analisa dan optimalisasi kinerja fasilitas pejalan kaki kawasan
Pasar Majalaya adalah untuk memberikan solusi peningkatan kualitas
pelayanan bagi pengguna fasilitas pejalan kaki, yaitu tersedianya prasarana
jalan dan ruang yang memadai dengan tingkat pelayanan yang memenuhi
standar kelayakan, sehingga diharapkan mampu melayani pejalan kaki
sebagai akibat dari kegiatan pasar. Skripsi ini juga dimaksudkan untuk
mengetahui langkah pemecahan masalah yang tepat untuk mengoptimalkan
kinerja sarana pedestrian di kawasan Pasar Majalaya Kabupaten Bandung.

Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain :

1. Mengetahui kondisi Fasilitas pejalan kaki di kawasan Pasar Majalaya


Kabupaten Bandung.
2. Optimalisasi kinerja sarana pejalan kaki di kawasan Pasar Majalaya.
3. Melakukan strategi dan pengelolaan fasilitas pejalan kaki.

F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


5

1. Bagi penulis sebagai implementasi dari pengajaran yang telah didapat


selama perkuliahan.
2. Bagi Sekolah Tinggi Transportasi Darat sebagai salah satu referensi kajian
tentang optimalisasi fasilitas pejalan kaki.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten Bandung mengarahkan alternatif terbaik
untuk peningkatan kinerja fasilitas pejalan kaki sesuai dengan wilayah
studi.

G. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian pada lokasi Kawasan Pasar Majalaya Kabupaten Bandung ini belum
pernah dilakukan. Tetapi penelitian sejenis sudah pernah dilaksanakan pada
lokasi berbeda dan terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian
sebelumnya

Pada skripsi ini mengedepankan tentang upaya penanganan terhadap


kondisi fasilitas pejalan kaki baik untuk saat ini dan masa mendatang
dengan memakai skenario, tidak hanya fasilitas pejalan kaki tetapi juga
membahas tentang fleksibilitas terhadap transportasi umum nya. Sehingga
diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada di kawasan Pasar
Majalaya saat ini dan mendatang.

H. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar penulisan laporan penelitian sistematis, maka sistematika penulisan
terbagi dalam 4 bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup pembahasan mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai teori-teori perkembangan kota, jaringan
jalan, dan optimalisasi fasilitas pejalan kaki.
BAB III GAMBARAN UMUM

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


6

Bab ini menguraikan mengenai daerah studi, di antaranya mencakup


kondisi sekarang seperti geografis, kondisi tata guna lahan, gambaran
umum kondisi transportasi, dan wilayah studi penelitian
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan mengenai cara pengumpulan data primer maupun
sekunder serta alur pikir penelitian.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan


Angkutan Jalan, salah satu substansi yang diatur dapat kita lihat pada pasal
106 ayat (2) UU nomor 22 tahun 2009, pengemudi kendaraan bermotor wajib
mengutamakan keselamatan pejalan kaki. Hal ini diperkuat dengan peraturan
pemerintah nomor 34 tahun 2006, pada pasal 34 ayat (4), menyatakan bahwa
trotoar hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki. Hak dan kewajiban
pejalan kaki juga diatur dalam undang – undang nomor 22 tahun 2009 pada
pasal 131, diatur mengenai hak pejalan kaki, yaitu :
1) Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung berupa trotoar,
tempat penyeberangan dan fasilitas lain
2) Pejalan kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat menyeberang jalan
di tempat penyeberangan
3) Dalam hal belum tersedia fasliltas sebagaimana dimaksud diatas, pejalan
kaki berhak menyeberang ditempat yang dipilih dengan memerhatikan
drinya.

Sementara kewajiban pejalan kaki diatur pada pasal 132, Nomor 22 tahun
2009, yaitu :

1) Mengguanakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki atau


jalan yang paling tepi, atau menyeberang di tempat yang telah ditentukan
2) Pejalan kaki wajib memerhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas
3) Pejalan kaki penyandang cacat harus menggunakan tanda khusus yang
jelas dan mudah dikenali oleh pengguna jalan lain.

Sasaran optimalisasi fasilitas pejalan kaki sesuai dengan tujuan diatas adalah:

1. Mengatur dan menyederhanakan arus pergerakan pejalan kaki dengan


melakukan manajemen terhadap kepadatan, kecepatan dan pemakai
fasiltas yang berbeda untuk meminimumkan gangguan untuk
melancarkan arus arus pejalan kaki.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


8

2. Meningkatkan tingkat kelancaran pergerakan fasiltias pejalan kaki dengan


menambah kapasitas atau menambah fasilitas yang proper. Melakukan
optimasi fasilitas pejalan kaki dengan menentukan fungsi dari trotoar atau
fasilitas penyeberangan dan terkontrolnya aktifitas-aktifitas yang tidak
cocok dengan fungsi fasilitas tersebut.

Terdapat tiga strategi optimasi fasilitas pejalan kaki secara umum yang dapat
dikombinasikan sebagai bagian dari rencana optimasi fasilitas pejalan kaki,
yaitu :

1. Manajemen Kapasitas, berkaitan dengan tindakan pengelolaan fasilitas


pejalan kaki untuk meningkatkan kapasitas prasarana pejalan kaki.
2. Manajemen Prioritas, adalah dengan memberikan prioritas bagi
pengguna fasilitas tertentu yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
dari keselamatan.
3. Manajemen permintaan, berkaitan dengan tindakan pengelolaan fasilitas
untuk pengaturan dan pengendalian pengguna fsailitas pejalan kaki.

A. Zebra Cross

Merupakan tipe fasilitas peyeberangan yang ditandai dengan garis – garis


berwarna putih searah arus kendaraan atau dinyatakan dengan marka berupa
dua garis utuh melintang jalur lalu lintas. Diperuntukkan bagi pejalan kaki
yang akan menyeberang jalan, garis membujur dengan tebal garis 300 mm
dan dengan tebal celah yang sama dan panjang sekurang – kurangnya 2500
mm, ditambah lagi dengan larangan parkir agar pejalan kaki yang akan
menyeberang dapt terlihat oleh pengemudi kendaraan di jalan. Pejalan kaki
yang berjala diatas zebra cross mendapatkan prioritas terlebih dahulu.

Zebra cross di jalan raya ini dianggap sebagai tempat yang aman bagi para
pejalan kaki untuk menyeberang jalan dari satu sisi ke sisi lainnya yang
berseberangan. Para penyeberang ini juga dilindungi undang – undang nomor
22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Dalam undang – undang
itu pasal 131, disebutkan bahwa pejlan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


9

pendukung seperti trotoar dan tempat penyeberangan. Pejalan kaki juga


berhak mendapat prioritas dalam melakukan penyeberangan.

Fasilitas ini cocok ditempatkan pada jalan dengan jumlah aliran


penyeberangan jalan relatif rendah dengan jenis penyeberangan sebidang.
Keuntungannya adalah biaya pemasangan yang murah dan pengoperasian
yang ekonomis.

B. Jembatan Penyeberangan

fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar atau
menyeberang jalan tol dengan menggunakan jembatan, sehingga orang
dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik.
Jembatan penyeberangan juga digunakan untuk menuju tempat
pemberhentian bis (seperti busway Transjakarta di Indonesia), untuk
memberikan akses kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda,
tangga diganti dengan suatu akses dengan kelandaian tertentu. Langkah
lain yang juga dilakukan untuk memberikan kemudahan akses bagi
penderita cacat adalah dengan menggunakan tangga berjalan ataupun
dengan menggunakan lift.
Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan
sebagai berikut :

1. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan


Pelikan Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.
2. Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya kecelakaan yang
melibatkan pejalan kaki cukup tinggi.
3. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki
yang tinggi.

Desain jembatan penyeberangan biasanya menggunakan prinsip yang


sama dengan jembatan untuk kendaraan. Tetapi karena biasanya lebih
ringan dari jembatan kendaraan, dalam desain JPO biasanya
mempertimbangkan getaran dan efek dinamik dari penggunanya. Di

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


10

samping itu masalah estetika juga menjadi pertimbangan penting dalam


membangun JPO terutama dijalan-jalan protokol di mana desain arsitektur
menjadi pertimbangan yang penting.

Variabel – variabel yang mempengaruhi penggunaan JPO

 Kepadatan lalu lintas


 Lebar jalur
 Lokasi
 Aksesibilitas
 Pagar disekitar trotoar
 Penegakkan hukum terhadap pelanggar larangan menyeberang di jalan

C. Pellican Crossing

Adalah tempat penyeberangan yang dilengkapi dengan lampu pengatur bagi


penyeberang dan kendaraan. Fase berjalan bagi penyeberang dihasilkan
dengan menekan tombol lampu pengatur. Pelican crossing sangat membantu
pada area dengan arus pejalan kaki yang tinggi, karena dapat menyediakan
ruang yang mana selama periode waktu tertenu bagi pejalan kaki yang
menyeberang.

Pelican corssing harus dipasang pada lokasi – lokasi berikut :

 Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dn arus penyeberangan tinggi


 Lokasi pelican dipasang pada jalan dekat persimpangan
 Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican crossing
dapat dipasang dengan satu kesatuan dengan rambu lalu lintas

Perbedaan antara pelican crossing dengan zebra cross yaitu, zebra cross tidak
memberikan keleluasaan terhadap pengguna fasilitas penyeberangan untuk
mengatur lampu yang memberi tanda agar kendaraan berhenti di belakang
garis.

D. Trotoar

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


11

Fungsi utama trotoar adalah memberikan pelayanan yang optimal kepada


pejalan kaki baik dari segi kemanan maupun kenyamanan. Trotoar juga
berfungsi untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas kendaraan karena tidak
terganggu atau terpengaruh terhadap adanya kegiatan pejalan kaki.
Terutama di daerah perkotaan, fungsi lain trotoar juga dapat digunakan
untuk penutup saluran air atau sebagai ruang kosong untuk tempat
menyimpan utilities dan perlengkapan jalan lainnya.

Dalam pedoman teknis perencanaan spesifikasi trotoar (1990), yang perlu


diperhatikan adalah kebebasan kecepatan berjalan untuk mendahului
pejalan kaki lainnya tanpa adanya bersinggungan satu sama lain.

Leber trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Trotoar
perlu ditinjau baik kapasitas, kondisi, dan kegunaannya apabila terdapat
pejalan kaki yang menggunakan jalur lintas kendaraan.

Kebutuhan lebar trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan kaki (V),


volume pejalan kaki rencana adalah volume rata – rata permenit pada
interval puncak, V dihitung berdasarkan survey perhitungan pejalan kaki
yang di lakukan setiap interval 15 menit selama 6 jam waktu tersibuk dalam
satu hari untuk 2 arah.

Tabel II.1 Lebar trotoar yang dibutuhkan sesuai dengan penggunaan lahan
disekitarnya.

Lebar
Penggunaan Lahan
No Minimum
Sekitarnya
(m)

1 Perumahan 1.50

2 Perkantoran 2.00

3 Industri 2.90
4 Sekolah 2.00
5 Pertokoan / perbelanjaan 2.00

6 Terminal/Pemberhentian Bus 2.00

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


12

Lebar
Penggunaan Lahan
No Minimum
Sekitarnya
(m)
7 Jembatan/Trowongan 1.00
Sumber : Pedoman Teknis Perencanaan Spesifikasi Trotoar, 1991

Jenis pergerakan yang dilakukan pejalan kaki pada fasilitas yang


tersedia

Menurut Ahmad Munawar (2004), ada dua pergerakan yang dilakukan pejalan
kaki, meliputi pergerakan menyusuri sepanjang kiri kanan jalan dan
pergerakan memotong jalan pada ruas jalan (menyeberang jalan).
1. Pergerakan Menyusuri
a. Kriteria penyediaan lebar trotoar berdasarkan lokasi
Kriteria penyediaan lebar trotoar berdasarkan lokasi menurut
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993 dapat dilihat
pada Tabel II.5.

Tabel II.1 Lebar Trotoar Minimum

Lebar
No Lokasi
Minimum (m)
Jalan di daerah perkotaan atau kaki
1 4 meter
lima

2 Wilayah perkantoran utama 3 meter

Wilayah Industri :
3
a. Pada jalan primer 3 meter

4 b. Pada jalan akses 2 meter

Wilayah Pemukiman :
5
a. Pada jalan primer 2,75 meter

6 b. Pada jalan akses 2 meter

Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993

b. Kriteria Penyediaan Trotoar Menurut Banyaknya Pejalan Kaki


Kriteria Penyediaan Trotoar Menurut Banyaknya Pejalan Kaki dengan
menggunakan rumus:

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


13

𝐏
Wd = +N ................................................................. II.20
𝟑𝟓
Sumber: Munawar, 2004

Dimana:
Wd = Lebar Trotoar Yang Dibutuhkan (meter)
P = Arus Pejalan Kaki (orang/menit)
N = Nilai Konstanta

Adapun nilai konstanta (N) tergantung pada aktivitas daerah


sekitarnya, terkait dengan besarnya nilai konstanta tersebut dapat
dilihat pada Tabel II.6.

Tabel II.2 Nilai Konstanta

No N (m) Jenis Jalan


1 1.5 Jalan Daerah Pertokoan Dengan Kios dan Etalase
Jalan Daerah Pertokoan Dengan Kios Tanpa
2 1.0
Etalase
3 0.5 Semua Jalan Selain Jalan Diatas

Sumber : Pedoman Teknis Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah


Kota

2. Pergerakan Memotong Jalan pada Ruas Jalan (Menyeberang Jalan)


Untuk penyediaan fasilitas penyebrangan jalan yaitu dengan
menggunakan metode pendekatan:
P X V2 ................................................................................... II.21
Sumber: Munawar, 2004

Dimana:
P = Jumlah Pejalan Kaki yang Menyeberang (orang/jam)
V = Volume Lalu Lintas (kendaraan/jam)

Rekomendasi jenis penyeberangan sesuai dengan metode di atas dapat


dilihat pada Tabel II.7.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


14

Tabel II.3 Rekomendasi Pemlihan Jenis Penyeberangan

PV2 P V Rekomendasi Awal


> 108 50 – 1100 300 – 500 Zebra Cross
Zebra Cross Dengan
> 2 x 108 50 – 1100 400 – 750
Pelindung
> 10 8
50 – 1100 > 500 Pelikan

> 108 > 1100 > 500 Pelikan

> 2 x 108 50 – 1100 > 700 Pelikan Dengan Pelindung


> 2 x 108 > 1100 > 400 Pelikan Dengan Pelindung
Sumber: Munawar, 2004

E. APLIKASI PROGRAM KOMPUTER (SOFTWARE)

VISSIM merupakan salah satu dari aplikasi transportasi yang dapat


menampilkan simulasi mikroskopis berdasarkan waktu dan perilaku yang
dikembangkan untuk model lalu lintas perkotaan. Program ini dapat
digunakan untuk menganalisa operasi lalu lintas dibawah batasan konfigurasi
garis jalan, komposisi lalu lintas, sinyal lalu lintas, dan lain-lain. Sehingga
aplikasi ini dapat membantu untuk mensimulasikan berbagai alternatif
rekayasa transportasi dan tingkat perencanaan yang paling efektif. Tidak
hanya berkaitan terhadap jaringan jalan, tetapi juga simpang, angkutan
umum, serta pedestrian.

Kebutuhan data untuk mebangun suatu model menggunakan VISSIM yaitu:


1. Data geometrik
2. Traffic data
3. Karakteristik kendaraan

Secara sederhana, pembuatan model menggunakan VISSIM dibagi menjadi 5


tahap:
1. Identifikasi ruang lingkup wilayah yang akan di modelkan
2. Pengumpulan data
3. Network coding
4. Error checking

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


15

5. Kalibrasi dan validasi model


Validasi model dengan Chi-Square
Chi Kuadrat (X2) suatu sempel adalah teknik statistik yang digunakan
untuk menguji hipotesis dua data yang dihasilkan oleh model dan dari
hasil observasi. Hasil dari model selanjutnya dibandingkan dengan data
volume lalu lintas hasil survei. Untuk menilai baik atau tidaknya model
jaringan yang telah dibuat perlu dilakukan validasi dengan uji statistik. Uji
statistik yang digunakan untuk menguji apakah hasil pemodelan yang
dihasilkan dapat diterima atau tidak adalah Uji Chi-kuadrat ruas jalan di
wilayah studi. Berikut adalah langkah-langkah validasi model dengan hasil
survei lalu lintas:

Menentukan hipotesis nol dan hipotesis altenatifnya yaitu:


H0 : hasil survei (Oi) : hasil model (Ei)
H1 : hasil survei (Oi) : hasil model (Ei)

Tingkat signifikan yang dipakai adalah 95% atau α = 0.05


Derajat kebebasan = Jumlah data – 1
H0 diterima jika X2 hasil hitungan < X2 hasil tabel
H1 ditolak jika X2 hasil hitungan > X2 hasil tabel

Menghitung Chi-kuadrat tiap link berdasarkan volume hasil survei dan


volume hasil model, dengan rumus :
X2 = (Fo-Fh)2 / Fh ................................................................ II.31
Sumber : Tamin, 2008

Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
Fo = Frekuensi hasil observasi
Fh = Frekuensi hasil model

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


16

BAB III
GAMBARAN UMUM

A. KONDISI GEOGRAFIS Kabupaten Bandung


Berdasarkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat Indonesia, Ibu kotanya
yaitu Soreang. Letak Kabupaten Bandung secara geografis berada pada 6°,41’
– 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara 107°22’ – 108°5’ Bujur Timur. Dengan
batas-batas wilayah Kabupaten Bandung yaitu :
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten umedang dan Kabupaten
Garut
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur,
Kabupaten, dan Kabupaten Bandung Barat
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten

Luas wilayah Kabupaten Bandung yaitu sebesar 176.239,67 Ha atau 1.762,4


km2. Secara administratif , Kabupaten Bandung terdiri dari 31 wilayah
kecamatan yang terbagi dalam 10 wilayah kelurahan dengan pembagian
jumlah kelurahan yang berbeda untuk setiap kecamatannya.

Tabel III.1 Luas wilayah Kabupaten Bandung per kecamatan

Luas Area Jumlah


No Kecamatan
km² % Kelurahan

1 Ciwidey 48.47 2.75% -

2 Rancabali 148.37 8.42% -

3 Pasirjambu 239.58 13.59% -

4 Cimaung 55.00 3.12% -

5 Pangalengan 195.41 11.09% -

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


17

6 Kertasari 152.07 8.63% -

7 Pacet 91.94 5.22% -

8 Ibun 54.57 3.10% -

9 Paseh 51.03 2.90% -

10 Cikancung 40.14 2.28% -

11 Cicalengka 35.99 2.04% -

12 Nagreg 49.30 2.80% -

13 Rancaekek 45.25 2.57% 1

14 Majalaya 25.36 1.44% -

15 Solokan Jeruk 24.01 1.36% -

16 Ciparay 46.18 2.62% -

17 Baleendah 41.56 2.36% 5

18 Arjasari 64.98 3.69% -

19 Banjaran 42.92 2.44% -

20 Cangkuang 24.61 1.40% -

21 Pameungpeuk 14.62 0.83% -

22 Katapang 15.72 0.89% -

23 Soreang 25.51 1.45% -

24 Kutawaringin 47.30 2.68% -

25 Margaasih 18.35 1.04% -

26 Margahayu 10.54 0.60% 1

27 Dayeuhkolot 11.03 0.63% 1

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


18

28 Bojongsoang 27.81 1.58% -

29 Cileunyi 31.58 1.79% -

30 Cilengkrang 30.12 1.71% -

31 Cimenyan 53.08 3.01% 2

Jumlah 508.3 100,00% 10

Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung 2020

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


19

Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung 2020

Gambar III.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bandung

31
OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA
20

B. KONDISI JARINGAN JALAN KABUPATEN BANDUNG

Panjang jalan kabupaten di Kabupaten Bandung mencapai 1155,345 km dan


panjang jalan desa di Kabupaten Bandung mencapai 863,370 Km . Jumlah
tersebut tidak terlalu memiliki banyak perubahan dari tahun sebelumnya
dengan Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten dan jalan
desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Di wilayah pasar Majalaya itu sendiri, kondisi jalan dan fasilitas prasarananya
bisa di bilang kurang baik, dan juga sangat diperlukan peninjauan untuk
meningkatkan kualitas baik dari segi kenyamanan dan keamanan pengguna
jalan.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


21

Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung 2020

33
Gambar III.2 Peta Jaringan Jalan yang Dikaji Wilayah Kabupaten Bandung

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


22

C. KONDISI WILAYAH STUDI


Pasar Majalaya merupakan salah satu pasar terbesar di Kabupaten Bandung
yang terletak di Kecamatan Majalaya. Pada kawasan ini, lokasi kios – kios
maupun lapak pedagang tersebar dalam area yang cukup luas meliputi
beberapa ruas jalan. Revitalisasi Pasar Majalaya sudah direncanakan sejak
tahun 1996, akan tetapi hingga sekarang tidak kunjung selesai padahal sudah
berkali – kali ganti perusahaan pengembang.

Sumber : Hasil Dokumentasi 2020

Gambar III.3 Kawasan Pasar Majalaya

Kawasan Pasar Majalaya dilalui oleh Jalan kolektor yang terpengaruh oleh
kegiatan kawasan meliputi Jalan Jalan Pasar baru, Jalan Pajagalan, Jalan
Pasar Domba, Jalan Cikaro dan Jalan Separaku. Di antara jalan kolektor
tersebut, Jalan Pajagalan dan Jalan Pasar Baru adalah ruas yang sebagian
segmennya telah tertutup oleh pasar, sehingga sulit dilalui kendaraan.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


23

Sumber : Google Map

Gambar III.4 Gambar Lokasi Wilayah Studi

35
OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA
24

Sumber : Google Map

Gambar III.5 Gambar wilayah Ruas yang dikaji di Kawasan Pasar Majalaya

36
OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA
25

Jenis kendaraan yang melintas pada kawasan Pasar Majalaya meliputi


kendaraan pribadi, angkutan umum, dan kendaraan barang (pick up, truk
kecil, dan truk sedang). Volume lalu lintas di kawasan Pasar Majalaya
mengalami puncaknya pada pagi dan sore hari. Banyaknya jumlah kendaraan
yang melintas maupun parkir di badan jalan menyebabkan lalu lintas di
kawasan pasar terhambat. Serta kondisi badan jalan yang teralih fungsi
menjadi tempat berjualan dan lahan pembuangan sampah sehingga
masyarakat tidak dapat menggunakan sarana pejalan kaki sebagaimana
mestinya.

Pasar tumpah hingga parkir on street di kawasan Pasar Majalaya tersebar di


beberapa titik, bahkan ada juga yang terdapat di sepanjang jalan kawasan
Pasar Majalaya. Hal ini membuat tingkat kemanan dan kenyamanan pengguna
kendaraan maupun pejalan kaki menjadi terganggu.

Kondisi parkir kawasan Pasar Majalaya seperti yang dijelaskan di atas dapat
dilihat pada Gambar III.6 berikut.

Sumber : Hasil Dokumentasi 2020

Gambar III.6 Parkir Kawasan Pasar Majalaya

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


26

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Untuk mempermudah dalam pemahaman proses-proses yang dilakukan


dalam pengerjaan penelitian ini, maka perlu dibuat suatu desain penelitian.
Sedangkan penelitian itu sendiri berarti sebuah pemikiran yang sistematis
mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahanya memerlukan
pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta. Pada desain penelitian ini akan
dijelaskan proses-proses penelitian mulai dari masukan sampai dengan
keluaran yang diharapkan oleh peneliti.

1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah adalah suatu tindakan observasi secara langsung
untuk mengetahui penyebab atau faktor timbulnya suatu masalah. Pada
tahapan ini akan didapat berbagai masalah yang ada diwilayah studi
(Pasar Majalaya Kabupaten Bandung) dan kemudian dirumuskan untuk
dijadikan beberapa permasalahan pokok. Permasalahan yang
diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain :
a. Kinerja fasilitas pejalan kaki kawasan Pasar Majalaya
b. Kondisi fasilitas pejalan kaki di kawasan Pasar Majalaya
c. Kelayakan fasilitas pejalan kaki di kawasan pasar Majalaya
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data – data yang akan
digunakan dalam mengolah dan menganalisis permasalahan yang timbul.
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data pirmer dan sekunder.
Data primer meliputi :
a. Data geometrik fasilitas pejalan kaki yang diperoleh dari survei
inventarisasi fasilitas pejalan kaki.
b. Data volume pengguna fasilitas pejalan kaki yang diperoleh dari
survei.
c. Data kecepatan pergerakan orang yang diperoleh dari survey

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


27

d. Survey wawancara pejalan kaki

Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:


a. Peta tata guna lahan
b. Peta jaringan jalan
c. Peta administrasi kabupaten bandung
d. Peta lay out pasar majalaya
3. Pengolahan data
Setelah data-data yang diperlukan didapat maka akan dilakukan analisis
untuk mengetahui kondisi kinerja fasilitas pejalan kaki eksisting dari
wilayah studi. Hasil analisis data tersebut kemudian akan menjadi dasar
dalam menentukan pemecahan masalah melalui beberapa skenario.

Dalam pengolahan data dilakukan beberapa perhitungan terkait dengan


permasalahan yang telah diidentifikasi, meliputi:

a. Arus pejalan kaki yang diperoleh dari survei pejalan kaki gerakan
menyusuri dan gerakan memotong. Data arus pejalan kaki tersebut
akan menjadi dasar penentuan kebutuhan fasilitas pejalan kaki.
4. Kebutuhan sarana pejalan kaki yang diperoleh dari perhitungan volume
pejalan kaki yang terjadi saat surveiSetelah kinerja eksisting didapat,
maka dilakukan modelling dengan menggunakan aplikasi VISSIM.
Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah
Penyusunan alternatif pemecahan masalah dilakukan untuk menentukan
solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan yang timbul pada
wilayah studi. Dalam hal ini menggunakan beberapa skenario usulan
untuk kemudian dipilih yang terbaik dalam memecahkan masalah. Ada
tiga skenario dalam penelitian ini, yaitu :
a. Skenario 1, mengusulkan pengadaan fasilitas pejalan kaki, melarang
pedagang untuk berjualan di badan jalan, pembatasan jam operasi
kendaraan yang melakukan bongkar muat barang, dan
merencanakan ruang/taman parkir.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


28

b. Skenario 2, mengusulkan pengadaan fasilitas pejalan kaki, melarang


pedagang untuk berjualan di badan jalan, dan manajemen sistem
satu arah.
c. Skenario 3, merupakan gabungan dari skenario 1 dan skenario 2.

Skenario – skenario di atas kemudian dianalisis sampai diperoleh


perhitungan yang optimal dalam mengoptimalisasi kinerja fasilitas pejalan
kaki di kawasan pasar Majalaya Kabupaten Bandung. Analisis – analisis
tersebut dapat berupa:
a. Analisis kebutuhan fasilitas pejalan kaki berupa trotoar
b. Analisis kebutuhan fasilitas pejalan kaki berupa fasilitas
penyeberangan dengan menggunakan rumus
c. Analisis optimalisasi kinerja fasilitas pejalan kaki setelah
menggunakan skenario. Analisis ini dilakukan dengan menghitung
kembali nilai parameter fasilitas pejalan kaki yang disesuaikan pada
skenario. Apabila nilai parameter menunjukkan kinerja fasiltias
pejalan kaki yang lebih baik, maka skenario tersebut dinilai optimal,
namun jika tidak valid perlu dilakukan analisis kembali.
2. Rekomendasi Pilihan Terbaik
Rekomendasi pilihan terbaik ini diperoleh dari membandingkan kinerja
fasilitas pejalan kaki dari masing - masing skenario. Skenario dengan
kelayakan fasilitas terbaik akan dipilih sebagai rekomendasi pemecahan
masalah terbaik dalam mengoptimalkan kinerja fasilitas pejalan kaki di
kawasan Pasar Majalaya Kabupaten Bandung.
3. Kesimpulan
Kesimpulan menjelaskan pokok – pokok bahasan dalam penelitian ini
termasuk alternatif pemecahan terbaik dengan hasil optimalisasi fasilitas
pejalan kaki di kawasan pasar Majalaya Kabupaten Bandung.

Dari seluruh uraian dia atas, maka dapat disusun bagan alir penelitian seperti
gambar IV.1 berikut.

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA


29

Mulai

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer
1. Peta Tata Guna Lahan
1. Data geometrik ruang fasilitas 2. Peta Jaringan Jalan
pejalan kaki 3. Peta Administrasi Kabupaten
2. Data Volume pengguna fasilitas Bandung
pejalan kaki 4. Peta Lay Out Pasar Majalaya
3. Data Kecepatan 5. Tingkat Pertumbuhan penduduk

Pengolahan Data

Kinerja Eksisting
Lalu Lintas
Modelling
(Vissim)
Validasi

Tidak
Valid
Ya

Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

Tidak
Optima
Ya
Rekomendasi Pilihan Terbaik

Kesimpulan

Selesa

Sumber : Hasil Analisis


Gambar IV.1 Bagan Alir Penelitian

OPTIMALISASI FASILITAS PEJALAN KAKI DI SEKITAR PASAR MAJALAYA

Anda mungkin juga menyukai