Anda di halaman 1dari 3

PENGALAMAN MELAKUKAN PERJALANAN 2 MODA ATAU LEBIH SERTA

MENJELASKAN ASPEK ASPEK MULTIMODA DARI HAL TERSEBUT

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Izin pak izin menyampaikan atau


menceritakan tentang pengalaman saya Ketika melakukan perjalanan dengan 2 moda atau lebih.
Serta menjelaskan tentang bagaimana kemudahannya, kesesuaian dengan aspek – aspek
keterpaduan multimoda.

Saya akan menceritakan pengalaman saya Ketika melaksanakan izin bermalam akhir
pekan yang dilaksanakan mulai dari hari Jum’at sampai minggu. Kami sebagai taruna STTD
diizinkan keluar jum’at pukul 4 sore hingga minggu pukul 8 malam. Ketika itu saya melakukan
perjalanan menuju ke tempat tanggal saya di Tangerang, yang dimana apabila diperhatikan dari
kampus STTD yang ada di Bekasi menuju tempat tanggal saya di kabupaten Tangerang memang
cukup jauh karena melintasi 3 provinsi. Saya sudah cek melalui google maps, jarak yang
ditempuh apabila melewati jalur tol merak – Jakarta Jakarta – cikampek adalah ± 70 KM.

Dari kampus STTD, saya memulai perjalanan dengan menggunakan transportasi taksi
online (ojol) menuju ke gerbang tol Bekasi timur 2 dengan jarak ± 12 KM dengan tarif 25rb
rupiah. sampai di tujuan pertama saya menaiki Bus AKAP jurusan Bekasi – Merak dengan tarif
10rb rupiah dengan tujuan ke Kb. Nanas, Jakarta barat. Alasan saya menaiki bus di gerbang tol
karena menurut sepengalaman saya apabila saya naik dari terminal terpadu Bekasi, maka jarak
yang ditempuh saat menggunakan ojol cukup jauh jika dibandingkan dengan gerbang tol Bekasi
timur 2, dan apabila saya naik dari gerbang tol maka saya cukup menunggu sekitar 15 menit
sampai bus jalan. Memang setelah bus – bus keluar dari terminal terpadu Bekasi, pasti akan
berhenti lagi di gerbang tol untuk mencari penumpang lebih banyak. Sistemnya pun tanpa
ticketing sehingga penumpang bebas naik dan turun dimana saja kapan saja.

Setelah saya sampai di tujuan dengan menggunakan bus AKAP yaitu di Kb. Nanas,
Jakarta barat, kemduian saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus transjakarta
jurusan palem semi/poris-plawad. Di sana pun saya tidak naik dari halte resmi transjakarta
melainkan di pemberhentian tidak resmi. Pembelian ticket bisa dilakukan diatas kendaraan
Ketika kita sudah naik yang nanti tiketnya akan diberikan ke kita apabila kita sudah membayar
senilai 3.500 rupiah. Tarif tersebut adalah tarif tetap yang maksudnya adalah jarak jauh atau
dekat tarifnya tetap sama. Kemudian bus transjakarta mengantar saya hingga tujuan akhir yaitu
kab. Tangerang. Sekian cerita ini saya buat kemudian akan masuk ke pembahasan dari
pengalaman multimoda tersebut.

1. Yang pertama penjelasan tentang kemudahan/kesulitan yang saya alami Ketika


melakukan perjalanan tersebut. Menurut saya hal itu cukup sulit dilakukan karena
saya harus melakukan pergantian moda sebanyak 3 kali yang apabila kita mengacu
pada indicator transportasi publik, maka hal tersebut belum mencapai mobilitas dan
keterjangkauan. Tetapi, apabila kita mengacu pada jarak dari asal ke tujuan, jarak
yang lumayan cukup jauh tersebut yang biasa saya tempuh dalam waktu ± 3 jam
menurut saya cukup cepat dan lumayan tepat waktu sehingga waktu tiba bisa mudah
diprediksi.
2. Aspek kedua yaitu integrasi kebijakan, Pengembangan pelayanan transportasi
antarmoda atau multimoda yang mampu memberikan pelayanan yang
berkesinambungan, tepat waktu dan dapat memberikan pelayanan dari pintu ke pintu.
Di dalam operasionalisasinya perlu ada kesesuaian antar sarana dan fasilitas yang ada
pada prasarana moda-moda transportasi yang terlibat, kesetaraan tingkat pelayanan
sesuai dengan standar yang dibakukan, sinkronisasi dan keterpaduan jadwal
pelayanan, efektivitas dan efisiensi aktivitas alih moda, didukung dengan sistem
pelayanan tiket dan dokumen angkutan serta teknologi informasi yang memadai. Jika
kita lihat, menurut saya belum memenuhi standar karena para penumpang masih bisa
menunggu kendaraan selain pada terminal atau halte yang disediakan, akan tetapi
dilihat dari sudut pandang pengguna, hal ini cukup menguntungkan karena
aksesibilitas meningkat sehingga pengguna yang tempat tinggalnya jauh dari halte
atau terminal, maka ia bisa melaui tempat pemberhentian lain yang tidak resmi.

3. Aspek ketiga yaitu prasarana secara fisik, Prasarana, mencakup jaringan, terminal
dan fasilitasnya, berfungsi sebagai physical connector (penghubung fisik) antarmoda,
dimana dari aspek fungsional, tata letak dan operasional dapat memfasilitasi alih
moda untuk mewujudkan single seamless services (satu perjalanan tanpa hambatan).
Keterpaduan prasarana dapat dilakukan dengan mendekatkan atau membangun suatu
akses yang menghubungkan dua prasarana sehingga memudahkan penumpang untuk
melakukan perpindahan moda. Desain fasilitas perpindahan moda harus
memperhatikan aspek-aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi
penumpang. Beberapa fasilitas tambahan non-transportasi dapat disediakan sebagai
tambahan kenyamanan bagi penumpang. Menurut saya terminal yang tersedia sudah
cukup memenuhi standar.
4. Aspek ke empat yaitu integrasi operasional/pelayanan, Hal yang perlu untuk
dipertimbangkan dalam pelayanan adalah: kesetaraan dan kemudahan akses.
Kesetaraan berkaitan dengan kualitas bangunan, termasuk di dalamnya tingkat
kenyamanan, keselamatan dan keamanan serta tingkat layanan yang disediakan dalam
dua bangunan yang berhubungan. Secara fisik, kemudahan akses berkenaan dengan
kesamaan level, kedekatan jarak dan penghindaran simpangan. Begitu juga kerjasama
antarmoda, sangat didukung oleh kompatibilitas sarana dan prasarana masing-masing
moda, dengan standar pelayanan yang setara (dimanapun memungkinkan,
perpindahan harus mempunyai kesetaraan yang sama dalam kenyamanan di kedua
arah layanan/moda transportasi).
5. Aspek ke lima yaitu integrasi system pembayaran, syarat utamanya yaitu
keterjangkauan oleh semua masyarakat serta kemudahan dalam melakukan
pembayaran. Harus diberlakukannya integrasi terhadap pembayaran karena system
saat ini semakin canggih. Tidak harus tunai melainkan bisa dengan uang elektronik.
Jika dilihat dari cerita diatas, system pembayaran pada bus AKAP masih
konvensional dan masih sangat sederhana sekali karena kondektur masih menagih
tarif dari tiap penumpang, sedamgkan bus transjakarta sudah cukup maju karena bisa
membayar menggunakan e – money, begitupula dengan taksi online sistemnya juga
seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai