Anda di halaman 1dari 38

SISTEM ANGKUTAN

UMUM
Magister Teknik Sipil, Rekayasa
Transportasi
Lecture week 3
Topik bahasan:

EVOLUSI ANGKUTAN UMUM


The first form of transport
was, of course,
WALKING!
SEJARAH
Perkotaan di Indonesia mengalami evolusi
kemajuan sistem angkutan umum
berdasarkan sejarah perkembangan kota.
Secara umum, kota-kota dibagi menurut jenis
angkutannya berupa angkutan individu dan
angkutan massal, memiliki ciri operasi
angkutan umum
CIRI-CIRI OPERASI ANGKUTAN UMUM
 Kota Kecil: Angkutan umum terdiri dari Angkutan Kota
(Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek.
 Kota Menengah: Angkutan umum, terdiri dari Bus Besar, Bus
Sedang, Angkutan kota (Angkot) dan bus sedang, Angkutan
Individu: becak dan ojek
 Kota Besar: Angkutan Massal, terdiri dari Sistem Transit, Bus
Besar, Bus Sedang, Angkutan kota (Angkot) dan Bus Sedang,
Angkutan Individu: becak dan ojek
 Kota Metropolitan: Angkutan Massal, terdiri dari Mass Rapid
Transit (MRT), Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan Kota
(Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek
TIPOLOGI ANGKUTAN UMUM
PRINSIP PEMILIHAN MODA

Proses pemilihan moda angkutan umum dilakukan


dengan menempatkan moda sesuai dengan kapasitas
angkut dan kecepatannya. Kota dengan kapasitas
kebutuhan perjalanan 1.000 penumpang/jam/arah
dilayani dengan paratransit, dan selanjutnya seiring
dengan perkembangan kebutuhan kapasitas pelayanan
akan meningkat menjadi angkutan bus, sistem transit
dan BRT
PROSES EVOLUSI ANGKUTAN UMUM
 Dimulai dari pelayanan tradisional berbasis paratransit masih menjadi
tulang punggung transportasi perkotaan di kota-kota menengah dan
kecil.
 Tumbuhnya permintaan perjalanan  terbentuk angkutan massal
berbasis jalan dengan tingkat pelayanan kecepatan rendah dan
kenyamanan rendah.
 Reformasi transportasi dengan sistem transit pada koridor backbone,
dengan tetap dengan dukungan angkutan bus (bus besar, bus sedang dan
angkot) sebagai feeder.
 Dengan perbaikan yang terus berlanjut, kota-kota akan memiliki Mass
Rapid Transit (MRT) berbasis angkutan bus pada backbone, dengan tetap
menerapkan sistem transit pada beberapa koridor dan dukungan sistem
bus.
TAHAPAN EVOLUSI ANGKUTAN UMUM
PROSES EVOLUSI ANGKUTAN UMUM (BIS):

 Tahap1 : Tahap pada kondisi eksisting angkutan bis kota dan angkutan
kota yang masih rendah dalam penerapan SPM angkutan umum, dimiliki
oleh individu dan belum terorganisasi yang disebut dengan
paratransit/angkot
 Tahap 2 : Tahap awal reformasi,dengan pembenahan angkutan umum
sebagai moda mayoritas terpilih, memiliki kapasitas lebih besar dari
paratransit, terorganisasi, belum memiliki lajur khusus dengan penerapan
SPM sedang yang disebut dengan system transit
 Tahap 3 : Tahap pengembangan dari system transit dengan penerapan
SPM dengan kategori baik, melalui pembuatan lajur khusus, feeder bus
guna meningkatkan kecepatan/travel time yang di sebut dengan BRT
 Tahap 4 : Reformasi angkutan umum berbasis jalan, dengan penerapan
SPM dengan kategori sangat baik,dengan kapasitas lebih besar dari
system BRT yang disebut dengan sistem Full BRT.
EMPAT PILAR KEBERHASILAN BIS
 Kebijakan yang terarah, tujuan dan
strategi pencapaian yang realistis
 Struktur sektor angkutan yang
patuh terhadap peraturan dan
mampu dalam menyediakan layanan
yang responsif terhadap permintaan
 Kerangka perencanaan dan
peraturan yang mampu mencapai
tujuan-tujuan
 Adanya perencanana dan regulator
yang handal
EVOLUSI ANGKUTAN UMUM:
OTORITAS KELEMBAGAAN SISTEM
TRANSPORTASI
EVOLUSI KELEMBAGAAN ANGKUTAN
UMUM
EVOLUSI KELEMBAGAAN ANGKUTAN
UMUM
 Tahap-1 : Dinas Perhubungan memberikan ijin kepada operator dan melakukan
pengawasan bagi operator angkutan kota yang kepemilikannya masih individu,
 Tahap-2 : Tahap konsolidasi dimana Dinas Perhubungan membentuk UPTD untuk
melakukan tender dan kontrak kepada operator perusahaan yang sudah terorganisir
untuk mengoperasikan angkutan umum berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM)
 Tahap-3 : Tahap Outsourcing, dimana Dinas Perhubungan melalui UPTD mencari
perusahaan menejemen dari pihak swasta yang berkualitas (outsourcing) melaui
tender dengan kontrak jangka waktu tertentu untuk mengelola dan mengatur
operator angkutan umum sesuai dengan standar operational procedure secara
profesional sehingga dapat memaksimalkan pendapatan guna pembangunan dan
peningkatan pelayanan kepada masyrakat. Perusahaan outsourcing tersebut
bertanggung jawab sepenuhnya kepada Dinas perhubungan selaku pemberi kerja.
 Tahap-4 : Tahap pengembangan, dimana Dinas Perhubungan dapat melakukan
pengembangkan tahapan outsourcing pada tahap-3, tidak saja untuk angkutan umum,
tetapi bisa untuk pengelolaan lainnya seperti TDM. Dimana setiap perusahaan
menejemen outsourcing bidang pengelolaan masing-masing tersebut bertanggung
jawab kepada Dinas Perhubungan
EVOLUSI ANGKUTAN INDIVIDU
 Angkutan individu terdiri dari ojek, taksi dan becak.
 Dilihat dari parameter jarak, kecepatan, sifat pelayanan (door-
to-door), tarif dan keselamatan, ketiga moda dibandingkan
secara kualitatif, kinerja ojek memiliki keuntungan dari aspek
kecepatan dan ketersediaannya (door-to-door).
 Saat ini di hampir semua wilayah perkotaan, telah dilayani oleh
ojek. Ojek menjadi masalah karena tidak memiliki legalitas
dalam UU 22/2009 tentang LLAJ namun demikian kebutuhan
masyarakat akan pergerakan yang cepat, door-to-door dan
melayani jalan yang sempit memaksa pengguna jalan
menggunakan ojek.
EVOLUSI ANGKOT:
Prioritas 1 – Pengorganisasian

Prioritas 2 – Feeder

Prioritas 3 – Terpisah “Not Interfere”

Prioritas 4 – “Franchising”

Prioritas 5 – Standar Kualitas Pelayanan

Prioritas 6 – Tarif

Prioritas 7 – Dampak Sosial

Prioritas 8 – Perubahan Menjadi Angkutan Umum Formal dan


Berlisensi

Prioritas 9 – Dampak Lingkungan

Prioritas 10 – Manajemen Lalu Lintas


EVOLUSI ANGKUTAN INDIVIDU:
 Target kedepan:
 peran taksi akan ditingkatkan hingga menjadi moda utama angkutan
individu di pusat kota dan wilayah perkotaan, khususnya kota
metropolitan, kota besar dan kota menengah.
 Peran ojek akan dibatasi pada wilayah dimana kebutuhan moda
transportasi belum terlayani, khususnya pada jalan-jalan sempit (rat-run)
kawasan perkotaan, tidak melayani trayek angkutan umum lingkungan
(ang-ling), angkutan bus, sistem transit dan BRT.
COMPETITION AMONG TAXI-LIKE SYSTEM (IN
JAKARTA CITY)
COMPETITION BETWEEN TAXI-LIKE SYSTEM &
MINIBUS
EVOLUSI TAKSI:
TAHAPAN EVOLUSI TAKSI:
 Tahap 1 : Taksi Gelap. Taksi-taksi ini biasanya berupa taksi yang masih illegal,
tidak berlicensi, kondisi tidak nyaman, non argo, dan jaminan keselamatan
rendah. Taksi gelap ini untuk sementara banyak beroperasi di Bandung,
Palembang, Lampung, dan Bogor.
 Tahap 2 : Legalisasi dan Konsolidasi. Pada tahap ini, taksi-taksi gelap tersebut
sudah lebih baik kondisinya, karena sudah memiliki bentuk perusahaan yang
jelas, lebih resonsif terhadap regulasi, SPM terpenuhi, sehingga kondisi keamanan
dan keselamatan lebih terjamin. Taksi-taksi yang sudah berada pada tahap ini
beroperasi di Medan, Semarang, Solo, dan Yogyakarta.
 Tahap 3 : Deregulasi. Pada tahap ini taksi-taksi mengalami peningkatan kualitas
baik itu dari segi fasilitas taksi,pelayanan taksi, tingka jaminan keamanan dan
keselamatan. Taksi-taksi yang sudah pada tahap ini beroperasi di Jakarta.
 Tahap 4 : Liberalisasi. Untuk sementara di Indonesia taksi pada tahap liberalisasi
ini masih belum tercapai. Pada tahap ini terdapat proses kompetisi antara taksi
dengan moda angkutan umum lain, sehingga tariff menurun. Tahap ini sudah
dialami oleh Negara-negara maju, contohnya seperti Singapura.
EVOLUSI OJEK:
 Perubahan dari kondisi ojek saat ini menjadi kondisi dimana ojek dapat
dihilangkan dibutuhkan proses tahapan sebagai berikut :
Tahap 1 - Kondisi saat ini, dimana pelayanan ojek tidak nyaman, informal,
 keselamatan rendah.
Tahap 2 - Legalisasi dan Konsolidasi, dimana operasional ojek dilakukan
 dalam bentuk perbaikan manajemen dalam bentuk pengelolaan
 berbasis perusahaan, sehingga harus responsif terhadap regulasi dan
 pelayanan keamanan menjadi lebih terjamin.
Tahap 3 - Reduksi Signifikan, dimana jumlah ojek berkurang karena
 perkembangan angkutan massal yang berdaya jangkau luas, kualitas bagus,
kompetitif dan terpadu dengan moda transportasi angkutan umum lainnya.
 Tahap 4 - ojek menghilang, dimana proses persaingan berlangsung secara
kompetitif, karena kalahnya ojek dalam persaingan dengan moda lain yang lebih
cepat, daya jangkau door-to-door, murah dan nyaman
TAHAPAN EVOLUSI OJEK:
Tabel Indikator Kualitas Pelayanan Angkutan Umum

No. Kriteria Ukuran


1. Waktu Menunggu :
-Rata-rata 5 – 10 menit
-Maksimum 10 – 20 menit
2. Jarak jalan kaki ke shelter :
-Wilayah padat 300 – 500 m
-Wilayah kurang padat 500 – 1000 m
3. Jumlah penggantian moda :
-Rata-rata 0 – 1 kali
-Maksimum 2 kali
4. Waktu perjalanan :
-Rata – rata 1 – 1,50 jam
-Maksimum 2 – 3 jam
5. Kecepatan perjalanan :
-Daerah padat dan mix traffic 10 – 12 km/jam
-Dengan lajur khusus bus 15 – 18 km/jam
-Daerah kurang padat 25 km/jam
6. Biaya perjalanan :
-Dari pendapatan ruah tangga 10 %
Sumber : Iskandar Abubakar Dkk, Dirjen Hubdar, 1996
There are now so many cars that many
people are worried about congestion and the
effect this is having on our world and our health.
Many people think we should
walk, cycle or use Public Transport
in the future instead of travelling by car.

Public Transport such


as buses, trains, metro
and trams are a much
more efficient use of
fuel because they can carry
lots of passengers at once.
Transport has changed and it will
change in the future.

Perhaps we will get


to travel into space!
But walking and
cycling might be the
most popular ways
to travel in the future
as we all try to stay
fit and healthy and
look after our planet!

Anda mungkin juga menyukai