UMUM
Magister Teknik Sipil, Rekayasa
Transportasi
Lecture week 3
Topik bahasan:
Tahap1 : Tahap pada kondisi eksisting angkutan bis kota dan angkutan
kota yang masih rendah dalam penerapan SPM angkutan umum, dimiliki
oleh individu dan belum terorganisasi yang disebut dengan
paratransit/angkot
Tahap 2 : Tahap awal reformasi,dengan pembenahan angkutan umum
sebagai moda mayoritas terpilih, memiliki kapasitas lebih besar dari
paratransit, terorganisasi, belum memiliki lajur khusus dengan penerapan
SPM sedang yang disebut dengan system transit
Tahap 3 : Tahap pengembangan dari system transit dengan penerapan
SPM dengan kategori baik, melalui pembuatan lajur khusus, feeder bus
guna meningkatkan kecepatan/travel time yang di sebut dengan BRT
Tahap 4 : Reformasi angkutan umum berbasis jalan, dengan penerapan
SPM dengan kategori sangat baik,dengan kapasitas lebih besar dari
system BRT yang disebut dengan sistem Full BRT.
EMPAT PILAR KEBERHASILAN BIS
Kebijakan yang terarah, tujuan dan
strategi pencapaian yang realistis
Struktur sektor angkutan yang
patuh terhadap peraturan dan
mampu dalam menyediakan layanan
yang responsif terhadap permintaan
Kerangka perencanaan dan
peraturan yang mampu mencapai
tujuan-tujuan
Adanya perencanana dan regulator
yang handal
EVOLUSI ANGKUTAN UMUM:
OTORITAS KELEMBAGAAN SISTEM
TRANSPORTASI
EVOLUSI KELEMBAGAAN ANGKUTAN
UMUM
EVOLUSI KELEMBAGAAN ANGKUTAN
UMUM
Tahap-1 : Dinas Perhubungan memberikan ijin kepada operator dan melakukan
pengawasan bagi operator angkutan kota yang kepemilikannya masih individu,
Tahap-2 : Tahap konsolidasi dimana Dinas Perhubungan membentuk UPTD untuk
melakukan tender dan kontrak kepada operator perusahaan yang sudah terorganisir
untuk mengoperasikan angkutan umum berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM)
Tahap-3 : Tahap Outsourcing, dimana Dinas Perhubungan melalui UPTD mencari
perusahaan menejemen dari pihak swasta yang berkualitas (outsourcing) melaui
tender dengan kontrak jangka waktu tertentu untuk mengelola dan mengatur
operator angkutan umum sesuai dengan standar operational procedure secara
profesional sehingga dapat memaksimalkan pendapatan guna pembangunan dan
peningkatan pelayanan kepada masyrakat. Perusahaan outsourcing tersebut
bertanggung jawab sepenuhnya kepada Dinas perhubungan selaku pemberi kerja.
Tahap-4 : Tahap pengembangan, dimana Dinas Perhubungan dapat melakukan
pengembangkan tahapan outsourcing pada tahap-3, tidak saja untuk angkutan umum,
tetapi bisa untuk pengelolaan lainnya seperti TDM. Dimana setiap perusahaan
menejemen outsourcing bidang pengelolaan masing-masing tersebut bertanggung
jawab kepada Dinas Perhubungan
EVOLUSI ANGKUTAN INDIVIDU
Angkutan individu terdiri dari ojek, taksi dan becak.
Dilihat dari parameter jarak, kecepatan, sifat pelayanan (door-
to-door), tarif dan keselamatan, ketiga moda dibandingkan
secara kualitatif, kinerja ojek memiliki keuntungan dari aspek
kecepatan dan ketersediaannya (door-to-door).
Saat ini di hampir semua wilayah perkotaan, telah dilayani oleh
ojek. Ojek menjadi masalah karena tidak memiliki legalitas
dalam UU 22/2009 tentang LLAJ namun demikian kebutuhan
masyarakat akan pergerakan yang cepat, door-to-door dan
melayani jalan yang sempit memaksa pengguna jalan
menggunakan ojek.
EVOLUSI ANGKOT:
Prioritas 1 – Pengorganisasian
Prioritas 2 – Feeder
Prioritas 4 – “Franchising”
Prioritas 6 – Tarif