Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS TRANS JOGJA SEBAGAI PELAYANAN PUBLIK DI

KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan jumlah sepeda motor di kota Yogyakarta sangat
pesat ,(Dinas Perhubungan Yogyakarta, 2019) Mencatat jumlah
kendaraan bermotor saat ini hingga 1,8 juta sepeda motor pertahun
bertambah sekitar 4 persen untuk mobil dan 6 persen untuk motor.
Sebagian besar mahasiswa atau masyarakat memilih sepeda motor
menjadi alat transportasi utamanya karena sepeda motor memiliki biaya
operasional yang cenderung murah, praktis dalam penggunaan
sekaligus memiliki mobilitas yang tinggi. Kini Yogyakarta seperti kota-
kota lainnya yang mulai mendapatkan masalah dibidang transportasi,
salah satunya adalah masalah lalu lintas.
Yogyakarta yang dulunya tidak dikenal dengan adanya masalah
kemacetan, kini harus mencari solusi untuk kemacetan yang sering
terjadi pada waktu tertentu pada beberapa titik padat lalu lintas.
Kemacetan itu semakin parah ketika musim liburan tiba, para pelancong
dari luar kota banyak yang menggunakan kendaraan pribadi sehingga
menambah jumlah kepadatan kendaraan di Yogyakarta.
Hal ini terjadi setiap tahunnya, penataan sistem transportasi harus
dilakukan secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi
nasional agar mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang
seimbang dengan tingkat kebutuhan permintaan pelanggan yang layak
dengan biaya yang murah sehingga dapat dijangkau seluruh
masyarakat.
Oleh karena permasalahan tersebut, Pemerintah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta merasa perlu mengadakan perbaikan sistem
transportasi umum perkotaan dengan mengoperasikan Bus Trans Jogja.
PT. Jogja Tugu Trans (JTT) merupakan salah satu perusahaan
transportasi darat yang menyediakan jasa bagi konsumen seperti
busway.
Pengguna Trans Jogja semakin meningkat, hal ini akan
mempengaruhi kenyamanan pada penumpang dan dapat menyebabkan
turunnya tingkat pelayanan, namun PT. Jogja Tugu Trans selalu
melakukan pembaharuan terhadap fasilitas untuk menjaga kenyamanan
para penumpang dan untuk menarik minat masyarakat Yogyakarta
untuk menggunakan Trans Jogja.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Trans
Jogja sebagai transportasi umum.
2. Mengetahui kualitas pelayanan Trans Jogja.
3. Mengetahui solusi agar Trans Jogja dapat lebih banyak digunakan
oleh masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

1. Trans Jogja
Trans Jogja adalah salah satu bentuk angkutan yang
berorientasi kepada pelanggan dan mengombinasikan halte,
kendaraan, perencanaan dan elemen-elemen sistem transportasi
kedalam sebuah sistem bus yang cepat, terpadu, aman, nyaman,
tepat waktu dan memiliki identitas yang unik. Trans jogja
merupakan transportasi publik yang hanya beroprasi khusus di
kota Yogyakarta. Untuk menunjang kinerja pelayanan, angkutan
umum harus berkelanjutan dalam hal transportasi dan
kenyamanan pelayanan. Terdapat lebih dari 200 terminal bus
Trans Jogja yang tersebar di berbagai lokasi strategis di
Yogyakarta untuk kemudahan akses. Selain itu, Trans Jogja
mendapat subsidi yang relatif besar. Alokasi subsidi digunakan
untuk mendanai pembelian stasiun portabel, pemeliharaan stasiun
bus, dan akses CCTV di setiap unit bus. Subsidi ini juga termasuk
dalam tarif Trans Jogja yang dinilai sangat terjangkau, dengan
hanya mengeluarkan Rp 3.500, penumpang sudah bisa berkeliling
menikmati Kota Yogyakarta.

2. Efektivitas pelayanan publik


Efektivitas pelayanan publik adalah tercapainya kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan instansi pemerintah atas pelayanan
administrasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mutu
pelayanan
3. Transportasi publik
Transportasi umum (dikenal pula sebagai transportasi
publik atau transportasi massal) adalah layanan angkutan
penumpang oleh sistem perjalanan kelompok yang tersedia untuk
digunakan oleh masyarakat umum, biasanya dikelola sesuai
jadwal, dioperasikan pada rute yang ditetapkan, dan dikenakan
biaya untuk setiap perjalanan

4. Kualitas pelayanan
Asikin, Zainal (1998) dalam Chrisdianto (2004) menjelaskan
bahwa pengaturan bus merupakan usaha untuk menciptakan
pergerakan bus yang teratur, cepat, dan tepat dan memberikan
manfaat kepada semua pihak. Giannopoulus (1989) dalam
Chrisdianto (2004) memberikan beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas operasi antara lain :
a. Nilai okupansi bis (load factor).
Nilai okupansi adalah perbandingan antara jumlah
penumpang dengan jumlah kapasitas tempat duduk yang
tersedia di dalam bus. Nilai okupansi 125% artinya jumlah
penumpang yang berdiri ada 25% dari tempat duduk yang
tersedia, nilai okupansi 100% berarti tidak ada penumpang
yang berdiri dan semua tempat duduk terisi. Nilai ini
diperlukan untuk menentukan aksesibilitas yang diberikan
dan memberikan gambaran reliabilitas dari transportasi
perkotaan. Pada jam- jam sibuk nilai okupansi dapat
melebihi batas-batas yang diinginkan, maka frekuensi
pelayanan dan kapasitas bus juga harus meningkat.
b. Reliabilitas.
Reabilitas atau keandalan adalah faktor utama kepercayaan
masyarakat akan pelayanan angkutan umum. Istilah ini
digunakan untuk suatu ketaatan bis- bis pada jadwal yang
telah ditentukan sebelumnya. Reliabilitas ditunjukkan dengan
prosentase bis datang tepat waktu pada suatu tempat henti
terhadap tempat henti terhadap total jumlah kedatangan.
Sebuah bis tepat waktu jika bis tersebut tiba dalam interval
waktu yang telah dijadwalkan, standar waktu terlambat awal
datang antara 0 – 5 menit.
c. Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.
Aspek yang harus betul-betul dipertimbangkan adalah
kenyamanan yang diterima oleh pengguna, yang
diasumsikan dengan pengaturan tempat duduk, kemudahan
bergerak dalam bis, diturunkan di tempat henti bis,
kenyamanan mengendarai, kemudahan naik turun bis serta
kondisi kebersihan bis.
d. Panjang trayek.
Trayek sedapat mungkin melalui lintasan yang terpendek
dengan kata lain menghindari lintasan yang dibelok-
belokkan, sehingga menimbulkan kesan pada penumpang
bahwa mereka membuang- buang waktu. Panjang trayek
angkutan kota agar dibatasi tidak terlalu jauh, maksimal
antara 2 - 2,25 jam perjalanan pulang-pergi.
e. Lama perjalanan.
Lama perjalanan ke dan dari tempat tujuan setiap hari, rata-
rata 1 - 1,5 jam, dan maksimum 2 - 3 jam. Waktu perjalanan
penumpang rata-rata pada saat melakukan penyimpangan
harus tidak melebihi 25% dari waktu perjalanan kalau tidak
melakukan penyimpangan terhadap lintasan pendek.

BAB III PERMASALAHAN


1. Kemacetan
Waktu menjadi salah satu aspek terpenting bagi setiap
orang saat memilih sarana perjalanan. Trans Jogja sendiri
memiliki waktu kedatangan ideal antara 15 menit dengan
rute. Namun dalam realita adegan, kedatangan Trans Jogja
sebenarnya tidak menentu. Seringnya terjadi kemacetan di
jalur Trans Jogja biasanya menimbulkan keluhan dari para
penggunanya. Hal ini disebabkan oleh jumlah armada yang
terbatas dan kemacetan lalu lintas yang tidak menentu.

2. Kualitas Pelayanan Trans Jogja


Kualitas pelayanan Trans Jogja menjadi sorotan
karena mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Pengguna mempertanyakan apakah masih layak Trans
Jogja memiliki slogan “buy the service”. Kondisi fisik bus
mengalami kerusakan dimana-mana. Cat terkelupas, pintu
tidak membuka/menutup secara otomotis, kursi rusak, dan
simbol-simbol penting sudah tidak terpasang dengan baik
telah menjadi pemandangan sehari-hari. Kondisi halte
mengalami hal yang sama walaupun tidak separah seperti
yang dialami bus.
Faktor-faktor tersebut memengaruhi kualitas pelayanan yang
terus mengalami penurunan akan berimbas pada
ketidakpuasan pengguna. Hal tersebut sangat tidak
diharapkan karena tujuan dari kemunculan Trans Jogja
adalah alat untuk menekan jumlah kendaraan bermotor.
Bilamana ketidakpuasan pengguna semakin tinggi maka
pengguna akan tetap menggunakan kendaraan pribadi dan
kemacetan di jalan-jalan Yogyakarta gagal dikurangi.

3. Fasilitas Trans Jogja


Dengan banyaknya penumpang yang ada, fasilitas
yang diberikan harus lebih maksimal. Banyak penumpang
yang berpendapat bahwa shelter pada jalur lama
kekurangan tempat duduk serta kipas angin sehingga
penumpang kerap berdiri saat menunggu datangnya armada
bus serta kepanasan karena kipas angin yang ada dirasa
kurang efektif untuk mendinginkan shelter.

BAB IV SOLUSI
1. Kemacetan
Trans Jogja merupakan angkutan umum yang memang
diharapkan dapat mengurangi kemacetan, dengan harapan
masyarakat lebih memilih menggunakan Trans Jogja daripada
kendaraan pribadi, sehingga bisa mengurangi jumlah kendaraan di
jalanan dalam satu waktu. Tetapi, banyak keluhan masyarakat
yang mengatakan bahwa Trans Jogja seringkali tidak datang tepat
waktu, serta kurangnya armada Trans Jogja. Hal ini tentunya juga
bisa menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan, karena
kerumunanan orang yang mangkal menunggu Trans Jogja, serta
banyak masyarakat yang lebih memilih kendaraan pribadi karena
Trans Jogja yang sering terlambat. Solusi yang dapat diterapkan
pada permasalahan tersebut adalah, Trans Jogja harus hadir di
halte sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, serta dianjurkan
untuk menambah armada. Dengan kehadiran Trans Jogja yang
tepat waktu masyarakat akan lebih tertarik menggunakan Trans
Jogja, dan jika jumlah armada Trans Jogja ditambah maka
kapasitas masyarakat yang menggunakan Trans Jogja akan lebih
banyak, sehingga mengurangi jumlah penggunaan kendaraan
pribadi dan bisa mengurangi kemacetan.

2. Kualitas Pelayanan Trans Jogja


Slogan Trans Jogja “buy the service” harus bisa diwujudkan
dan bisa dirasakan oleh penumpang. Kondisi fisik bus harus dalam
keadaan baik, jika terdapat kerusakan maka harus segera
dilakukan perbaikan. Dengan begitu kualitas pelayanan yang
sebelumnya selalu mengalami penerununan bisa kembali
mendapatkan perhatian penggunanya.

3. Fasilitas Trans Jogja


Fasilitas yang diberikan Trans Jogja harus maksimal. Shelter
pada jalur lama harus deberikan tambahan tempat duduk serta
kipas angin sehingga penumpang tidak lagi menunggu datangnya
Trans Jogja dengan berdiri dan kepanasan.

BAB V KESIMPULAN
Dalam kaitannya dengan bukti fisik, bus Trans Jogja perlu untuk
melakukan perbaikan pada fisik bus dan halte, yaitu dapat dengan
mengecat ulang body bus Trans jogja serta sentuhan desain budaya
yang unik agar menambah kekhasan budaya kota Yogyakarta, dan
memperbaiki AC yang rusak serta bagian fisik bus yang sudah rusak
atau berkarat, merubah sebagian interior bus juga perlu dilakukan agar
lebih bagus dan menarik.
Selain itu interior dalam bus juga perlu dilakukan penataan ulang dan
pengecekan setiap beberapa bulan sekali. Untuk fasilitas yang
disediakan sudah bagus, tetapi masih perlu untuk ditingkatkan yaitu
dengan memperbaiki fasilitas-fasilitas yang ada di bus maupun halte.
Dengan begitu kualitas pelayanan publik untuk bus Trans Jogja sangat
lah perlu di tingkatkan lagi, sebagai kenyamanan masyarakat dalam
menggunakan Trans Jogja. Jika masyarakat nantinya banyak
menggunakan Trans Jogja dari pada kendaraan pribadi keuntungan nya
adalah berkurangnya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang ada
di jogja.

Anda mungkin juga menyukai