Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1.

Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

KARANG GUNUNG SEBAGAI AGREGAT ALTERNATIF


PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

Freddy Jansen, Lintong Elisabeth, Mecky Manoppo


Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi

Abstrak
Pembangunan jalan di Kabupaten Talaud daerah Melonguane agak sulit terlaksana, karena agregat
kasar yang menjadi salah satu bagian terpenting pada pembangunan agak sulit didapatkan. Untuk
itu penggunaan karang gunung yang banyak terdapat didaerah tersebut menjadi pilihan sebagai
agregat alternatif pada campuran aspal panas.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan material karang gunung tersebut sebagai agregat campuran
aspal panas jenis HRS-Base, maka perlu dilakukan pemeriksaan awal material sampai pada
pengujian Marshall di laboratorium.
Dalam penelitian ini dibuat tiga gradasi gabungan yang menggunakan karang gunung. Dari
pemeriksaan material karang gunung didapat abrasi 30,57 % (syarat maks. 40%), B.J apparent
2,605 (syarat min. 2,5), penyerapan 2,348% (syarat maks. 3,0%). Pada pengujian Marshall
memberikan nilai Stabilitas Marshall > 800 kg dan MQ > 250 kg/mm, nilai kelelehan (flow), VIM,
VMA dan VFB memenuhi spesifikasi criteria Marshall.

Kata Kunci : karang gunung, HRS-Base, pengujian Marshall

Abstract
The important materials such as aggregates or gravel are not available in the Melonguane area
Kabupaten Talaud. For road construction purposes in this area are difficult due to that reason.
However, the alternative aggregate is used from the breakdown of natural mountain coral as a
substitute for gravel. Aggregates used in hot mix asphalt are largely obtained from local supplies of
natural mountain coral.
The properties of mountain coral aggregates that determine the suitability for using in HRS-Base hot
mix asphalt, sample must be reduced to the appropriate size for testing in the laboratory. The
characteristics of HRS-Base hot mix asphalt are testing by using Marshall test.
The results show that the properties of natural mountain coral, abrasion 30.57 % (spec. max 40 %),
B.J. apparent 2.605 (spec. min 2.5), absorption 2.348 % (spec. max 3.0 %). The characteristics of
Marshall test, stability > 800 kg and Marshall Quotient > 250 kg/mm, Flow, VIM, VMA and VFB
are fulfill the specification for Marshall criteria.
Keywords : mountain coral, HRS-Bse, Marshall test.

PENDAHULUAN banyak terdapat karang gunung maka peneliti


mencoba menggunakan karang gunung
Latar Belakang sebagai agregat kasar pada campuran aspal
panas jenis HRS-Base.
Pembangunan jalan di Kabupaten Talaud agak
sulit terlaksana, karena agregat kasar yang HRS-Base (Hot Rolled Sheet Base) adalah
menjadi salah satu bagian terpenting pada salah satu jenis lapisan pondasi campuran
pembangunan jalan sulit didapatkan. Karena beraspal panas. Bahan pembentuk campuran
di Kabupaten Talaud daerah Melonguane ini terdiri dari agregat, aspal, dan bahan
11
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

pengisi (Filler) yang dicampur, dihampar, dan Manfaat Umum :


dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
Menambah wawasan pengetahuan
tertentu. Kinerja campuran beraspal panas
mengenai material alternatif yang dapat
pada umumnya sangat tergantung pada jenis
dikembangkan untuk kebutuhan campuran
dan mutu bahan pembentuk dalam hal ini
aspal panas untuk lapis perkerasan jalan
agregat, aspal dan juga tergantung pada
yang mudah didapat dan mungkin relatif
komposisi masing-masing bahan tersebut.
lebih mudah dalam proses pengerjaan,
Kinerja campuran tersebut dapat dicerminkan
serta dapat memberikan masukan kepada
oleh kriteria Marshall. Gradasi agregat sangat
pemerintah serta pihak terkait sehubungan
mempengaruhi rongga antar butiran sehingga
dengan keberlanjutan pengembangan
memegang peranan penting dalam menghasil-
transportasi di Sulawesi Utara khususnya
kan kekuatan serta keawetan campuran
di Kabupaten Talaud.
beraspal. Campuran beraspal jenis HRS-Base
adalah salah satu jenis campuran yang
Manfaat Khusus :
memiliki gradasi senjang.
- Memperkaya pengetahuan tentang teori
Penelitian ini sesuai dengan arah payung
yang berhubungan dengan material per-
penelitian dibidang transportasi yaitu secara
kerasan jalan serta proses pengerjaannya.
umum untuk Transportasi Yang Berkelanjutan
- Meningkatkan kemampuan meneliti dari
di Propinsi Sulawesi Utara, dan secara khusus
staf pengajar yang terlibat dalam
untuk Pengembangan Material Perkerasan
penelitian, khususnya staf pengajar pada
Jalan. Penelitian ini berkaitan dengan menda-
mata kuliah bidang transportasi yang
patkan alternatif bahan pengganti agregat
berhubungan dengan material perkerasan
kasar pada campuran aspal panas, sehingga
jalan.
diguna-kan karang gunung yang banyak
- Menjadi salah satu sumber peningkatan/
terdapat di lokasi penelitian. Hal ini juga
pengembangan bahan ajar dalam Proses
bertujuan untuk mengantisipasi keberlanjutan
Belajar Mengajar di bidang Transportasi
pengembangan prasarana transportasi darat
serta memperkaya pengetahuan tentang
dalam hal ini prasarana jalan.
material perkerasan jalan yang relatif lebih
mudah didapat.
Tujuan Penelitian
1. Memanfaatkan material lokal yaitu agregat
karang gunung pada campuran aspal panas METODOLOGI
jenis HRS-Base (Hot Rolled Sheet Base).
2. Untuk mengetahui tingkat kelayakan Langkah-langkah Penelitian
material karang gunung sebagai agregat
Prosedur dan langkah-langkah yang dilakukan
kasar untuk campuran aspal panas jenis
dalam penelitian ini dimulai dengan
HRS-Base berdasarkan pemeriksaan awal
mendapatkan data persyaratan untuk agregat,
sampai pada pengujian Marshall.
aspal dan jenis campuran yang akan
3. Memberikan pertimbangan terhadap
digunakan. Setelah seluruh data persyaratan
pemanfaatan material karang gunung dari
diperoleh, maka dilanjutkan dengan penyiapan
Melonguane sebagai agregat campuran
material. Kemudian dilakukan pemeriksaan
aspal panas bagi pemerintah daerah
awal terhadap material, apakah memenuhi
sebagai pengguna material tersebut.
persyaratan atau tidak. Jenis pemeriksaan yang

12
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

dilakukan dalam pemeriksaan awal yaitu: masing-masing campuran dengan variasi


terhadap agregat pecah dilakukan pemeriksaan gradasi tertentu. Dan langkah terakhir dalam
abrasi dan kepipihan untuk batu pecah dan penelitian ini adalah pembuatan kesimpulan
pemeriksaan sand equivalent test untuk abu dan saran.
batu, terhadap pasir dilakukan pemeriksaan
sand equivalent test dan terhadap aspal Pemeriksaan Material
penetrasi 60/70 dilakukan pemeriksaan
1. Agregat
penetrasi, titik nyala dan titik bakar, serta
pemeriksaan titik lembek. Jika pemeriksaan Agregat yang digunakan dalam penelitian ini
awal terhadap material tersebut memenuhi terlebih dahulu harus diuji layak atau tidak
persyaratan, maka dapat dilanjutkan dengan untuk digunakan sebagai material campuran.
melakukan pemeriksaan lanjutan, dimana Adapun pemeriksaan agregat yang harus
untuk agregat pecah (karang gunung) dilakukan adalah sebagai berikut :
dilakukan pemeriksaan analisa saringan serta Pemeriksaan Analisa Saringan
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, untuk Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk membuat
material pasir juga dilakukan pemeriksaan suatu distribusi ukuran agregat dalam bentuk
yang sama, sedangkan untuk aspal penetrasi grafik yang dapat memperlihatkan pembagian
60/70 dilakukan pemeriksaan berat jenis. butir (gradasi) suatu agregat dengan
Namun jika material tidak memenuhi menggunakan saringan. Analisa saringan
persyaratan, maka harus kembali ke tahap berdasarkan SNI 03-1968-1990.
awal dengan mengganti material.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, dapat Pengukuran berat jenis dan penyerapan
dimulai proses perancangan komposisi agregat agregat diperlukan untuk perencanaan
berdasarkan spesifikasi untuk jenis campuran campuran agregat dengan aspal. Pemeriksaan
yang akan diteliti, yaitu campuran beraspal ini mengacu pada SNI 03-1969-1990 untuk
panas jenis campuran HRS - Base. Oleh agregat kasar dan SNI 03-1970-1990 untuk
karena itu, dalam perancangan komposisi agregat halus.
agregat akan dibuat 3 (tiga) variasi gradasi.
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung Pemeriksaan Keausan Agregat
kadar aspal perkiraan berdasarkan masing- Durabilitas (ketahanan) terhadap kerusakan
masing ran-cangan komposisi agregat tersebut. agregat sangat berpengaruh terhadap
Dalam penelitian ini, akan dibuat 3 (tiga) kebutuhan jumlah agregat. Beberapa agregat
variasi kadar aspal untuk setiap variasi gradasi yang memiliki kekuatan standar pun akan
agregat yang ada. Setelah dihitung jumlah mengalami kerusakan saat masa layanan jalan.
aspal dan kebutuhan agregat untuk setiap Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
variasi pada masing-masing saringan, maka durabilitas agregat dengan cara mekanis
dilanjutkan dengan pembuatan benda uji. dengan alat Los Angeles Abrasion Test.
Kemudian dilakukan pengujian Marshall Prosedur pemeriksaan ini berdasarkan SNI 03-
terhadap benda uji tersebut dengan mengacu 2417-1991 diperuntukkan untuk agregat kasar
pada spesifikasi yang ada. dari 37,5 mm (1½ in).

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Pemeriksaan Nilai Setara Pasir (Sand
pengujian Marshall, maka langkah selanjutnya Equivalent)
adalah menganalisa besaran kriteria Marshall Agregat yang kita gunakan tidak seutuhnya
untuk mengetahui sifat dan perbedaan dari bersih terdapat zat-zat asing yang tidak kita

13
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

inginkan, yang dapat merugikan perkerasan mengukur suhu terendah dimana percikan api
aspal. Zat-zat yang tidak diinginkan antara lain pertama kali terjadi (Titik Nyala) dan suhu
tumbuh-tumbuhan, butiran-butiran lunak, dimana sampel terbakar (Titik Bakar) akibat
gumpalan tanah liat, dan lapisan-lapisan tanah pemanasan. Suhu yang diperoleh adalah
liat pada butiran yang keras. Kebersihan simulasi terhadap suhu maksimum yang
agregat seringkali ditentukan dengan biasanya terjadi pada aspal sampai aspal
pemeriksaan visual tetapi dengan pemeriksaan mengalami kerusakan permanen. Pemeriksaan
di laboratorium akan lebih memberikan hasil ini mengacu pada SNI 06-2433-1991.
yang lebih akurat tentang bersih tidaknya
agregat, terutama pada agregat dengan gradasi 3. Perancangan Campuran
lebih halus. Pemeriksaan nilai setara pasir
Penentuan Komposisi Agregat
mengacu pada SNI 03-4428-1997.
Untuk HRS-Base
Lapisan perkerasan HRS-Base yang memenuhi
2. Aspal
karakteristik campuran aspal yang disyaratkan,
Aspal keras sebagai material campuran yang dapat dihasilkan dari rancangan campuran
digunakan pada penelitian ini yaitu aspal antara agregat dan aspal dalam proporsi yang
penetrasi 60/70. Untuk aspal penetrasi 60/70 seimbang. Untuk perancangan campuran HRS-
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : Base menggunakan metode Marshal, dimulai
dengan penentuan komposisi campuran
Pemeriksaan Penetrasi
masing-masing agregat, dengan melakukan
Nilai penetrasi meggambarkan kekerasan
analisa terhadap gradasi agregat untuk
bahan bitumen pada suhu standar 25⁰C, yang
campuran HRS-Base yang berpatokan pada
diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi
batasan gradasi yang diberikan oleh
jarum standar, dengan beban standar (50 gr
spesifikasi. Tapi untuk material karang
atau 100 gr), dalam rentang waktu 5 detik.
gunung, karena dari segi ukuran butiran
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu,
material ini tidak memenuhi syarat yang
semakin tinggi nilai penetrasi menyatakan
ditentukan, untuk dapat menggunakan material
bitumen semakin keras. Prosedur pemeriksaan
ini sebagai campuran HRS-Base, maka harus
penetrasi aspal berdasarkan SNI 06-2456-
dimodifikasi sedemikian rupa dengan cara
1991.
menentukan secara langsung komposisi
Pemeriksaan Titik Lembek gradasi dengan melihat batasan spesifikasi
Aspal adalah material termoplastik yang gradasi HRS-Base yang disyaratkan.
secara bertahap mencair, sesuai dengan
Pada campuran yang menggunakan karang
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya
gunung, untuk CA menggunakan agregat
pada pengurangan suhu.
kasar dari karang gunung yang tertahan
Pemeriksaan ini diciptakan karena pelem-
saringan No.# 8, untuk FA menggunakan
bekan (softening) aspal tidak terjadi secara
agregat halus dari pasir yang lolos saringan
sekejap pada suhu tertentu, tapi lebih
No.# 8 dan tertahan saringan # 200, dan untuk
merupakan perubahan gradual seiring
FF menggunakan dua macam FF yaitu semen
penambahan suhu. Dalam pemeriksaan ini
dan karang gunung. Untuk komposisi semen
menggunakan prosedur SNI 06-2434-1991.
ditentukan 2 % dari berat total agregat kontan
Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar untuk semua campuran, dari berat total filler
Pemeriksaan dengan menggunakan alat yang didapat di kurangi dengan berat filler
Cleveland Open Cup yang bertujuan untuk
14
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

semen sebesar 2 % sisanya dari berat filler ditimbang menurut kebutuhan, sesuai
akan diisi oleh filler dari karang gunung. komposisi rencana campuran yang telah
ditetapkan.
Penentuan Kadar Aspal
Setelah gradasi agregat gabungan diperoleh,
4. Pengujian Marshall
langkah selanjutnya adalah penentuan kadar
aspal yang diperlukan untuk mengikat agregat. Pengujian campuran beraspal panas ini
Perkiraan kadar aspal rancangan dapat dilakukan berdasarkan prosedur SNI 06-2489-
diperoleh dengan menggunakan persamaan : 1991, dimana pemadatan menggunakan alat
penumbuk Marshall konvensional dengan 75
Pb = 0,035(%CA)+0,045(%FA)+0,18(%F) tumbukan pada setiap sisi benda uji. Pengujian
+Konstanta (1) ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai-nilai
dimana : stabilitas, pelelehan dan hasil bagi Marshall.
Pb = kadar aspal perkiraan
Tata Cara Analisa dan Perhitungan Hasil
CA = agregat kasar (tertahan saringan No. 8)
Pengujian Marshall
FA = agregat halus (lolos saringan No. 8 dan
Dalam perhitungan untuk mengetahui
tertahan No. 200)
karakteristik campuran aspal panas yang sudah
F = agregat halus (lolos saringan No. 200)
dipadatkan, diperlukan data-data baik sebelum
Nilai konstanta sekitar 0,5–1,0 untuk Lapis
dan sesudah pengujian dengan alat Marshall.
Aspal Beton dan 2,0–3,0 untuk Lapis Tipis
Hasil dari pengujian tersebut ditampilkan
Aspal Beton
dalam formulir perhitungan Marshall
Penentuan Kebutuhan Material Dalam campuran aspal panas.
Campuran (satu benda uji)
Pengisian formulir Marshall adalah sebagai
Jumlah presentase berat total campuran adalah
berikut:
100%. Berat aspal dan agregat dalam suatu
a. Berat jenis bulk masing-masing agregat
campuran dapat dihitung sebagai berikut
= γGsba, γGsbb, γGsbc, γGsbd
%aspal thd tot camp
A  Brt Tot Camp  (2)
100% b. Berat jenis semu (apparent)
B = Brt Tot Camp – A (3) = γGsaa, γGsab, γGsac, γGsad
dimana : A = Berat Aspal (gram)
B = Berat Agregat (gram) c. Berat jenis effektif
Berat total campuran untuk setiap benda uji = γGaca, γGacb, γGacc, γGacd
adalah 1100 gram untuk karang gunung.
d. Berat jenis aspal = 1
Untuk kadar aspal 6 % :
A = 1100 X 6/100 = 66 gram e. Proporsi tiap agregat (% berat terhadap
B = 1100 – 66 = 1034 gram total campuran) = a, b, c, d
Perhitungan variasi kadar aspal pada karang
gunung dapat dilihat di Tabel 1 pada lampiran. f. Kadar aspal (% berat terhadap total
Pembuatan Benda Uji campuran) = A
Setelah komposisi campuran ditetapkan,
g. Berat jenis bulk agregat = B
agregat yang terdiri dari batu pecah, abu batu
Berat jenis bulk agregat adalah berat jenis
dan pasir ditimbang. Agregat dipisah-pisahkan
dari agregat termasuk seluruh pori yang
atas tiap saringan, kemudian dikeringkan
ada dalam agregat. Oleh karena campuran
sampai berat tetap. Setelah itu agregat
aspal panas terdiri dari campuran beberapa
15
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

agregat yang masing-masing mempunyai n. Berat jenis bulk campuran = I


berat jenis sendiri-sendiri, untuk itu guna Pengukuran ini penting untuk analisa
memudahkan perhitungan berat jenis bulk kerapatan dan rongga udara dalam
dari agregat total yang ada dinyatakan campuran berat isi padat dinyatakan
dengan rumus : dengan rumus:
(a  b  c  d ) E
B (4) I (8)
a b c d H
  
G sb .a G sb .b G sb.c G sb.d o. Rongga udara di antara agregat (%) = J
dimana: B = Berat jenis bulk agregat Rongga di antara agregat (VMA) adalah
a,b,c,d = Proposi agregat, persen thd rongga udara di antara butir-butir agregat
total berat agregat dalam campuran beraspal yang diperoleh
Gsb (a,b,c,d) = Berat jenis bulk masing-masing melalui persamaan:
agregat  I ( I  A) 
K  100 x I   (9)
h. Berat jenis efektif agregat  B 
(a  b  c  d ) dimana :
C (5)
a b c d I = Berat jenis bulk campuran (gr/cm3)
  
G sa .a G sa .b G sa .c G sa .d A= Kadar aspal (persen terhadap total
dimana: C = Berat jenis efektif agregat berat total campuran)
a,b,c,d = Proposi tiap agregat, persen B = Berat jenis bulk agregat
terhadap total berat agregat
p. Rongga udara dalam campuran (%)
Gsb(a,b,c,d) = Berat jenis bulk masing-
Rongga udara dalam campuran (VIM)
masing agregat
adalah kantung-kantung udara di antara
partikel agregat yang terbungkus aspal,
i. Berat jenis maksimum campuran
yang ditentukan dengan rumus:
100
D (6) DI
 100  A   A  J  100 x  (10)
   D 
 C   Gbit 
dimana :
dimana: D = Berat jenis maksimum campuran
D = Berat jenis maksimum campuran I = Berat jenis bulk campuran
A = Kadar Aspal, (persen terhadap total
campuran) q. Rongga terisi aspal (%)
C = Berat jenis efektif agregat Rongga terisi aspal (VFB) adalah bagian
Gbit = Berat jenis aspal dari VMA yang terisi oleh kandungan aspal
efektif, dapat ditentukan oleh persamaan
j. Berat benda uji kering udara (gram) = E sebagai berikut:
k. Berat benda uji dalam air (gram) = F K J
L  100 x  (11)
 K 
l. Berat kering permukaan jenuh benda uji, dimana :
SSD (gram) = G K = rongga udara diantara agregat (VMA)
J = rongga dalam campuran (VIM)
m. Volume benda uji = H
Volume benda uji diperoleh dengan r. Stabilitas bacaan dial = M
rumus:
H=G–F (7)
16
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

Besarnya stabilitas uji (dari compression C = berat jenis efektif agregat


test) hasil pembacaan profil ring dial yang B = berat jenis bulk agregat
terpasang. Gbit = berat jenis aspal

s. Stabilitas dikalibrasi (kg) = N


Nilai stabilitas yang dikali nilai kalibrasi HASIL DAN PEMBAHASAN
alat Marshall, yaitu:
N M  p (12) Hasil Pemeriksaan Material
dimana:
Dari hasil pemeriksaan terhadap material
M = stabilitas (bacaan dial)
(agregat dan aspal) yang dilaksanakan di
P = angka kalibrasi alat tekan Marshall
laboratorium diperoleh data-data sifat-sifat
fisik material. Hasil rekapitulasi dari
t. Stabilitas disesuaikan (kg) = O
pemeriksaan agregat dan aspal dapat dilihat
Nilai stabilitas terkoreksi diperoleh
pada Tabel 2.
melalui persamaan berikut:
O (13)
Hasil Karakteristik Pengujian Marshall
dimana :
M = stabilitas (bacaan dial) Kriteria utama yang harus diperhatikan dalam
p = angka kalibrasi alat tekan Marshall Spesifikasi 2003 yakni Rongga Diantara
q = angka koreksi volume benda uji Agregat atau Void in Material Agregat (VMA),
Rongga Terisi Aspal atau Void Filled Bitumen
u. Flow/kelelehan = P (VFB) dan Rongga Dalam Campuran atau
Flow adalah keadaan perubahan bentuk Void in Mix Marshall (VIM).
(perpendekan benda uji) yang terjadi
Hasil pengujian Marshall terhadap rancangan
akibat suatu beban sampai batas runtuh.
campuran dapat dilihat pada Tabel 4. sampai
Nilai flow yang dibaca pada dial/arloji
Tabel 6. Grafik hubungan antara rongga
kelelehan.
dalam campuran (VIM) dengan kadar aspal,
v. Marshall Quotient/hasil bagi Marshall = Q rongga dalam agregat (VMA) dengan kadar
Nilai Marshall Quotient menjadi parame- aspal, rongga terisi aspal (VFB) dengan kadar
ter dalam mengevaluasi kekakuan suatu aspal, stabilitas dengan kadar aspal, kelelehan
campuran. Nilai ini merupakan hasil bagi dengan kadar aspal serta grafik hubungan hasil
antara stabilitas dan flow, yang di- bagi Marshall (MQ) dengan kadar aspal
rumuskan: disajikan pada Gambar 2 sampai dengan
O Gambar 7 pada lampiran.
Q  (14)
P
Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal
dimana, O = Stabilitas
P = Flow Dari hasil penelitian, nilai stabilitas naik
dengan bertambahnya kadar aspal dan akan
w. Penyerapan aspal = R mencapai puncaknya pada suatu kadar aspal
Aspal yang terserap oleh agregat tertentu (kadar aspal optimum), setelah itu
dinyatakan dengan rumus : akan menurun nilai stabilitas.
C  B
R  100 x  xG bil (15) - Gradasi I, kadar aspal optimum sebesar 6,5
 B C 
% dengan nilai stabilitas yang dihasilkan
dimana,
sebesar 1297,600 kg.
17
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

- Gradasi II, kadar aspal optimum sebesar 7 - Gradasi I, nilai maks. MQ yang dihasilkan
% dengan nilai stabilitas yang dihasilkan sebesar 587,725 (kg/mm).
sebesar 1448,528 kg. - Gradasi II, nilai maks. MQ yang
- Gradasi III, kadar aspal optimum sebesar dihasilkan sebesar 545,424 (kg/mm).
6,5 % dengan nilai stabilitas yang - Gradasi III, nilai maks. MQ yang
dihasilkan sebesar 1055,422 kg. dihasilkan sebesar 398,925 (kg/mm).
Dari ketiga gradasi diatas, stabilitas yang Dari ketiga gradasi diatas, MQ yang tertinggi
tertinggi dihasilkan pada gradasi II. dihasilkan pada gradasi I.

Hubungan Kelelehan (Flow) dengan Kadar Hubungan Rongga Udara dalam


Aspal Campuran (VIM) dengan Kadar Aspal
Flow atau kelelehan merupakan besaran Rongga Udara Dalam Campuran beraspal atau
deformasi yang terjadi sebelum keruntuhan. Void in Mix (VIM) sangat dipengaruhi oleh
Faktor-faktor yang menentukan tinggi gradasi dan kadar aspal, nilai Rongga Dalam
rendahnya nilai flow antara lain komposisi Campuran menurut spesifikasi 2003 dibatasi
agregat dan kadar aspal dalam campuran. tidak kurang dari 3 % dan tidak lebih dari 6 %.
Dimana bila nilai Rongga Dalam Campuran
- Gradasi I, nilai flow yang didapat
kurang dari 3 % akan mengakibatkan
semuanya berada dibawah dari syarat yang
terjadinya deformasi plastis pada perkerasan
ditentukan.
namun apabila nilai Rongga Dalam Campuran
- Gradasi II, nilai flow yang didapat hanya
lebih besar dari 6 % maka akan
satu yang melewati syarat yang ditentukan
mengakibatkan keretakan.
yaitu pada kadar aspal 7,5 % dengan nilai
3,245 mm. - Gradasi I, nilai VIM yang didapat hanya
- Gradasi III, nilai flow yang didapat satu yang melewati spesifikasi yang
semuanya berada dibawah dari syarat yang ditentukan yaitu pada kadar aspal 6 %
ditentukan. dengan nilai 3,305 %.
- Gradasi II, nilai VIM yang didapat
Hubungan Hasil Bagi Marshall (MQ) semuanya berada dibawah dari spesifikasi
dengan Kadar Aspal yang ditentukan.
Nilai Hasil Bagi Marshall atau Marshall - Gradasi III, nilai VIM yang didapat hanya
Quotient (MQ) merupakan fungsi dari satu yang melewati spesifikasi yang
Stabilitas dan Kelelehan yang didapat dan ditentukan yaitu pada kadar aspal 6 %
merupakan indikator kelenturan atau kekakuan dengan nilai 3,359 %.
campuran aspal. Campuran yang mempunyai
Stabilitas yang tinggi dengan Kelelehan yang Hubungan Rongga Udara diantara Agregat
rendah akan memberikan nilai Hasil Bagi (VMA) dengan Kadar Aspal
Marshall yang tinggi, hal ini menandakan Rongga Udara Diantara Agregat atau Void in
campuran tersebut terlalu kaku sebaliknya Mineral Agregat (VMA) adalah volume rongga
campuran tersebut dikatakan terlalu elastis udara diantara butir-butir agregat dalam
apabila nilai Hasil Bagi Marshall rendah yang campuran beraspal dalam kondisi padat. VMA
disebabkan rendahnya Stabilitas sedangkan meliputi volume rongga udara dalam
Kelelehan tinggi. campuran beraspal dan volume aspal efektif

18
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

(tidak termasuk volume aspal yang diserap 2. Kriteria Marshall untuk ketiga variasi
agregat). gradasi yang dibuat memiliki sifat-sifat
terbaik dengan nilai Stabilitas > 800 kg,
Dari hasil penelitian menunjukkan VMA yang
nilai Marshall Quotient > 250 kg/mm, nilai
terjadi untuk ketiga macam gradasi, berada
VFB > 68 %.
dibawah garis minimal spesifikasi. Minimal
VMA dalam spesifikasi adalah 17 %.

SARAN
Hubungan Rongga Terisi Aspal (VFB)
dengan Kadar Aspal
1. Agar supaya material karang gunung ini
Rongga Terisi Aspal atau Void Filled Bitumen dapat diproduksi secara masal sehingga
(VFB) adalah bagian dari Rongga Diantara dapat dimanfaatkan sebagai agregat pada
Agregat (VMA) yang terisi oleh kandungan campuran aspal panas untuk perkerasan
aspal efektif dan dinyatakan dalam jalan.
perbandingan persen antar (Rongga Diantara 2. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
Agregat dikurangi dengan Rongga Dalam mengetahui lebih dalam kinerja campuran
Campuran) terhadap Rongga Diantara aspal panas dengan menggunakan karang
Agregat. Nilai rongga terisi aspal minimum gunung sebagai agregat pecah untuk
yang disyaratkan berdasarkan spesifikasi 2003 perkerasan jalan baik untuk jenis HRS-
adalah sebesar 68 %, persyaratan nilai Base maupun AC-WC.
minimum rongga terisi aspal merupakan upaya
untuk memperoleh campuran yang lebih awet
dan lentur sehingga mempunyai ketahanan DAFTAR PUSTAKA
terhadap retak lelah yang lebih baik.
Dari hasil penelitian menunjukkan VFB yang AASHTO. 1986. AASHTO Guide For Design
terjadi untuk ketiga macam gradasi berada of Pavement Structures.
diatas garis minimal spesifikasi. Minimal VFB Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
dalam spesifikasi adalah 68 %. Jenderal BinaMarga. Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Aspal Beton.
13/PT/B/1983.
KESIMPULAN
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Dari hasil penelitian Laboratorium dan
September 2003. Campuran Aspal Panas.
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
Spesifikasi Versi 2003
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Material agregat karang gunung asal Nicholls, J.C. 1998. Asphalt surfacing. E &
Melonguane mempunyai nilai Abrasi FN Spon, London and New York.
30,57 % (syarat maks. 40 %), nilai B.J.
Roberts F, Kandhal P. 1996. Hot Mix Asphalt
Apparent 2,605 (syarat min. 2,5), nilai
Materials, Mixture Design, and
Penyerapan 2,348 % (syarat maks. 3,0 %).
Construction, NAPA Education
Dari nilai tersebut maka material karang
Foundation, Lanham Maryland.
gunung dapat digunakan sebagai agregat
untuk campuran perkerasan aspal panas Sherwood, P.T. 1995. Alternative Materials In
jenis HRS-Base. Road Construction. Thomas Telford.
London.
19
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

Sukirman S. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Other Plant Mix Type. Specification Series
Raya. Nova, Bandung. No.1 (SS-1).
Suryadharma, H. Susanto, B. 1999. Rekayasa
Untung, S.D. 1987. Konstruksi Jalan Raya.
Jalan Raya. Universitas Atma Jaya.
Pekerjaan Umum. Jakarta Selatan.
Yokyakarta.
Wardano, S.H. 1999. Hotmix. Pelatihan
The Asphalt Institute. 1969. Construction
Teknis EEPP, Yogyakarta.
Specifications For Asphalt Concrete and

LAMPIRAN

Tabel 1. Variasi Kadar Aspal untuk HRS-Base pada Karang Gunung


Berat total campuran (gram) 1100
Kadar aspal (%) 6 6.5 7 7.5
Berat aspal (A) (gram) 66 71.5 77 82.5
Berat total agregat (B) (gram) 1034 1028.5 1023 1017.5

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Material dan Aspal


Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Spesifikasi
Agregat Karang Gunung
Keausan (Abrasi) 30.57 % Maks. 40 %
B.J. Bulk 2.394 -
B.J. SSD 2.522 -
B.J. Apparent 2.605 Min. 2.5
Penyerapan 2.348 % Maks. 3 %
Pasir dari Tarohan
B.J. Bulk 2.577 -
B.J. SSD 2.685 -
B.J. Apparent 2.726 Min. 2.5
Penyerapan 2.405 % Maks. 3 %
Sand Equivalent 87.58 % Min. 50 %
Filler Karang Gunung
B.J. Bulk 3.148 -
Aspal Penetrasi 60/70
Penetrasi 62.85 60 - 79
Daktilitas > 100 cm Min. 100 cm
Titik Nyala 341 oC Min. 200 oC
Titik Bakar 346 oC -
Titik Lembek 48 oC (46 – 54) oC
Berat Jenis 1.03 Min. 1.0

20
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

Tabel 3. Komposisi Agregat Gabungan

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada Campuran HRS-Base gradasi I

No. Kadar Stabilitas Flow Marshall VMA VFB VIM


Benda Aspal (Kg) (mm) Quotient (%) (%) (%)
Uji (%) (Kg/mm)
I 6 1175,520 2,235 496,355 12,865 78,645 3,305
II 6,5 1297,600 2,176 587,725 13,428 83,188 2,282
III 7 1153,658 2,755 399,356 12,954 85,256 2,124
Spesifikasi Min.800 Min.3 Min.250 Min.17 Min.68 3-6

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada Campuran HRS-Base gradasi II

No. Kadar Stabilitas Flow Marshall VMA VFB VIM


Benda Aspal (Kg) (mm) Quotient (%) (%) (%)
Uji (%) (Kg/mm)
I 6,5 1380,535 2,655 488,684 12,895 97,154 1,485
II 7 1448,528 2,802 545,424 13,532 94,837 1,838
III 7,5 1335,692 3,245 379,204 13,994 98,453 1,054
Spesifikasi Min.800 Min.3 Min.250 Min.17 Min.68 3-6

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada Campuran HRS-Base gradasi III

No. Kadar Stabilitas Flow Marshall VMA VFB VIM


Benda Aspal (Kg) (mm) Quotient (%) (%) (%)
Uji (%) (Kg/mm)
I 6 955,148 2,622 376,436 12,895 76,258 3,359
II 6,5 1055,422 2,708 398,925 13,458 82,022 2,654
III 7 944,154 2,625 351,055 13,972 84,445 1,886
Spesifikasi Min.800 Min.3 Min.250 Min.17 Min.68 3-6

21
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

Gambar 1. Grafik Komposisi Agregat Gabungan

Gambar 2. Grafik Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal

22
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

Gambar 3. Grafik Hubungan Flow dengan Kadar Aspal

Gambar 4. Grafik Hubungan Marshall Quotient dengan Kadar Aspal

23
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

Gambar 5. Grafik Hubungan Rongga dalam Campuran (VIM) dengan


Kadar Aspal

Gambar 6. Grafik Hubungan Rongga Udara diantara Agregat (VMA)


dengan Kadar Aspal

24
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 1. Maret 2012 ISSN 2087-9334 (11-25)

Gambar 7. Grafik Hubungan Rongga Terisi Aspal (VFB) dengan Kadar Aspal

25

Anda mungkin juga menyukai