Anda di halaman 1dari 10

Kajian Pemanfaatan Batu Sungai Teik Kecamatan Nanggala Toraja

Utara Pada Campuran Ac-Wc

Aldi Palullu’*1, Robert Mangontan*2, Alpius*3

*1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Makassar, Indonesia
aldipalullu97@gmail.com

*2,3 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Makassar, Indonesia
rmangontan52@gmail.com dan alpiusnini@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui Karakteristik Campuran LASTON AC-WC dengan
bahanyang berasal dari agregat Sungai Teik. Adapun metode pelaksanaan yaitu melakukan beberapa pengujian
karakteristik pada agregat kasar, agregat halus,aspal dan filler. Selanjutnya, merancang komposisi campuran LASTON
AC-WC beserta pengujian Marshall agar dapat mendapatkan karakteristik campuran dan melalui pengujian Marshall
immersion untuk mendapatkan nilai stabilitas Marshall sisa dengan menggunakan kadar aspal optimum.

Percobaan yang dilakukan di laboratorium jalan dan aspal Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Kristen
Indonesia Paulus Makassar, menunjukkan sebuah hasil bahwa karakteristik bahan perkerasan yang menggunakan batu
dari Sungai Teik Kecamatan Nanggala Kabupatan Toraja Utara telah memenuhi persyaratan yang diterapkan
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 sebagai salah satu bahan dalam perkerasan jalan. Setelah melakukan pengujian
Marshall diketahui bahwa karakteristik campuran AC-WC dengan kadar aspal 5.5%, 6%, 6.5%, 7% , 7.5%.

Adapun hasil Marshall immersion pada campuran AC-WC dengan kadar aspal optimum 7.5% diketahui
stabilitas Marshall sisa sebesar 96,94 % yang artinya bahwa telah memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2018
dengan kadar minimum 90%.

Kata kunci : Karakteristik Agregat, AC-WC, Marshall test

ABSTRACT

This study was made with the aim of knowing the characteristics of the LASTON AC-WC mixture with the
material derived from the Sungai Teik’s aggregate. The implementation method is to perform several characteristic tests
on coarse aggregate, fine aggregate, asphalt and filler. Furthermore, designing the composition of the LASTON AC-WC
mixture along with the Marshall test in order to obtain the characteristics of the mixture and through the Marshall
immersion test to obtain the residual Marshall stability value using the optimum bitumen content

Experiments carried out in the road and asphalt laboratory of the Faculty of Engineering, Department of Civil,
Indonesian Christian University, Paulus Makassar, show a result that the characteristics of the pavement material using
stones from the Sungai Teik, Nanggala District, North Toraja Regency have met the requirements applied to the General
Specifications of Bina Marga 2018 as one of the materials in pavement. After doing the Marshall test, it was found that
the characteristics of the AC-WC mixture were 5.5%, 6%, 6.5%, 7%, 7.5% asphalt.

As for the results of Marshall immersion in the AC-WC mixture with an optimum asphalt content of 7.5%, it is
known that the remaining Marshall stability is 96.94%, which means that it has met the General Specifications of Bina
Marga 2018 with a minimum content of 90%.

Keywords: Aggregate Characteristics, AC-WC, Marshall test


PENDAHULUAN politik dan parah wisata). Sejak tahun 2014 sampai
sekarang Pembangunan prasarana trasporatasi di
Jalan merupakan salah satu prasarana Indonesia meningkat sangat pesat, khususnya di
transportasi yang sangat penting dalam menunjang Indonesia bagian timur. Sesuai arah pembangunan
pembangunan di berbagai sektor (ekonomi, sosial,
nasional, provinsi dan trasportasi jalan, Kabupaten Berdasarkan latar belakang maka diambil judul
Toraja Utara pun gencar-gencarnya melakukan tugas akhir yaitu : “Kajian Pemanfaatan Batu Sungai
pembangunan prasarana jalan. Berbicara tentang Teik Kecamatan Nanggala Toraja Utara Pada
pembangunan prasarana jalan difokuskan kepada Campuran AC-WC ”.
struktur perkerasan jalan.
METODOLOGI PENELITIAN
Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu
daerah yang terdapat banyak sungai sehingga 1. Pengambilan dan Persiapan Bahan
material batu sungai yang cukup banyak. Lokasi pengambilan material terletak di Sungai
Pemanfaatan agregat batu sungai di Kabupaten Teik, Kecamatan Nanggala, Toraja Utara. Lokasi
Toraja Utara belum sepenuhnya digunakan oleh pengambilan agregat dapat lihat pada gambar 1.
pemerintah setempat untuk pembuatan prasarana
jalan. Kebanyakan digunakan dalam hal pembuatan
fondasi rumah, pembuatan kontruksi bangunan,
perbaikan jalan yang mengalami kerusakan.
Namum selama ini belum ada yang melakukan
pemanfaatan sebagai bahan dalam campuran
perkerasan jalan, terlebih dalam lapisan aspal dan
lapisan beton . Selama ini, bahan perkerasan jalan
masih diinpor dari daerah lain sehingga
Lokasi
membutukan danah yang cukup banyak untuk
Pengambilan
mendatangkanya. Agregat
Dengan pesatnya perkembangan pembangunan
jalan di Indonesia yang terjadi saat ini, pemerintah
mengimbau agar masyarakat memanfaatkan bahan-
bahan yang ada di sekitar agar dana pembangunan
dapat diminimalisir. Adapun material yang tersedia
di daerah Kecamatan Nanggala Kabupaten Toraja
utara, yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang Gambar 1. Lokasi Pengambilan Agregat
pembangunan di daerah tersebut.
2. Pengujian Karakteristik Agregat
Salah satu lokasi adalah sungai Teik, yang batu
sungainya belum digunakan secara maksimal. Pemeriksaan Keausan Agregat (SNI
Untuk menfaatkan material yang tersedia untuk 2417:2008). Dengan menggunakan mesin
campuran lapisan aspal beton , perlu dilakukan abrasi los angeles. Metode ini dimaksudkan
penelitian di Laboratorium apakah material tersebut agar kita dapat menjadikan nilasi abrasi
dapat digunakan berdasarkan Spesifikasi Bina sebagai bahan pegangan dalam penentuan
Marga 2018. ketahan agregat terhadap keausan. Pengujian
ini dilakukan dengan tujuan mengetahui angka
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian keausan tersebut, yang dinyatakan sebagai
terhadap karakteristik batu Sungai Teik, yang perbandingan antara berat bahan aus lolos
diharapkan agar batu sungai ini bisa digunakan saringan No.12 (0,075 mm) terhadap berat
sebagai bahan campuran berupa agregat dalam agregat semula.
campuran AC-WC yang sesuai dengan persyaratan
yang dipaparkan dalam Spesifikasi Umum Bina
Marga, kemudian dilakukan pemisahan gradasi
Pemeriksaan terhadap berat jenis serta
untuk mengetahui komposisi agregat dalam
penyerapan air pada agregat kasar (Standar
campuran, dimana dalam pengujian ini dilakukan
Nasional Indonesia 1969:2016) dan Agregat
pengujian Marshall Konvensional dan Marshall
Halus (SNI 1970-2016) yang digunakan
Immertion untuk memperoleh karakteristik campuran
sebagai pegangan dalam pengujian untuk
AC-WC dan memperoleh nilai Stabilitas Marshall
menentukan berat jenis curah, berat jenis
Sisa
permukaan jenuh, berat jenis semu dari
agregat, serta angka penyerapan dari agregat. menggunakan alat penetrometer, dimana
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh berat pengujian ini akan menjadi acaun penggunaan
jenis curah, berat jenis permukaan jenuh dan aspal dilapangan.
berat jenis semu serta besarnya angka b. Pengujian Daktilitas (SNI 2432:2011) untuk
penyerapan. mengetahui kekenyalan / keplastisan aspal yang
dinyatakan dengan panjang pelumaran aspal
Analisa Saringan Agregat (SNI ASTM yang dapat dicapai aspal sebelum putus, pada
C136:2012) Analisa saringan agregat adalah suhu dan kecepatan tertentu.
penentuan presentase berat butiran agregat
yang lolos dari satu set saringan kemudian c. Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter (Softening
angka-angka presentase digambarkan pada Point With Ring And BallI) (SNI 2434:2011) untuk
grafik pembagian butiran. Metode analisa mengetahui suhu dimana aspal mualai lembek
saringan ini dimaksutkan sebagai pegangan dengan menggunakan alat ring and ball dimana
dalam pemeriksaan untuk menentukan suhu ini akan menjadi acuan dilapangan atas
pembagian butir (gradasi) agregat dengan kemampuan aspal menahan suhu yang terjadi
menggunakan saringan. Tujuan pengujian ini untuk tidak lembek sehingga dapt mengurangi
untuk memperoleh besaran atau jumlah daya lekat.
presentase butiran.
d. Pengujian Titik Nyala (⁰C) (Cleveland Open
Pemeriksaan Kadar Lumpur (Sand Equivalent Cup) (SNI (2433:2011) untuk mengetahui suhu
Test) (SNI 03-4428-1997) Maksud atau tujuan dimana aspal mulai dapat mengeluarkan nyala
dari pemeriksaan ini yaitu untuk megetahui dan terbakar akibat pemanasan.
tingkat kadar presentase kadar lumpur yang e. Berat Jenis Aspal (SNI 2441:2011) untuk
terkandung dalam suatu agregat. mengetahui berat jenis aspal yang digunakan.
Dimana berat jenis aspal merupakan
Pemeriksaan Indeks Kepipihan dan perbandingan antara berat bitumen atau ter
Kelonjongan (ASTM D – 4791-10) Bentuk terhadap air suling dengan isi yang sama pada
butiran agregat adalah ukuran normal dari suhu tertentu.
sebuah agregat dimana ukuran nominal ini f. Pemeriksaan Berat Yang Hilang (%) (SNI-06-
bergantung kepada besar ukuran agregat 2441-1991) untuk mengetahui kehilangan berat
dominan pada suatu gradasi tertentu. pada aspal akibat pemanasan yang berulang
Pengujian ini bertujuan untuk menguji dan pengujian ini juga bertujuan untuk mengukur
keseragaman agregat. perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat.
g. Penetrasi pada 25 ⁰C TFOT ( SNI 03-6835-
Pemeriksaan Kelekatan Agregat Pada Aspal 2002) untuk mendapatkan nilai kekerasan aspal
(SNI 2439 : 2011) Pemeriksaan ini yang telah mengalami pemanasan dengan alat
dimaksudkan untuk menentukan kelekatan Thin flim Oven Test dengan melakukan
agregat terhadap aspal. Kelekatan agregat  pengujian penetrasi menggunakan alat
terhadap aspal ialah prosentase luas penetrometer, dimana pengujian ini akan menjadi
permukaan batuan yang tertutup aspal acuan penggunaan aspal di lapangan.
terhadap keseluruhan luas permukaan.
h. Berat Jenis Filler (SNI ASTM C136:2012) untuk
Pemeriksaan Material Lolos Saringan No.200 menentukan berat jenis filler digunakan sebagai
(SNI ASTM C117 : 2012) Maksud pemeriksaan bahan pengisi campuran aspal.
yaitu bertujuan untuk mengukur persentase
jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan 200 sehingga berguna bagi perencana
4. Rancangan Komposisi Campuran
dan pelaksana pembangunan jalan.
Material yang digunakan untuk campuran beton
3. Pemeriksaan Karakteristik Aspal aspal adalah:
a. Pemeriksaan Penetrasi pada 250C (SNI 2456- 1. Agregat dari sungai Teik.
2011) untuk mendapatkan nilai kekerasan aspal 2. Bahan Pengikat (aspal penetrasi 60/70)
dengan melakukan pengujian penetrasi
3. Bahan Pengisi (filler) berasal dari semen Tabel 1. Rancangan Komposisi Campuran
Benda uji yang akan digunakan adalah 18 5. Komposisi campuran
buah, dimana bahan yang digunakan adalah Perhitungan kadar aspal perkiraan awal :
bahan yang memenuhi spesifikasi, komposisi Kadar aspal efektif min. = 0,6 %
campuran yang digunakan dalam penelitian ini Kadar aspal efektif mak = 1,2 %
adalah gradasi yang berdasarkan pada Direktorat Lolos ayakan No. 200 = 6,5 %
Jendral Bina Marga. Campuran aspal panas (Hot Kadar aspal rancangan maks = 10,83%
mix) yang terdiri dari komponen-komponen Kadar aspal rancangan min = 5,42%
agregat yang merupakan komponen terbesar maka rancangan kadar aspal yang digunakan
dalam campuran digunakan sebagi komposis untuk campuran adalah minimal ,5,5%,6%,6,5%,
campuran AC-WC. 7% dan 7,5

Tabel 9. Komposisi Aspal Dalam Campuran AC-WC


% Berat yang Lolos terhadap
1 2 3 4 5
Total Agregat dalam
Campuran
(a) (b) (c) Ukuran (d) (e)
Kadar aspal Nomor
Ayakan Gradasi (AC-WC)
rancangan (%) Saringan
((a)+(c))/2 ((a)+(e))/2 (mm)((a)+(e))/2
5,50 7,50 Gradasi
Spesifikasi
6,00 6,50 7,00 Rancangan
Gradasi
Campuran
Berat aspal (gr) 60,00 66,00 1½72,00 37,5 78,00 84,00
1 25
¾ 19 100 100
½ 12,5 90 – 100 95
3/8 9,5 77 – 90 83,5
4 4,75 53 – 69 61
6. Pengujian Marshall Konvensional 8 2,36 33 – 53 43
16 1,18 21 – 40 30,5
Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan
30 0,6 14 – 30 22
ketahanan (Stabilitas) terhadap kelelehan 50 0,3 9 – 22 15,5
plastis (Flow) dari campuran aspal dan 100 0,15 6 – 15 10,5
agregat. Kelelehan plastis adalah perubahan 200 0,075 4–9 6,5
deformasi atau regangan suatu campuran 16 1,18 21 – 40 30,5
mulai dari tanpa beban, sampai beban campuran beton aspal yaitu kadar aspal yang
maksimum, dinyatakan dalam millimeter atau memenuhi semua kriteria atau karakteristik.
0,01”.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan campuran terhadap lama
7. Penentuan Kadar aspal optimum dan perendaman, suhu, dan air. Untuk prosedur
Pengujian Marshall Immersion pelaksaan pengujian sama dengan prosedur
Benda uji yang telah melalui pengujian Marshall pengujian pada Marshall standar untuk
konvesional, kemudian dilakukan perhitungan campuran Hot mix, hanya perbedaannya
untuk menentukan Kadar Aspal Optimum. terletak pada lama perendaman yaitu pada
Data-data yang telah di peroleh diolah dan marshall immersion lama perendaman adalah
dimasukkan pada tabel data Hot Mix Desain 24 jam pada suhu 60oC. Hasil dari pengujian ini
Metode Marshall maka akan dipadatkan hasil adalah rasio stabilitas. Rasio tersebut
stabilitas, flow, kepadatan campuran, dan membandingkan stabilitas dari benda uji
kepadatan agregat yang di dapatkan. Kadar Marshall setelah direndam dalam suhu 60oC
aspal optimum didapatkan dari nilai rataan dalam waterbath selama 24 jam terhadap
tertinggi dari grafik hubungan stabilitas, stabilitas benda uji Marshall dengan
kepadatan campuran yang di padatkan dengan perendaman 30 menit yang biasa disebut
kadar aspal. Kadar aspal praktis dalam Stabilitas Marshall sisa(%).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Karakteristik Bahan Analisa Saringan Laston Lapis Aus
a. Analisis Karakteristik Agregat ( Lampiran A-7).
Hasil pengujian terhadap agregat kasar dan
Dari hasil pengujian analisa saringan
halus sebagai berikut.
diperorleh nilai analisa saringan sebagai
Keausan Agregat ( Lampiran A-1 s/d A- berikut :
4)Dari hasil pengujian keausan agregat
dengan menggunakan Alat Abrasi Los Hasil pengujian Analisa saringan
Angelesdiperoleh nilai ketahanan agregat dapat dilihat pada gambar 2.
kasar terhadap keausan dari Fraksi A
adalah 3.08%, Fraksi B adalah 4,12%,
Fraksi C adalah 25,6% dan Fraksi D adalah
6,4%. Dari semua hasil pengujian, tiap fraksi
memenuhi Spesifikasi Umum
BinaMarga2018 Divisi 6 yaitu dengan nilai
maksimum 40%.Sehingga, dapat diketahui
bahwa agregat Sungai Teik Kecamatan
Nanggala Kabupaten Toraja Utara dapat
digunakan sebagai bahan lapisan
permukaan jalan, dapat tahan terhadap
keausan akibat gesekan antara agregat
dengan agregat atau agregat dengan roda Gambar 2. Hasil pengujian Analisa saringan
kendaraan.
Berdasarkan Gambar 6 memperlihatkan hasil
Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar grafik analisa saringan berupa gradasi agregat
( Lampiran A-5 ) Berdasarkan hasil serta spesifikasinya dimana gradasi agregat
pengujian berat jenis dan penyerapan berada diantara batas atas dan batas bawah
agregat kasar yang menggunakan dua sehingga grafik analisa saringan menunjukkan
sampel diperoleh nilai untuk Berat Jenis bahwa agregat dari Sungai Teik Kecamatan
Bulk adalah 2,66%, berat jenis SSD adalah Nanggala Toraja Utara yang dipakai memenuhi
2,69%, berat jenis semu adalah 2,74% dan spesifikasi Umum Bina Marga 2018. Dengan hasil
Penyerapan Air adalah 1.11%. Semua hasil pengujian pada Lampiran A-7
pengujian memenuhi Spesifikasi Umum
BinaMarga2018 Divis 6 yaitu untuk Berat Hasil Material Lolos saringan No.200 ( Lampiran A-
Jenis Bulk, Berat Jenis SSD dan Berat Jenis 8) Dari hasil pengujian material lolos saringan No.
Semu adalah minimal 2,5 dan Penyerapan 200 diperoleh hasil 3.6 sehingga memenuhi
Air maksimal 3% atau dapat dikatakan spesifikasi Bina Marga 2018 yaitu maksimal 10%.
bahwa penyerapan agregatnya kecil. Dapat di ketahui bahwa agregat dari Sungai Teik
Kecamatan Nanggala Kabupaten Toraja bersih
Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
dari lempung dan lanau.
Halus( Lampiran A-6)
Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat
Berdasarkan haisil pengujian Berat Jenis Halus( Lampiran A-9).Hasil pengujian Kadar
dan Penyerapan Agregat Halus diperoleh lumpurdimana dari hasil pengujian kadar lumpur di
nilai untuk Berat Jenis Bulk adalah 2.58%, peroleh hasil rata-rata untuk nilai Sand Equivalen
Berat Jenis SSD adalah 2.60%, Berat Jenis (SE) adalah 97,3% dan kadar lumpur 2,73%.
Semu adalah 2.64% dan Penyerapan Air Keduanya memenuhi standar Bina Marga 2018
adalah 0,91%. Semua hasil pengujian yaitu minimal 50% untuk Sand Equivalen dan
memenuhiSpesifikasi UmumBinaMarga2018 maksimal 5%.
Divisi 6 yaitu untuk Berat Jenis Bulk, Berat
Hasil Pengujian Partikel Pipih dan Hasil Pengujian
Jenis, Berat Jenis Semu adalah minimal 2.5
Partikel Pipih dan Lonjong agregat
dan Penyerapan Air maksimal ada.
kasar( Lampiran A-10)Hasil Pengujian Partikel
Kepipihan dan Kelonjongan Agregat Kasar dapat
dilihat pada lampiran A-10. Dari hasil pengujian Hasil Pengujian Daktilitas pada 25°C (Lampiran B-
partikel pipih dan lonjong agregat kasar diperoleh 2). Dari hasil pengujian daktilitas didapatkan nilai
partikel pipih yaitu 3,82%, 2,75%,3,76%. Dan rata-rata 150 cm. Hasil ini masuk dalam syarat
partikel lonjong yaitu 3,84%, 2,39%, 1,30%. yang ditentukan dalam spesifikasi Umum Bina
Kedua nilai tersebut telah memenuhi spesifikasi Marga 2018 yaitu ≥ 100 cm.
UmumBina Marga 2018 yaitu maksimal 10%.
Hasil Pengujian Titik LembekAspal( Lampiran B-3).
Hasil Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Dari hasil pengujian titik lembek aspal didapatkan
Aspal( Lampiran A-11).Dari hasil pengujian nilai rata-rata 50.2°C. Hasil ini masuk dalam syarat
kelekatan agregat terhadap aspal diperoleh yang ditentukan dalam spesifikasi Umum Bina
kelekatan 97%, sehingga memenuhi spesifikasi Marga 2018 yaitu ≥ 48
Bina Marga 2018 yaitu minimal 95%.
Hasil Pengujian Titik Nyala(°C )( Lampiran B-4)
Dari hasil pengujian Titik Nyala didapatkan nilai
rata-rata 2400C. Hasil ini masuk dalam syarat yang
Hasil Pengujian Berat Jenis Filler (Semen) ditentukan dalam spesifikasi Umum Bina Marga
( Lampiran A-12). Dari hasil pengujian berat jenis 2018 yaitu ≥ 2000C.
filler spesifikasi Bina Marga 2018 tidak Hasil Pengujian Berat Jenis( Lampiran B-5).
mencantumkan nilai batasan untuk berat jenis Dari hasil pengujian daktilitas didapatkan nilai
filler. Filler yang digunakan adalah Semen rata-rata 1.015 . Hasil ini masuk dalam syarat
Portland. yang ditentukan dalam spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 yaitu ≥ 1.0.
b. Analisis Karakteristik Aspal Hasil Pengujian Berat Yang Hilang(%)
( Lampiran B-6)
Hasil Pengujian Penetrasi pada 25°C( Lampiran B- Dari hasil pengujian berat yang hilang
1). Dari hasil pengujian penetrasi pada Tabel 17 didapatkan nilai rata-rata 0.434%. Hasil ini
diperoleh hasil untuk nilai penetrasi adalah 66.7 masuk dalam spesifikasi Umum Bina Marga
mm. Hasil Pengujian telah memenuhi spesifikasi 2018 yaitu ≤ 0.8% dalam syarat yang
Umum Bina Marga 2018 yaitu minimal 60 (0,1) mm ditentukan.
– maksimum 70 (0,1) mm untuk nilai penetrasi Hasil Pengujian Penetrasi PadaSuhu 25°C
aspal. TFOT ( Lampiran B-7 ) Dari hasil pengujian

penetrasi pada thin flim oven test didapatkan


nilai rata-rata 84.7%. Hasil ini masuk dalam
syarat yang ditentukan dalam spesifikasi Umum
Gambar 6 :Grafik Hubungan Kadar Aspal dan
Bina Marga 2018 yaitu ≥ 54 % dari penetrasi.
Stabilitas
2. Marshall Konvensional
Berdasarkan Gambar 6 maka di simpulkan bahwa
a. Analisis terhadap Stabilitas penggunaan kadar aspal yang banyak dalam
campuran Laston Lapis Aus akan mengakibatkan
permukaan agregat yang tertutupi aspal semakin
baik sehingga ikatan antara agregatnya semakin
kuat, dengan demikian stabilitasnya meningkat dan
flownya berkurang. Tetapi apabila kadar aspal
terus ditambahkan maka akan mengakibatkan
ikatan antara agregat berkurang sehingga
stabilitasnya berkurang dan flownya meningkat.
Maka dapat disimpulkan bahwa stabilitas dan
b. Analisis Terhadap VIM (Void in Mixture)

Gambar 7 :Grafik Hubungan Kadar Aspal dan VIM


Dengan menggunakan kadar aspal 5.50% -
7.50% . Campuran Laston Lapis Aus maka
diperoleh nilai VIM (Rongga dalam campuran
yang tidak terisi aspal) antara 4.70% – 3.15%.
dan semuannya memenuhi standar SNI.

c. Analisis Terhadap Flow

Gambar 8 :Grafik Hubungan Kadar Aspal dan Flow

Dengan menggunakan kadar aspal 5.50% -


7.50% untuk campuran Laston Lapis Aus
diperoleh nilai Flow antara 2.85mm –
2.70mm. Semua nilai Flow dengan kadar
aspal 5.50% - 7.50% untuk campuran
Laston Lapis Aus semuanya telah
memenuhi spesifikasi umum Departemen
Pekerjaan Umum Tahun 2018 devisi 6.

d. Analisa Terhadap VMA (Void in


Mineral Aggregate)

Gambar 9 : Grafik Hubungan Kadar Aspal


dan VMA
Dengan menggunakan kadar aspal 5.50% -
7.50% untuk campuran Laston Lapis Aus
diperoleh nilai VMA (Rongga dalam agregat
terisi aspal) antara 16.96% – 20.31%.
Semua kadar aspal memenuhi spesifikasi
umum Departemen agregat Pekerjaan
Umum Tahun 2018 Devisi 6.
e. Analisa Terhadap VFB (Void Filled batu Sungai Teik Kecamatan Nanggala Kabupaten
With Bitumen) Toraja Utara dapat dilihat pada gambar berikut:

VIM ( % ) 3.0 - 5.0 Ket.


Stabilitas ( kg ) Min 8 0 0

arshall
Tidak Berwarna = Tidak Memenuhi

arakteristikM
Flow ( mm ) 2.0 - 4.0 Spesifikasi

VMA ( % ) M in 15
VFB ((kg/mm)
%) Mi n 65 Berwarna = Memenuhi Spesifikasi

K
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

5.50

6.50

7.50
6.00

7.00
Kadar Aspal (%)
Gambar 11: Diagram Analisis Kadar Aspal
Optimum Campuran Beton Aspal Laston Lapis
Gambar 10 :Grafik Hubungan Kadar Aspal Aus.
dan VFB 3. Stabilitas Marshall Sisa
Setelah penentuan kadar aspal optimum, maka
Dengan menggunakan kadar asal 5,50% -
langkah selanjutnya adalah membuat beda uji
7,50% untuk Laston Lapis Aus di peroleh nilai
berdasarkan kadar aspal optimum, yaitu
VFB antara 72.28% – 84.50%. Nilai VFB
7.50%untuk campuran Laston Lapis Aus yang
memenuhi spesifikasi umum Departemen
kemudian direndam selama ± 24 jam pada suhu ±
Pekerjaan Umum Tahun 2018 Devisi 6.
60˚C. Untuk mendapatkan dari campuran. adapun
2. Penentuan Kadar Aspal Optimum hasil pengujian indeks perendaman/stabilitas
marshall sisa campuran, dapat dilihat pada Tabel
Berdasarkan hasil analisis karakteristik campuran
dan gambar berikut.
Laston Lapis Aus yang menggunakan Agregat

Tabel 26 : Stabilitas Marshall Sisa untuk campuran Laston Lapis Aus

PERSYARATAN Min 800 STABILITAS Stabilitas Marshall Sisa untuk


campuran Laston Lapis Aus MARSHALL SISA
Kadar ASPAL (%) Stabilitas (%)

7.50 2618.18

7.50 2591.73

7.50 2565.29  
Rata - Rata Stabilitas
Marshall 2591.73
Konvensional

7.50 2538.84 96.97

7.50 2532.39 96.94

7.50 2485.95 96.91

Rata - Rata Marshall


2512.39 96.94
Immertion
Stabilitas Marshall
96.94  
Sisa (%)

diperoleh karakteristik campuran beraspal


yang memenuhi semua spesifikasi yaitu
Marshall Immersion adalah salah satu
stabilitas, flow, VIM, VMA, dan VFB yang
pengujian keawetan suatu campuran, hasil
dikeluarkan oleh Ditjen Bina Marga dalam
dari pengujian ini adalah rasio stabilitas.
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018
Rasio tersebut membandingkan stabilitas
Divisi 6.
dari benda uji Marshall setelah direndam
dalam suhu 60º C dalam waterbath selama Hasil uji Marshall Immersion (Stabilitas
24 jam terhadap stabilitas benda uji Marshall Sisa) pada campuran Laston AC-
Marshall dengan perendaman 30 menit yang WC yang menggunakan agregat dari
biasa disebut Stabilitas Marshall Sisa Sungai Teik Kecamatan Nanggala
Kabupaten Toraja Utara memenuhi
Dari hasil pengujian Marshall Immertion
standar/sesifikasi Bina Marga 2018, yaitu
diperoleh Stabilitas Marshall Sisa sebesar
96,94 %.
96.94% untuk campuran Laston Lapis Aus
dengan kadar aspal 7.50%. Nilai Stabilitas
Marshall Sisa ini telah memenuhi standar
yang ditetapkan oleh Spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 yaitu ≥ 90%.Berdasarkan nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa
perkerasan jalan yang menggunakan DAFTAR PUSATAKA
Agregat dari Sungai Teik Kecamatan
Nanggala Kabupaten Toraja Utara dalam [1] Departemen Pekerjaan Umum, 2018,
campuran Laston Lapis Aus dapat tahan Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan
terhadap suhu dan lamanya terendaman Jasa Pelaksanaan Konstruksi Divisi 6,
dalam air . Jakarta.

[2] Fani. L. A, Irianto (2019), Elizabeth, and


Alpius “Pemanfaatan Agregat Sungai
KESIMPULAN
Wanggar Kabupaten Nabire sebagai bahan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat Campuran AC-WC dan AC-BC”, Paulus
disimpulkan sebagai berikut : civ.Eng. J. Ojsukipaulusacid, vol.1, no. 2,
Art. No. 2
1. Karakteristik agregat yang berasal dari
Sungai Teik Kecamatan Nanggala [3] Irene Sion Kondo Sosang (2020), Alpius,
Kabupaten Toraja Utara, serta aspal Elizabeth, “Pemanfaatan Agregat Sungai
penetrasi 60/70 dan berat jenis filler untuk Mawa Kecamatan Cendana dalam
campuran LASTON AC-WC telah campuran AC-WC”, Paulus civ. Eng. J. Ojs
memenuhi standar spesifikasi Bina Marga. ukipaulusacid, vol 1, pp. 53-57
2. Komposisi campuran LASTON AC-WC yaitu
agregat kasar, agregat halus dan Filler [4] Kementerian Pekerjaan Umum dan
dengan kadar aspal optimum yang telah Perumahan Rakyat, 2018. Perkerasan
melalui pengujian dan mendapatkan nilai Aspal Devisi 6, Bina Marga, Jakarta.
yang telah memenuhi standar spesifikasi
bina marga. [5] Laboratorium Aspal (2018). Panduan
Praktikum Jalan dan Aspal Teknik Sipil UKI-
3. Berdasarkan hasil pengujian karakteristik PAULUS, Makassar
campuran beraspal LASTON AC-WC
melalui pengujian Marshall Konvensional
[6] Siswosoebrotho, B. I, 1999. “ Bahan [8] Sukirman, Silvia 2003. “Beton Aspal
perkerasan jalan”. Institusi Teknologi Campuran Panas”. Grafika Yuana Marga,
Bandung. Bandung. Bandung

[7] Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018. Devisi [9] Sulaksono W, Sony,2001. Rekayasa Jalan,
6, Gradasi Agregat Kasar dan Agregat Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Halus, Badan Penelitian dan
Pengembangan Departeman Pekerjaan [10] Suproto,2004. “Bahan dan Struktur Jalan
Umum, Jakarta. Raya”. Universitas gadja mada.yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai