Anda di halaman 1dari 15

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

PENGARUH NILAI SAND EQUIVALENT TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL


DAN DURABILITAS PADA CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE)

Agus Riyanto1*, Safira Yaumil Akbar2


1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UMS, Surakarta, Jawa Tengah
2
Mahasiswa Teknik Sipil FT - UMS
*
E-mail: ariyanto_ums@yahoo.com

Abstrak
Terkait dengan pemilihan material yang akan digunakan sebagai bahan jalan, kharakteristik
sumber quarry akan memberikan pengaruh terhadap produk akhir, tidak terkecuali kebersihan
material pasir terhadap lumpur pada campuran AC. Fenomena ini lebih ekstrim pada tatanan
implementasi yang umumnya supplier mendapatkannya material halus dari berbagai macam
sumber quarry dengan variasi kadar lumpur yang berbeda, nilai sand equivalent (SE) yang
berbeda akan berdampak pada kualitas campuran dan keawetan campuran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall dan
durabilitas pada campuran AC (Asphalt Concrete), serta mendapatkan nilai SE yang masih
dapat ditolerir dalam kerangka tinjauan spesifikasi karakteristik Marshall AC dan durabilitas.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan di
Laboratorium Bahan Jalan dengan variasi kadar aspal : 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap
berat total agregat untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO). Setelah didapatkan KAO,
maka dibuat benda uji dengan variasi nilai sand equivalent 80%, 60%, 40%, 20% kemudian
sampel dilakukan pengujian Marshall dan durabilitas berdasarkan prosedur pengujian menurut
SNI 06-2480-1991.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa, variasi nilai SE mempengaruhi karakteristik
Marshall dan durabilitas campuran AC. Pada nilai KAO 5,73%, nilai stabilitas cenderung
menurun seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent, flow cenderung naik seiring
dengan menurunnya nilai sand equivalent, VFWA cenderung menurun seiring dengan
bertambahnya nilai sand equivalent, VIM cenderung menurun seiring dengan berkurangnya
nilai sand equivalent, MQ cenderung menurun seiring dengan berkurangnya nilai sand
equivalent, density semakin besar seiring dengan berkurangnya nilai sand equivalent.
Berdasarkan parameter Marshall, nilai density dan VIM dapat diketahui, bahwa lumpur yang
ada pada material pasir justru lebih berperan sebagai bahan pengisi (filler) yang dapat
meningkatkan kinerja material AC, sedang untuk aspek durabilitas semua benda uji dengan
variasi nilai sand equivalent menunjukkan nilai r (indeks penurunan stabilitas) ≤ 1% yang
berarti, bahwa bahan perkerasan yang dihasilkan tergolong bahan yang durabel (awet). Nilai
sand equivalent yang masih dapat ditolerir, pada kisaran 48,31% - 80% untuk properties
Marshall dan kisaran 54,86% - 80% untuk nilai durabilitas..

Kata kunci: Asphalt Concrete, Durabilitas, Karakteristik Marshall, Sand Equivalent.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terkait dengan pemanfaatan bahan jalan raya (hot mix) , umumnya pemilihan material yang
akan digunakan sebagai campuran aspal-agregat, material yang dipergunakan berasal dari berbagai
sumber quarry, termasuk pengadaan material pasir sebagai butiran halus dalam campuran beton aspal
(AC). Dalam tatanan implementasi material pasir umumnya didatangkan dari berbagai macam
sumber quarry di sekitar proyek, dan pengadaannya disupport oleh berbagai supplier material / sub
rekanan, sebagai konsekuensinya, fenomena ini akan mendatangkan ragam kebersihan material pasir
terhadap lumpur yang bervariatip, ragam kharakteristik teknis, sifat fisik material dan sebagainya
yang berbeda, kondisi ini tentu memberikan dampak terhadap kualitas mutu campuran dan daya
keawetan campuran aspal – agregat (beton aspal). Terkait dengan persoalan ini diperlukan pengujian
kebersihan material pasir terhadap lumpur / kesetaraan pasir (sand equivalent) terhadap agregat halus
(pasir). Pengujian kesetaraan pasir (sand equivalent) adalah suatu metode pengujian agregat halus
atau pasir yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm) terhadap kandungan lumpur dengan menggunakan
seperangkat alat uji SE dan larutan Calcium Cloride. Pengujian kesetaraan pasir (sand equivalent)
bertujuan untuk mengetahui berapa banyak kandungan bahan plastis (lempung atau lanau) yang ada
pada agregat halus. Agregat halus atau pasir dari sumber quarry satu dengan lainnya akan mempunyai

624
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

kualitas dan nilai sand equivalent yang berbeda, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi kualitas
bahan perkerasan. Begitu pula pasir yang ada di berbagai supplier, rentan sekali terjaga dari
kebersihan lumpurnya, mengingat keterbatasan penguasaan teknis supplier, aspek pengadaannya,
ragam asal quarry, penyimpanan dan aspek ekonomis kepentingan supplier dan lain sebagainya,
sehingga keberadaan nilai sand equivalent sangatlah bervariatip dan dapat memberikan dampak
terhadap kinerja bahan perkerasan jalan secara umum.
Terkait dengan kondisi di atas penelitian ini akan mencoba menganalisis tentang pengaruh
variasi nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall dan durabilitas pada campuran Asphalt
Concrete, sekaligus ingin mendapatkan kerangka nilai SE yang masih ditolerir dalam
pemanfaatannya untuk material AC.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variasi nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall dan
durabilitas pada campuran Asphalt Concrete?
2. Berapa nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir dalam kerangka tinjauan spesifikasi
untuk karakteristik Marshall?
3. Berapa nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir dalam kerangka tinjauan spesifikasi
untuk karakteristik durabilitas?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh karakteristik Marshall dan durabilitas pada campuran Asphalt Concrete
terhadap variasi nilai sand equivalent.
2. Menguji agregat halus untuk mengetahui berapa nilai sand equivalent yang masih dapat
ditolerir dalam kerangka tinjauan spesifikasi karakteristik Marshall.
3. Menguji agregat halus untuk mengetahui berapa nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir
dalam kerangka tinjauan spesifikasi durabilitas.

1.4. Batasan Masalah


Agar penelitian ini terfokus pada rumusan masalah, maka perlu diberikan batasan – batasan
sebagai berikut :
1. Bahan pengikat menggunakan aspal penetrasi 60/70 produksi Pertamina Cilacap dengan variasi
kadar aspal, yaitu : 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap berat total campuran.
2. Material agregat halus yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan No.4 (4,75 mm).
3. Variasi nilai sand equivalent yang digunakan adalah 80%, 60%, 40%, 20% sesuai perhitungan.
4. Variasi waktu perendaman yang digunakan untuk uji durabilitas yaitu 24 jam dan 48 jam.
5. Spesifikasi yang digunakan adalah spesifikasi umum Bina Marga 2010 revisi 3.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang baru bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
2. Memberi kontribusi pemikiran tentang pengaruh nilai sand equivalent terhadap karakteristik
Marshall dan durabilitas pada campuran Asphalt Concrete, sehingga dalam aplikasinya akan
diperoleh perkerasan yang baik.
3. Dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya.

2. METODE PENELITIAN.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen di laboratorium bahan jalan dengan
melakukan percobaan terhadap beberapa bahan baku aspal, agregat dan sampel campuran aspal –
agregat sesuai kepentingan pendataan, proses penelitian dilaksanakan dalam 7 (tujuh) tahap sebagai
berikut :

625
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

Tahap I : Persiapan
Hal – hal yang harus dilakukan dalam persiapan penelitian antara lain :
1. Menyiapkan bahan agregat, aspal.
2. Menyiapkan peralatan.
3. Menyiapkan form-form pengujian dan mengolah hasil pengujian.
4. Menyiapkan tenaga pelaksana yang akan membantu jalannya penelitian di laboratorium.
Tahap II : Pengujian bahan
1. Pemeriksaan agregat meliputi :
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan agregat halus
b. Pemeriksaan keausan dengan mesin Los Angales (abration test).
c. Pemeriksaan analisa saringan agregat kasar.
d. Pemeriksaan analisa saringan agregat halus.
e. Pemeriksaan sand equivalent.
f. Pemeriksaan kelapukan.
2. Pemeriksaan aspal meliputi :
a. Pemeriksaan penetrasi
b. Pemeriksaan titik lembek
c. Pemeriksaan berat jenis
d. Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar.
e. Pemeriksaan daktilitas.
Tahap III : Mix design aggregate
Pada tahap ini dilakukan perencanaan campuran (mix design) dan pembuatan benda uji dengan kadar
aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap total berat agregat. Perencanaan campuran (mix design)
dilakukan untuk mendapatkan suatu perbandingan yang tepat antara agregat halus, agregat sedang
dan agregat kasar. Pada penetilian ini desain campuran mengacu pada Spisifikasi Umum Bina Marga
Revisi 3.
Tahap IV : Pengujian benda uji dengan Marshall test untuk menentukan kadar aspal
optimum
Pada tahap ini benda uji dengan variasi kadar aspal dilakukan pengujian Marshall yang sebelumnya
telah ditimbang berat kering (setelah pemadatan), berat kering permukaan jenuh dan beratsampel
dalam air. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar aspal optimum, properties Marshall dan
durabilitas benda uji.
Tahap V : Pembuatan benda uji dengan variasi nilai sand equivalent
Pada tahap ini dilakukan pembuatan benda uji dengan variasi nilai sand equivalent menggunakan
kadar aspal optimum yang telah didapat dari pengujian sebelumnya. Variasi nilai sand equivalent
yang digunakan, yaitu : 80%, 60%, 40% dan 20%. Jumlah benda uji, yaitu : 3 buah pada masing –
masing nilai sand equivalent.
Tahap VI : Pengujian benda uji dengan Marshall Test untuk analisa AC
berdasarkan parameter Marshall dan durabilitas
Pada tahap ini benda uji dengan variasi nilai sand equivalent direndam terlebih dahalu sebelum
dilakukan pengujian Marshall. Variasi perendaman yaitu 24 jam (uji Marshall) dan 48 jam (uji
Durabilitas). Setelah benda uji dilakukan pengujian Marshall dan Durabilitas, didapatkan data – data
Marshall, maka selanjutnya benda uji (AC) dilakukan dianalisis berdasarkan parameter Marshall
dan durabilitas.
Tahap VII : Kesimpulan dan saran
Semua data pengujian diinventarisir dan dianalisis, selanjutnya didapat berbagai kesimpulan dan
saran dari seluruh rangkaian pengujian yang telah dilakukan.

626
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

Bagan Alir
Adapun bagan alur dan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Persiapan :
1. Bahan
2. Peralatan
3. Form
4. tenaga

Tahap I
Pengujian bahan

Pemeriksaan agregat: Pemeriksaan aspal:


1. Analisa saringan 1. Penetrasi
2. Berat jenis 2. Titik lembek
agregat
Tahap V
3. Penyerapan air
3. Titik nyala
4. Titik bakar
4. Sand equivalen 5. Berat jenis
agregat halus
5. Kelekatan agregat
kasar terhadap
aspal

Y
Tidak Ganti
Spesifikasi bahan
bahan
Tahap II
Mix Design

Pembuatan sampel 1dengan variasi kadar aspal 5%,5,5% 6%,6,5% 7% terhadap berat total campuran
Tahap III
Tes
Analisa AC berdasarkan parameter Marshall

Penentuan kadar aspal optimum


Tahap IV
Pembuatan sampel berkadar aspal optimum dengan variasi nilai SE 80%, 60%, 40%,20% dengan
perendaman 24 jam dan 48 jam
Tahap V
Tes Marshall

Analisa AC berdasarkan parameter Marshall dan durabilitas


Tahap VI
Kesimpulan dan saran

Selesai
Tahap VII

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

627
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

3. KAJIAN TEORI
3.1. Sand Equivalent
Sand equivalent adalah perbandingan pembacaan skala pasir terhadap skala lumpur pada alat
uji sand equivalent yang dinyatakan dalam persen. Pengujian sand equivalent sendiri merupakan
suatu metode pengujian agregat halus atau pasir yang lolos saringan No.4 (4,75 mm), menggunakan
suatu alat uji cara setara pasir dan larutan Calcium Cloride.
Spesifikasi umum Bina Marga Revisi 3 (2010), menyatakan bahwa nilai setara pasir (sand
equivalent) untuk agregat halus pada campuran agregat - aspal panas minimal sebesar 60%.
3.2. Karakteristik Marshall
Pemahaman akan karakteristik Marshall secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai VIM (Void In Mix)
Void In Mix (VIM) adalah perbandigan (prosentase) volume rongga terhadap volume total
campuran padat atau nilai yang menunjukkan banyaknya rongga dalam suatu campuran. VIM
dinyatakan dalam persentase terhadap volume campuran aspal.
b. Nilai VFWA (Void Filled With Asphalt)
Void Filled With Asphalt (VFWA) adalah nilai yang menunjukkan besarnya rongga yang terisi
oleh aspal yang dinyatakan dalam persen (%).
Besarnya nilai VFWA sangat berpengaruh terhadap keawetan suatu perkerasan. Apabila nilai
VFWA tinggi berarti banyak rongga yang terisi aspal, sehingga kekedapan campuran terhadap
air dan udara menjadi tinggi.
c. Nilai Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan deformasi atau perubahan
bentuk tetap, seperti : gelombang, alur, bleeding. Nilai stabilitas diperoleh melalui pembacaan
dial atau arloji pada alat Marshall yang dikalikan dengan kalibrasi alat Marshall, nilai koreksi
tinggi benda uji, dan konversi satuan dari lbs ke kg.
d. Nilai Flow (Kelelehan Plastis)
Flow merupakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat menahan
beban yang diterima. Besarnya nilai deformasi pada lapis perkerasan dipengaruhi oleh nilai
VIM, VFWA, dan stabilitas (Riyanto,1996). Nilai flow diperoleh melalui pembacaan dial atau
arloji pada alat Marshall. Nilai flow dinyatakan dalam mm.
e. Nilai Marshall Quotient.
Marshall Quotient adalah hasil bagi dari nilai stabilitas dengan nilai flow, yang digunakan
sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan campuran. Nilai MQ dinyatakan dalam kg/mm.
Nilai MQ akan memberikan nilai fleksibilitas pada campuran, semakin besar nilai MQ berarti
perkerasan semakin kaku dan sebaliknya semakin kecil nilai MQ maka perkerasan semakin
lentur.
f. Density (Kepadatan)
Nilai density, yaitu nilai yang menunjukkan besaran kepadatan campuran. Kepadatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan
penyusun, kadar aspal, kekentalan aspal, jumlah dan suhu pemadatan.

3.3. Durabilitas
Durabilitas adalah kemampuan campuran beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas,
seperti : berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan
keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim seperti udara, air, atau temperatur. Durabilitas beton aspal
dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan, dan
kedap air. Nilai durabilitas yang menyatakan keawetan atau daya tahan campuran dihitung dari
prosentase nilai stabilitas dengan variasi waktu perendaman 48 jam dibandingkan nilai stabilitas pada
perendaman normal 24 jam.

628
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

3.4. Pengaruh Nilai Sand Equivalent Terhadap Karakteristik Marshall

Agregat merupakan komponen utama dari lapis perkerasan jalan sekitar 90 – 95%
berdasarkan persentase berat atau 75 – 85% berdasarkan persentase volume, sehingga agregat pada
campuran lapis perkerasan akan berpengaruh terhadap karakteristik Marshall.
Agregat halus dengan nilai sand equivalent besar akan memberikan stabilitas yang tinggi
pada lapis perkerasan, hal ini disebabkan kadar lempung pada agregat halus menjadi kecil, sehingga
luas permukaan agregat yang harus diselimuti aspal juga kecil, sedangkan jika nilai sand equivalent
pada agregat halus kecil, artinya kadar lumpur pada agregat halus besar, sehingga luas permukaan
agregat yang harus diselimuti aspal juga semakin besar. Jika hal tersebut terjadi, maka resiko terjadi
bleeding semakin besar atau dengan kadar aspal yang sama tebal lapisan akan menjadi tipis yang
berakibat terjadinya stripping.
1. Data – data benda uji penelitian :
a : kadar aspal terhadap agregat (%)
b : kadar aspal terhadap campuran (%)
c : berat kering sebelum direndam (gr)
d : berat benda uji keadaan SSD (gr)
e : berat benda uji dalam air (gr)
f : volume benda uji = d – e (cc) (3.5)
g : berat volume benda uji = c/f (gr/cc) (3.6)
h : berat jenis maks. campuran = (gr/cc) (3.7)

i : volume aspal = , (%) (3.8)


j : volume total agregat = , (%) (3.9)
k : kadar rongga dalam campuran = (100 – i – j), (%) (3.10)
l : kadar rongga dalam agregat = (100 – j), (%) (3.11)
m : VFWA = kadar rongga yang terisi aspal
n : VIM = kadar rongga terhadap campuran
o : nilai pembacaan arloji stabilitas
p : nilai stabilitas setelah dikoreksi dengan pembacaan arloji =
o x kalibrasi alat, dengan nilai kalibrasi alat = 40,45 kg (3.12)
q : nilai stabilitas setelah dikoreksi dengan volume
r : nilai kelelehan plastis (flow)
s : Marshall Quotient (MQ)
Nilai VIM, VFWA, stabilitas, flow dan MQ dapat dihitung berdasarkan data diatas dengan
menggunakan rumus – rumus :
1. Nilai VIM (void in mix)
VIM = {100 – 100 x (g/h)} (3.13)
2. Nilai VFWA (void filled with asphalt)
VFWA = i/l x 100 (3.14)
3. Nilai stabilitas
Stabilitas = p x koreksi tinggi benda uji x 0,4536 (kg) (3.15)
4. Nilai flow
Flow (kelelehan plastis) = nilai pembacaan arloji flow
5. Nilai Marshall Quotient (kg/mm)
Marshall Quotient (MQ) = (3.16)

3.5. Pengaruh Nilai Sand Equivalent Terhadap Durabilitas


Durabilitas adalah kemampuan lapis perkerasan mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca maupun lalu lintas selama pelayanan jalan. Durabilitas campuran aspal panas
dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan
kedap airnya campuran.

629
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

Dengan nilai sand equivalent yang besar pada agregat halus, maka akan didapatkan nilai
durabilitas yang besar. Apabila nilai sand equivalent besar, maka kadar lempung yang ada pada
agregat halus semakin kecil, sehingga ikatan antara agregat dan aspal semakin baik karena lempung
yang membungkus partikel – partikel agregat juga semakin sedikit. Selain itu dengan nilai sand
equivalent yang besar, akan didapatkan lapis perkerasan yang kedap air, karena sifat lempung yang
cenderung menyerap air, maka dengan nilai sand equivalent yang besar akan didapatkan lapis
perkerasan yang durable (awet).
Dengan melakukan pengujian Marshall maka diperoleh nilai durabilitas suatu campuran yang
ditunjukkan oleh nilai R (faktor kehilangan stabilitas) dan r (penurunan stabilitas), yang
persamaannya adalah sebagai berikut :
r = (3.17)

R = (3.18)
dengan :
r = indeks penurunan stabilitas (% /jam)
Si = penurunan stabilitas pada perendaman 24 jam (%)
Si+t = penurunan stabilitas pada perendaman 48 jam (%)
Ti+t = waktu perendaman 24 jam
Ti = waktu perendaman 48 jam
R = faktor kehilangan stabilitas (kg/jam)
S = nilai stabilitas pada perendaman 24 jam (kg)
Nilai r menggunakan indikator nilai sisa kehilangan stabilitas yang terjadi akibat perendaman
(indeks perendaman) yang ditetapkan ≥ 75% terhadap stabilitas Marshall, sedangkan nilai indeks
penurunan stabilitas (r ) adalah ≤ 1% per jam untuk menyatakan bahwa campuran yang dibuat
dinyatakan durable / awet.

Spesifikasi Teknis Asphalt Concrete.


1. Spesifikasi Gradasi Agregat
Dalam penelitian ini jenis Asphalt Concrete yang digunakan yaitu AC – BC dan spesifikasi
yang digunakan yaitu spesifikasi umum Bina Marga 2010 Revisi 3. Spesifikasi gradasi agregat AC
dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Spesifikasi Gradasi Agregat AC – BC

Ukuran Ayakan % Berat Lolos terhadap Total


(mm) Agregat pada campuran Laston
(AC - BC)
37,5
25 100
19 90 - 100
12,5 75 - 90
9,5 66 -82
4,75 46 - 64
2,36 30 - 49
1,18 18 - 38
0,600 12 -28
0,300 7 - 20
1.150 5 - 13
0,075 4-8
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3

630
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

2. Spesifikasi Agregat
Spesifikasi untuk agregat yang digunakan yaitu spesifikasi umum Bina Marga 2010 Revisi
3. Spesifikasi agregat dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Spesifikasi Agregat Kasar


No. Pengujian Spesifikasi
1 Abrasi dengan mesin Los Angeles maks. 40%
2 Kelekatan agregat terhadap aspal min. 95%
3 Penyerapan agregat terhadap air maks. 3%
4 Sand Equivalent Min. 60%
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3

3. Spesifikasi Aspal
Dalam penelitian ini aspal yang digunakan yaitu aspal penetrasi 60 – 70 dan spesifikasi yang
digunakan yaitu spesifikasi umum Bina Marga 2010 Revisi 3. Spesifikasi aspal dapat dilihat pada
Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Spesifikasi Aspal


No. Jenis Pengujian Aspal Pen. 60-70
1 Penetrasi pada 25⁰ C (0,1 mm) 60-70
2 Titik Lembek ( ⁰ C ) ≥ 48
3 Titik Nyala ( ⁰ C ) ≥ 232
4 Titik Bakar ( ⁰ C ) ≥ 232
5 Berat Jenis ≥ 1,0
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3
4. Spesifikasi Campuran Apal – Agregat.

Spesifikasi sifat campuran yang digunaka, yaitu spesifikasi umum Bina Marga 2010 Revisi
3. Spesifikasi sifat campuran dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Spesifikasi Sifat Campuran AC – BC


No. Karakteristik Marshall Spesifikasi
VIM (%) 3- 5
1
VFWA (%) min 65
2
Stabilitas (kg) min 800
3
Flow (mm) 2-4
4
Marshall Quotient -
5
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Pemeriksaan Bahan
1. Agregat
Hasil pemeriksaan agregat kasar dan agregat halus di laboratorium menunjukkan bahwa
kualitas agregat yang diperiksa telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Hasil
pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 1.

631
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitas Agregat


No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi Hasil Satuan Keterangan.
1 Berat jenis semu agregat kasar - 2,09 - -
2 Absorbsi agregat kasar maks. 3 1,51 % memenuhi
3 Berat jenis semu agregat halus - 2,86 - -
4 Absorbsi agregat halus maks. 5 2,25 % memenuhi
5 Kelekatan terhadap aspal min. 95 98,11 % memenuhi
6 Sand Equivalent min. 60 88,65 % memenuhi
7 Keausan agregat maks. 40 31,76 % memenuhi

2. Aspal
Hasil pemeriksaan aspal di laboratorium menunjukkan bahwa kualitas aspal yang diperiksa
telah memenuhi pesyaratan yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kualitas Aspal


No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi Hasil Satuan Keterangan.
1 Penetrasi 60 -70 64,2 0,1 mm memenuhi
2 Titik Lembek min. 48 50 ⁰C memenuhi
3 Berat jenis aspal min. 1 1,08 - -
4 Titik nyala min. 232 256 ⁰C memenuhi
5 Titik bakar min. 232 261 ⁰C memenuhi
6 Daktilitas 1200 – 1500 mm 1261 mm memenuhi

4.2 Pemeriksaan Gradasi Agregat (Analisa Saringan)


Pemeriksaan analisa saringan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan yang telah ditentukan ukurannya.
Hasil perhitungan analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Analisa Saringan


Ukuran Jenis Agregat Kombinasi
Saringan CA MA FA Resultant
Median
Gradasi Spec (%)
100.0% 27.0% 100.0% 28.0% 100.0% 45.0% (%)
(%)
1" 100.00 27.00 100.00 28.00 100.00 45.00 100.00 100
3/4" 100.00 27.00 100.00 28.00 100.00 45.00 100.00 90 - 100 95
1/2" 30.28 8.18 99.90 27.97 100.00 45.00 81.15 75 - 90 82.5
3/8" 6.42 1.73 96.80 27.10 100.00 45.00 73.84 66 - 82 74
no.4 3.07 0.83 40.14 11.24 93.57 42.11 54.18 46 - 64 55
no.8 2.74 0.74 1.30 0.36 81.33 36.60 37.70 30 - 49 39.5
no.16 2.61 0.70 1.10 0.31 67.27 30.27 31.28 18 - 38 28
no.30 2.34 0.63 1.00 0.28 43.78 19.70 20.61 12 - 28 20
no.50 2.21 0.60 1.00 0.28 24.10 10.84 11.72 7 - 20 13.5
no.100 1.87 0.51 0.90 0.25 11.24 5.06 5.82 5 - 13 9
no.200 1.20 0.32 0.60 0.17 8.03 3.61 4.11 4 - 8 6
Pan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

632
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

4.3. Penentuan Kadar Aspal Optimum


Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah meninjau karakteristik campuran AC
dengan menggunakan parameter Marshall Test. Dari pemeriksaan Marshall diperoleh nilai stabilitas,
flow, Void in Mix (VIM), Void Filled with Asphalt (VFWA), dan Marshall Quotients (MQ). Nilai –
nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Marshall Test Rata – rata dari Tiga Benda Uji Untuk Penentuan
Kadar Aspal Optimum
Karekteristik Kadar aspal (%)
Spesifikasi
Marshall 5 5.5 6 6.5 7
Stabilitas (kg) 1283.90 1575.02 2024.02 2097.28 2052.02 >800
Flow (mm) 3.03 3.50 3.60 3.83 3.83 2-4
VFWA (%) 69.65 73.18 75.44 80.35 88.46 >65
VIM (%) 4.15 3.95 3.81 3.21 2.09 3-5
MQ (kg/mm) 425.56 461.13 559.22 567.48 540.28 -

Penentuan kadar aspal optimum diperoleh berdasarkan nilai tengah dari rentang kadar aspal terkecil
hingga kadar aspal terbesar. Penentuan kadar aspal optimum dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan :
stabilitas
Flow
MQ
VIM
VFWA
Kadar aspal minimum

y=x Kadar aspal maximum


R² = 1 Kadar aspal opt = 5,73%
Kadar Aspal (%)

Gambar 2. Penentuan kadar aspal optimum

4.4 . Pemeriksaan Marshall Test dengan Variasi Nilai Sand Equivalent dan Perendaman.
Setelah didapatkan kadar aspal optimum sebesar 5,73%, maka selanjutnya dibuat benda uji
dengan variasi nilai sand equivalent 80%, 60%, 40% dan 20%. Jumlah benda uji 16 sampel, dengan
8 sampel benda uji untuk perendaman 24 jam dan 8 sampel benda uji untuk perendaman 48 jam
dengan masing – masing 2 benda uji pada variasi nilai sand equivalent. Selanjutnya semua benda
uji dengan perendaman 24 jam dan 48 jam diuji dengan parameter Marshall Test yang kemudian
dianalisa untuk mendapatkan nilai dari faktor kehilangan stabilitas (R) dan indeks penurunan
stabilitas (r), dari nilai – nilai tersebut akan diketahui durabilitas dari campuran yang dibuat. Adapun
hasil Marshall Test rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent dapat dilihat pada Tabel 5 dan
Gambar 3 sampai Gambar 8.

633
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

Tabel 5. Hasil Marshall Test rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent
Kadar Sand Equivalent
Karekteristik
80% 60% 40% 20% Spek
Marshall
24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam
Stabilitas (kg) 964.04 926.29 1016.06 990.61 1070.48 1036.75 1131.44 1106.69 > 800
Flow (mm) 2.75 2.95 3.30 3.35 3.60 3.70 3.75 3.88 2-4
VFWA (%) 68.25 70.46 71.58 73.65 78.77 81.91 88.49 89.48 >65
VIM (%) 4.43 3.96 3.74 3.35 2.48 1.99 1.05 0.94 3-5
MQ (kg/mm) 350.33 314.31 308.37 295.30 302.76 281.02 297.75 285.66 -
Density (gr/cc) 2.012 2.022 2.027 2.035 2.053 2.063 2.083 2.085 -
Stabilitas (kg)

Keterangan :
y = 0,0056x2 - 3,3419x + 1195,8
2 3,7297x + 1174,7
R² =-Perendaman
y = 0,0083x 0,9999 24 jam
R² = 0,9876
Perendaman 48 jam

Nilai Sand Equivalent (%)

Gambar 3. Hubungan nilai sand equivalen terhadap stabilitas

Berdasarkan Gambar 3 memperlihatkan nilai stabilitas semakin menurun seiring dengan


bertambahnya nilai sand equivalent. Gambar tersebut juga menunjukkan nilai stabilitas pada
perendaman 48 jam nilainya lebih rendah dibandingkan pada perendaman 24 jam. Hal ini
menunjukkan secara umum akibat lama perendaman yang lebih lama dapat memberikan pengaruh
terhadap penurunan nilai stabilitas campuran aspal – agregat.

y = 0,03x + 1
Flow (mm)

Maks
R² = 0,375

y = 0,015x + 0,5
R² = 0,375Min

; 5; 0
Nilai Sand Equivalent (%)

Gambar 4. Hubungan nilai sand equivalent terhadap Flow

Berdasarkan Gambar 4. nilai flow semakin meningkat seiring dengan bertambahnya nilai sand
equivalent atau dapat dikatakan semakin berkurangnya kadar lumpur / lempung . makin
memperbesar nilai kekelehan plastis / kelembekan campuran. Hal ini bisa dijelaskan karena rongga

634
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

udara yang dapat terisi oleh aspal akan lebih maksimal, karena tidak tertutup oleh butiran halus akibat
kadar lumpur / lempung yang ada. Berkurangnya nilai sand equivalent secara proporsional berarti
kadar lempung/ lumpur yang ada pada campuran semakin besar. Kadar lempung yang semakin besar
pada kadar aspal yang sama berakibat mengurangi fleksibilitas pada benda uji. Pada gambar tersebut
juga menjelaskan nilai flow meningkat pada perendaman 48 jam dibandingkan perendaman 24 jam,
yang artinya kelelehan plastis benda uji pada perendaman selama 48 jam lebih tinggi dari pada
perendaman 24 jam.
VFWA (%)

Keterangan :
Perendaman 24 Jam
Perendaman 48 Jam
y = 0,4875x + 16,25
R² = 0,375

Nilai Sand Equvalent (%)

Gambar 5. Hubungan nilai sand equivalent terhadap VFWA

Gambar 5. memperlihatkan bahwa variasi nilai sand equivalent berpengaruh terhadap nilai
VFWA. Seiring bertambahnya nilai sand equivalent, maka semakin kecil nilai VFWA, yang artinya
nilai void yang dapat terisi oleh aspal semakin rendah, sekaligus kontribusi kadar lempung / lumpur
sebagai filler mengindikasikan semakin kuat. Untuk pengaruh masa rendaman menunjukkan nilai
VFWA pada perendaman 48 jam ternyata lebih tinggi dari perendaman 24 jam, yang artinya ini
mengindikasikan akibat rendaman yang lebih lama memperbesar void yang dapat terisi oleh aspal.

Maks y = 0,0375x + 1,25


R² = 0,375

Min Keterangan :
VIM (%)

y = 0,0225x + 0,75
Perendaman 24 Jam
R² = 0,375
Perendaman 48 Jam

Nilai Sand Equivalent (%)

Gambar 6. Hubungan nilai sand equivalen terhadap VIM

Berdasarkan Gambar 6. dapat diketahui bahwa nilai sand equivalent yang kecil akan
menyebabkan nilai VIM yang semakin menurun atau sebaliknya. Hal ini disebabkan kadar lempung
yang tinggi mampu mengisi lebih banyak rongga udara, sehingga dapat memperkecil rongga yang
ada pada campuran, sehingga peran filler karena pengaruh SE yang rendah atau kadar lempung /
lumpur yang besar semakin tampak jelas, selain itu dari Gambar 6. juga memperlihatkan bahwa nilai
VIM cenderung turun pada perendaman 48 jam dibanding perendaman 24 jam. Hal ini disebabkan

635
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

sifat lempung yang cenderung menyerap air, lempung sebagai material kohesip masih tampak jelas,
sehingga semakin lama benda uji direndam dalam, maka rongga yang ada pada campuran semakin
kecil.
MQ (kg/mm)

Keterangan :
Perendaman 24 Jam
Perendaman 48 Jam

Nilai Sand Equivalent (%)


; 5; 0

Gambar 7. Hubungan nilai sand equivalen terhadap MQ

Berdasarkan Gambar 7. nilai MQ meningkat seiring dengan bertambahnya nilai sand


equivalent. Yang artinya pada kondisi ini kadar lempung / lumpur yang kecil berdampak pada
meningkatnya nilai kekakuan campuran, dan sebaliknya pada kadar lempung / lumpur yang besar
berdampak pada nilai interlocking dan friction antar butiran kasar (CA) semakin rendah / kecil,
sekaligus hal ini sekaligus menyebabkan nilai flow juga rendah. Gambar tersebut juga menjelaskan
bahwa nilai MQ ternyata lebih rendah pada perendaman 48 jam dibanding perendaman 24 jam.
Fenomena ini lebih bersesuaian karena faktor kadar lempung / lumpur yang berperan sebagai
material kohesip, sehingga pengaruh air dengan masa rendaman yang lebih lama menyebabkan
penurunan nilai interlocking, friction dan daya adhesi menjedi lebih kecil akibat pengaruh air.
Density (gr/cc)

Keterangan :
Perendaman 24 jam
Perendaman 48 jam
y = -0,047ln(x) + 2,2286
R² = 0,9711
y = -0,052ln(x) + 2,2404
R² = 0,992
Nilai Sand Equivalent (%)

Gambar 8. Hubungan nilai sand equivalen terhadap Density

Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai sand equivalent ternyata nilai
density semakin besar. Hal ini disebabkan kadar lempung yang semakin tinggi mengisi rongga
butiran yang masih ada, sehingga campuran semakin rapat, sekaligus hal ini menunjukkan kontribusi
kadar lempung / lumpur pada nilai SE yang rendah lebih berperan sebagai filler material (lempung /
lumpur bukan sebagai material kotor).

636
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

4.5 Pengaruh Nilai Sand Equivalent terhadap Durabilitas


Durabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan untuk dapat menahan terjadinya
perubahan karakteristik campuran akibat pengaruh oksidasi, kehancuran agregat dan mengelupasnya
aspal. Durabilitas juga dipengaruhi oleh cuaca, suhu, air dan juga keausan akibat gesekan
Sifat tahan lama (durabilitas) suatu campuran ditunjukkan oleh nilai sisa penurunan stabilitas
yang disyaratkan adalah ≥ 75%, dari nilai stabilitas pada variasi nilai sand equivalent, kemudian
dianalisa untuk memperoleh nilai r (indeks penurunan stabilitas) dan nilai R (faktor kehilangan
stabilitas). Nilai indeks penurunan stabilitas (r) per jam untuk menyatakan bahwa campuran yang
dibuat dinyatakan durable / awet adalah ≤ 1%. Hasil perhitungan nilai r dan R dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Analisis Durabilitas


Nilai Sand Equivalent (%) Nilai Sisa Stabilitas (%) r (%/jam) R (kg/jam)
80 96.08 0.16 1.57
60 97.50 0.10 1.06
40 96.13 0.13 1.73
20 97.81 0.09 1.03

Berdasarkan hasil analisis didapat nilai r (indeks penurunan stabilitas) < 1%, sehingga dapat
dinyatakan bahwa campuran termasuk material yang awet (durable).

4.6 Pengaruh Nilai Sand Equivalent terhadap Density dan VIM.


Penggunaan variasi nilai sand equivalent pada campuran pada awalnya diperkirakan akan
mempengaruhi nilai stabilitas campuran yang semakin menurun, karena lumpur / lempung adalah
sebagai material kotor. Campuran dengan nilai sand equivalent yang rendah (kadar lumpur yang
tinggi) ternyata justru memberikan perubahan peningkatan nilai stabilitas, sekaligus hal ini dapat
ditinjau dari perubahan parameter nilai density dan VIM, pada kadar lumpur / lempung yang tinggi
atau penurunan nilai sand equivalent, peran lumpur / lempung lebih berperan sebagai bahan pengisi
(filler). Terbukti dari bertambahnya nilai density dan penurunan nilai VIM pada penurunan nilai sand
equivalent material pasir. Hal ini disebabkan butiran lumpur mampu mengisi rongga yang kosong,
sehingga struktur campuran menjadi lebih rapat dan solid, sehingga nilai kepadatan meningkat dan
nilai VIM yang semakin kecil.

5. KESIMPULAN dan SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengaruh variasi nilai
sand equivalent adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh variasi nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall
a. Stabilitas cenderung menurun seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent. Nilai
stabilitas terendah, yaitu pada nilai sand equivalent 80% sebesar 926,29 kg dan masih
memenuhi persyaratan, yaitu lebih dari 800 kg.
b. Flow cenderung naik seiring dengan menurunnya nilai sand equivalent. Nilai flow tertinggi,
yaitu pada nilai sand equivalent 20% sebesar 5,35 mm dan tidak memenuhi persyaratan,
yaitu 2 – 5 (mm).
c. VFWA cenderung menurun seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent. Nilai VFWA
terendah yaitu pada nilai sand equivalent 80% sebesar 69,03% dan masih memenuhi
persyaratan, yaitu lebih dari 65%.
d. VIM cenderung menurun seiring dengan berkurangnya nilai sand equivalent. Nilai VIM
terendah, yaitu pada nilai sand equivalent 40% dan 20% sebesar 2,51% dan 0,71%. Kedua
nilai tersebut tidak memenuhi persyaratan, yaitu sebesar 3 – 5 (%).
e. MQ cenderung menurun seiring dengan berkurangnya nilai sand equivalent. Nilai MQ
terendah, yaitu pada nilai sand equivalent 20% sebesar 297,75 kg/mm.
f. Density semakin besar seiring dengan berkurangnya nilai sand equivalent. Nilai density
terendah, yaitu pada nilai sand equivalent 20% sebesar 2,012 gr/cc.

637
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X

g. Berdasarkan parameter nilai density dan VIM dapat diketahui bahwa lumpur yang ada pada
campuran lebih berperan sebagai bahan pengisi (filler).
2. Pengaruh variasi nilai sand equivalent terhadap durabilitas
a. Semua benda uji dengan variasi nilai sand equivalent menunjukkan nilai r (indeks
penurunan stabilitas) ≤ 1% yang berarti bahwa lapis perkerasan tersebut durable (awet).
b. Nilai r optimum, yaitu pada nilai sand equivalent 40% sebesar 0,13 %/jam.
3. Nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir, yaitu 48,31% sampai 80% untuk perendaman
24 jam dan 54,86% sampai 80% untuk perendaman 48 jam.

5.2 SARAN.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran – saran agar penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut, diantaranya sebagai berikut :
1. Perlu dipersiapkan sampel agregat secara spesifik, seperti : pasir dan lumpur / lempung dalam
rangka menentukan nilai SE secara eksak dan lebih cepat.
2. Pada penelitian pengkondisikan variasi nilai sand equivalent (SE) harus teliti dan diperiksa nilai
keberadaan SE rencana dan nilai SE riil.
3. Disarankan pada penelitian selanjutnya mengkaji tentang variasi perendaman yang lebih
variatip masanya.

DAFTAR PUSTAKA
------- 1972, “ AASHTO Interim Guide For Design Of Pavement Structures”.
------- 1986, “ AASHTO Guide For Design Of Pavement Structures”.
------- 1990, “ The Shell Bitumen Hand Book ”.
Bina Marga, 2010, “ Spesifikasi Umum “, Departemen Pekerjaan Umum Jendral Bina
Marga, Semarang.
Freddy L Roberts et al., 1991, “ Hot Mix Asphalt Materials, Mixture, Design and Construction “,
First Edition, NAPA Education Foundation Lanham, Maryland
Khairudin, A., 1990, “ Pengkajian Pemanfaatan Teknologi SMA dengan Serat Selolusa Sebagai
Bahan Tambah di Indonesia “, DPU, Dirjen Bina Marga.
Almohanna, Ibrahim, “Sand Equivalent Value of Soils and Fine Aggregate “,
http://fac.ksu.edu.sa/ialmohanna, April 2016
Christady, Hary, 2011, “ Perancangan Perkerasan Dan Penyelidikan Tanah “, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Pers.
Lowe, J. S, 2009, A Review Of New Zealand, “ Specifications And Laboratory Test Methods For
Fine Aggregate And Sand “, jurnal%20inersia%20april%202012%20e1.pdf, April 2016
Puslitbang Prasarana Transportasi, 1997, “ Metode Pengujian Agregat Halus atau
Pasir yang Mengandung Bahan Plastik dengan Cara Setara Pasir “, Bandung.
Rahmawati, Anita, 2015, “ Perbandingan Pengaruh Penambahan Plastik High Density Polyetilene
(HDPE) dalam Laston – WC dan Lataston – WC terhadap Karakteristik Marshall “,
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6488/Paper_Anita%20Rahmawati.
pdf?sequence=1&isAllowed=y, April 2016.
SNI, 2008, “ Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar “, SNI 1969-2008, Badan
Standarisasi Nasional.
SNI, 2008, “ Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus “, SNI 1970-2008, Badan
Standarisasi Nasional.
SNI, 1997, “ Metode Campuran Aspal dengan Alat Marshall “, SNI 06-2489-1991, Departemen
Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengenbangan PU, Standart Nasional Indonesia.

SNI, 1997, “ Metode Pengujian Agregat Halus Atau Pasir Yang Mengandung Bahan Plastik Dengan
Cara Setara Pasir “, SNI 03-4428-1997, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan
Pengenbangan PU, Standart Nasional Indonesia.

638

Anda mungkin juga menyukai