Abstrak
Terkait dengan pemilihan material yang akan digunakan sebagai bahan jalan, kharakteristik
sumber quarry akan memberikan pengaruh terhadap produk akhir, tidak terkecuali kebersihan
material pasir terhadap lumpur pada campuran AC. Fenomena ini lebih ekstrim pada tatanan
implementasi yang umumnya supplier mendapatkannya material halus dari berbagai macam
sumber quarry dengan variasi kadar lumpur yang berbeda, nilai sand equivalent (SE) yang
berbeda akan berdampak pada kualitas campuran dan keawetan campuran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall dan
durabilitas pada campuran AC (Asphalt Concrete), serta mendapatkan nilai SE yang masih
dapat ditolerir dalam kerangka tinjauan spesifikasi karakteristik Marshall AC dan durabilitas.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan di
Laboratorium Bahan Jalan dengan variasi kadar aspal : 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap
berat total agregat untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO). Setelah didapatkan KAO,
maka dibuat benda uji dengan variasi nilai sand equivalent 80%, 60%, 40%, 20% kemudian
sampel dilakukan pengujian Marshall dan durabilitas berdasarkan prosedur pengujian menurut
SNI 06-2480-1991.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa, variasi nilai SE mempengaruhi karakteristik
Marshall dan durabilitas campuran AC. Pada nilai KAO 5,73%, nilai stabilitas cenderung
menurun seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent, flow cenderung naik seiring
dengan menurunnya nilai sand equivalent, VFWA cenderung menurun seiring dengan
bertambahnya nilai sand equivalent, VIM cenderung menurun seiring dengan berkurangnya
nilai sand equivalent, MQ cenderung menurun seiring dengan berkurangnya nilai sand
equivalent, density semakin besar seiring dengan berkurangnya nilai sand equivalent.
Berdasarkan parameter Marshall, nilai density dan VIM dapat diketahui, bahwa lumpur yang
ada pada material pasir justru lebih berperan sebagai bahan pengisi (filler) yang dapat
meningkatkan kinerja material AC, sedang untuk aspek durabilitas semua benda uji dengan
variasi nilai sand equivalent menunjukkan nilai r (indeks penurunan stabilitas) ≤ 1% yang
berarti, bahwa bahan perkerasan yang dihasilkan tergolong bahan yang durabel (awet). Nilai
sand equivalent yang masih dapat ditolerir, pada kisaran 48,31% - 80% untuk properties
Marshall dan kisaran 54,86% - 80% untuk nilai durabilitas..
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terkait dengan pemanfaatan bahan jalan raya (hot mix) , umumnya pemilihan material yang
akan digunakan sebagai campuran aspal-agregat, material yang dipergunakan berasal dari berbagai
sumber quarry, termasuk pengadaan material pasir sebagai butiran halus dalam campuran beton aspal
(AC). Dalam tatanan implementasi material pasir umumnya didatangkan dari berbagai macam
sumber quarry di sekitar proyek, dan pengadaannya disupport oleh berbagai supplier material / sub
rekanan, sebagai konsekuensinya, fenomena ini akan mendatangkan ragam kebersihan material pasir
terhadap lumpur yang bervariatip, ragam kharakteristik teknis, sifat fisik material dan sebagainya
yang berbeda, kondisi ini tentu memberikan dampak terhadap kualitas mutu campuran dan daya
keawetan campuran aspal – agregat (beton aspal). Terkait dengan persoalan ini diperlukan pengujian
kebersihan material pasir terhadap lumpur / kesetaraan pasir (sand equivalent) terhadap agregat halus
(pasir). Pengujian kesetaraan pasir (sand equivalent) adalah suatu metode pengujian agregat halus
atau pasir yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm) terhadap kandungan lumpur dengan menggunakan
seperangkat alat uji SE dan larutan Calcium Cloride. Pengujian kesetaraan pasir (sand equivalent)
bertujuan untuk mengetahui berapa banyak kandungan bahan plastis (lempung atau lanau) yang ada
pada agregat halus. Agregat halus atau pasir dari sumber quarry satu dengan lainnya akan mempunyai
624
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
kualitas dan nilai sand equivalent yang berbeda, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi kualitas
bahan perkerasan. Begitu pula pasir yang ada di berbagai supplier, rentan sekali terjaga dari
kebersihan lumpurnya, mengingat keterbatasan penguasaan teknis supplier, aspek pengadaannya,
ragam asal quarry, penyimpanan dan aspek ekonomis kepentingan supplier dan lain sebagainya,
sehingga keberadaan nilai sand equivalent sangatlah bervariatip dan dapat memberikan dampak
terhadap kinerja bahan perkerasan jalan secara umum.
Terkait dengan kondisi di atas penelitian ini akan mencoba menganalisis tentang pengaruh
variasi nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall dan durabilitas pada campuran Asphalt
Concrete, sekaligus ingin mendapatkan kerangka nilai SE yang masih ditolerir dalam
pemanfaatannya untuk material AC.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variasi nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall dan
durabilitas pada campuran Asphalt Concrete?
2. Berapa nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir dalam kerangka tinjauan spesifikasi
untuk karakteristik Marshall?
3. Berapa nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir dalam kerangka tinjauan spesifikasi
untuk karakteristik durabilitas?
2. METODE PENELITIAN.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen di laboratorium bahan jalan dengan
melakukan percobaan terhadap beberapa bahan baku aspal, agregat dan sampel campuran aspal –
agregat sesuai kepentingan pendataan, proses penelitian dilaksanakan dalam 7 (tujuh) tahap sebagai
berikut :
625
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Tahap I : Persiapan
Hal – hal yang harus dilakukan dalam persiapan penelitian antara lain :
1. Menyiapkan bahan agregat, aspal.
2. Menyiapkan peralatan.
3. Menyiapkan form-form pengujian dan mengolah hasil pengujian.
4. Menyiapkan tenaga pelaksana yang akan membantu jalannya penelitian di laboratorium.
Tahap II : Pengujian bahan
1. Pemeriksaan agregat meliputi :
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan agregat halus
b. Pemeriksaan keausan dengan mesin Los Angales (abration test).
c. Pemeriksaan analisa saringan agregat kasar.
d. Pemeriksaan analisa saringan agregat halus.
e. Pemeriksaan sand equivalent.
f. Pemeriksaan kelapukan.
2. Pemeriksaan aspal meliputi :
a. Pemeriksaan penetrasi
b. Pemeriksaan titik lembek
c. Pemeriksaan berat jenis
d. Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar.
e. Pemeriksaan daktilitas.
Tahap III : Mix design aggregate
Pada tahap ini dilakukan perencanaan campuran (mix design) dan pembuatan benda uji dengan kadar
aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap total berat agregat. Perencanaan campuran (mix design)
dilakukan untuk mendapatkan suatu perbandingan yang tepat antara agregat halus, agregat sedang
dan agregat kasar. Pada penetilian ini desain campuran mengacu pada Spisifikasi Umum Bina Marga
Revisi 3.
Tahap IV : Pengujian benda uji dengan Marshall test untuk menentukan kadar aspal
optimum
Pada tahap ini benda uji dengan variasi kadar aspal dilakukan pengujian Marshall yang sebelumnya
telah ditimbang berat kering (setelah pemadatan), berat kering permukaan jenuh dan beratsampel
dalam air. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar aspal optimum, properties Marshall dan
durabilitas benda uji.
Tahap V : Pembuatan benda uji dengan variasi nilai sand equivalent
Pada tahap ini dilakukan pembuatan benda uji dengan variasi nilai sand equivalent menggunakan
kadar aspal optimum yang telah didapat dari pengujian sebelumnya. Variasi nilai sand equivalent
yang digunakan, yaitu : 80%, 60%, 40% dan 20%. Jumlah benda uji, yaitu : 3 buah pada masing –
masing nilai sand equivalent.
Tahap VI : Pengujian benda uji dengan Marshall Test untuk analisa AC
berdasarkan parameter Marshall dan durabilitas
Pada tahap ini benda uji dengan variasi nilai sand equivalent direndam terlebih dahalu sebelum
dilakukan pengujian Marshall. Variasi perendaman yaitu 24 jam (uji Marshall) dan 48 jam (uji
Durabilitas). Setelah benda uji dilakukan pengujian Marshall dan Durabilitas, didapatkan data – data
Marshall, maka selanjutnya benda uji (AC) dilakukan dianalisis berdasarkan parameter Marshall
dan durabilitas.
Tahap VII : Kesimpulan dan saran
Semua data pengujian diinventarisir dan dianalisis, selanjutnya didapat berbagai kesimpulan dan
saran dari seluruh rangkaian pengujian yang telah dilakukan.
626
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Bagan Alir
Adapun bagan alur dan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Persiapan :
1. Bahan
2. Peralatan
3. Form
4. tenaga
Tahap I
Pengujian bahan
Y
Tidak Ganti
Spesifikasi bahan
bahan
Tahap II
Mix Design
Pembuatan sampel 1dengan variasi kadar aspal 5%,5,5% 6%,6,5% 7% terhadap berat total campuran
Tahap III
Tes
Analisa AC berdasarkan parameter Marshall
Selesai
Tahap VII
627
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
3. KAJIAN TEORI
3.1. Sand Equivalent
Sand equivalent adalah perbandingan pembacaan skala pasir terhadap skala lumpur pada alat
uji sand equivalent yang dinyatakan dalam persen. Pengujian sand equivalent sendiri merupakan
suatu metode pengujian agregat halus atau pasir yang lolos saringan No.4 (4,75 mm), menggunakan
suatu alat uji cara setara pasir dan larutan Calcium Cloride.
Spesifikasi umum Bina Marga Revisi 3 (2010), menyatakan bahwa nilai setara pasir (sand
equivalent) untuk agregat halus pada campuran agregat - aspal panas minimal sebesar 60%.
3.2. Karakteristik Marshall
Pemahaman akan karakteristik Marshall secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai VIM (Void In Mix)
Void In Mix (VIM) adalah perbandigan (prosentase) volume rongga terhadap volume total
campuran padat atau nilai yang menunjukkan banyaknya rongga dalam suatu campuran. VIM
dinyatakan dalam persentase terhadap volume campuran aspal.
b. Nilai VFWA (Void Filled With Asphalt)
Void Filled With Asphalt (VFWA) adalah nilai yang menunjukkan besarnya rongga yang terisi
oleh aspal yang dinyatakan dalam persen (%).
Besarnya nilai VFWA sangat berpengaruh terhadap keawetan suatu perkerasan. Apabila nilai
VFWA tinggi berarti banyak rongga yang terisi aspal, sehingga kekedapan campuran terhadap
air dan udara menjadi tinggi.
c. Nilai Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan deformasi atau perubahan
bentuk tetap, seperti : gelombang, alur, bleeding. Nilai stabilitas diperoleh melalui pembacaan
dial atau arloji pada alat Marshall yang dikalikan dengan kalibrasi alat Marshall, nilai koreksi
tinggi benda uji, dan konversi satuan dari lbs ke kg.
d. Nilai Flow (Kelelehan Plastis)
Flow merupakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat menahan
beban yang diterima. Besarnya nilai deformasi pada lapis perkerasan dipengaruhi oleh nilai
VIM, VFWA, dan stabilitas (Riyanto,1996). Nilai flow diperoleh melalui pembacaan dial atau
arloji pada alat Marshall. Nilai flow dinyatakan dalam mm.
e. Nilai Marshall Quotient.
Marshall Quotient adalah hasil bagi dari nilai stabilitas dengan nilai flow, yang digunakan
sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan campuran. Nilai MQ dinyatakan dalam kg/mm.
Nilai MQ akan memberikan nilai fleksibilitas pada campuran, semakin besar nilai MQ berarti
perkerasan semakin kaku dan sebaliknya semakin kecil nilai MQ maka perkerasan semakin
lentur.
f. Density (Kepadatan)
Nilai density, yaitu nilai yang menunjukkan besaran kepadatan campuran. Kepadatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan
penyusun, kadar aspal, kekentalan aspal, jumlah dan suhu pemadatan.
3.3. Durabilitas
Durabilitas adalah kemampuan campuran beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas,
seperti : berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan
keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim seperti udara, air, atau temperatur. Durabilitas beton aspal
dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan, dan
kedap air. Nilai durabilitas yang menyatakan keawetan atau daya tahan campuran dihitung dari
prosentase nilai stabilitas dengan variasi waktu perendaman 48 jam dibandingkan nilai stabilitas pada
perendaman normal 24 jam.
628
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Agregat merupakan komponen utama dari lapis perkerasan jalan sekitar 90 – 95%
berdasarkan persentase berat atau 75 – 85% berdasarkan persentase volume, sehingga agregat pada
campuran lapis perkerasan akan berpengaruh terhadap karakteristik Marshall.
Agregat halus dengan nilai sand equivalent besar akan memberikan stabilitas yang tinggi
pada lapis perkerasan, hal ini disebabkan kadar lempung pada agregat halus menjadi kecil, sehingga
luas permukaan agregat yang harus diselimuti aspal juga kecil, sedangkan jika nilai sand equivalent
pada agregat halus kecil, artinya kadar lumpur pada agregat halus besar, sehingga luas permukaan
agregat yang harus diselimuti aspal juga semakin besar. Jika hal tersebut terjadi, maka resiko terjadi
bleeding semakin besar atau dengan kadar aspal yang sama tebal lapisan akan menjadi tipis yang
berakibat terjadinya stripping.
1. Data – data benda uji penelitian :
a : kadar aspal terhadap agregat (%)
b : kadar aspal terhadap campuran (%)
c : berat kering sebelum direndam (gr)
d : berat benda uji keadaan SSD (gr)
e : berat benda uji dalam air (gr)
f : volume benda uji = d – e (cc) (3.5)
g : berat volume benda uji = c/f (gr/cc) (3.6)
h : berat jenis maks. campuran = (gr/cc) (3.7)
629
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Dengan nilai sand equivalent yang besar pada agregat halus, maka akan didapatkan nilai
durabilitas yang besar. Apabila nilai sand equivalent besar, maka kadar lempung yang ada pada
agregat halus semakin kecil, sehingga ikatan antara agregat dan aspal semakin baik karena lempung
yang membungkus partikel – partikel agregat juga semakin sedikit. Selain itu dengan nilai sand
equivalent yang besar, akan didapatkan lapis perkerasan yang kedap air, karena sifat lempung yang
cenderung menyerap air, maka dengan nilai sand equivalent yang besar akan didapatkan lapis
perkerasan yang durable (awet).
Dengan melakukan pengujian Marshall maka diperoleh nilai durabilitas suatu campuran yang
ditunjukkan oleh nilai R (faktor kehilangan stabilitas) dan r (penurunan stabilitas), yang
persamaannya adalah sebagai berikut :
r = (3.17)
R = (3.18)
dengan :
r = indeks penurunan stabilitas (% /jam)
Si = penurunan stabilitas pada perendaman 24 jam (%)
Si+t = penurunan stabilitas pada perendaman 48 jam (%)
Ti+t = waktu perendaman 24 jam
Ti = waktu perendaman 48 jam
R = faktor kehilangan stabilitas (kg/jam)
S = nilai stabilitas pada perendaman 24 jam (kg)
Nilai r menggunakan indikator nilai sisa kehilangan stabilitas yang terjadi akibat perendaman
(indeks perendaman) yang ditetapkan ≥ 75% terhadap stabilitas Marshall, sedangkan nilai indeks
penurunan stabilitas (r ) adalah ≤ 1% per jam untuk menyatakan bahwa campuran yang dibuat
dinyatakan durable / awet.
630
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
2. Spesifikasi Agregat
Spesifikasi untuk agregat yang digunakan yaitu spesifikasi umum Bina Marga 2010 Revisi
3. Spesifikasi agregat dapat dilihat pada Tabel 3.2.
3. Spesifikasi Aspal
Dalam penelitian ini aspal yang digunakan yaitu aspal penetrasi 60 – 70 dan spesifikasi yang
digunakan yaitu spesifikasi umum Bina Marga 2010 Revisi 3. Spesifikasi aspal dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Spesifikasi sifat campuran yang digunaka, yaitu spesifikasi umum Bina Marga 2010 Revisi
3. Spesifikasi sifat campuran dapat dilihat pada Tabel 3.4.
631
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
2. Aspal
Hasil pemeriksaan aspal di laboratorium menunjukkan bahwa kualitas aspal yang diperiksa
telah memenuhi pesyaratan yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 2.
632
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Tabel 4. Hasil Marshall Test Rata – rata dari Tiga Benda Uji Untuk Penentuan
Kadar Aspal Optimum
Karekteristik Kadar aspal (%)
Spesifikasi
Marshall 5 5.5 6 6.5 7
Stabilitas (kg) 1283.90 1575.02 2024.02 2097.28 2052.02 >800
Flow (mm) 3.03 3.50 3.60 3.83 3.83 2-4
VFWA (%) 69.65 73.18 75.44 80.35 88.46 >65
VIM (%) 4.15 3.95 3.81 3.21 2.09 3-5
MQ (kg/mm) 425.56 461.13 559.22 567.48 540.28 -
Penentuan kadar aspal optimum diperoleh berdasarkan nilai tengah dari rentang kadar aspal terkecil
hingga kadar aspal terbesar. Penentuan kadar aspal optimum dapat dilihat pada Gambar 2.
Keterangan :
stabilitas
Flow
MQ
VIM
VFWA
Kadar aspal minimum
4.4 . Pemeriksaan Marshall Test dengan Variasi Nilai Sand Equivalent dan Perendaman.
Setelah didapatkan kadar aspal optimum sebesar 5,73%, maka selanjutnya dibuat benda uji
dengan variasi nilai sand equivalent 80%, 60%, 40% dan 20%. Jumlah benda uji 16 sampel, dengan
8 sampel benda uji untuk perendaman 24 jam dan 8 sampel benda uji untuk perendaman 48 jam
dengan masing – masing 2 benda uji pada variasi nilai sand equivalent. Selanjutnya semua benda
uji dengan perendaman 24 jam dan 48 jam diuji dengan parameter Marshall Test yang kemudian
dianalisa untuk mendapatkan nilai dari faktor kehilangan stabilitas (R) dan indeks penurunan
stabilitas (r), dari nilai – nilai tersebut akan diketahui durabilitas dari campuran yang dibuat. Adapun
hasil Marshall Test rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent dapat dilihat pada Tabel 5 dan
Gambar 3 sampai Gambar 8.
633
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Tabel 5. Hasil Marshall Test rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent
Kadar Sand Equivalent
Karekteristik
80% 60% 40% 20% Spek
Marshall
24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam
Stabilitas (kg) 964.04 926.29 1016.06 990.61 1070.48 1036.75 1131.44 1106.69 > 800
Flow (mm) 2.75 2.95 3.30 3.35 3.60 3.70 3.75 3.88 2-4
VFWA (%) 68.25 70.46 71.58 73.65 78.77 81.91 88.49 89.48 >65
VIM (%) 4.43 3.96 3.74 3.35 2.48 1.99 1.05 0.94 3-5
MQ (kg/mm) 350.33 314.31 308.37 295.30 302.76 281.02 297.75 285.66 -
Density (gr/cc) 2.012 2.022 2.027 2.035 2.053 2.063 2.083 2.085 -
Stabilitas (kg)
Keterangan :
y = 0,0056x2 - 3,3419x + 1195,8
2 3,7297x + 1174,7
R² =-Perendaman
y = 0,0083x 0,9999 24 jam
R² = 0,9876
Perendaman 48 jam
y = 0,03x + 1
Flow (mm)
Maks
R² = 0,375
y = 0,015x + 0,5
R² = 0,375Min
; 5; 0
Nilai Sand Equivalent (%)
Berdasarkan Gambar 4. nilai flow semakin meningkat seiring dengan bertambahnya nilai sand
equivalent atau dapat dikatakan semakin berkurangnya kadar lumpur / lempung . makin
memperbesar nilai kekelehan plastis / kelembekan campuran. Hal ini bisa dijelaskan karena rongga
634
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
udara yang dapat terisi oleh aspal akan lebih maksimal, karena tidak tertutup oleh butiran halus akibat
kadar lumpur / lempung yang ada. Berkurangnya nilai sand equivalent secara proporsional berarti
kadar lempung/ lumpur yang ada pada campuran semakin besar. Kadar lempung yang semakin besar
pada kadar aspal yang sama berakibat mengurangi fleksibilitas pada benda uji. Pada gambar tersebut
juga menjelaskan nilai flow meningkat pada perendaman 48 jam dibandingkan perendaman 24 jam,
yang artinya kelelehan plastis benda uji pada perendaman selama 48 jam lebih tinggi dari pada
perendaman 24 jam.
VFWA (%)
Keterangan :
Perendaman 24 Jam
Perendaman 48 Jam
y = 0,4875x + 16,25
R² = 0,375
Gambar 5. memperlihatkan bahwa variasi nilai sand equivalent berpengaruh terhadap nilai
VFWA. Seiring bertambahnya nilai sand equivalent, maka semakin kecil nilai VFWA, yang artinya
nilai void yang dapat terisi oleh aspal semakin rendah, sekaligus kontribusi kadar lempung / lumpur
sebagai filler mengindikasikan semakin kuat. Untuk pengaruh masa rendaman menunjukkan nilai
VFWA pada perendaman 48 jam ternyata lebih tinggi dari perendaman 24 jam, yang artinya ini
mengindikasikan akibat rendaman yang lebih lama memperbesar void yang dapat terisi oleh aspal.
Min Keterangan :
VIM (%)
y = 0,0225x + 0,75
Perendaman 24 Jam
R² = 0,375
Perendaman 48 Jam
Berdasarkan Gambar 6. dapat diketahui bahwa nilai sand equivalent yang kecil akan
menyebabkan nilai VIM yang semakin menurun atau sebaliknya. Hal ini disebabkan kadar lempung
yang tinggi mampu mengisi lebih banyak rongga udara, sehingga dapat memperkecil rongga yang
ada pada campuran, sehingga peran filler karena pengaruh SE yang rendah atau kadar lempung /
lumpur yang besar semakin tampak jelas, selain itu dari Gambar 6. juga memperlihatkan bahwa nilai
VIM cenderung turun pada perendaman 48 jam dibanding perendaman 24 jam. Hal ini disebabkan
635
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
sifat lempung yang cenderung menyerap air, lempung sebagai material kohesip masih tampak jelas,
sehingga semakin lama benda uji direndam dalam, maka rongga yang ada pada campuran semakin
kecil.
MQ (kg/mm)
Keterangan :
Perendaman 24 Jam
Perendaman 48 Jam
Keterangan :
Perendaman 24 jam
Perendaman 48 jam
y = -0,047ln(x) + 2,2286
R² = 0,9711
y = -0,052ln(x) + 2,2404
R² = 0,992
Nilai Sand Equivalent (%)
Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai sand equivalent ternyata nilai
density semakin besar. Hal ini disebabkan kadar lempung yang semakin tinggi mengisi rongga
butiran yang masih ada, sehingga campuran semakin rapat, sekaligus hal ini menunjukkan kontribusi
kadar lempung / lumpur pada nilai SE yang rendah lebih berperan sebagai filler material (lempung /
lumpur bukan sebagai material kotor).
636
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
Berdasarkan hasil analisis didapat nilai r (indeks penurunan stabilitas) < 1%, sehingga dapat
dinyatakan bahwa campuran termasuk material yang awet (durable).
637
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339-028X
g. Berdasarkan parameter nilai density dan VIM dapat diketahui bahwa lumpur yang ada pada
campuran lebih berperan sebagai bahan pengisi (filler).
2. Pengaruh variasi nilai sand equivalent terhadap durabilitas
a. Semua benda uji dengan variasi nilai sand equivalent menunjukkan nilai r (indeks
penurunan stabilitas) ≤ 1% yang berarti bahwa lapis perkerasan tersebut durable (awet).
b. Nilai r optimum, yaitu pada nilai sand equivalent 40% sebesar 0,13 %/jam.
3. Nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir, yaitu 48,31% sampai 80% untuk perendaman
24 jam dan 54,86% sampai 80% untuk perendaman 48 jam.
5.2 SARAN.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran – saran agar penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut, diantaranya sebagai berikut :
1. Perlu dipersiapkan sampel agregat secara spesifik, seperti : pasir dan lumpur / lempung dalam
rangka menentukan nilai SE secara eksak dan lebih cepat.
2. Pada penelitian pengkondisikan variasi nilai sand equivalent (SE) harus teliti dan diperiksa nilai
keberadaan SE rencana dan nilai SE riil.
3. Disarankan pada penelitian selanjutnya mengkaji tentang variasi perendaman yang lebih
variatip masanya.
DAFTAR PUSTAKA
------- 1972, “ AASHTO Interim Guide For Design Of Pavement Structures”.
------- 1986, “ AASHTO Guide For Design Of Pavement Structures”.
------- 1990, “ The Shell Bitumen Hand Book ”.
Bina Marga, 2010, “ Spesifikasi Umum “, Departemen Pekerjaan Umum Jendral Bina
Marga, Semarang.
Freddy L Roberts et al., 1991, “ Hot Mix Asphalt Materials, Mixture, Design and Construction “,
First Edition, NAPA Education Foundation Lanham, Maryland
Khairudin, A., 1990, “ Pengkajian Pemanfaatan Teknologi SMA dengan Serat Selolusa Sebagai
Bahan Tambah di Indonesia “, DPU, Dirjen Bina Marga.
Almohanna, Ibrahim, “Sand Equivalent Value of Soils and Fine Aggregate “,
http://fac.ksu.edu.sa/ialmohanna, April 2016
Christady, Hary, 2011, “ Perancangan Perkerasan Dan Penyelidikan Tanah “, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Pers.
Lowe, J. S, 2009, A Review Of New Zealand, “ Specifications And Laboratory Test Methods For
Fine Aggregate And Sand “, jurnal%20inersia%20april%202012%20e1.pdf, April 2016
Puslitbang Prasarana Transportasi, 1997, “ Metode Pengujian Agregat Halus atau
Pasir yang Mengandung Bahan Plastik dengan Cara Setara Pasir “, Bandung.
Rahmawati, Anita, 2015, “ Perbandingan Pengaruh Penambahan Plastik High Density Polyetilene
(HDPE) dalam Laston – WC dan Lataston – WC terhadap Karakteristik Marshall “,
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6488/Paper_Anita%20Rahmawati.
pdf?sequence=1&isAllowed=y, April 2016.
SNI, 2008, “ Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar “, SNI 1969-2008, Badan
Standarisasi Nasional.
SNI, 2008, “ Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus “, SNI 1970-2008, Badan
Standarisasi Nasional.
SNI, 1997, “ Metode Campuran Aspal dengan Alat Marshall “, SNI 06-2489-1991, Departemen
Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengenbangan PU, Standart Nasional Indonesia.
SNI, 1997, “ Metode Pengujian Agregat Halus Atau Pasir Yang Mengandung Bahan Plastik Dengan
Cara Setara Pasir “, SNI 03-4428-1997, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan
Pengenbangan PU, Standart Nasional Indonesia.
638