Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN PENGGUNAAN BATU LATERIT DAN PASIR MAHAKAM DARI

KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT


KASAR DAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN
ASPHALT CONCRETE - BINDER COURSE (AC-BC)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
ERLITA WIDYA AYUNINGTYAS
NIM. 15 643 007

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI REKAYASA JALAN DAN JEMBATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran jalan raya sebagai prasarana perhubungan darat sangatlah penting seiring
dengan pertambahan penduduk di suatu daerah. Jaringan jalan di Indonesia banyak
dilalui oleh lalu lintas dengan karakteristik beban yang semakin meningkat, volume
lalu lintas tinggi dan tidak sebanding dengan kapasitas yang tersedia sehingga dipilih
suatu cara yang efisien dan ekonomis untuk mendapatkan hasil yang optimal dan perlu
pertimbangan dalam melakukan perencanaan lapis perkerasan. Dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur jalan, material perkerasan memegang peranan penting
dalam kekuatan struktur tersebut baik dari kekuatan, ketahanan, stabilitas maupun
kemampuan jalan dalam melayani beban kendaraan.
Perkerasan Jalan di Indonesia pada saat ini umumnya menggunakan jenis
perkerasan kaku dan perkerasan flexible. Perkerasan flexible yang umum digunakan
berupa perkerasan dengan campuran Aspal Concrete (AC) yang didasarkan pada
AASHTO yang memiliki lapisan struktural antara lain Aspal Concrete – Wearing
Course (AC-WC), Aspal Concrete – Binder Course (AC-BC), dan Aspal Concrete
Base (AC-BASE).

Gambar 1. Susunan Asphalt Concrete (AC)


Aspal Concrete – Binder Course (AC-BC) adalah Lapisan
perkerasan jalan yang berada di bawah lapisan aus dan lapisan pondasi yang
disebut lapisan pengikat (Asphalt Concrete-Binder Course). Lapisan AC-BC ini
berguna untuk meneruskan beban yang diterimanya menuju ke pondasi. Oleh karena
itu, kestabilan bahan penyusun lapisan ini memiliki andil yang sangat besar dalam
menentukan kualitasnya.
Batu Laterit berasal dari tanah yang mengeras menyerupai batu dari hasil
pengendapan zat-zat seperti nikel dan besi. Indonesia khususnya wilayah Kalimantan
Timur merupakan salah satu daerah yang kaya akan batu laterit. Oleh sebab itu
pemanfaatan batu laterit menjadi isu penting. Salah satu pemanfaatan dalam
perkerasan jalan digunakan sebagai bahan pengganti (substitusi) pada campuran aspal
untuk mengurangi pemakaian dari agregat kasar yang dari segi ekonomis lebih murah
serta banyak tersedia dibeberapa tempat lokasi yang ada di provinsi Kalimantan Timur
khusunya Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten yang
memeliki kekayaan alam yang melimpah, sehingga menjadikan Kutai Kartanegara
sebagai salah satu kabupaten dengan kemajuan pembangunan yang cukup besar
termasuk dibidang infrastruktur, diantara kekayaan alam yang dimiliki adalah batu
laterit, Diprediksi hampir 70% jenis Batu Laterit yang ada di Kalimantan adalah
dengan kualitas baik.
Hasil penelitian kuat tekan batu laterit memiliki kelayakan yang besar untuk
dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam konstruksi beton dan pemanfaatan batu
laterit dalam konstruksi beton dapat mendukung pemerintah dalam mengatasi
kalangkaan material agregat kasar (Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Sains Dan
Teknologi Ke-4, 2018).
Penggunaan batu lateril pernah diteliti oleh Muh. Ika Palondongan, Mengenai
Alternatif Penambahan Batu Laterit Sebagai Bahan Pembanding Pada Agregat Kasar
Untuk Perkerasan Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC), Politeknik Negeri
Samarinda,2018. Menyatakan penggunaan batu laterit layak digunakan sebagai bahan
pengganti untuk agregat kasar pada perkerasan Asphalt Concrete-Binder Course (AC-
BC).
Dari hal tersebut, maka peneliti mencoba melanjutkan dalam penelitian ini
mencoba memanfaatkan bahan-bahan lokal dari Kecamatan Tenggarong Seberang
yaitu batu laterit sebagai bahan substitusi agregat kasar dan pasir mahakam sebagai
substitusi agregat halus.
Dengan membuat variasi komposisi batu laterit sebagai bahan substitusi
agregat kasar 20%-25% terhadap agregat kasar dan pasir mahakam sebesar 20% - 40%
terhadap agregat halus dalam campuran Aspal beton Asphalt Binder Coure (AC-BC)
sehingga didapatkan campuran yang memenuhi standar spesifikasi teknis untuk
campuran aspal beton.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan batu laterit dan pasir mahakam Kecamatan
Tenggarong Seberang sebagai substitusi agregat kasar dan agregat halus terhadap
campuran Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC)?
2. Apakah pemanfaatan batu laterit dan pasir mahakam Kecamatan Tenggarong
Seberang sebagai substitusi agregat kasar dan agregat halus pada campuran aspal
beton Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) dapat berpengaruh terhadap
karakteristik Marshall?

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah membuat beton ringan dengan menggunakan
batu laterit dan pasir mahakam Kecamatan Tenggarong Seberang sebagai substitusi
agregat kasar dan agregat halus. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sifat fisik batu laterit dan pasir Mahakam sebagai substitusi agregat
kasar dan agregat halus yang berasal dari Kecamatan Tenggarong Seberang.
2. Mengetahui karakteristik Marshal dari campuran Asphalt Concrete-Binder Course
(AC-BC) dengan menggunakan batu laterit dan pasir Mahakam yang berasal dari
Kecamatan Tenggarong Seberang sebagai substitusi agregat kasar dan agregat
halus.
3. Mengetahui besarnya kadar aspal optimum (KAO) dari penggunaan batu laterit
dan pasir Mahakam dari Kecamatan Tenggarong Seberang sebagai substitusi
agregat kasar dan agregat halus terhadap campuran Asphalt Concrete-Binder
Course (AC-BC).

1.4. Batasan Masalah


Untuk membatasi permasalahan yang diuji agar penelitian dapat terarah sesuai
tujuan yang diharapkan dan mengingat waktu serta biaya yang terbatas, maka
penelitian ini tidak meninjau proses kimiawi yang terjadi pada campuran, tetapi hanya
dibatasi pada penelitian pengaruh penggunaan laterit pada campuran Asphalt
Concrete-Binder Course (AC-BC).
Paramenter yang akan dikaji sebagai berikut:
1. Bahan untuk campuran LASTON (AC-BC) terdiri dari:
a. Aspal pen 60/70
b. Agregat kasar dan agregat halus dari Palu
c. Batu laterit dan pasir mahakam dari lokal (Tenggarong Seberang)
d. Abu batu dari Palu
2. Batu laterit digunakan sebagai bahan substitusi agregat kasar AC-BC.
3. Pasir mahakam digunakan sebagai bahan substitusi agregat halus AC-BC.
4. Komposisi batu laterit sebagai bahan substitusi pada agregat kasar sebesar 20%-
25% terhadap persentase agregat kasar.
5. Komposisi penggunaan pasir Mahakam sebagai bahan substitusi agregat halus
diasumsikan sebesar 20% - 40% terhadap persentase agregat halus.
Daftar Refrensi

Palondongan, Ika, 2017, Alternatif Penambahan Batu Lateri sebagai Bahan Pembanding
Pada Agregat Kasar Untuk Perkerasan Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC),
Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda.
Tjaronge, M, W, dkk, 2018, Kuat Tean Batu Lateritic, Prosiding Seminar Ilmiah Nasional
Sains dan Teknologi Ke-4 Tahun 2018, Sulawesi Selatan.
Desriantomy, 2011, Kajian Penggunaan Batu Riam dari Desa Gunung Karasik Kabupaten
Barito Timur pada Campuran Laston Lapis Aus, Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.

Arifan, 2017, Pengaruh Penggunaan Crumb Rubber dengan pasir Mahakam serta Filler
Batu Laterit Terhadap Nilai Karakteristik Marshall Pada Asphalt Concrete – Binder
Course (AB-BC), Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda.

Mulyadi, R, 2017, Pengaruh Penggunaan Crumb Rubber Dengan Material Palu Dan Filler
Batu Laterit Terhadap Nilai Karakteristik Marshall Pada Asphalt Concrete – Binder
Course (AB-BC), Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda.

Nahrowi, M, 2014, Studi Kuat Lentur Balok Beton Dengan Material Laterit, Politeknik
Negeri Samarinda, Samarinda.

Pratiwi R, 2018, Perencanaan Campuran Aspal Beton Hot Rolled Sheet –Wearing Course
(HRS –WC) dengan Filler Batu Laterit Kalimantan.

Tandiarrang, S, 2011, Komposisi Kimia Batuan Ultramafik dan Peta Persebaran Laterit,
Universitas Hassanudin, Makassar.

Rahmat, Martheana Kencanawati, dan Suheriah Mulai Devi, 2018, Pemanfaatan Batu Laterit
Kalimantan, University Network For Indonesia Infrastructure Development,
Balikpapan.
Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan penggunan batu laterit dan pasir Mahakam antara lain:
No
Penulis/Judul Jenis Tujuan Pokok Hasil Penelitian/Kesimpulan
.
1. Muh. Ika Palondongan (2018) Mengetahui pengaruh dan Berdasarkan hasil penjujian
Alternatif Penambahan Batu kelayakan penggunaan batu karakteristik Marshall pada kondisi
Laterit Sebagai Bahan laterit sebagai pengganti KAO 5,4% dengan hasil penelitian
Pembanding pada Agregat agregat kasar terhadap yang bagus bapada penambahan batu
Skripsi Politeknik Negeri
Kasar Untuk Perkerasan campuran Asphalt Concrete – laterit 50% dengan :
Samarinda, 2018
Asphalt Concrete – Binder Binder Course (AC-BC) stabilitas = 2171 kg, Flow = 4,17
Course (AC-BC) mm, Marshall Quotion = 524,35
kg/mm, VIM = 7,11% dan VMA =
19,08%.
2. M. Wihardi Tjaronge Menganalisis nilai kuat tekan Pengujian karakteristik fisik batu
Rachman Djamaluddin batu lateritic dengan metode lateritic menunjukkan bahwa nilai
Dantje Runtulalo NDT (Non-Destructive Test) berat jenisyang menyerupai batuan
M. Akbar Caronge Prosiding Seminar Ilmiah dengan menggunakan alat basalt pada umumnya danmemenuhi
Renaldi Octavian Nasional Sains dan Teknologi Schmidt Hammer spesifikasi yang dipersyaratkan oleh
Miswar Tumpu, (2018) Ke-4 Tahun 2018 SNI. Hasil pengujian kuat tekan
Kuat Tean Batu Lateritic Volume 4 : November 2018 dengan menggunakan alat Schmidt
Hammermenunjukkanbahwa nilai
kuat tekan rata-rata batu lateritic
adalah 38,63 MPa.
3. Rahmat, Martheana University Network For Penggunaan filler dengan Hasil penelitian laboratorium
Kencanawati, dan Suheriah Indonesia Infrastructure Batu Laterit Kalimantan mengenai penggunaan Batu Laterit
Mulai Devi, (2018) Development (UNIID 2018) diharapkan dapat memenuhi Kalimantan sebagai filler pada
Pemanfaatan Batu Laterit nilai parameter marshall yang campuran Laston AC-WC
Kalimantan disyaratkan pada Spesifikasi berdasarkan spesifikasi Bina Marga
Sebagai Filler Pada Umum Bina Marga Devisi 6 2010 Devisi 6 Revisi 3 mendapatkan
Campuran Panas Laston AC- Revisi 3 dan juga diharapkan hasil pengujian, kadar aspal
WC dapat dijadikan alternatife optimum diperoleh 5,50 % dengan
penganti semen sebagai nilai paramenter Marshall memenuhi
bahan pengisi (filler) pada persyaratan yang diisyaratkan
campuran aspal sehingga dapat dijadikan acuan
dalam pembuatan job mix formula
sebagai pelaksanaan/aplikasi
dilapangan.
4. Desriantomy, (2011) Universitas Muhammadiyah Perencanaan campuran Kesimpulan yang dihasilkan dari
Kajian Penggunaan Batu Palangkaraya (2011) menggunakan metode penelitian ini menunjukkan bahwa
Riam dari Desa Gunung Asphalt Institute sedangkan batu pecah yang berasal dari batu
Karasik Kabupaten Barito pembuatan benda uji serta riam Desa Gunung Karasik
Timur pada Campuran Laston pengujian mutu hasil Kabupaten Barito Timur dapat
Lapis Aus percobaan menggunakan cara digunakan sebagai bahan perkerasan
Marshall. jalan ditinjau dari sifat-sifat
fisiknya. Berdasarkan hasil tes
Marshall diperoleh nilai stabilitas
tertinggi pada Komposisi A dengan
kadar aspal 5% (1253,070 kg) dan
flow tertinggi terjadi pada
Komposisi C dengan kadar aspal 7%
(2,74 mm). Nilai Kadar Aspal
Optimum (KAO) untuk Komposisi
A sebesar 6,7%, Komposisi B
sebesar 6,55%, Komposisi C sebesar
6,8% sedangkan nilai stabilitas
tertinggi pada KAO adalah untuk
Komposisi A, yaitu sebesar 1025 kg
dan flow sebesar 2,65 mm.
5. Arifan, (2018) Politeknik Negeri Samarinda Tujuan dari penelitian ini Hasil penelitiandidapatkan nilai
Pengaruh Penggunaan Crumb (2018) adalah untuk mengetahui KadarAspal Optimum (KAO)
Rubber dengan pasir seberapa besar pengaruh sebesar 5,6%danNilai
Mahakam serta Filler Batu Crumb Rubbersebagai bahan stabilitas,danVMA,tertinggi didapat
Laterit Terhadap Nilai tambahdan Abubatu laterit pada kadar crumb rubber4%
Karakteristik Marshall Pada sebagai filler tehadap yaitu873,8kgdan 16,46%, nilai
Asphalt Concrete – Binder campuran beton aspal flowtertinggi pada kadar7% yaitu
Course (AB-BC) berdasarkan sifat – sifat dari 8,52mm, nilai VIM tertinggi pada
campuran Marshall dan kadar 7% yaitu 4,97%, nilai MQ
pengaruh penambahan crumb tertinggi pada kadar 5% yaitu
rubber terhadap sifat 125,9kg/mm. Nilai optimum yang
fleksibilitas campuran aspal dapat digunakan dalam campuran
beton lapis pengikat AC-BC. AC-BC adalahdibawah dari
kadar4%.Penggunaan crumb rubber
pada campuran AC-BC mampu
menahan kelelehan plastis lebih baik
dari campuran aspal konvensional.
6. Reno Pratiwi Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Tujuan penelitian untuk Hasil penelitian didapatkan kadar
Rahmat Rahmat, (2017) TRANSUKMA (Tanah mengetahui nilai karakteristik aspal optimum 6,80 % dengan filler
Perencanaan Campuran Aspal Transportasi Struktur Marshall jika menggunakan 100 % semen nilai stabilitas 1140 kg
Beton Hot Rolled Sheet – Manajemen Kontruksi) variasi filler batu laterit > 800 kg, flow 3,49 mm > 3 mm,
Wearing Course (Hrs – Wc) Universitas Balikpapan Kalimantan, kombinasi dan MQ 328 kg/mm > 250 kg/mm, VIM
Dengan Filler Batu Laterit (2017) semen serta untuk 6,0% > 5,7% > 4,0% , VMA 20,0%
Kalimantan mengetahui apakah > 18%, dan VFB 71,5% > 68%.
penggunaan batu laterit Dengan filler kombinasi (50 % batu
sebagai filler dapat laterit dan 50 % semen) nilai
meningkatkan nilai stabilitas 1054 kg > 800 kg, flow
karakteristik Marshall HRS 3,77 mm > 3 mm, MQ 281 kg/mm >
250 kg/mm, VIM 6,4 > 6,0 (pada
campuran ini nilai VIM tidak
memenuhi spesifikasi), VMA 20,5%
> 18%, dan VFB 68,8% > 68%.
Dengan filler 100 % batu laterit nilai
stabilitas 1232 kg > 800 kg, flow
3,86 mm > 3 mm, MQ 319 kg/mm >
250 kg/mm, VIM 6,0% > 5,7% >
4,0% , VMA 19,7% > 18%, dan
VFB 71,7% > 68%.

Anda mungkin juga menyukai