PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD DIMAS NOFANDRA
19643023
Oleh :
MUHAMMAD DIMAS NOFANDRA
NIM 19643023
PROGRAM STUDI
REKAYASAN JALAN DAN JEMBATAN
Telah diseminarkan di depan Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada
tanggal
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk dilanjutkan menjadi skripsi
Samarinda, ............................ 2023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Samarinda
Di era sekarang ini, penggunaan plastik tidak bisa lepas dalam kehidupan
sehari-hari, Jumlah konsumsi plastik terus meningkat disetiap tahunnya.
Menurut studi baru-baru ini pada tahun ini Indonesia termasuk dalam kategori
negara penghasil sampah plastik terbanyak ke-5 dalam dunia yaitu 9,1 milyar
ton sampah plastic. Menurut website wordpopulationreview Indonesia pada
tahun 2022 mencapai 824,2 ribu ton sampah plastik yang terbuang. Banyaknya
penggunaan plastik karena sifat plastik yang ringan dan tahan air serta harganya
relatif murah dan terjangkau dikalangan semua masyarakat. Namun, di
Indonesia limbah plastik yang menumpuk belum mampu dimanfaatkan sebaik
mungkin
2.2.1 Aspal
Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur
(flexible pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat
agregat, karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif,
kedap air, dan mudah dikerjakan. (Hendarsin, Shirley L, 2000).
Aspal Ex. Pertamina dengan nilai penetrasi 60/70 dengan sifat yang akan
mengeras jika di biarkan di suhu ruang dan akan berubah bentuk cair jika di
pansakan. Sshingga aspal dapat menyelimuti atau mengikat pada partikel agregat
serta masuk kedalam pori-pori agregat pada saat waktu pembuatan aspal beton.
Untuk spesifikasi aspal dengan nilai penetrasi 60/70 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Spesifikasi Aspal
Tipe I Tipe II Aspal
Metode Aspal Modifikasi
No. Jenis Pengujian
Pengujian Pen. Elastomer Sintesis
60-70 PG 70 PG 76
1. Penetrasi Pada 25oC (0,1mm) SNI 2546:2011 60-70 Dilaporkan(1)
Temperatur yang menghasilkan Geser
2. Dinamis (G*/sinδ) pada osilasi 10 SNI 06-6442-2000 - 70 76
rad/detik ≥ 1,0 kPa, (oC)
3. Viskositas Kinematis 135oC (cSt) (3) ASTM D2170-10 ≥ 300 ≤ 3000
4. Titik Lembek (oC) SNI 2434:2011 ≥ 48 Dilaporkan(2)
5. Daktilitas pada 25oC, (cm) SNI 2434:2011 ≥ 100 -
6. Titik Nyala (oC) SNI 2434:2011 ≥ 232 ≥ 230
7. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-14 ≥ 99 ≥ 99
8. Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 -
ASTM D 5976-00
Stabilitas Penyimpanan: Perbedaan
9. Part 6.1 dan - ≤ 2,2
Titik Lembek (oC)
2434:2011
10. Kada Parafin Lilin (%) SNI 03-3639-2002 ≤2
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002)
11. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
Temperatur yang menghasilkan Geser
12. Dinamis (G*/sinδ) pada osilasi 10 SNI 06-6442-2000 - 70 76
rad/detik ≥ 2,2 kPa, (oC)
13. Pentrasi pada 25oC (% semula) SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54
14. Daktilitas pada 25oC (cm) SNI 2432:2011 ≥ 50 ≥ 50 ≥ 25
Residu aspal segar setelah PAV (SNI 03-6837-2002) pada temperatu 100oC dan Tekanan 2,1 MPa
Temperatur yang menghasilkan Geser
15. Dinamis (G*/sinδ) pada osilasi 10 SNI 06-6442-2000 - 31 34
rad/detik ≥ 5000 kPa, ( C)
o
2. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir lebih harus dari saringan
No.4 (4,75mm) dan tertahan pada saringan No.200 (0,075mm). Agregat halus
bisa berupa pasir, batu pecah, atau kombinasi keduanya. Fungsi utama agregat
halus adalah mendukung stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari
campuran melaluai ikatan dan gesekan antara partikel. Spesifikasi persyaratan
untuk agregat halus adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Spesifikasi Agregat Halus
Standar yang
No. Jenis Pengujian Unit Persyaratan
Digunakan
1. Berat Jenis Agregat Halus - Min. 2,5 SNI 1970-2016
2. Penyerapan Agregat Halus % Maks. 3% SNI 1970-2016
Material Lolos Ayakan No. SNI ASTM
3. % Maks. 10%
200 C117:2012
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2 Divisi 6
2.2.3 Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi (filler) merupakan material yang harus kering dan bebas
dari gumpalan-gmpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM
C136:2012 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 tidak kurang
bahan pengisi yang ditambahkan min. 1% dari berat total agregat (Spesifikasi
3/4” 19 100
1/2” 12.5 90 100
3/8” 9.5 77 90
No. 4 4.75 53 69
No. 8 2.36 33 53
No. 16 1.18 21 40
No. 30 0.6 14 30
No. 50 0.3 9 22
No. 100 0.15 6 15
No. 200 0.075 4 9
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2 Divisi 6
Adapun pengujian sifat fisik agregat meliputi pengujian sebagai berikut:
1. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
Pengujian ini untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar,
agregat halus, dan filler dalam kondisi jenuh dan kering permukaan (SSD). Adapun
rumus yang digunakan seperti dibawah ini:
a. Agregat Kasar
Bk
Berat Jenis Curah = ......................................................................(2.2)
(BJ−Ba)
Bj
Berat Jenis Jeniuh Permukaan = ...................................................(2.3)
(BJ−Ba)
Bj
Berat Jenis Semu = ......................................................................(2.4)
(Bk−Ba)
Bj−Bk
Penyerapan = x 100% ....................................................................(2.5)
Bk
Dimana:
Bk = Berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram)
Ba = Berat benda uji dalam air (gram)
Bj = Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
b. Agregat Halus
Bk
Berat Jenis Curah = .............................................................(2.6)
(B + 500−Bt)
500
Berat Jenis Jeniuh Permukaan = ..........................................(2.7)
(B+500 −Bt)
Bk
Berat Jenis Semu = ................................................................(2.8)
(B+Bk −Bt)
500 −Bk
Penyerapan = x 100....................................................................(2.9)
Bk
Dimana:
Bk = Berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram)
B = Berat picnometer berisi air (gram)
Bt = Berat picnometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
2. Analisa Saringan
Pengujian ini untuk mengetahui kevariasian ukuran butiran agregat dengan
cara mengayaknya pada saringan-saringan yang telah ditentukan. Adapun rumus
analisa saringan sebagai berikut:
A
Persentase Saringan = x 100 .......................................................................(2.10)
B
Dimana:
A = Berat agregat tertahan (gram)
B = Jumlah berat agregat tertahan (gram)
3. Uji Abrasi
Untuk mengetahui agregat yang akan digunakan memenuhi spesifikasi yang
ditentukan atau tidak maka dilakukan pengujian fisik agregat sebelum digunakan.
Salah satu pengujian tersebut adalah Keausan Agregat (Abrasi) dengan Mesin Los
Angeles. Pemeriksaan terhadap agregat adalah kekuatan. Kekuatan dibutuhkan untuk
mencegah agregat rusak pada saat proses pemadatan campuran aspal dan juga pada
saat menerima beban kendaraan. Tes terhadap keausan dilakukan dengan tes abrasi
Los Angeles.
Tabel 2.5 Abrasi Agregat dan Berat Benda Uji
Keterangan
Keterangan:
𝑋
𝑌 (%) = 100 × 𝐴 ............................................................................................ (2.4)
Keterangan:
2.5 Plastik
Pada awalnya plastik terbuat dari minyak dan gas sebagai sumber alami.
Namun dalam perkembangannya digantikan dengan bahan-bahan sintetis
sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara
kompolimerisasi, laminasi dan ekstrusi. Plastik merupakan polimer yang
mempunyai keunggulan yaitu sifatnya yang kuat tapi ringan, tidak karatan dan
bersifat termoplastis serta dapat diberi warna. Erliza dan Sutedja (1987), plastik
dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu termoplastik dan thermoset.
Termoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulangkali dengan
menggunakan panas, antara lain polyethylene, polypropylene, polystyrene dan
polyvinyil chloride. Sedangkan thermoset adalah plastik yang tidak dapat
dilunakkan oleh pemanasan, seperti formaldehid dan urea formaldehid. Suparna
(2002),
Plastik banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia, mulai dari
keperluan rumah tangga hingga industri. Penggunaan plastik sebagai pengemas
tanah terutama karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang fleksibel
sehingga mudah mengikuti bentuk yang dikemas, berbobot ringan, tidak mudah
pecah, mudah diberi label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara
massal, harga relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.
Ada beberapa jenis plastik yaitu:
1. HDPE (High Density Polyethylene)
2. LDPE (Low Density Polyethylene)
3. PET atau PETE (Polyethylene Terephthalate).
4. PP (Polypropylene)
5. PS (Polystyrene)
6. PVC (Polyvinyl Chloride)
7. Other
Plastik jenis PP (Polypropylene). Plastik jenis ini adalah termoplastik polimer
yang digunakan dalam berbagai mcam aplikasi termasuk kemasan dan pelabelan.
Tekstil (misalnya tali, pakaian dalam dan karpet termal), alat tulis, bagian plastik
dan wadah reusable dari berbagai jenis, peralatan laboratorium, pengeras suara,
komponen otomotif, dan uang kertas polimer. Polimer tambahan yang dibuat dari
propilena monomer, bersifat kasar dan tidak biasa tahan terhadap banyak pelarut
kimia, basa dan asam.
Keterangan :
VIM = Rongga udara dalam campuran (%)
Gmm = Berat jenis maksimum campuran (gr/cm3)
Gmb = Berat Jenis bulk campuran padat (gr/cm3)
Keterangan :
VMA = Rongga diantara material agregat (%)
Gsb = Berat jenis bulk agregat (gr/cm3)
Pb = Kadar aspal persen terhadap berat total campuran (%)
2.7.5 Rongga Terisi Aspal / Void Filled With Asphalt (VFA) / Void Filled
With Bitument (VFB)
Rongga terisi aspal adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel
agregat yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh
agregat.
(𝑉𝑀𝐴−𝑉𝐼𝑀)
VFA = 100 × ................................................................. (2.8)
𝑉𝑀𝐴
Keterangan :
VFA = Rongga udara terisi aspal (%)
VMA = Rongga udara pada mineral agregat (gr/cm3)
VIM = Rongga udara dalam campuran (%)
Keterangan :
MQ = Marshall Quantient (kg/mm)
SM = Stabilitas Marshall (kg)
F = Flow (mm)
Keterangan:
IRS = Indeks Stabilitas sisa (Indeks Retained Strength)
MSi = Stabilitas Marshall perendaman 24 jam
MSs = Stabilitas Marshall perendaman 30 menit
2.8 Pengaruh Perendaman
Yilmaz dan Sargin (2012) dalam penelitiannya menyebutkan pengaruh air
terhadap kerusakan perkerasan merupakan suatu hal yang kompleks dan
berhubungan dengan thermodinamik, kimiawi, fisik, dan proses mekanik.
Di dalam RSNI M-01-2003 pengujian Marshall. Benda uji di rendam
sebanyak 2 kali yang pertama direndam dalam air selama 24 jam pada suhu
ruangan dan yang kedua yaitu direndam di dalam Waterbath selama 30 – 40 menti
dengan suhu 60 ± 10C