TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian
Pendidikan sarjana teknik sipil
Oleh :
ARIF FRASMAN SIBUEA
08 0404 151
ABSTRAK
Kata kunci : paving block, abu batu dan serat polyethylene terepthalate, kuat kejut
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan kasih karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul : Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Sebagai Bahan Eco Plafie
(Economic Plastic Fiber) Paving Block Yang Berkonsep Ramah Lingkungan
Dengan Uji Tekan, Uji Kejut dan Serapan Air.
Tugas akhir ini ditulis dan disusun sedemikian rupa sebagai syarat dalam
ujian sarjana Teknik Sipil bidang studi Struktur pada Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih
memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan
penulis. Sehingga untuk penyempurnaannya maka penulis mengharapkan saran
dan kritik dari bapak dan ibu dosen serta dari rekan-rekan mahasiswa.
Penulis juga menyadari tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan semangat
dari berbagai pihak tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik.
Sehingga dengan ini saya mengucapkan terimahkasih kepada :
1.
2.
3.
4.
Bapak Ir. Daniel Terumbi, MT, selaku dosen wali sekaligus dosen
pengajar selama saya menempuh studi.
5.
6.
7.
Kedua orang tua ku terkasih, Patiar Sibuea dan Riana Butar-butar yang
telah mengasihi aku dengan segenap hati dan yang telah membentuk aku
dengan nasehat dan kasihnya hingga saat ini. Kepada saudara/i ku, bere
ku, yang ku banggakan yang memberi dorongan/semangat hingga tugas
akhir ini terselesaikan. Kepada bang Rickson Sibuea, ST yang telah sedia
membantu dalam mencari lokasi penelitian.
8.
9.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
......................................................................................................
KATA PENGANTAR..
ii
DAFTAR ISI..
DAFTAR TABEL.
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR NOTASI
DAFTAR LAMPIRAN..
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
L
atar Belakang .
1.2
1
P
erumusan Masalah .
1.3
T
ujuan Penelitian .
1.4
B
atasan Masalah ..
1.5
M
etodologi Penelitian
1.6
..
M
anfaat Penelitian .
2.1
T
injauan Umum
2.2
T
eori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen
2.3
7
T
8
K
8
K
10
S
12
M
14
B
17
M
S
emen Portland (PC)
2.5.2
19
A
gregat Halus ..
2.5.3
19
22
A
ir .
24
2.6
P
enambahan Serat (fiber) Terhadap Beton ..
25
2.7
P
olyethylene Terephtalate ( PET) .
2.8
27
K
29
P
enelitian Sejenis Yang pernah Dilakukan .
33
U
mum
3.2
35
P
eralatan
3.3
37
B
38
P
38
P
42
P
42
P
43
3.7
P
engujian Kuat Tekan Paving Block
3.8
44
P
45
P
engujian Serapan Air Paving Block
49
K
uat Tekan Paving Block ...
4.2
50
K
etahanan Kejut Paving Block .
4.3
53
S
56
P
erhitungan Biaya Produksi Eco Plafie Paving
61
K
esimpulan
5.2
66
S
aran ..
68
DAFTAR PUSTAKA
69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bentuk Paving Block.
11
13
14
15
16
26
27
36
46
47
48
50
51
54
57
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Distribusi Pengujian Benda Uji Paving Block 7
Tabel 2.1 Kekuatan Fisik Paving Block
13
17
19
22
26
43
50
53
56
DAFTAR NOTASI
PET
: polyethylene terephtalate
SSD
: jumlah pukulan
EP
mh
: ketinggian (m)
EK
EM
FM
: modulus kehalusan
fc
WA
Mk
Mj
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Dokumentasi
ABSTRAK
Kata kunci : paving block, abu batu dan serat polyethylene terepthalate, kuat kejut
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Paving block merupakan salah satu bahan bangunan yang digunakan sebagai
lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Sekarang ini, banyak konsumen
lebih memilih paving block dibandingkan perkerasan lain seperti dak beton
maupun aspal. Meningkatnya minat konsumen terhadap paving karena konstruksi
kendaraan (pengereman) secara tiba-tiba yang mampu membuat paving cepat aus
khusunya untuk area kusus seperti area pelabuhan peti kemas, dimana sering
terjadi beban kejut yang berulang-ulang.
Beberapa peneliti terdahulu telah menggunakan berbagai cara dalam
meningkatkan kualitas paving. Salah satunya dengan menambahkan pozzoland
berupa abu batu dan penambahan serat berupa serat baja, serat plastik, serat alami.
Penelitian paving block dengan menggunakan fly ash 5% volume, serat plastik
(polyethylene terephtalate) 0,25% volume diperoleh kuat kejut paving 270 joule
pada kondisi retak (first crack), 945 joule kondsi runtuh (failure) atau 3,5 kali
lebih baik dari paving normal (dwicahyani arum,dkk,2012).
Penelitian paving block dengan menggunakan fly ash 0%; 10%; 20%; 30%;
40%; 50% berat semen dihasilkan kuat tekan berturut - turut 19,82 Mpa; 26,63
Mpa; 31,43 Mpa; 35,73 Mpa; 29,69Mpa; 23,77Mpa (Sutarno dan Sukardi, 2008).
Pada pembuatan benda uji variasi serat poly ethylene terephtalate 0%, 0,25
%, 0,5%, 0,75 %, 1,0% terhadap volume dan fly ash 30 % dari berat
semen.
Benda uji berjumlah 4 buah untuk setiap variasi serat poly terephtalate.
Penyediaan bahan penyusun paving : semen, pasir, fly ash, serat plastik
PET
2.
3.
4.
Pengujian Kuat Tekan, Kuat kejut dan Serapan air paving dengan
menggunakan benda uji segienam.
Fly ash
Variasi
Kuat
Kuat
Serapan
serat
kejut
tekan
air
Jumlah
plastik
0.5
0%
0%
13
0.5
30 %
0.25 %
13
0.5
30 %
0.50 %
13
0.5
30 %
0.75 %
13
0.5
30%
1 .0%
13
65
Dari hasil penelitian ini kiranya dapat kita jadikan suatu acuan bahwa
penggunaan fly ash, serat poly ethylene terephtalate sebagai komponen
pembentuk
paving
yang
merupakan
suatu
pilhan
yang
patut
berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian
tentang Pemanfaatan Limbah Botol Plastik sebagai Bahan Eco plafie (economic
plastic fiber) yang berkonsep Ramah Lingkungan dengan Uji tekan ,Uji kejut dan
Serapan air. Materi yang dibahas antara lain :
Mortar,
yaitu
didefenisikan sebagai
bahan yang
diperoleh
dari
Bata beton (paving block) merupakan salah satu jenis beton non structural
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan jalan, pelataran parkir, trotoar, taman,
dan keperluan lainnya. Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia
terhitung sejak tahun 1997/1998, dimulai dengan pemasangan trotoar di Jalan
Thamrin dan untuk terminal bis Pulogadung, keduanya di Jakarta. Paving block
dapat berwarna seperti aslinya atau diberi zat warna pada komposisinya dan
digunakan untuk lantai baik didalam maupun diluar bangunan.
2.3.1 Kegunaan dan Keuntungan Paving Block
Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat beton, dengan
banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan
diantaranya sebagai lapisan perkerasan lapangan terbang, terminal bis, parkir
mobil , pejalan kaki, taman kota dan tempat bermain.
Penggunaan paving block memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
Tidak
menimbulkan
kebisingan
dan
gangguan
debu
pada
saat
pengerjaannya.
Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain
dengan pola dan warna yang indah .
Bentuk paving block secara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu :
a. Paving block bentuk segi empat
b. Paving block bentuk segi banyak
2.
3.
4.
Mutu Kegunaan
Kuat Tekan
Ketahanan Aus
Penyerapan
( kg / cm2 )
( mm/ menit)
Air
Rata-
rata Maks
(%)
Rata 2
Min
Rata 2
Min
400
350
0,0090
0,103
parkir 200
170
0,1300
1,149
Perkerasan jalan
Tempat
mobil
Pejalan kaki
150
125
0,1600
1,184
Taman Kota
100
85
0,2190
0,251
10
Metode Konvensional
Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
kita dan lebih dikenal dengan metode gablokan. Pembuatan paving block cara
konvensional dilakukan dengan menggunakan alat gablokan dengan beban
pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakan.
Metode ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai industry rumah tangga
karena selain alat yang digunakan sederhana, juga mudah dalam proses
pembuatannya sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Proses produksi ini
menghasilkan paving block K-50 s/d K-100.Selain itu tingkat abrasi paving
manual masih cukup tinggi baik karena goresan, hujan dan tempaan panas.
Metode Mekanis
Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut metode press. Metode
ini masih jarang digunakan karena untuk pembuatan paving block dengan
metode mekanis membutuhkan alat yang harganya relatif mahal. Metode
mekanis ini biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industry sedang atau
besar. Metode mekanis ada dua yakni :
Metode Vibrator
Metode Hidrolik
Keuntungan
Kerugian
Konvensional
Dalam
sekali
cetak
Mekanis
Alat
cetak
relative
mahal
Penelitian ini menggunakan abu terbang batu bara ( fly ash ) sebagai bahan
tambah dalam meningkatkan kuat tekan paving block. Fly ash yang digunakan
untuk penelitian ini adalah fly ash dari PT ADHI KARYA. Menurut ASTM C.618
( ASTM, 1995: 304) abu terbang (fly ash) didefenisikan sebagai butiran halus
hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran
batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan
dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan
mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya.Abu terbang sendiri tidak
memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tapi dengan kehadiran air
dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silica yang dikandung oleh abu terbang
akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses
hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.
Tabel 2.4 Kandungan Kimia Fly Ash Berdasarkan ASTM C. 618 -95 : 305
Senyawa Kimia
Jenis F
Jenis C
50
5.0
5.0
3.0
3.0
6.0
6.0
Penggunaan sampai dengan 12% masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja atau
hasil test laboratorium menunjukkan demikian
Senyawa ini cepat bereaksi dan menghasilkan panas jika terkena air. Panas
tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke 14.
b. Dikalsium Silikat ( C2S)
Senyawa ini lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh
terhadap semen setelah umur 7 hari.
c. Trikalsium Aluminat ( C3A)
Senyawa ini bereaksi secara cepat, memberikan kekuatan awal yang
sangat cepat pada 24 jam pertama.
d. Tetrakalsium Aluminoferrit ( C4AF)
Senyawa ini kurang berpengaruh terhadap kekerasan semen atau beton
sehingga konntribusinya dalam peningkatan kekuatan beton kecil.
C2S
C3A
C4AF
Karakteristik
CaSO4
CaO
Mg O
Umum
49
Tipe I, Normal
25
12
2,9
0,8
2,4
Semen
untuk
semua tujuan
II, 46
Tipe
29
12
2,8
0,6
Relatif
sedikit
pelepasan
Modifikasi
panas,
digunakan
untuk
struktur
besar
III, 56
Tipe
Kekuatan
15
12
3,9
1,4
2,6
Mencapai
kekuatan awal
Awal
yang
Tinggi
tinggi
pada umur 3
hari
46
13
2,9
0,3
2,7
Dipakai
pada
bendungan
Hidrasi Rendah
beton
Tipe V, Tahan 43
36
Sulfat
12
2,7
0,4
1,6
Dipakai
pada
struktur
yang
diekspose
terhadap sulfat
baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan
No. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton.
Adapun syarat-syarat untuk agregat halus berdasarkan ASTM C. 33 adalah
1.
2.
100
95-10
80-100
50-85
25-60
10-30
2-10
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron ( 0,074 mm atau
No. 200) dalam persen berat maksimum,
4.
Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum
3%
5.
6.
Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang sejenis lainnya
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standard silica hasilnya menunjukkan nilai lebih besar
dari 95 %.
7.
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan
bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan
semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6 %
8.
Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10 % dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15 %.
2.5.3 Air
Fungsi air pada campuran paving block adalah untuk membantu reaksi kimia
yang menyebakan berlangsungnya proses pengikatan. Persyaratan air menurut
British Standard ( BS.3148-80) adalah sebagai berikut :
a. Gabungan ion-ion yang terdapat dalam air yaitu kalsium, magnesium,
natrium, kalium, bikarbonta, sulfat, klorida, dan kadang-kadang karbonat
tidak melebihi 2000 mg per liter.
b. Konsentrasi NaCl atau garam dapur dalam air harus lebih kecil dari 2000
ppm ( part per million) dan kandungan sulfat dalam air harus lebih kecil
dari 1250 ppm
c. Air campuran asam tidak boleh melebihi pH 3,00
d. Konsentrasi air dengan kandungan basa ( Natrium hidroksida) harus lebih
rendah dari 0,5 % dari berat semen.
e. Kadar gula dalam air tidak boleh melebihi 0,2 % dari berat semen.
f. Air yang mengandung minyak tidak boleh melebihi 2 % dari berat semen.(
Nugraha, 2007)
Pemakaian air pada pembuatan campuran harus pas karena pemakaian air
yang terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi kekuatan pving block
yang akan dihasilkan. Sedangkan terlalu sedikit air akan menyebabkan proses
hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga dapat mengurangi kekuatan paving
block yang akan dihasilkan.
Untuk serat plastik terdiri dari nylon dan rayon. Serat nylon terdiri dari
polypropylene, polyethylene, polyester. Masing-masing serat (fiber) tersebut
memiliki sifat dan kekuatan yang berbeda-beda, seperti yang disajikan dalam
tabel. Serat nylon (poliamida) adalah serat yang dibuat dari polimer sintetik
berantai panjang yang memiliki gugus-gugus amida.
Tabel 2.7 Karakteristik Serat Nylon
Modulus
Kuat tarik
Jenis serat
Batas Ulur
Young
(Ksi)
Berat Jenis
(%)
(10ksi)
Acrylic
30-60
0.3
25-45
1.1
Asbes
80-140
12-20
0.6
3.2
Cotton
60-100
0.7
3-10
1.5
Kaca (glass)
150-550
10
1.5-3.5
2.5
Nylon (high
110-120
0.6
16-20
1.1
105-125
1.2
11-13
1.4
Polyethylene
100
0.02-0.06
10
0.95
Polypropylene
80-100
0.5
25
0.90
Rayon (high
60-90
1.0
10-25
1.5
70-110
10-17
0.6
2.7
40-400
29
0.5-3.5
7.8
(Asbestos)
tenacity)
Polyester (high
tenacity)
tenacity)
Rock wool
(Scandinavian)
Baja (steel)
serat nylon dimasukkan. Setelah bahan tercampur semua, aduk kembali selama
minimal 1.5 menit. Konsentrasi penelitian ini adalah menggunakan serat plastik
atau serat nylon (polyethylene) pada paving block.
2.7 PET ( Polyethylene Terephthalate)
Polyethylene Terephthalate (plastik PET atau PETE) adalah polimer jernih
dan kuat dengan sifat-sifat penahan gas dan kelembaban. Kemampuan plastik
PET untuk menampung karbon dioksida (karbonasi) membuatnya sangat ideal
untuk digunakan sebagai botol-botol minuman ringan (bersoda / terkarbonasi).
Yang paling sederhana pada uji kejut adalah drop weight test atau uji jatuh
beban secara bebas dan berulang. ACI 544 dan ASTM D 1557 sudah
merekomendasikan bahwa uji kejut ini dengan menjatukan palu (hammer) seberat
4,5 kg secara bebas dari ketinggian 18 inch (46 cm) pada bola baja pejal
berdiameter 2,5 inch ( 6,3 cm), yang diletakkan pada benda uji silinder diameter
15 cm. Palu dijatuhkan berulang kali dan diamati kondisi retak pertama kali
sampai failure.
Uji kejut ini menghasilkan jumlah pukulan yang diperlukan untuk
menyebabkan benda uji failure. Jumlah ini berfungsi sebagai perkiraan kualitatif
dari energy yang diserap oleh benda uji hingga hancur (failure). Metode ini dapat
digunakan untuk membandingkan manfaat relative dari campuran serat beton
yang berbeda dan untuk menunjukkan peningkatan kinerja dari beton fiber
dibandingkan dengan beton konvensional. Hal ini juga dapat diadaptasi untuk
menunjukkan resistansi dampak relative dari ketebalan material yang berbeda.
Jumlah pukulan yang merupakan ketahanan kejutnya dapat dikonversikan
terhadap jumlah energy atau, berapa total energy yang diserap hingga benda uji
tersebut hancur. Ketika palu dengan massa mh dinaikkan ke ketinggian h diatas
benda uji, palu tersebut memiliki energy potensial ( Ep ). Energy potensial adalah
energy yang dimiliki oleh benda yang akan bergerak atau karena kedudukannya
yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Oleh karena palu dijatuhkan berulang maka
jumlah energy potensial yang diterima oleh benda uji tersebut :
EP = mh x g x h ( 2.1 )
Dimana : EP = energy potensial ( joule )
mh = berat palu ( kg )
g
h = ketinggian (m)
ketika palu dijatuhkan dari ketinggian h terhadap benda uji, energy
potensial palu tersebut berubah menjadi energy kinetik ( EK ) dengan kecepatan
v. Energy kinetik adalah enery yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak.
Energy kinetik dinyatakan dengan :
EK = x mh x v2 ..(2.2)
Dimana :
EK = energy kinetik ( joule )
Sebelum palu menyentuh benda uji kecepatannya dapat dihitung dengan konsep
gerak jatuh bebas yakni :
.(2.3)
(2.5)
(2.6)
.( 2.7 )
Ketika palu memukul benda uji, perpindahan momentum secara tiba tiba
terjadi dari palu ke benda uji. Hasilnya momentum palu berkurang dan
mengakibatkan energy kinetik palu hilang. Jadi dapat disimpulkan benda uji
tersebut menerima dua kali energy potensial hingga pecah dan energy mekanik (
EM ) merupakan ketahanan kejut dari paving block.
1.
Penelitian
menunjukkan
bahwa
serat
plastik
polyethylene
terephtalate dan abu batu ( fly ash ) dapat secara efektif digunakan
sebagai komponen paving block
2.
ketahanan kejut terbesar, yakni 132 blows saat paving block hancur
(failure). Tetapi ketahanan kejut paving tersebut tidak sebaik
performance paving tanpa FCA dengan komposisi 1 ; 4
kejut
paving
tersebut
semakin
baik.
Hal
ini
3.1 Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental
yang dilakukan di dua tempat yakni pembuatan benda uji di Home Industry
Paving Block Hery , Jl.Selamat No. 160 Simpang Limun Medan, dan perawatan
serta pengujian kuat tekan, serapan air di lakukan di laboratorium Beton Fakultas
Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Sementara
pengujian kuat kejut paving dilakukan di halaman Laboratorium Beton Fakultas
Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, dengan alat uji
kejut paving merujuk terhadap penelitian kejut paving (Erwin Rommel 2007).
Secara umum urutan tahapan penelitian meliputi :
a. Penyediaan bahan penyusun paving
b. Pemeriksaan bahan
c. Pembuatan benda uji
d. Perawatan benda uji
e. Pengujian kuat kejut, kuat tekan,serapan air paving
Mulai
Penyediaan Bahan
Kesimpulan
Selesai
3.2
Peralatan
Satu
set
Penggetaran
ayakan. Alat ini digunakan untuk menggetarkan susunan ayakan yang
berisi agregat agar terpisah sesuai dengan ukuran butirnya dengan
memakai tenaga listrik
Timbangan
kecil. Timbangan ini digunakan pada waktu pengujian agregat dan
mempunyai kemampuan maksimal 5 kg
Timbangan
besar. Alat ini mempunyai kemampuan maksimal 30 kg. Alat ini
digunakan untuk menimbang pasir, kerikul, semen , dan benda uji
Voloumetric
flash. Alat ini digunakan untuk pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat pasir yang mempunyai kaapsitas 500 cc
Gelas
ukur.
Alat ini digunakan untuk mengukur volume air pada waktu peemriksaan
kandungan lumpur, peemriksaan bahan organic, dan untuk mengukur
volume air pada waktu pembuatan benda uji. Gelas ukur ini mempunyai
kaapsitas 1000 cc
Oven.
Alat
Corong
kerucut. Alat ini digunakan pada waktu pengujian SSD ( Saturated Surface
Dry ) agregat pasir. Corong kerucut ini berukuran diameter atas 3, 8 cm
dan diameter bawah 8,9 cm.
Mesin
uji
tekan beton
Mesin
Press
Paving
Peralatan
penunjang seperti : cetok, sekop, ayakan, ember, cangkul.
3.3
Bahan
serat plastik Poly ethylene terephtalate dan abu batu (fly ash). Biasanya
perbandingan campuran yang digunakan adalah adalah perbandingan jumlah
bahan penyusun mortar yang lebih ekonomis dan efektif.
3.3.1
Pengujian
Agregat Halus
Agregat halus (pasir) yang dipakai dalam campuran mortar diperoleh
Analisa
ayakan pasir
Pemeriksaan
kadar lumpur ( pencucian pasir lewat ayakan no. 200 )
Pemeriksaan
kandungan organik ( colometric test )
Pemeriksaan
kadar liat ( clay lump )
Pemeriksaan
berat isi pasir
Pemeriksaan
berat jenis dan absorsbsi pasir
Tujuan
Hasil
pemeriksaan
Modulus kehalusan pasir : 2.29 ( pasir halus )
c.
Pedoman
FM =
Pasir halus :
2,20 FM 2,60
Pasir sedang :
2,60 < FM < 2,90
Pasir kasar :
2,90 < FM < 3,20
Tujuan
Untuk memeriksa kandungan lumpur dalam pasir
b.
Hasil
pemeriksaan
Kandungan lumpur : 1,8 % < 5 %
c.
Pedoman :
Tujuan
Memeriksa kadar bahan organic yang terkandung dalam pasir
b.
Hasil
pemeriksaan : warna kuning tua ( standar warna no .3 )
c.
Pedoman :
Standar warna no.3 adalah baats yang menentukan apakah kadar bahan
organik pada pasir atau lebih kurang dari yang disyaratkan
Tujuan
Untuk memeriksa kandungan liat dalam pasir
b.
Hasil
pemeriksaan
Kandungan lumpur : 0,6 % < 1 %
c.
Pedoman :
Agregat halus tidak dibenarkan mengandung liat lebih dari 1 % (
ditentukan dari berat kering ). Apabila kadar liat melebihi 1 % maka pasir
harus dicuci.
: 1421.74 kg/m3
c. Pedoman
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara
merojok lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal
ini berarti bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram.
Dengan mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat isi
pasir dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus ( ASTM C. 128 -68 )
a. Tujuan :
untuk menentukan berat jenis ( specific grafity ) dan penyerapan air (
absorbsi) pasir.
b.
: 2.632 ton/m3
: 2.605 ton/m3
: 2.676 ton/m3
Absorbsi pasir
: 1.01 %
c. Pedoman
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam
keadaan SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD ( Saturated
Surface Dry ) dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya
kering, keadaan pasir kering dimana pori pori berisikan udara tanpa air dengan
kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana pasir basah
total dengan pori pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase
dari berat pasir hilang terhadap berat pasir kering dimana absorbsi terjadi dari
keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian memenuhi syarat dimana :
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu.
2.605 < 2.632 < 2.676
3.4 Perencanaan Campuran Paving Block ( Mix Design )
Perencanaan campuran paving dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau
proporsi bahan bahan penyusun paving. Cara pencampuran paving block
dilakukan dengan cara coba- coba di laboratorium (trial and error). Cara ini
merupakan perencanaan yang paling sederhana dengan prinsip membuat
campuran paving block dengan berbagai macam komposisi campuran yang
berbeda beda. Namun pada tugas akhir ini, komposisi campuran paving yang
digunakan dengan menindak lanjuti penelitian terdahulu yakni penelitian arumi
dkk (2012), dan Erwin (2002 ) dengan komposisi 1 : 6.
Semen
Pasir
Abu batu
Serat PET
PET
Kg
Kg
Kg
Gram
0%
7.2
43.2
2.16
0.25%
7.2
43.2
2.16
135
0.50%
7.2
43.2
2.16
270
0.75%
7.2
43.2
2.16
405
1.0%
7.2
43.2
2.16
540
36
216
10.8
1350
fc
Dengan :
.(3.1)
Pada penelitian uji kejut paving, akan dilakukan suatu prototype alat uji kejut
paving, berdasarkan alat uji kejut pada beton seperti gambar diatas. Peneliti
terdahulu telah melakukan protype alat uji kejut paving , salah satunya adalah
penelitian tentang Pengaruh Pemakaian material Fine Coarse Agregate
terhadap Impact Resistance Paving Block, ( Erwin Romel , 2007). Pada
penelitian ini uji kejut dilakukan terhadap pola pemasangan paving block bukan
per single unit paving yang diuji. Dan prototype alat uji kejut dan bentuk benda
uji dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.3 Alat Uji Ketahanan Kejut Menurut Erwin Rommel, 2007
Pada penelitian ini, penulis melakukan prototype alat uji kejut pada paving per
single unit ,yang merujuk pada pengujian kejut beton ( ASTM D 1557), dan
peneliti terdahulu.
.............................(3.2)
Dengan :
WA : serapan air (kg)
Mk : massa sampel kering ( Kg )
Mj : massa sampel setelah direndam didalam air ( Kg )
Hasil pengujian serapan air tercantum pada lampiran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat
% Terhadap
Kuat Tekan
No
Penambahan
rata-rata
Paving
Serat (PET)
( Kg )
( Mpa)
Normal
0%
4,2
13,57
0,25 %
4,45
18,95
39,65 %
0,5 %
4,5
19,19
42,23 %
0,75 %
4,525
18,66
37,51 %
1%
4,55
18,31
34,93 %
Ketahanan terhadap beban kejut benda uji campuran paving block dengan
berbagai variasi jumlah serat polyethylene terephtalate, memberikan hasil
seperti tabel 4.2. Ketahanan kejut merupakan sebagai rasio antara beban pada
saat benda uji patah dengan beban pada saat retak pertama.
Impact Resistance dinyatakan sebagai jumlah pukulan (blows) yang
diperlukan untuk membuat benda uji tersebut pecah (failure). Akan tetapi
jumlah pukulan itu dapat juga dikonversikan terhadap jumlah energy ( joule).
Tabel 4.2 Ketahanan Kejut Rata -rata Paving Block
Rata-rata Jumlah
Variasi
Pukulan
Ketahanan Kejut
No
Penambahan
Retak
Retak
Hancur
(Joule)
(Joule)
Pecah
Serat (PET)
1
0%
268.181
297.980
0.25 %
16
20
645.620
784.680
0.5 %
22
28
874.071
1122.388
0.75 %
19
25
754.88
983.330
1%
13
17
516.497
685.351
Massa
Penambahan
Serapan Air
No
Basah
Kering
( Kg )
( Kg )
( %)
Serat PET
0%
3.39
3.19
6.27
0,25 %
3.43
3.25
5.54
0,5 %
3.72
3.55
4.79
0,75 %
3.76
3.61
4.16
1%
3.79
3.67
3.27
Grafik 4.3 Serapan Air Rata- rata Untuk Variasi Campuran PET
Dari hasil pengujian serapan air, daya serap air maksimum berada pada
paving normal sebesar 6.27 % dan daya serap air minimum pada paving dengan
variasi 1 % sebesar 3.27 %. Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan daya
serap air seiring dengan penambahan abu batu dan serat polyethylene terephtalate
berturut turut 6.27%, 5.54 %, 4.79 %, 4.16 %, 3.27 %.
tentang pengaruh
Kondisi Retak
Kondisi failure
Kapasitas Produksi = 800 biji / hari setara dengan 28.57 m2 / hari dengan
waktu kerja 25 hari setiap bulan
2.
3.
4.
5.
6.
Harga alat :
7.
Tenaga kerja
8.
: 2,28 ton
= 3600 gram
Semen
= 600 gram
Fas
: 0,5 x 600
= 300 gram
Abu batu
= 30 % x 600 gram
Plastik
= 180 gram
Jumlah
Satuan
Harga
Total
satuan
Pasir
1,11
m3
Rp 105.000
Rp 116.550
Semen
12
Sak
Rp 50.000
Rp 600.000
Palstik
18
Kg
Rp 1500
Rp 27.000
Abu batu
7.2
Sak
Rp 20.000
Rp 144.000
Total Biaya
Rp 887.550
Jumlah
Satuan
Harga
Total
satuan
Cetok
Buah
Rp 10.000
Rp 20.000
Cangkul
Buah
Rp 50.000
Rp 100.000
Saringan pasir
Buah
Rp 25.000
Rp 50.000
Ember
Buah
Rp 2.500
Rp 10.000
Total Biaya
Rp 180.000
Kuantitas
Satuan
Pengadaan
25
Hari
Rp 887.550
Rp 22.188.750
25
Hari
Rp 5.000
Rp 125.000
bahan
Listrik
Variable Cost
Rp 22.313.750
Gaji Pegawai
Orang
Rp 2.500.000
Rp 5.000.000
Dep. Peralatan
Rp 60.000
Rp 60.000
Dep Mesin
Rp 167.500
Rp 167.500
Dep Bangunan
Rp 125.000
Rp 125.000
Fix Cost
Rp 5.352.500
Maka, harga paving block dengan serat PET adalah Rp. 40.773,355/ m2
atau Rp.1456.192 / biji. Jika ditinjau harga paving block konvensional adalah
Rp.56.000 / m2 atau Rp. 2000/ biji. Jika dijual paving block serat PET dengan
harga Rp. 45.000 / m2 maka selisih paving konvensional dengan paving serat PET
adalah Rp 11.000.
Perbandingan harga kebutuhan paving block / m3 dengan beton / m3 pada
kuat tekan yang sama yakni 19,2 Mpa.
Untuk membuat paving block /m3 dengan kekuatan 19,2 Mpa diperlukan :
Semen : 380 kg ( 9,5 zak ) x Rp.50.000
= Rp.475.000
= Rp . 116.235
= Rp.648.235
Untuk membuat beton/m3 dengan kekuatan 19,2 Mpa diperlukan :
= Rp.463.750
= Rp.51.6705
= Rp. 133.647,5
Total
= Rp. 649.068
Selisih harga beton/ m3 dengan harga paving block /m3 adalah Rp.833. Perbedaan
harga tersebut tergantung terhadap bentuk dan dimensi benda uji paving, dimana
pada penelitian ini paving berbentuk segienam ukuran 11 x 6,5 cm, dengan jumlah
paving / m3 sebanyak 481,394 biji.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ditinjau dari sisi kualitas paving, dari hasil pengujian kombinasi abu batu
dan serat polyethylene terephtalate untuk komposisi optimum sebagai
bahan campuran paving block, berada pada variasi 0,5 % .Diperoleh hasil
pengukuran :
Kuat tekan
: 19.19 Mpa
Ketahanan kejut
Serapan air
: 4.79 %
Kuat tekan
: 13.57 Mpa
Ketahanan kejut
Serapan air
: 6.27 %
2. Ditinjau dari sisi ekonomis paving block, harga jual eco plafie paving
sebesar Rp.45.000/ m2, sementara paving konvensional Rp. 56.000 / m2.
Oleh karena itu eco plafie paving memiliki nilai ekonomis sebesar
Rp.11.000 dibandingkan paving konvensional.
3. Ditinjau dari sisi waktu, tenaga dalam penyediaan bahan campuran paving
(penyimpulan serat plastik PET), memerlukan waktu yang cukup lama (
tidak efisien terhadap waktu), serta membutuhkan banyak pekerja. Selain
itu, dalam memprototype alat uji kejut membutuhkan biaya yang cukup
mahal ( Rp.300.000).
4. Ditinjau dari sisi kelestarian lingkungan, limbah botol plastik berlogo PET
dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan adanya eco plafie
paving.
5.2 Saran
1.
Paving block dengan campuran abu batu dan serat plastik (polyethylene
terepthalate) sangat baik dimanfaatkan pada area pelabuhan peti kemas
dan area industry yang sering mengalami beban kejut yang besar dan
berulang.
2.
Perlu diteliti lebih lanjut tentang bahan tambah (admixture) jenis lain yang
dikombinasikan dengan serat plastik (polyethylene terepthalate) maupun
serat lain pada campuran paving block.
3.
4.
Perlu dilakukan suatu penelitian tentang alat uji impak ( Impact Testing )
pada beton.
Daftar Pustaka
Anonim, (1991), Annual Books of ASTM Standards, Section 4 Construction,
Volume 04.02 Concrete and Agregates, Philadelphia
Sarjono Wiryawan dkk. 2008. Pengaruh Penambahan Serat Ijuk Pada Kuat
Tarik Campuran Semen Pasir Dan Kemungkinan Aplikasinya.Jurnal Jurusan
Teknik Sipil Universitas Atma Jaya,Yogyakarta
http://jatimakmuragung.com/tag/paving-block/page/3
http://www.starblock.web.id/Paving+Block+Lebih+Ramah+Lingkungan
http://kurniasepta.com/bahaya-penggunaan-botol-bekas-berulang-ulang