Disusun Oleh :
MINA MAULINA
(2022501006)
Judul :Dampak Pemanfaatan 6,5% Abu Batu Bara sebagai Filler Terhadap
Void In Mineral Agregat pada Pencampuram AC-BC
NIM : 2022501006
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II
Diketahui/Disahkan oleh,
Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik Proposal
Tugas Akhir ini, dengan judul “Dampak Pemanfaatan 4% Abu Batu Bara Sebagai
Filler Terhadap Void In Mineral Aggregat Pada Pencampuran AC-BC“. Serta tidak
lupa shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi
kita semua. Adapun tujuan dari pembuatan Proposal Tugas Akhir ini adalah sebagai
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan D-II Akademi
Komunitas Aceh Barat.
Dalam penulisan Proposal Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan
yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini
sesuai dengan waktu yg ditentukan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan
terima kasih yang teramat dalam kepada semua pihak yang telah membantu,
membimbing, dan memberikan motivasi dalam penulisan Proposal Tugas Akhir ini
terutama kepada:
1. Bapak Zulfan Khairil Simbolon ST, M.Eng. Sebagai direktur Akademi Komunitas
Negeri Aceh Barat;
2. Bapak Ir. Hanif MT., sebagai Wakil direktur Akademi Komunitas Negeri Aceh
Barat;
3. Bapak Ferdiansyah Novriza S.T., M.T., sebagai Koordinator Prodi Konstruksi
Pondasi, Beton dan Pengspalan Jalan Akademi Komunitas Negeri Aceh Barat dan
juga selaku Pembimbing I;
4. Bapak Roni Agusmaniza, ST, MT. Sebagai Ketua Laboratorium Prodi Konstruksi
Pondasi, Beton dan Pengspalan Jalan Akademi Komunitas Negeri Aceh Barat dan
juga selaku Pembimbing II;
5. Dosen pengarah, dosen penguji dan seluruh dosen Program Studi Prodi Konstruksi
Pondasi, Beton dan Pengspalan Jalan serta staf Karyawan Jurusan Prodi Konstruksi
Pondasi, Beton dan Pengspalan Jalan Akademi Komunitas Negeri Aceh Barat;
6. Kedua orang tua yang telah banyak membantu dan selalu memberikan do’a serta
dukungan baik moril maupun materil dalam pembuatan Tugas Akhir ini;
7. Seluruh mahasiswa/i Prodi Konstruksi Pondasi, Beton dan Pengspalan Jalan
terkhusus angkatan 2020 yang selalu mendukung dan mendo’akan serta
memberikan perhatian dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan untuk penyusunan karya yang lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga Proposal Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Mina Maulina
2022501006
BAB I
PENDAHULUAN
1. Untuk mengatahui pemaanfaatan dari limbah abu batu bara yang merupakan
hasil pembakaran dari Boiler PLTU Nagan Raya yang selama ini belum di
manfaatkan secara maksimal.
Agregat dan aspal merupakan bahan dasar dari campuran beraspal. Kualitas
campuran beraspal sangat ditentukan oleh mutu dari kedua bahan tersebut.
2.2.1 Agregat
Agregat secara umum didefinisikan sebagai formasi kulit bumi yang keras dan
padat. Berdasarkan besar (ukuran) partikel-partikel agregat, maka agregat dapat
dibedakan atas agregat kasar, agregat halus, serta abu batu/mineral filler.
Menurut Sukirman (2003 : 3) agregat berdasarkan pengolahannya dibedakan
sebagai berikut:
1. Agregat siap pakai, yaitu agregat yang dipergunakan sebagai material perkerasan
jalan dengan bentuk dan ukuran sebagaimana diperoleh di lokasi asalnya/ dengan
sedikit proses pengolahan, agregat ini terbentuk berdasarkan proses erosi dan
degradasi. Agregat ini sering disebut agregat alam;
2. Agregat yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipakai, yaitu agregat yang
diperoleh di bukit-bukit, di gunung-gunung, ataupun di sungai-sungai. Agregat di
gunung dan di bukit umumnya ditemui dalam bentuk masif, sehingga perlu
dilakukan pemecahan dahulu supaya dapat diangkat ke tempat mesin pemecah batu
(stone crusher).
Direktorat Jenderal Bina Marga 2018 menyebutkan beberapa persyaratan teknis
agregat kasar untuk bahan campuran beraspal seperti dalam Tabel 2.1 di bawah ini:
Menurut Shahrour dan Saloukeh (1992), kualitas dan banyaknya filler yang
digunakan dalam campuran aspal panas sangat berpengaruh dalam kinerja campuran
aspal panas. Filler umumnya menambah kekakuan pada aspal beton, tingkat
kekakuannya berubah tergantung pada jenis filler dan jumlahnya.
2.2.3 Abu Batu Bara
Abu batu bara /bottom ash adalah material yang sangat halus yang berasal dari
sisa pembakaran batu bara. Abu batu bara dapat dijadikan filler karena ukuran
partikelnya yang sangat halus yang lolos saringan bila disaring dengan menggunakan
saringan No. 200 (75 micron) dan mengandung unsur pozzolan, sehingga dapat
berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dan pengikat pada aspal beton (Adibroto et al,
2008)
Abu batu bara terdiri dari partikel-partikel halus, gradasi dan kehalusan abu batu
bara dapat memenuhi persyaratan gradasi untuk mineral filler (Zulfhazli, et al, 2016).
Pemanfaatan abu batu bara adalah salah satu cara untuk menangani abu hasil
pembakaran dari pekerjaan industri yang jumlahnya sangat besar, walaupun nilai
ekonomi rendah, tetapi pemanfaatan ini dapat mengurangi biaya penanganan limbah.
Elliot (1981) yang merupakan geokimia batubara, berpendapat bahwa batubara
merupakan batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen yang 7
mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, serta oksigen sebagai komponen unsur
utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa
anorganik pembentuk ash (debu), tersebarsebagai partikel zat mineral yang terpisah di
seluruh senyawa batubara. Secara ringkas, batubara bisa didefinisikan sebagai batuan
karbonat berbentuk padat, rapuh, berwarna cokelat tua sampai hitam, dapat terbakar,
yang terjadi akibat perubahan tumbuhan secara kimia dan fisik.
Menurut Retno Damayanti (2018) Di Indonesia abu batubara dikatagorikan
sebagai limbah berbahaya, salah satu penyebabnya karena adanya unsur-unsur logam
berbahaya seperti Mn, Pb, Cu, Zn, Cd, Cr, Co, Hg, Se, V dan As. Puslitbang tekMIRA
sebagai salah satu instirusi riset di bawah Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
(KESDM) juga telah melakukan penelitian abu batu bara terutama dikaitkan dengan
permasalahan pertambangan. Pengujian terkait prediksi terjadinya pelindian logam-
logam berat yang dikandungnya harus diantisipasi.
2.2.4 Aspal
Menurut Sukirman (2003 : 26-27), aspal adalah material yang pada temperature
ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Banyaknya aspal
dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran atau 10-
15% berdasarkan volume.
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal
minyak. Aspal alam yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat
digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan seperti aspal
pulau Buton dan aspal danau trinidad. Aspal minyak adalah aspal yang merupakan
residu pengilangan minyak bumi.
Sukirman (1999 : 66) menyatakan bahwa aspal yang digunakan dalam
konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai:
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara
aspal itu sendiri;
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir dan pori-pori yang ada dari agregat
itu sendiri.
Persyaratan aspal penetrasi 60/70 yang digunakan untuk campuran aspal seperti
yang diperlihatkan pada Tabel 2.4 berikut:
/
3 ”
4 19 90-100
/
1 "
2 12,5 75-90
Agregat bergradasi seragam (uniform graded) adalah agregat yang hanya terdiri
dari butir-butir agregat berukuran sama atau hampir sama. Rentang distribusi ukuran
butir pada gradasi seragam tersebar pada rentang yang sempit. Agregat dengan gradasi
seragam akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi,
stabilitas kurang dan berat volume kecil.
Agregat bergradasi terbuka (open graded) adalah agregat yang distribusi ukuran
butirnya sedemikian rupa sehingga pori-porinya tidak terisi dengan baik (Sukirman,
2003 : 10). Salah satu penggunaan agregat bergradasi terbuka adalah pada lapisan
perkerasan aspal porus (porous asphalt).Agregat bergradasi senjang (gap graded)
adalah agregat yang distribusi ukuran butirnya tidak menerus atau ada bagian ukuran
yang tidak ada, jika ada sedikit sekali (Sukirman, 2003 : 10).
Gradasi yang digunakan dalam perencanaan aspal beton Lapis Antara (AC-BC)
adalah gradasi baik. Gradasi yang digunakan berpedoman pada spesifikasi Dinas Bina
Marga 2018.
Keterangan:
Pb = kadar aspal perkiraan, persen terhadap berat campuran;
CA = persen agregat tertahan saringan No. 8;
FA = agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan No. 200;
Filler = agregat minimal 75% lolos saringan No. 200;
Nilai konstanta sekitar 0,5 – 1,0 untuk AC.
Ada beberapa metode untuk merencanakan suatu campuran yang baik, salah
satunya adalah dengan uji Marshall. Menurut Sukirman (2003: 118) metode campuran
yang paling banyak dipergunakan di Indonesia saat ini adalah metode rancangan
campuran berdasarkan pengujian empiris, yaitu dengan mempergunakan alat Marshall.
Uji Marshall merupakan tahapan penting dalam penentuan karakteristik campuran
beraspal. Karakteristik campuran beraspal yang merupakan parameter Marshall adalah
kepadatan, rongga dalam campuran (VIM), rongga dalam mineral agregat (VMA), dan
rongga terisi aspal (VFA), stabilitas, kelelehan plastis (flow), Marshall Quotient dan
durabilitas.
e
i= .........................................................................................................(2.2)
( f −g)
Keterangan:
i = density (gr/cm3);
e = berat kering (gr)
f = berat dalam kering keadaan jenuh permukaan (gr);
g = berat dalam air (gr);
(f - g) = volume bulk (cm3).
2.4.2 Rongga dalam Campuran (void in mix)
Rongga dalam campuran atau void in mix (VIM) adalah bagian ruang kosong
dari seluruh campuran yang merupakan perbandingan volume ruang udara dengan
volume sampel yang dipadatkan dan dinyatakan dalam persen (Bukhari, et al, 2007).
Selanjutnya Sukirman (2003 : 88) menyatakan banyaknya pori yang berada dalam beton
aspal padat (VIM) adalah banyaknya pori diantara butir-butir agregat yang diselimuti
aspal. Rongga dalam campuran dinyatakan dalam persen terhadap volume beton aspal
padat, dapat dihitung dengan persamaan:
k = 100 – 100 (i / j) .............................................................................. (2.3)
Keterangan:
k = persen rongga (%);
i = berat volume atau density (gr/cm3);
j = berat jenis teoritis.
100 100
j = % Agregat % Aspal % Filler % Agregat % Aspal % Asbuton
+ + + +
Bj Agregat Bj Aspal Bj Filler Bj Agregat Bj Aspal Bj Asbuton
(2.4)
l = 100 – {(
100−b ) x i
Bj . agregat }
........................................................................ (2.5)
Keterangan:
l = rongga di dalam mineral agregat (VMA);
b = persen aspal terhadap campuran;
i = berat volume benda uji (gr/cm3).
S
MQ = ..................................................................................................... (2.8)
flow
Keterangan:
MQ = nilai Marshall Quotient (kg/mm);
S = nilai stabilitas Marshall (kg);
Flow = pembacaan dial flow (mm).
2.4.8 Durabilitas
Durabilitas (keawetan) merupakan kemampuan beton aspal (campuran beraspal
padat) menerima repetisi beban lalulintas, gesekan, serta keausan akibat cuaca dan iklim
(Sukirman, 2003 : 77).
Faktor yang mempengaruhi durabilitas dalam campuran beton adalah:
1. Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal
beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya bleeding menjadi
tinggi;
2. VIM (Voids In Mix) kecil, sehingga lapisan menjadi kedap air dan udara tidak
masuk ke dalam campuran yang menyebabkan aspal menjadi rapuh;
3. VMA (Voids in Mineral Agregat) besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal, jika
VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadinya bleeding
besar.
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Analisis Saringan
Analisis saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk
menentukan presentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set saringan, yang
angka persentase kumulatif digambarkan pada grafik pembagian butir. Ukuran butir
yang maksimum dan agregat ditunjukan dengan saringan terkecil dimana agregat
tersebut masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran
saringan maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas
saringan tersebut terdapat sebagian agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum
dan gradasi agregat di kontrol oleh spesifikasi susunan dari butiran agregat sangat
berpengaruh dalam perencanaan suatu perkerasan..
Ukuran butiran tanah ditentukan dengan menyaring sejumlah tanah melalui
seperangkat saringan yang disusun dengan lubang yang paling besar berada paling atas
dan makin kebawah makin kecil. Jumlah tanah yang tertahan pada saringan tersebut
disebut salah satu dari ukuran butir sampel tanah. Saringan yang digunakan yaitu No
saringan ½”, 3/8”,1/4”,1/8”,1/16”, No 30, No 50, No100, No 200 dan pan.
Berat tanah yang tertahan ditiap saringan dihitung beratnya dan persentase kumulatif
dari berat tanah yang melewati tiap saringan dihitung beratnya.
Dengan mengetahui pembagian besarnya butir dari suatu tanah, maka kita dapat
menentukan klasifikasi terhadap suatu macam tanah tertentu atau dengan kata lain dapat
mengadakan deskripsi tanah. Besarnya butiran tanah biasa digambarkan dalam grafik .
Bk
Berat jenis bulk = ..................................................... (3.1)
Bj−Ba
Bj
Berat jenis kering permukaan = ..................................................... (3.2)
Bj−Ba
Bk
Berat jenis semu = .................................................... (3.3)
Bk−Ba
Bj−Bk
Penyerapan = x 100% ......................................... (3.4)
Bk
Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven, (gram);
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh, (gram);
Ba = berat benda uji di dalam air, (gram);
a. Penetrasi Aspal
Pengujian penetrasi aspal diawali dengan persiapan benda uji, yaitu cetakan
aspal. Aspal dipanaskan selama maksimal 30 menit perlahan-lahan sambil diaduk,
hingga cukup cair untuk dapat dituangkan. Setelah aspal cair secara merata, selanjutnya
dituangkan ke dalam sebuah wadah dan didiamkan sampai dingin. Tinggi aspal di
dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi perkiraan ditambah 10 mm.
Benda uji dibuat dua buah. Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada
suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml
dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
Kemudian benda uji diletakkan di dalam tempat air yang kecil. Setelah itu,
tempat air tersebut dimasukkan ke dalam bak perendaman yang suhunya 25° C. Benda
uji didiamkan di dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji dengan
cawan berkapasitas 90 ml dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji dengan cawan
berkapasitas 175 ml.
Selanjutnya adalah persiapan alat penguji penetrasi. Pemegang jarum diperiksa
agar jarum dapat dipasang dengan baik. Jarum penetrasi dibersihkan dengan toluene
atau pelarut lain, dikeringkan dengan lap bersih, dan dipasang pada pemegang jarum.
Selanjutnya pemberat seberat 50 gram diletakkan di atas jarum sehingga total berat
jarum dan pemberat sebesar (100 ± 0,1) gram. Tempat air dipindahkan dari bak
perendam ke bawah alat penetrasi. Jarum perlahan-lahan diturunkan sehingga
menyentuh permukaan benda uji. Hal ini dapat dibantu dengan meletakkan kertas di
antara jarum dan permukaan benda uji. Kemudian diatur angka 0 pada arloji
penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
Selanjutnya pemegang jarum dilepaskan dan serentak stop watch dijalankan
selama jangka waktu 5 ± 0,1 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan
diperlukan stop watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan
kesalahan tertinggi 0,1 detik per detik, sedangkan untuk pengukuran penetrasi dengan
alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik. Arloji
penetrometer yang berimpit dengan jarum penunjuk diputar dan dibulatkan hingga
angka 0,1 mm terdekat. Setelah itu, jarum dilepaskan dari pemegang jarum dan alat
penetrasi disiapkan untuk pekerjaan berikutnya. Pekerjaan yang telah disebutkan di atas
dilakukan tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap
titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak lebih dari 1 cm. Nilai penetrasi dinyatakan
sebagai rata-rata dari sekurang-kurangnya 3 pembacaan dengan syarat bahwa hasil-hasil
pembacaan tidak melampaui ketentuan.
Pemilihan limbah abu batu bara yang ambil langsung dari PLTU Nagan Raya
merupakan hasil dari pembakaran sempurna batu bara yang digukan sebagai bahan
bakar utama dalam menghasilkan energi listrik. Abu batu bara yang di gunakan
merupakan partikel yang lolos saringan No 200. Persentase abu batu bara yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 4% dari berat total filler dalam campuran,
dengan kata lain persentase filler dalam campuran AC-BC merupakan gabungan dari
96% abu batu dan 6,5% abu batu bara. Metode pecampuran yang digunakan yaitu cara
kering dimana abu batu bara dimasukkan dalam campuran agregat yang telah
dipanaskan. Limbah abu batu bara ini dicampurkan dalam campuran aspal AC-BC pada
setiap variasi kadar aspal untuk memperoleh kadar aspal optimun (KAO).
Limbah abu batu bara yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah hasil
pembakaran dari PLTU Nagan Raya. Kadar Persentase abu batu bara yang digunakan
pada penelitian ini yaitu sebesar 4%
Tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan kadar penambahan limbah abu
batu bara, itu artinya penambahan limbah abu batu bara dilakukan dengan kadar
tertentu sebagai bentuk dari metode empiris.
Tabel 3.3 Benda Uji untuk Menentukan KAO dengan filler 4% abu batu bara
No. Kadar Aspal Kode Benda Uji Jumlah
1. 4,5% B11, A12, A13 3 Buah
2. 5,0% B21, A22, A23 3 Buah
3. 5,5% B31, A32, A33 3 Buah
4. 6,0% B41, A42, A43 3 Buah
5. 6,5% B51, A52, A53 3 Buah
Jumlah Total 15 Buah
Setelah didapat kadar aspal optimum, maka dibuat benda uji pada kadar aspal
optimum tersebut baik yang mengggunakan abu batu bara sebagai filler maupun yang
tidak sebanyak masing-masing 3 benda uji. Limbah abu batu bara dicampurkan dalam
campuran, sehingga kadar filler dalam campuran tetap untuk semua variasi limbah abu
batu bara.
Jadi total keseluruhan benda uji adalah 36 buah. Langkah awal pembuatan benda
uji adalah menyiapkan peralatan yang digunakan pada percobaan ini yaitu timbangan,
kompor, wajan, sendok pengaduk, termometer, mold, kertas untuk lapisan mold,
spatula, alat penumbuk, dongkrak, dan bak perendaman benda uji.
Agregat yang dipersiapkan beratnya sesuai dengan perencanaan campuran,
kemudian dikeringkan dalam oven. Sementara itu aspal dipanaskan sampai mencapai
suhu pencampuran, lalu aspal sebanyak yang dibutuhkan dituang ke dalam agregat yang
sudah dipanaskan kemudian dicampur sampai rata. Setelah mencapai suhu
pencampuran, campuran dituang ke dalam mold yang sudah dipanaskan.
Setelah mencapai suhu pemadatan, benda uji ditumbuk dengan menggunakan
alat penumbuk masing-masing sebanyak 75 tumbukan untuk permukaan bagian atas dan
bagian bawah. Jumlah tumbukan ini mengacu kepada AASHTO 1990 bahwa untuk lalu
lintas berat menggunakan 2 x 75 tumbukan. Setelah itu benda uji dikeluarkan dari
cetakan dan didiamkan selama 24 jam. Kemudian dilakukan penimbangan berat kering,
lalu benda uji direndam selama 24 jam. Setelah perendaman dilakukan penimbangan
berat benda uji didalam air, setelah itu benda uji dilap agar tercapai kering permukaan
kemudian ditimbang.
Sebelum dilakukan percobaan Marshall, benda uji direndam dalam bak
perendaman selama 30 menit pada suhu 60˚C. Benda uji dikeluarkan dan diletakkan
pada alat Marshall, kemudian alat flow meter dan jarum dial penekan diatur
kedudukannya pada angka nol. Pembebanan siap diberikan dengan kecepatan tetap 50
mm/menit sampai mencapai pembebanan maksimum.
3.7 Metode Analisa Data
Dari hasil percobaan Marshall dilakukan suatu analisa data dengan
menggunakan metode regresi. Analisa regresi dipakai untuk menganalisa bentuk
hubungan dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, analisa regresi digunakan untuk
menganalisa hubungan antara variasi kadar aspal dengan parameter-parameter Marshall
yaitu : stabilitas dan flow, density, Marshall Quotient, VIM, VMA dan VFA. Untuk
mendapatkan persamaan garis atau kurva yang mewakili dua variabel yang dicari
hubungannya, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dari hasil pengujian.
Data yang diperoleh dari pengujian masing – masing diplot pada suatu sumbu
salib dan membentuk titik pencar yang disebut diagram pencar (scatter plot). Data
tersebut merupakan variabel terikat (sumbu y) dan kadar aspal sebagai variabel bebas
(sumbu x). Garis atau kurva pendekatan yang mewakili titik – titik dalam diagram
pencar dapat berupa garis lurus (linier) maupun garis lengkung (non linier).
Perhitungan tersebut akan diperoleh hasil hubungan antara kadar aspal dengan
parameter Marshall sehingga diperoleh kadar aspal optimum. Pada penelitian untuk
analisis regresi guna mendapatkan kurva pendekatan yang mewakili kumpulan titik
tersebut akan digunakan software Microsoft Excel.
Pada bab ini akan diuraikan hasil pengujian dan pengolahan data berdasarkan hasil
penelitian di laboratorium serta dilanjutkan pembahasan hasil menggunakan metode yang telah
diuraikan pada BAB II dan BAB III.
4.1 Hasil
Hasil yang disajikan dalam penelitian ini berupa tabel-tabel hasil pemeriksaan dan pengujian
sifat-sifat fisis material, serta hubungan antara masing-masing parameter Marshall dengan
rentang kadar aspal, yang memenuhi semua syarat kriteria campuran beraspal panas lapisan AC-
BC dari spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010, untuk memperoleh kadar aspal
optimum (KAO) menggunakan aspal pen. 60/70. Baik menggunakan semen maupun abu batu
bara sebesar 6,5% sebagai pengganti filler agar di dapat informasi perbandingan void in
mineral aggregat dan durabilitas kedua jenis campuran aspal tersebut.
4.1.1 Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat
Data hasil pemeriksaan di laboratorium terhadap sifat-sifat fisis agregat dari sumber
Stone Crusher berlokasi di Desa Tanjong Bungoeng, Kecamatan Kawai XVI, Kabupaten Aceh
Besar Provinsi Aceh disajikan dalam bentuk tabel. Pemeriksaan sifat-sifat fisis ini meliputi
pemeriksaan berat jenis, penyerapan, keausan, dan los angeles.
Ditinjau dari tabel hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat, sebagian besar pengujian
sudah memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan. Hasil pemeriksaan sifat fisis agregat
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini
Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B
Tabel B.4.1 s/d B.4.6 Halaman 64 s/d 66.
Pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal Pen. 60/70 meliputi pemeriksaan berat jenis aspal,dan
penetrasi. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal Pen. 60/70 disajikan pada Tabel 4.2 di bawah
ini :
(Sumber : Penulis,2022)
Hasil pengujian terhadap sifat-sifat fisis aspal Penetrasi 60/70 selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran B Tabel B.4.7 s/d B.4.10 Halaman 68 s/d 69.
Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil pengujian marshall dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5,0%,
5,5%, 6,0%, dan 6,5% untuk filler semen
Density
4. 2.50 2.50 2.52 2.50 2.50 Min. 2
(gr/cm3)
Setelah didapat hasil parameter Marshall dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5,0%, 5,5%,
6,0%, dan 6,5%, kemudian dilakukan pengolahan data hasil perhitungan analisa regresi
hubungan kadar aspal dengan stabilitas, flow, Marshall question, density, VIM, VMA, dan VFA
dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel. Rekapitulasi hasil analisa regresi
parameter Marshall dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.4 Rekapitulasi bentuk persamaan analisa regresi dengan parameter Marshall
Parameter
No Persamaan Linear Orde Dua R²
Marshall
Untuk hasil analisa regresi parameter marshal selengkapnya dapat di lihat pada
lampiran C Tabel C .4.1s\d C.4.7 halaman 73 s\d 79
Dari hasil persamaan analisa regresi yang didapat maka persamaan-persamaan tersebut
digunakan untuk mencari hubungan antara variasi kadar aspal dengan parameter Marshall,
kemudian diplot pada sumbu salib dengan kadar aspal sebagai variabel terikat (sumbu x) dan
parameter Marshall sebagai variabel bebas (sumbu y). Penentuan nilai kadar optimum tidak
dilihat dari titik optimum pada masing-masing grafik, melainkan dengan menggunakan metode
Range Overlapping yaitu dengan melihat nilai kadar aspal yang memenuhi batas-batas
persyaratan parameter Marshall sehingga diperoleh suatu nilai kadar aspal yang telah memenuhi
persyaratan atau KAO sebesar 4,86%. Nilai ini kemudian digunakan untuk membuat benda uji
dengan rendaman 30 menit dan 24 jam pada kadar aspal optimum (KAO). Grafik hubungan
kadar aspal dengan masing-masing parameter aspal untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar A.4.1 Halaman 62.
4.1.5 Pengujian Marshall untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) dengan filler
Abu Batu Bara 6,5%
Hasil pengujian Marshall Laston AC-BC menghasilkan parameter-parameter Marshall
yaitu stabilitas, flow, density, VIM, VFA, VMA, dan Marshall quotient. Hasil pengujian
Marshall dengan variasi kadar aspal 4,5%; 5,0%; 5,5%; 6,0% dan 6,5% menggunakan gradasi
agregat rencana digambarkan pada suatu grafik hubungan antara kadar aspal dengan parameter
Marshall. Analisa regresi digunakan hanya untuk mencari hubungan antara kadar aspal dengan
parameter Marshall. Hasil persamaan yang didapat dari analisa regresi diplot ke dalam grafik
untuk mengetahui kadar aspal optimum (KAO) dari masing-masing campuran.
Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil pengujian marshall dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5,0%,
5,5%, 6,0%, dan 6,5% untuk abu batu bara
1270.5
3. MQ (kg/mm) 754.46 442.97 289.64 195.22 Min. 250
1
Density
4. 2.45 2.51 2.52 2.50 2.48 Min. 2
(gr/cm3)
Setelah didapat hasil parameter Marshall dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5,0%, 5,5%,
6,0%, dan 6,5%, kemudian dilakukan pengolahan data hasil perhitungan analisa regresi
hubungan kadar aspal dengan stabilitas, flow, Marshall question, density, VIM, VMA, dan VFA
dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel. Rekapitulasi hasil analisa regresi
parameter Marshall dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.4 Rekapitulasi bentuk persamaan analisa regresi dengan parameter Marshall
Parameter
No Persamaan Linear Orde Dua R²
Marshall
Untuk hasil analisa regresi parameter marshal selengkapnya dapat di lihat pada
lampiran C Tabel C .4.1s\d C.4.7 halaman 73 s\d 79
Dari hasil persamaan analisa regresi yang didapat maka persamaan-persamaan tersebut
digunakan untuk mencari hubungan antara variasi kadar aspal dengan parameter Marshall,
kemudian diplot pada sumbu salib dengan kadar aspal sebagai variabel terikat (sumbu x) dan
parameter Marshall sebagai variabel bebas (sumbu y). Penentuan nilai kadar optimum tidak
dilihat dari titik optimum pada masing-masing grafik, melainkan dengan menggunakan metode
Range Overlapping yaitu dengan melihat nilai kadar aspal yang memenuhi batas-batas
persyaratan parameter Marshall sehingga diperoleh suatu nilai kadar aspal yang telah memenuhi
persyaratan atau KAO sebesar 4,86%. Nilai ini kemudian digunakan untuk membuat benda uji
dengan rendaman 30 menit dan 24 jam pada kadar aspal optimum (KAO). Grafik hubungan
kadar aspal dengan masing-masing parameter aspal untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar A.4.1 Halaman 62.
Hasil pengujian Marshall lapisan beton aspal AC-BC dengan variasi kadar aspal menghasilkan
nilai kadar aspal optimum sebesar 4,98 %. Untuk campuran variasi persentase aditif kantong
pastik bekas, kadar aditif optimum sebesar 4%. Berdasarkan KAO dan kadar aditif optimum
yang diperoleh dengan spesifikasi gradasi yang sama dibuat masing-masing 6 (enam) buah
benda uji untuk KAO filler semen dan 6 buah untuk KAO filler 6,5% abu batu bara, dengan
rincian 6 (enam) buah benda uji untuk setiap jenis campuran di rendam di water bath untuk
mendapatkan nilai stabilitas dan 6 benda uji sisa nya di rendam dalam water bath selama 24 jam
pada suhu 60C untuk memperoleh nilai stabilitas sisa.
4.1.6 Hasil uji marshal pada kadar aspal optimum (kao) Dengan Filler Semen
Hasil pengujian marshal laston aspal AC –BC pada kadar aspal optimum sebesar 4,86%
dapat dilihat pada table di bawah ini.
4.1.7 Hasil uji marshal pada kadar aspal optimum (kao) Dengan Filler Abu Batu Bara
sebesar 6,5%
5 Hasil pengujian marshal laston aspal AC –BC pada kadar aspal optimum sebesar 4,98%
dapat dilihat pada table di bawah ini.
4.2 Pembahasan
Hal-hal yang akan dibahas pada sub bab ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari
penelitian dan hasil pengolahan data berupa perubahan parameter Marshall dan durabilitas
untuk jenis campuran baik filler abu batu bara 6,5% maupun filler semen pada KAO. Dari
pembahasan ini akan diketahui kinerja campuran lapisan AC-BC menggunakan aspal pen. 60/70
dengan tambahan aditif kantong plastik bekas.
VMA
Gambar 4.6 Pengaruh campuran filler abu batu bara terhadap VMA.
Durabilitas
Gambar 4.6 Pengaruh campuran filler abu batu bara terhadap Durabilitas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil pengujian yang telah dilakukan dan hasil pembahasan
nantinya akan diambil beberapa kesimpulan terhadap nilai-nilai dari karakteristik
campuran aspal sebagai akibat dari penambahan 4% limbah abu batu bara sebagai filler.
5.1 Saran
Dari penelitian ini nantinya dapat disarankan beberapa masukan yang berkenaan
dengan penelitian dan pelaksanakannya sehingga apabila ingin dilakukan penelitian atau
pengembangan lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan awal.
Daftar Pustaka
Bina Marga Edisi 2010 Revisi 3 Divisi 6. Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Bukhari, dkk, 2007, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan, Fakultas Teknik,
Universitas Syia Kuala.
Fannisa, H., dan M. Wahyudi, 2010, Perencanaan Campuran Aspal Beton dengan
Menggunakan Filler Kapur Padam, Program Studi Diploma III Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Salim, A., 2010, Penggunaan Agregat Alam Pulau Simeuleu dan Semen Portland
Sebagai Filler untuk Lapis Permukaan Jalan, Bidang Studi Teknik Transportasi
Fakultas Teknik Unsyiah, Banda Aceh.
Shahrour dan Saloukeh, 1992, Effect of Quality and Quantity of Locally Produce Filler
(Passing Sieve no. 200) on Asphaltic Mixture in Dubai, ASTM Special
Technical Publication, USA.
LAMPIRAN A