PENDAHULUAN
Jalan raya sebagai salah satu sarana transportasi darat kegunaannya dirasakan
dan ketahanan nasional. Pembangunan jalan yang dilaksanakan pada masa sekarang
setempat dan disesuaikan dengan kondisi daerah dimana konstruksi pengerasan akan
dilaksanakan.
Aspal beton sebagai bahan untuk konstruksi Jalan sudah lama dikenal dan
digunakan secara luas dalam pembuatan jalan . penggunaannya pun di Indonesia dari
tahun ke tahun makin meningkat. Hal ini disebabkan aspal beton mempunyai beberapa
kelebihan dibanding dengan bahan-bahan lain, diantaranya harganya yang relative lebih
murah disbanding beton, kemampuannya dalam mendukung beban berat kendaraan yang
tinggi dan dapat dibuat dari bahan-bahan local yang tersedia dan mempunyai ketahanan
yang baik terhadap cuaca. Aspal beton atau asphalt concrete adalah campuran dari
agregat bergradasi menerus dengan bahan bitumen. Kekuatan utama aspal beton ada pada
keadaan butir agregat yang saling mengunci dan sedikit filler sebagai mortar.
Pada bulan April 2006 gunung Merapi mengalami erupsi dan pada 26 Oktober
2010 meletus. Letusan tersebut menghasilkan material vulkanik yang berukuran abu ke
seluruh penjuru lereng Merapi mulai dari wilayah Kabupaten Magelang, Sleman, Klaten,
dan Boyolali. Abu vulkanik terbentuk dari pembekuan magma yang dierupsikan secara
eksplosif. Sebagian butiran dari abu ini mempunyai bentuk runcing, dan karena
kandungan silikanya yang besar, abu ini mempunyai sifat absorbsi yang tinggi.
Abu vulkanik hasil piroklastik jatuhan dan juga awan panas ini menyebabkan
gangguan kesehatan mulai pernafasan dan pengelihatan. Sehingga perlu dipikirkan cara
untuk memanfaatkan abu vulkanik ini sebagai bahan yang bermanfaat dan berguna. Oleh
karena itu penulis terdorong untuk memanfaatkan abu vulkanik sebagai filler dalam
diharapkan dapat menghasilkan perpaduan yang baik antara agregat kasar, agregat halus,
aspal dan filler yang nantinya akan diperoleh lapisan permukaan yang lentur dan dapat
mendukung beban lalu lintas dengan baik dan nyaman tanpa mengalami deformasi atau
kerusakan yang berarti dalam jangka waktu tertentu. Karena abu vulkanik mengandung
banyak sekali kadar mineral diantaranya Silica, Magnesium dan ferum sehingga
revisi SNI03-1737-1989?
1.3 BATASAN MASALAH
78.
SNI 03-1737-1989.
1.5.1 Teoritis
Asphalt Concrete.
1.6 HIPOTESIS
Hipotesis dari penilitian ini adalah penggunaan filler abu vulkanik Gunung
stabilitas marshall.
sebelumnya dengan menggunakan filler abu vulkanik dan abu batu, antara lain :
dengan penggunaan abu vulkanik dan abu batu sebagai filler ( Hadi Ali,
2011). Kadar aspal rencana yang digunakan baik pada campuran dengan
filler abu vulkanik maupun abu batu adalah Pb = 5.5% dengan rentang
uji Marshall dengan kadar aspal rencana, seluruh sifat Marshall pada uji
b. Pada seluruh rentang kadar aspal, nilai flow campuran dengan filler
abu batu lebih tinggi dari pada campuran dengan filler abu vulkanik.
c. Nilai tertinggi pada abu batu sebesar 4,667 mm, sedangkan abu
dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%, 6% dan 6,5% serta kadar abu
vulkanik 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% pada setiap variasi kadar aspal,
nyata.
abu vulkanik sebesar 100% dan 75% dengan kadar aspal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
tanah dasar (subgrade) yang telah mengalami pemadatan dan mempunyai fungsi
jalan supaya tanah dasar tidak menerima beban yang lebih besar dari daya dukung
tanah yang diijinkan. Tujuan dari pembuatan lapis perkerasan jalan adalah agar
dicapai suatu kekuatan tertentu sehingga mampu mendukung beban lalu lintas dan
Asphalt concrete salah satu jenis perkerasan lentur yang umum digunakan
di Indonesia, merupakan suatu lapisan pada jalan raya yang terdiri dari campuran
aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus dicampur, dihamparkan dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Pembuatan Lapis Aspal
lapis antara (binder) pada perkerasan jalan yang mampu memberikan sumbangan
daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat
dan bahan pengikat. Daya ikat (interlocking) antar agregat merupakan penyokong
utama bagi kekuatan dan performa material pada struktur perkerasan. Oleh karena
itu, permukaan jalan dapat menahan beban dengan baik ketika kendaraan
melewatinya.
Lapisan perkerasan adalah suatu lapisan yang terletak diatas tanah dasar
yang telah dipersiapkan dengan pemadatan dan berfungsi sebagai pemikul beban
Lapis Asphalt Concrete adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya,
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well
graded) dicampur, dihampar, dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan
filler, sedangkan aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat untuk lapis aspal
beton harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 60/70 atau 80/100 yang
seragam,tidak mengandung air, bila dipanaskan sampai suhu 175C tidak berbusa
dan memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan (Bina Marga, 1987).
2.2.2.1 Aspal
Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk padat
bersifat tidak mudah menguap serta lunak secara bertahap jika dipanaskan. Aspal
berwarna coklat tua sampai hitam dan bersifat melekatkan, padat atau semi padat,
dimana sifat aspal yang menonjol tersebut didapat didalam atau dengan
dari sisa organism laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang tertimbun
oleh pecahan batu batuan. Setelah berjuta-juta tahun material organis dan lumpur
terakumulasi menjadi lapisan lapisan sedalam ratusan meter, beban dari beban
teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen. Sedimen tersebut
yang lama kelamaan menjadi atau terproses menjadi minyak mentah senyawa
dasar hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi minyak mentah tersebut,
namun aspal ditemukan sebagai bahan alam (misal : asbuton), dimana sering juga
Selain sebagai bahan pengikat, aspal juga menjadi bahan pengisi pada
yang banyak memakai agrgat kasar, penggunaan kadar aspal menjadi sangat tinggi
karena aspal disini berfungsi untuk mengisi rongga-rongga antar agregat dalam
(LASTON) memrlukan kadar aspal yang tinggi pula. Untuk mengantisipasi kadar
aspal yang tinggi digunakan aspal dengan mutu baik, dengan tujuan memperbaiki
kondisi campuran.
beban lalu lintas, sebaliknya kadar aspal yang terlalu tinggi akan menghasilkan
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal padat atau keras
dengan penetrasi 60/70 dan mempunyai nilai karakteristik yang telah memenuhi
persyartan yang ditetapkan Bina Marga berdasarkan Petunjuk Lapis Tipis Aspal
Aspal adalah material yang bersifat termoplastis, sehingga akan menjadi keras
atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan melunak atau mencair
memenuhi kebuthan lalu lintas serta tahan lama. Dengan diketahui kepekaan
c. Kekerasan aspal
Sifat kekakuan atau kekerasan aspal sangat penting, karena aspal yang
mengikat agregat akan menerima beban yang cukup besar dan berulang-ulang.
agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan aspal
ikatan yang bak antara agregat dan aspal. Kohesi adalah ikata di dalam
terjadi pengikatan.
2.2.2.2 Agregat
Agregat adalah suatu bahan yang keras dan kaku yang digunakan sebagai
bahan campuran yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang termasuk
di dalamnya antara lain pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi dan debu
agregat. Banyaknya agregat dalam campuran aspal pada umumnya berkisar antara
90% sampai dengan 95% terhadap total berat campuran atau 70% sampai dengan
beban lalu lintas karena dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung
sifat-sifat yang ada yaitu strength atau kekuatan, durability atau kemudahan dalam
oleh gradasi, kadar lumpur, kekerasan (hardness) dan bentuk butir (shape-grain).
Gradasi merupakan ukuran luar dari agregat dan dibedakan menjadi agregat kasar,
halus dan agregat pengisi (filler). Gradasi yang baik, seragam dan seimbang dapat
Agregat yang dapat diambil langsung oleh alam tanpa proses pengolahan dan
dapat langsung dipakai sebagai bahan perkerasan jalan. Agregat alam yang
banyak digunakam sebagai bahan penyusu perkerasan adlah kerikil dan pasir.
Agregat yang berasal dari mesin pemecah batu. Pengolahan ini bertujuan
c. Agregat Buatan
Agregat ini dibuat dengan alas an khusus, yaitu agar mempunyai daya tahan
a. Agregat kasar
Agregat kasar yaitu batuan yang tertahan di saringan 2,36 mm, atau sama
agregat kasar sangat penting dalam membentuk kinerja karena stabilitas dari
Agregat halus yaitu batuan yang lolos saringan No.8 (2,36 mm) dan tertahan
pada saringan No.200 (0,075 mm). fungsi utama agregat halus adalah
Mineral pengisi (filler) yaitu material yang lolos saringan no. 200 (0,075
mm).
T96-7 )
Filler adalah suatu mineral agregat dari fraksi halus yang sebagian besar
kadar air void (rongga udara) dalam campuran. Meskipun demikian komposisi
filler dalam campuran tetap dibatasi. Terlalu tinggi kadar filler dalam campuran
akan mengakibatkan campuran menjadi getas dan retak ketika menerima bebam
lalu lintas. Akan tetapi terlalu rendah kadar filler akan menyebabkan campuran
Filler atau yang sering disebut bahan pengisi harus kering dan bebas dari
bahan lain yang mengganggu dan apabila dilakukan pemeriksaan analisa saringan
secara basah, harus memenuhi gradasi yang tertera pada Tabel 2.2.
(voids) diantara agregat kasar sehingga rongga udara menjadi lebih kecil dan
kerapatan massanya lebih kasar. Dengan bubuk isian yang berbutir halus maka
luas permukaan akan bertambah, sehingga luas bidang kontak yang dihasilkan
juga akan bertambah luasnya, yamg mengakibatkan tekanan terhadap gaya geser
menjadi lebih besar sehingga stabilitas geseran akan bertambah. Menurut Bina
Marga tahun 1987 macam dari filler adalah abu batu, abu batu kapur (limestone
dust), abu terbang (fly ash), semen Portland, kapur padam dan bahan non plastis
lainnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan abu vulkanik sebagai filler.
Abu vulkanik adalah salah satu jenis tephra (ekstrusi vulkanik udara),
yang biasanya merusak (destruktif) pada awalnya tetapi dalam waktu tertentu
dapat berguna. Material vulkanik terdiri dari batuan yang berukuran besar hingga
berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh di sektar kawah dalam
radius 5-7 km, sedangkan yang berukuran halus sampai ratusan bahkan ribuan km
dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin (Sudaryo, 2009). Ukuran
partikel pasir dan lumpur berkisar 0,001 mm hingga 2 mm, abu vulkanik tidak
dicirikan oleh kandungan mineral liat allophan yang tinggi. Allophan adlah
kompleks.
c. Lapisan subsoil berwarna kecoklatan dan terasa licin bila digosok di antara
jari-jari.
h. Sukar dibasahi kembali bila sudah kering serta dapat menampung di atas
permukaan air.
a. Mineral skeletal yang berasal dari mineral primer (mineral pasir dan debu)
b. Fragment yang semuanya berasal dari bahan induk, mineral liat dan liat amorf.
(Sumber:http://m-amin.com/2010/11/19/abu-vulkanik-gunung-merapi-berpotensi-
sebagai-material-keramik/)
berasal dari magma panas dan cair yang membeku secara cepat. Batuan beku
sejatinya kumpulan mineral yang membeku dan mengkristal dari magma cair.
Abu vulkanik terdiri dari batuan, mineral, dan gelas vulkanik fragmen
yang lebih kecil dari 2mm (0,1 inch) dengan diameter yang sediit lebih besar dari
ukuran sebuah kepala peniti. Abu vulkanik tidak seperti bulu lembut, abu yang
dihasilkan dari pembakaran kayu, daun atau kertas. Sulit larut dalam air, dan abu
vulkanik dapat menjadi partikel yang sangat kecil kurang dari 0,025 mm (1/1000
sejumlah material melalui serangkaian dari ukuran besar ke ukuran kecil dan
umumya digunakan suatu grafik. Absis menunjukkan ukuran butiran (dalam skala
logaritma) dan ordinat menunjukkan prosentase dari berat yang melalui nomor
saringan tertentu.
hampir sama / sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya
sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut
juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi menerus akan menghasilkan
porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well
graded). Agregat dinamakan bergradasi baik bila persen yang lolos setiap
P = 100 (d/D)0.45
Dimana :
spesifikasi atau dibawah kurva gradasi kasar dapat juga di bagian kanan
berada di atas kurva, kemudian memotong kurva dan di bagian kiri berada di
bagian bawah kurva, kemudian memotong kurva dan di bagian kiri berada di
bagian bawah kurva seperti terlihat pada Gambar 2.4 Spesifikasi Gradasi
merupakan agregat dengan satu fraksi hilang atau satu fraksi sedikit sekali.
mutunya terletak antara kedua pengaruh jenis gradasi rapat dengan gradasi
menerus.
2.2.3.2 Pengaruh Gradasi Terhadap Karakteristik Campuran
antar butir yang akan menentukan stabilitas dan memberikan kemudahan selama
proses pelaksanaan.
kategori agregat bergradasi baik, sedangkan gradasi seragam dan senjang masuk
untuk memperoleh gradasi sesuai dengan yang diinginkan. Dalam penelitian ini
pasir halus, bahan pengisi ( filler ), aspal dan ditambah dengan proporsi agregat
kasar yang bervariasi. Dalam penelitian ini digunakan 2 variasi gradasi senjang,
yaitu :
1. Gradasi Senjang 1
Dalam variasi gradasi senjang 1 ini, fraksi yang hilang yaitu fraksi dengan
ukuran 3/4".
2. Gradasi Senjang 2
Dalam variasi gradasi senjang 2, fraksi yang hilang yaitu fraksi dengan ukuran
sehingga kuat menahan beban serta aman dan nyaman ketika dilalui kendaraan. Di
bawah ini adalah karakteristik yang akan diinginkan dalam penelitian, yaitu :
1. Stabilitas (Stability)
alur ataupun bleeding dinyatakan dalam satuan kg atau lb. Nilai stabilitas
diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshaal Test sewaktu
melakukan pengujian Marshall. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir,
penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan
dengan gradasi yang rapat, agregat dengan permukaan kasar dan aspal dalam
2. Kelelahan (Flow)
Flow adalah besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadi mulai saat
sampai batas runtuh dinyatakan dalam satuan mm. Nilai flow yang tinggi
campuran tersebut memiliki banyak rongga kosong yang tidak terisi aspal
dengan penguuran nilai stabilitas Marshall. Nilai flow juga diperoleh dari
pengujian Marshall.
3. Durabilitas (Durability)
lalu lintas, pengaruh cuaca dan perubahan suhu yang terjadi selam umur
2. Void In Mix (VIM) kecil, sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk
menjadi rapuh.
3. Void In Material (VMA) besar, sehingga selimut aspal dibuat tebal. Jika
VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadi
bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini dipergunakan
mengurangi selip pada kendaraan saat perkerasan dalam keadaan basah atau
kering. Hal ini terjadi karena pada saat terjadi hujan kekesatan pada lapis
Kekesatan dinyatakan degan koefisien gesek antara permukaan jalan dan ban
5. Fleksibilitas
mengiuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
diperoleh dengan :
besar
- Penggunaan aspal yang ckup bayak sehingga diperoleh VIM yang kecil
Marshall Quotient (MQ) merupakan parameter untuk mengukur tingkat
6. Porositas
7. Kuat Tarik
Kuat tarik adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan beban yang
berupa tarikan yang terjadi pada arah horizontal. Kuat tarik terkadang
sangat dipengaruhi oleh perbahan suhu, yaitu pada suhu rendah aspal
menjadi keras namun mudah patah (getas) sedangkan pada suhu tinggi aspal
menjadi lunak atau lebih cair dan sangat rawan terhadap penurunan
berada pada kondisi suhu tinggi dimana pada kondisi tersebut nilai kuat tarik
relatif kecil. Untuk menghindari waktu pembebanan yang lama perlu adanya
pembatasan kecepatan minimum kendaraan pada waktu melintasi lapis
perkerasan.
8. Workability
Persentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan pada agregat kering,
Test" akan diperoleh kadar aspal optimum, dimana pada kadar aspal tersebut
2.6.
Jenis Pemeriksaan
densitas, specific gravity campuran dan porositas dari masing-masing benda uji.
Pengujian meliputi pengukuran tinggi, diameter, berat SSD, berat di udara, berat
dalam air dari sampel dan berat jenis agregat, filler dan aspal. Sebelum dilakukan
= ...(Rumus 2.1)
Keterangan :
100
= (100) ...(Rumus 2.2)
+
Keterangan :
rumus :
100
= % % % % (Rumus 2.3)
+ +
+
Keterangan :
(gr/cm3)
100
= % % % %Wn ...(Rumus 2.4)
+ + +
GaN
Keterangan :
(gr/cm3)
+
= .(Rumus 2.5)
2
Keterangan :
Keterangan :
= .(Rumus 2.7)
Keterangan :
Dari nilai densitas dan specific gravity campuran dapat dihitung besarnya
100
= [100 ] .. (Rumus 2.8)
Keterangan :
menentukan nilai kadar aspal optimum dan karakteristik campuran dengan cara
dengan :
2.3.5.2 Flow
yang terjadi mulai saat awal pembebanan sampai kondisi kestabilan maksimum
sehingga sampel sampai batas runtuh dinyatakan dalam satuan mm atau 0,01.
dengan :
kelelahan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang
terbentuk.
Alat marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring
(cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan flowmeter. Proving ring
kelelahan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter 4
penentuan berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow,
Pada persiapan benda uji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain :
Jumlah benda uji yang disiapkan ditentukan dari tujuan dilakukannya uji
Marshall tersebut. AASHTO menetapkan minimal 3 buah benda uji setiap kadar
saringan. Temperature pencampuran bahan aspal dengan agregat adalah pada saat
110C 135C.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Pengujian Bahan
Pengujian
Agregat
Syarat Bahan Uji
Pengujian Marshall
Selesai
vulkanik Gunung Merapi sebagai bahan pengisi atau filler. Kadar abu vulkanik
yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu: 5%, 6% dan 7% terhadap berat total
Universitas Gadjah Mada untuk Pemeriksaan kandungan yang ada dalam abu
terhadap beberapa benda uji dari berbagai kondisi perlakuan yang diuji di
laboratorium. Untuk beberapa hal pada pengujian bahan, digunakan data sekunder
karena adanya penggunaan bahan dan sumber yang sama. Jenis data pada
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
pengujian secara langsung. Data primer dalam penelitian ini adalah data unsur
kimia dan berat jenis yang terkandung dalam abu vulkanik yang diperoleh dari
LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pengujian gradasi abu vulkanik dan
Data sekunder yaitu data yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya atau
sekunder dalam penelitian ini adalah data pemeriksaan agregat dan data hasil
Magelang.
3.5.1 Bahan
berikut :
1. Aspal
yang diperoleh dari Lab. Jalan Raya Fak. Teknik Sipil UTM.
2. Agregat
Agregat yang digunakan berasal dari Lab. Jalan Raya Fak. Teknik Sipil
UTM.
3. Filler
Filler adalah suatu mineral agregat dari fraksi halus yang sebagian besar (+
85 %) lolos saringan nomor 200 (0,075 mm). Filler yang digunakan dalam
penelitian ini adalah abu vulkanik Gunung Merapi yang berasal dari Desa
3.5.2 Peralatan
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain : satu set
alat uji penetrasi, satu set alat uji titik lembek, satu set alat uji titik nyala dan
titik bakar, satu set alat uji berat jenis (piknometer dan timbangan).
penetrasi dengan beban tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25 C
Uji titik nyala dan titik bakar dilakukan untuk mengetahui suhu dimana
aspal mulai dapat mengeluarkan nyala dan terbakar akibat pemanasan. Alat
uji titik nyala dan titik bakar ditunjukkan pada Gambar 3.3.
mesin Los Angeles (tes abrasi), satu set saringan standar ( yang terdiri dar
ukuran 3/4", 1/2", 3/8", #4, #8, #16, #30, #50 dan #200) dapat dilihat pada
Gambar 3.5, alat pengering (oven), timbangan berat, alat uji berat jenis
Marshall, meliputi :
a. Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 10,2 cm (4 inch) dengan
Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Alat Cetak Benda Uji
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm. Dapat
2) Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan (Ejector), seperti pada
Gambar 3.8.
d. Alat Marshall
dilengkapi dengan :
2) Cincin penguji (proving ring) berkapasitas 2.500 kg dan atau 5000 kg,
perlengkapannya.
Gambar 3.9 Alat Uji Marshall
20 660C ( 1C).
gram.
dari kapasitas.
i. Perlengkapan lain :
4) Sarung tangan dari asbes dan sarung tangan dari karet dan pelindung
6) Kompor listril.
7) Kaliper.
9) Saringan
Adapun kebutuhan benda uji tersebut seperti disajikan pada tabel 3.1.
Specific Gravity
Daktilitas
Titik Nyala
Kelarutan CCl4
Agregat yang digunakan adlah dari batu alam yang didapat dari mesin pemecah
adalah :
Gradasi
Specific Gravity
Absorpsi Air
3.7.1.3 Pengujian Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu vulkanik. Bahan
pengisi harus lolos saringan No. 200 (0,075 mm). Pengujian terhadap bahan
pengisi adalah :
Specific Gravity
aspal, agregat dan filler. Gradasi yang digunakan sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI).
1. Tahap I
Merupakan tahap persiapan untuk mempersiapkan bahan dan alat yang akan
2. Tahap II
Menetukan aspal penetrasi 60/70, berat filler dan berat agregat yang akan
3. Tahap III
Aspal penetrasi 60/70 dituang ke dalam wajan yang berisi agregat yang
4. Tahap IV
Setelah aspal dituangkan ke dalam agregat, campuran ini diaduk sampai rata
bagian bawah dan atas cetakan dengan kertas pada alat penumbuk.
5. Tahap V
hidraulis.
6. Tahap VI
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui VIM dari masing-masing benda uji.
Benda uji yang telah diberi kode di ukur ketinggiannya pada empat sisi yang
2. Tahap 2
Dari hasil pengukuran tinggi, berat, serta diameter benda uji. Dapat dilihat
3. Tahap III
Pada tahap ketiga ini dihitung berat jenis ( Specific Gravity ) masing-masing
4. Tahap IV
5. Tahap V
Dari perhitungan berat jenis didapatkan nilai density maks teoritis dan VIM
2. Benda uji direndam dalam water bath ( bak perendam ) selam 30 menit
dilakukan pengujian.
4. Dari hasil pengujian ini didapat nilai stabilitas dan kelelahan (flow).
Johnston, D., Stewart, C., Hoverd, J., Leonard, G., Thordarsson, T. & Cronin S.,
2004, Impacts of Volcanic Ash on Water Supllies in Auckland: Institute
of Geological & Nuclear Sciences Report. Http :
//volcanoes.usgs.gov/ash/properties.html (19 Des. 2010)
Krebs, R.D dan Walker, R.D, 1971, Highway Materials, McGraw-Hill Book
Company, New York, USA.
Sudaryo dan Sucipto. (2009), Identifikasi dan Penentuan Logam Pada Tanah
(Sumber:http://m-amin.com/2010/11/19/abu-vulkanik-gunung-merapi-berpotensi-
sebagai-material-keramik/)
Wahyudi, H. 2003. Evaluasi Sifat Marshall dan Nilai Struktural Campuran Beton
Aspal Yang Menggunakan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan
Aspal Esso Pen 60/70: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.