Anda di halaman 1dari 16

Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

PERMEABILITY CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)


DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI UNTUK JALAN PERKOTAAN

Hery Awan Susanto1, Eva Wahyu Indriyanti2, Bambang Edison3

ABSTRAK
Salah satu faktor keberhasilan dalam pembangunan jalan adalah tersedianya bahan kontruksi
jalan yang memenuhi syarat spesifikasi teknis. Bahan konstruksi jalan yang dimaksud adalah
agregat. Selain itu, bahan yang dapat ditambahkan dalam campuran aspal bisa berupa filler yang
berfungsi sebagai bahan pengisi. Abu sekam padi sebagai limbah pembakaran batu bata mampu
memberikan peluang alternatif sebagai bahan campuran dalam aspal, karena abu sekam padi banyak
dijumpai di wilayah Kabupaten Banyumas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat permeabilitas campuran Hot Rolled Sheet
Wearing Course (HRS-WC). Permeabilitas merupakan salah satu parameter untuk mengukur
kemampuan struktur perkerasan aspal dalam menahan rembesan air yang bisa merusak lapisan
perkerasan aspal. Semakin kecil nilai permeabilitas struktur perkerasan beraspal, maka semakin
awet kekuatan lapisan perkerasan tersebut. Kedepan, selain mampu memberikan nilai pemanfaatan
lebih terhadap limbah abu sekam padi, penggunaan abu sekam padi juga diharapkan mampu
meningkatkan permeabilitas campuran HRS-WC.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan abu sekam padi sebagai filler dalam
campuran HRS-WC memenuhi semua syarat sifat-sifat Marshall, yaitu Stabilitas Marshall, Flow,
VIM (Void In the Mix), VFB (Void Fill with Bitumen), VMA (Void Mix Aggregate), serta Marshall
Quotient. Demikian juga dengan pengujian permeabilitas campuran diperoleh bahwa nilai
permeabilitasnya dikategorikan sebagai practically impervious, yaitu tingkat kekedapan yang baik.
Sehingga dengan demikian penggunaan filler abu sekam padi pada campuran HRS-WC mampu
memberikan tingkat kekuatan dan kekedapan lapisan yang baik.

Kata kunci : abu sekam padi, HRS-WC, Marshall

ABSTRACT
One of the success factors in the construction of the road is a road construction material
available qualified technical specifications. Road construction materials in question are
aggregated. In addition, the material can be added to the asphalt mixture can form filler that serves
as filler. Rice husk ash as waste burning brick able to provide alternative opportunities as an
ingredient in asphalt mixtures, as rice husk ash are often found in areas Banyumas.
This study aims to determine the permeability properties of a mixture of Hot Rolled Sheet
Wearing Course ( HRS - WC ). Permeability is one of the parameters to measure the ability of the
asphalt pavement structure that can withstand water seepage damage the asphalt pavement layers.
The smaller the value of the permeability of asphalt pavement structure, the more durable the
strength of the pavement layers. In the future, besides being able to deliver more value to the
utilization of waste rice husk ash, rice husk ash utilization is also expected to increase the
permeability of the mixture HRS - WC.
From the results of this research is that the use of rice husk ash as filler in the mix HRS -
WC meets all requirements Marshall properties, namely the Marshall Stability, Flow, VIM ( Void In
The Mix ), VFB ( Void Fill with Bitumen ), VMA ( Void Aggregate Mix ), and Marshall Quotient.
Likewise, the obtained mixture permeability testing that permeability values are categorized as
practically impervious, ie a good degree of watertightness. Thus the use of rice husk ash filler on
the HRS - WC mixture is able to provide the level of strength and good watertightness coating.

Keywords: rice husk ash, HRS-WC, Marshall


1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 17
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
1. PENDAHULUAN Hot Rolled Sheet adalah salah satu
Jalan raya merupakan komponen utama jenis campuran aspal panas yang terdiri dari
dalam transportasi darat. Jalan raya campuran agregat halus, agregat kasar, filler,
menghubungkan satu tempat ke tempat dan aspal. Hot Rolled Sheet memiliki susunan
lainnya, memperlancar proses pengiriman jasa agregat bergradasi senjang, dimana terdapat
dan barang, serta sebagai fasilitas pendukung satu bagian fraksi yang tidak terdapat dalam
dalam keberhasilan pembangunan di berbagai campuran. Hot Rolled Sheet memiliki fungsi
daerah. Dalam proses pemeliharaan, kerusakan sebagai lapisan penutup untuk mencegah
jalan kadang terjadi lebih dini dari masa masuknya air dari permukaan ke dalam
pelayanan yang disebabkan oleh adanya konstruksi perkerasan bawahnya hingga dapat
banyak faktor, antara lain faktor manusia, mempertahankan kekuatan konstruksi.
faktor alam, dan faktor beban. Faktor – faktor Sifat-sifat dari Hot Rolled Sheet antara
alam yang dapat mempengaruhi mutu lain adalah kedap terhadap air, tahan terhadap
perkerasan jalan diantaranya air, perubahan keausan lalu lintas, memiliki kekenyalan yang
suhu, cuaca dan temperatur udara. tinggi, mampu digunakan pada jalan dengan
Beton aspal adalah jenis perkerasan lalu lintas padat, tikungan tajam, perempatan
jalan yang terdiri dari campuran agregat dan jalan, dan daerah yang permukaan jalannya
aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan. bisa menahan beban roda berat. (Ir. Masykur,
Material-material pembentuk aspal dicampur M. M., 2001)
di instalasi pencampur pada suhu tertentu, Di Kabupaten Banyumas tepatnya di
kemudian diangkat ke lokasi, dihamparkan, Desa Pliken terdapat banyak usaha pembuatan
dan dipadatkan. Suhu pencampuran ditentukan batu bata merah. Setiap hari usaha pembuatan
berdasarkan jenis aspal yang digunakan. Jika batu bata merah tersebut menghasilkan bahan
digunakan semen aspal, maka suhu sisa berupa abu sekam padi dari proses
pencampuran umumnya antara 145-1550C, pembakaran batu bata merah. Abu sekam padi
sehingga disebut beton aspal campuran panas. hasil proses pembakaran tersebut biasanya
Tujuh karakteristik campuran yang harus dianggap sebagai limbah atau digunakan
dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas, sebagai abu gosok untuk mencuci perkakas
keawetan, kelenturan, ketahanan terhadap rumah tangga. Abu sekam banyak
kelelahan, kekesatan permukaan, kedap air mengandung unsur Karbon (C) dan Silika.
(impermeability) dan kemudahan pelaksanaan. Karbon (C) dan Silika memiliki fungsi sebagai
Ketujuh sifat campuran beton aspal ini lem atau zat perekat, memiliki sifat yang tahan
sulit untuk dapat dipenuhi sekaligus oleh satu terhadap gesek, serta mampu membuat
jenis campuran. Sifat-sifat beton aspal mana struktur lebih keras tetapi tidak memiliki sifat
yang dominan lebih diinginkan, akan ketajaman (Aditya Sesunan, 2011). Maka
menentukan jenis beton aspal yang dipilih. Hal penyusun tertarik untuk melakukan penelitian
ini sangat perlu diperhatikan ketika merancang tentang seberapa jauh pengaruh penggunaan
tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani filler abu sekam padi terhadap karakteristik
lalu lintas ringan seperti mobil penumpang, campuran Lataston Lapisan Tipis Aspal Beton
sebaiknya lebih memilih jenis beton aspal Permukaan (Hot Rolled Sheet – Wearing
yang memiliki durabilitas dan fleksibilitas Course).
yang tinggi, daripada jenis beton aspal yang
memiliki stabilitas tinggi. (Silvia Sukiman,
2008)
Page 18 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014
Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

2. TINJAUAN PUSTAKA Rolled Sheet (HRS) lebih kedap terhadap air


2.1 Hot Rolled Sheet (permeability), tahan terhadap perubahan
Hot Rolled Sheet (Lapis Tipis Aspal cuaca, dapat menyerap kadar aspal yang relatif
Beton) atau yang sering juga disebut Lataston tinggi, dan memberikan permukaan yang
merupakan lapis permukaan yang terdiri dari mampu menerima beban berat tanpa
campuran antara aspal dan agregat yang mengalami retak.
bergradasi senjang (gap graded) dengan
perbandingan tertentu, dicampur, dihampar, 2.2 Aspal
dan dipadatkan secara panas (Bina Marga, Aspal yang digunakan sebagai bahan
1983). pengikat campuran aspal beton adalah hasil
Hot Rolled Sheet (HRS) merupakan residu dari destilasi minyak bumi, atau aspal
perkembangan dari Hot Rolled Aspalt (HRA) yang dimodifikasi dengan bahan lain yang
yang berasal dari Inggris dan telah disesuaikan dapat bereaksi secara kimia terhadap aspal
dengan kondisi alam yang ada di Indonesia. dengan memberikan daya ikat yang cukup
Aspal yang digunakan dalam jenis konstruksi tinggi. Dalam suhu kamar berbentuk padat
perkerasan ini adalah aspal keras dengan atau semi padat, sedangkan pada suhu yang
penetrasi 60-70 (AC 60-70). Laston terdiri dari telah ditentukan akan berbentuk cair, sehingga
dua macam campuran, Laston Lapis Pondasi mampu mengikat agregat.
(HRS-Base) dan Laston Lapis Permukaan Fungsi aspal dalam campuran adalah
(HRS-WC) yang ukuran maksimum masing- sebagai pengikat yang bersifat visco-elastis
masing agregat adalah 19 mm. dengan tingkat viscositas yang tinggi selama
Penggunaan filler yang tepat pada Hot masa layan. Fungsi yang lain adalah sebagai
Rolled Sheet (HRS) yang memiliki agregat pelumas pada saat penghamparan campuran di
senjang dapat menutupi kekosongan butiran lapangan sehingga akan memudahkan untuk
gradasi yang tidak dapat diisi oleh agragat, pemadatan.
sehingga dapat memberikan lapis aus Hot

Tabel 1 Spesifikasi Teknis Aspal Penetrasi 60/70


Spesifikasi Aspal
No. Jenis Pengujian Metode
Pen 60/70
1 Penetrasi, 250C; 5 det; 100 gr; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 - 70
2 Viskositas 1350C (cSt) SNI 06-6441-2000 385
3 Titik Lembek, 0C SNI 06-2434-1991 ≥ 48

4 Indeks Penetrasi - ≥ -1,0


5 Titik Nyala, 0C SNI 06-2433-1991 ≥ 232
6 Daktilitas, 250C, 5 cm/ menit SNI 06-2432-1991 ≥ 100
7 Berat Jenis SNI 06-2441-1992 ≥ 1,0
8 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, % berat RSNI M-04-2004 ≥ 99
ASTM D 5976 part.
9 Stabilitas Penyimpanan (0C) -
6.1
Pengujian Residu TFOT atau RTFOT
10 Penurunan Berat (TFOT), % berat SNI 06-2440-1991 ≤ 0,8
11 Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 ≥ 54
1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 19
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
12 Daktilitas setelah penurunan berat, cm SNI 06-2432-1991 ≥ 50
13 Uji noda aspal SNI 03-6885-2002 Negatif
14 Kadar parafin, % SNI 03-3639-2002 ≤ 2
sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2010

2.3 Agregat termasuk di dalamnya antara lain pasir,


Agregat adalah suatu bahan keras dan kerikil, agregat pecah, debu batu agregat dan
kaku yang digunakan sebagai bahan untuk lain-lain.
campuran aspal, yang dapat berupa berbagai
jenis butiran-butiran atau pecahan yang 2.3.1 Agregat Kasar

Tabel 2 Persyaratan Agregat Kasar dan Metode Pengujian


Pengujian Standard Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan
SNI 3407:2008 Maks 12%
magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Campuran AC bergradasi kasar
Maks 30%
Los Angeles
SNI 2417:2008
Semua jenis aspal bergradasi
Maks 40%
lainya
Kekuatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min 9.5%
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10cm) 95/901
DoT’s Pennyslvania
Test Method, PTM no.
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≤ 10cm) 80/751
621

Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791


Maks 10%
Perbandingan 1:5
Material lolos ayakan no. 200 SNI 03-4142-1996Maks 1%
Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dari 90% agregat kasar mempunyai bidang pecah dua atau lebih
(**) pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1:3
sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2010

Tabel 3 Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran Aspal
Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin
Jenis Campuran untuk Campuran Aspal
5-10 10-14 14-22 22-30
Lataston Lapis Aus Ya Ya - -
Lataston Lapis Pondasi Ya Ya - -
Laston Lapis Aus Ya Ya - -
Laston Lapis Pengikat Ya Ya Ya -
Laston Lapis Pondasi Ya Ya Ya Ya
sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2010

Page 20 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014


Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

2.3.2 Agregat Halus


Tabel 4 Persyaratan Agregat Halus dan Metode Pengujian
No Pengujian Metode Persyaratan
1 Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min 50%
2 Material lolos saringan no. 200 SNI 03-4428-1997 Maks 8%
3 Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1%
Angularitas (kedalaman dari
Min 45
permukaan < 10cm) AASHTO TP-33 atau
Angularitas (kedalaman dari ASTM C1252-93
3 Min 40
permukaan > 10cm)
sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2010

2.3.3 Filler
Tabel 5 Syarat Gradasi Filler
Pengujian Standar Nilai

Lolos saringan no. 200 Min. 75 %


SNI 03 M-02-1994-03
Bebas dari bahan organik Max. 4%
sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2010

2.4 Abu Sekam Padi hanya dikembangkan sebagai bahan pengisi


Abu sekam padi yang mengandung (filler) ruang mikro yang terbentuk diantara
lebih dari 70% silika sehingga termasuk ke butiran semen yang terhidrasi agar matriks
dalam bahan pozolan, merupakan bahan yang beton menjadi lebih padat (Musbar, 2010).
sudah populer digunakan sebagai bahan
tambah (admixture) dalam permbuatan beton, Tabel 7 Komposisi Kimia Abu Sekam Padi
khususnya dalam meningkatkan kekuatan Unsur Kandungan Presentase (%)
beton karena silika akan beraksi dengan SiO2 86.90 – 97.30
semen dan air membentuk kalsium silikat K2O 0.58 – 2.50
hidrat yang dapat berfungsi sebagai perekat Na2O 0.00 – 1.75
(Subakti, dalam Putra 2006). CaO 0.20 – 1.50
Penelitian terhadap abu sekam padi MgO 0.12 – 1.96
sebagai material yang memiliki sifat seperti Fe2O3 ~ 0,54
semen telah dikembangkan dibanyak negara di P2O5 0.2 – 2.85
dunia. Penelitian-penelitian tersebut SO3 0.1 – 1.13
menyimpulkan bahwa abu sekam padi sebagai sumber : Saiyidatul Umah (2010)
suatu campuran material yang diberikan pada
campuran semen dalam pembuatan beton
ternyata dapat memperbaiki propertis beton.
Semula bahan yang bersifat pozzolanic ini
1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 21
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
2.5 Gradasi Agregat 2. Gradasi Rapat (Dense Graded), yaitu
Penentuan distribusi partikel dalam campuran agregat kasar dan agregat halus
suatu campuran disebut Gradasi. Gradasi dalam porsi berimbang, sehingga disebut
sangat penting dalam menentukan stabilitas juga dengan agregat bergradasi baik (well-
campuran perkerasan. Gradasi agregat akan graded). Gradasi ini akan menghasilkan
mempengaruhi besarnya rongga antar butir lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi,
yang akan menentukan stabilitas dalam proses kurang kedap air, dan berat volume besar.
pelaksanaan. (Krebs dan Walker, 1971) 3. Gradasi Buruk (Poorly-Graded), yaitu
menyatakan bahwa garadasi dibedakan atas 3 merupakan campuran agregat yang tidak
(tiga) macam, yaitu sebagai berikut ini. memenuhi dua kategori diatas. Agregat
1. Gradasi seragam (uniform graded), yaitu bergradasi buruk yang umum digunakan
gradasi yang mempunyai ukuran butiran untuk lapisan perkerasan lentur, yaitu
hampir sama atau mengandung agregat gradasi celah/senjang (gap-graded), yaitu
halus yang sedikit jumlahnya sehingga merupakan campuran agregat dengan satu
tidak dapat mengisi rongga antar agregat. fraksi dihilangkan atau satu fraksi dikurangi
Gradasi ini akan menghasilkan lapisan sedikit, dimana akan menghasilkan lapisan
perkerasan dengan permeabilitas tinggi, perkerasan yang mutunya terletak diantara
stabilitas kurang dan mempunyai berat kedua jenis gradasi diatas.
volume kecil.

Tabel 8 Gradasi Agregat untuk Campuran Aspal


% berat yang lolos
Ukuran ayakan Lataston
3
Gradasi Senjang Gradasi Semi Senjang2
ASTM (mm) HRS-WC HRS-BASE HRS-WC HRS-BASE
1½” 37,5
1” 25
¾” 19 100 100 100 100
½” 12,5 90 – 100 90 – 100 87 – 100 90 – 100
3/8” 9,5 75 – 85 65 – 90 55 – 88 55 – 70
No. 4 4,75
No. 8 2,36 50 – 723 35 – 553 50 – 62 32 – 44
No. 16 1,18
No. 30 0,600 35 – 60 15 – 35 20 – 45 15 - 35
No. 50 0,300 15 – 35 5 – 35
No. 100 0, 150
No. 200 0,075 6 – 10 2–9
(1) Laston (AC) bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami
deformasi yang lebih tinggi dari biasanya seperti pada daerah pegunungan, gerbang
tol, atau pada dekat lampu lalu lintas.
(2) Lataston (HRS) bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi
senjang dapat digunakan pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk
membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat diperoleh.
(3) Untuk HRS-WC dan HRS-Base yabg benar-benar senjang, paling sedikit 80%
agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm) harus lolos ayakan no.30 (0,600 mm).

Page 22 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014


Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

(4) Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.1(b) untuk ukuran agregat nominal
maksimum pada tumpukan bahan pemasok dingin.
(sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2010)

2.6 Permeabilitas ……………………….…....…..(4)


Salah satu karakteristik perkerasan
dimana :
adalah permeabilitas, yaitu kemampuan
μ = viskositas zat alir (gr.detik/cm3)
permukaan perkerasan untuk menahan
q = V/T = debit aliran rembesan (cm3/detik)
rembesan air ke dalam perkerasan. Menurut
V = volume rembesan (cm3)
The Asphalt Institute, MS-19 (1979)
T = waktu aliran tertampung (detik)
disebutkan bahwa volume pori dalam cam-
k’ = koefisien impermeabilitas Darcy
puran (total void) merupakan salah satu karak-
(cm/detik)
teristik AC-WC yang amat penting dalam
i = h/L = gradien hidrolis, parameter
kaitannya dengan tingkat kekedapan terhadap
berdimensi
air (impermeabilitas) dalam lapis perkerasan.
h = P/ γ = selisih tinggi tekanan total
Ini berarti lapis perkerasan harus memiliki
P = tekanan pengujian terkumpul
nilai permeabilitas kecil. Lapis perkerasan 2
(dyne/cm )
kedap air dapat diperoleh dengan cara :
γ = berat unit air (dyne/cm3)
1. menggunakan campuran rapat,
A = luas penampang benda uji (cm2)
2. mengoptimalkan kadar aspal dan filler agar
Berdasarkan koefisien permeabilitas,
nilai void-nya kecil,
campuran aspal dapat diklasifikasikan kedalam
3. pemadatan yang baik.
batas permeabilitasnya. Mullen 1967,
Faktor penting yang harus
mengklasifikasikan tingkat permeabilitas
dipertimbangkan dalam konstruksi perkerasan
sebagai berikut :
adalah impermeabilitas aspal setelah
mengalami pemadatan. Hal ini disebabkan
Tabel 9 Klasifikasi campuran aspal
karena lapis permukaan harus kedap air, untuk
berdasarkan impermeabilitas
melindungi lapis bawahnya dari kerusakan
k’ (cm/detik) Impermeability
akibat air. -8
1 x 10 Impervious
Permeabilitas menurut Cabrera dan -6
Zoorob, 1999 didefinisikan sebagai sifat yang 1 x 10 Practically impervious
-4
menunjukkan kemampuan material untuk 1 x 10 Poor drainage
-4
dilalui atau dirembesi oleh zat cair melalui 100 x 10 Fair drainage
-4
hubungan antar pori. Ukuran permeabilitas 1000 x 10 Good drainage
Sumber : Suparma, 1997
sebagai K (cm2) dan koefisien permeabilitas
k’ (cm/detik). Hubungan antara K dengan
3. HASIL PENELITIAN dan
koefisien k’ dapat dilihat dalam persamaan (1),
PEMBAHASAN
kemudian Darcy dalam Suparna (1997)
3.1 Pengujian Marshall Tahap I
menyebutkan bahwa koefisien permeabilitas
Pengujian Marshall Tahap I bertujuan
dapat dinyatakan dalam persamaan (2) sampai
untuk memperoleh kadar aspal optimum yang
persamaan (4).
akan digunakan sebagai indikator awal untuk
……………………………...(1)
menentukan kadar aspal yang akan dipakai
……………………………..(2) pada proses mix desain pada campuran aspal
………………………………...(3) selanjutnya.

1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 23
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
Tabel 10 Karakteristik sifat campuran aspal pada kondisi kering (dry) atau standar

Tabel 11 Karakteristik sifat campuran aspal akibat rendaman (soaked)

Page 24 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014


Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

a. Pengaruh Filler dan Kadar Aspal kadar aspal yang lebih banyak pada campuran
terhadap Density Lapisan Tipis Aspal Beton Permukaan (HRS-
Nilai density (kerapatan) menunjukan WC) yang menggunakan filler abu sekam.
besarnya derajat kepadatan suatu campuran Dengan penggunaan kadar aspal yang semakin
yang telah dipadatkan. Kepadatan suatu banyak akan mengakibatkan jumlah aspal
campuran dipengaruhi oleh jenis dan kualitas yang mengisi rongga-rongga antar butiran
bahan penyusunya, kadar aspal, gradasi semakin banyak sehingga campuran menjadi
agregat, temperatur pemadatan, dan energi semakin padat. Dengan meningkatkan kadar
pemadatan. Campuran dengan nilai density aspal juga mempermudah agregat yang
yang tinggi akan mampu menahan beban yang berukuran lebih kecil untuk mengisi rongga-
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rongga butiran antar agregat yang lebih besar.
campuran yang memiliki density lebih rendah, b. Pengaruh Filler dan Kadar Aspal
karena semakin tinggi nilai kerapatanya maka terhadap VMA
semakin tinggi pula kekedapan campuran VMA atau Void in Mineral Aggregate
tersebut terhadap air dan udara. Dengan adalah besarnya rongga udara yang ada
menggunakan agregat yang tidak beraturan diantara partikel aspal yang telah dipadatkan
(tidak pipih dan bulat), pemadatan dilakukan termasuk ruang yang terisi aspal. Nilai VMA
pada temperatur yang tinggi (140 oC), serta yang kecil akan mengakibatkan suatu
cara pemadatan yang benar akan mengasilkan campuran memiliki nilai durabilitas yang
kerapatan yang tinggi pada campuran Lataston rendah, sedangkan apabila memiliki nilai
Lapis Permukaan. VMA yang besar akan menyebabkan
Terjadinya peningkatan nilai density campuran memiliki stabilitas yang rendah.
(kerapatan) sesuai dengan peningkatan Dari hasil pengujian menunjukan bahwa
penggunaan kadar aspal dalam campuran. penambahan kadar aspal yang digunakan
Pada kondisi dry, nilai kerapatan maksimum dalam campuran, mengakibatkan terjadinya
terus meningkat dan mencapai puncaknya penurunan nilai VMA. Hal ini disebabkan oleh
pada kadar aspal 9,6% dengan nilai maksimum semakin banyaknya kadar aspal yang
2,139. Sedangkan pada kondisi soaked nilai digunakan dapat menutup rongga yang terjadi
kerapatan maksimum terdapat pada kadar antar agregat dalam campuran. Pada kondisi
aspal 9,1% dengan nilai 2,115. Hal ini soaked nilai VMA manimal terjadi pada kadar
disebabkan karena 9,1% merupakan batas aspal 9,1% sebesar 22,56% namun pada kadar
dimana kadar aspal sudah mengalami jenuh. aspal 9,6% terjadi kenaikan kembali nilai
Sehingga penambahan kadar aspal selanjutnya VMA menjadi 23,02%. Hal ini dikarenakan
akan mengakibatkan kestabilan nilai density penambahan filler pada campuran dengan
atau bahkan penurunan nilai pada penggunaan kadar aspal yang tinggi akan memperbesar
filler abu sekam padi. Selain itu yang rongga antar agregat. Dimana filler yang
menyebabkan besarnya kadar aspal yang berfungsi mengisi rongga antar agregat
dibutuhkan dalam campuran ini adalah melebihi ruang rongga antar agregat yang
pengaruh dari filler abu sekam padi. Abu terjadi, sehingga terjadi penambahan ruang
sekam padi memiliki kandungan silika yang rongga antar agregat yang ada.
tinggi menyebabkan abu sekam cepat Berdasarkan Departemen Pekerjaan
menyerap aspal yang mengakibatkan Umum 2010, standar nilai VMA yang
berkurangnya daya lekat aspal terhadap ditetapkan sebesar minimal 18%, sehingga
agregat. Oleh karena itu, diperlukan jumlah seluruh campuran Lataston Lapis Permukaan

1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 25
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
(HRS-WC) yang menggunakan filler abu campuran yang disyaratkan, selain itu semua
sekam dengan berbagai kadar aspal yang campuran dapat memenuhi persyarat
digunakan memenuhi persyaratan campuran campuran yang disyaratkan.
yang disyaratkan. d. Pengaruh Filler dan Kadar Aspal
c. Pengaruh Filler dan Kadar Aspal terhadap VIM
terhadap VFB VIM atau Void in Mix merupakan
VFB atau Void Fill with Bitumen prosentasi rongga udara yang terdapat dalam
adalah nilai yang menunjukan banyaknya total campuran, rongga udara berfungsi agar
rongga yang terisi aspal, tidak termasuk aspal terdapat ruang untuk aspal mengalir karena
yang terserap ke dalam agregat. Nilai VFB pembebanan lalu lintas, sehingga tidak terjadi
berpengaruh terhadap kekedapan campuran bleeding. Nilai VIM berpengaruh terhadap
terhadap air dan udara, serta elastisitas. keawetan lapis perkerasan, semakin tinggi
Semakin tinggi VFB berarti semakin tinggi nilai VIM semakin tinggi pula rongga dalam
rongga yang terisi oleh aspal, sehingga campuran yang dapat mengakibatkan
campuran memiliki nilai kekedapan yang campuran bersifat pourus. Hal ini
besar dan elastisitas tinggi. Namun, nilai VFB mengakibatkan air menjadi mudah masuk dan
yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan mengurangi kelekatan antara agregat dengan
bleeding akibat beban lalu lintas yang tinggi, aspal. Namun, nilai VIM yang terlalu rendah
sehingga aspal naik ke permukaan. juga tidak terlalu baik, karena akan
Dari hasil pengujian dapat dilihat menyebabkan campuran akan memiliki nilai
bahwa nilai VFB akan naik seiring dengan kekakuan yang tinggi karena memiliki rongga
banyaknya kadar aspal yang digunakan dalam dalam campuran yang terlalu sedikit.
campuran. Meningkatnya nilai VFB Dari hasil penelitian yang terlihat
disebabkan karena dengan semakin banyaknya bahwa dengan bertambahnya kadar aspal nilai
filler abu sekam yang digunakan maka butir VIM menjadi semakin menurun. Hal ini
yang terselimuti aspal yang akan menyelimuti dikarenakan oleh semakin bertambahnya kadar
rongga menjadi lebih banyak. Dengan semakin aspal, maka aspal tersebut akan mengisi
banyaknya butir pengisi, ditambah kenaikan rongga-rongga yang tersisa sehingga jumlah
kadar aspal yang digunakan menyebabkan rongga semakin berkurang seiring dengan
prosentase rongga yang terisi menjadi semakin bertambahnya kadar aspal. Nilai VIM juga
meningkat. Dengan demikian, penggunaan menurun seiring dengan bertambahnya filler
banyaknya filler abu sekam dan peningkatan abu sekam yang dipakai karena filler abu
kadar aspal yang digunakan dapat mengurangi sekam dapat menyusup dan mengisi rongga-
prosentase rongga yang terjadi dalam rongga yang terjadi antar agregat.
campuran. Nilai VFB maksimum tercapai pada Berdasarkan Departemen Pekerjaan
kadar aspal 9,6% dengan nilai VFB sebesar Umum 2010, standar nilai VIM yang
90,68 untuk kondisi dry dan 86,06 untuk ditetapkan sebesar minimal 4% - 6% sehingga,
kondisi soaked. ada beberapa campuran Lapisan Tipis Aspal
Berdasarkan Departemen Pekerjaan Beton Permukaan yang menggunakan filler
Umum 2010, standar nilai VFB yang abu sekam yang tidak memenuhi persyaratan
ditetapkan sebesar minimal 68% sehingga ada campuran yang disyaratkan, sedangkan
beberapa campuran Lapisan Tipis Aspal Beton campuran yang dapat memenuhi persyaratan
Permukaan (HRS-WC) yang menggunakan campuran yang disyaratkan antara lain :
filler abu sekam dengan kadar aspal 7,6%  Lapisan Tipis Aspal Beton Permukaan
(kondisi dry dan soaked) dan kadar aspal 8,1% (HRS-WC) yang menggunakan filler abu
(kondisi soaked) tidak memenuhi persyaratan
Page 26 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014
Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

sekam dengan kadar aspal 8,55% - 9,12% pelicin antar agregat, sehingga interlocking
pada kondisi dry, dan antar agregat menjadi berkurang.
 Lapisan Tipis Aspal Beton Permukaan Berdasarkan Departemen Pekerjaan
(HRS-WC) yang menggunakan filler abu Umum 2010, standar nilai stabilitas yang
sekam dengan kadar aspal 8,55% - 9,2% ditetapkan sebesar minimal 800 kg, sehingga
pada kondisi soaked. seluruh campuran Lapisan Tipis Aspal Beton
e. Pengaruh Filler dan Kadar Aspal Permukaan (HRS-WC) yang menggunakan
terhadap Stabilitas filler abu sekam dengan berbagai kadar aspal
Stabilitas merupakan kemampuan yang digunakan, baik dalam kondisi dry
lapisan perkerasan untuk menahan deformasi maupun kondisi soaked memenuhi persyaratan
akibat beban lalu lintas tanpa mengalami campuran yang disyaratkan.
perubahan bentuk tetap. Suatu campuran f. Pengaruh Filler dan Kadar Aspal
dikatakan memiliki stabilitas yang tinggi terhadap Flow
apabila campuran tersebut dapat menahan Flow (kelelehan) adalah nilai dari
suatu beban lalu lintas dengan kapasitas marshall test yang menyatakan besarnya
tertentu tanpa mengalami kerusakan apapun. deformasi yang dialami oleh perkerasan akibat
Sebaliknya, suatu campuran dikatakan beban lalu lintas yang diterimanya. Nilai flow
memiliki stabilitas yang rendah apabila yang terlalu rendah dapat menyebabkan
campuran tersebut telah rusak selama beban lapisan perkerasan menjadi mudah retak
masih bekerja di atasnya. karena lapis perkerasan terlalu kaku, tetapi
Nilai stabilitas dipengaruhi oleh nilai flow yang terlalu tinggi pun tidak baik
gesekan antar butiran dan kohesi yang karena membuat mudah terjadi bleeding pada
ditentukan oleh bentuk, kualitas tekstur perkerasan akibat beban lalu lintas yang
permukaan, penetrasi aspal, dan gradasi bekerja. Tingkat kelelehan dari suatu
agregat. Bahan filler memiliki peran penting campuran dipengaruhi oleh kandungan aspal
dalam memperbaiki gradasi campuran hingga residu dan kepadatannya. Peran bahan filler
ukuran yang sangat kecil yang dibutuhkan sebagai campuran terutama berfungsi
untuk menembus rongga antar agregat kasar. meningkatkan kepadatan campuran sehingga
Karenanya penambahan filler yang tepat dapat mengurangi kelelehan plastis.
diyakini dapat meningkatkan stabilitas. Dari hasil penelitian yang terlihat
Dari hasil penelitian yang terlihat bahwa nilai flow terus naik seiring dengan
bahwa dengan bertambahnya kadar aspal, nilai bertambahnya kadar aspal, dan mencapai
stabilitas pun ikut meningkat. Penggunaan maksimum pada kadar aspal 9,6% sebesar 7,87
filler abu sekam juga meningkatkan kerapatan mm. Penambahan kadar aspal mengakibatkan
campuran sehingga meningkatkan bidang campuran memiliki sifat yang semakin plastis
kontak antar agregat (mengurangi rongga yang sehingga terus meningkatkan nilai flownya.
ada dalam campuran) dan meningkatkan Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum
interlocking antar agregat sehingga dapat 2010, standar nilai flow yang ditetapkan
meningkatkan nilai stabilitas. Nilai stabilitas sebesar minimal 3 mm, sehingga seluruh
mencapai nilai maksimum pada kadar aspal campuran Lapisan Tipis Aspal Beton
8,6% sebesar 2355,7 kg. Penambahan kadar Permukaan (HRS-WC) yang menggunakan
aspal diatas 8,6% mengakibatkan turunnya filler abu sekam dengan berbagai kadar aspal
nilai stabilitas, hal ini disebabkan oleh aspal yang digunakan, baik dalam kondisi dry
yang terlalu banyak malah akan menjadi

1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 27
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
maupun kondisi soaked memenuhi persyaratan digunakan pada penelitian ini, seperti
campuran yang disyaratkan. AASHTO dalam batas karakteristik Marshall
g. Pengaruh Filler dan Kadar Aspal yang meliputi VIM, VFB, VMA, stabilitas,
terhadap MQ flow, Marshall Quotient (MQ) dan kepadatan
Marshall Qoutient adalah nilai campuran atau density.
Marshall Test dari hasil bagi antara stabilitas Pengaruh pengunaan abu sekam padi
dengan kelelehan. Manfaat dari Marshall sebagai filler pada campuran aspal sudah
Qoutient ini adalah untuk pendekatan terhadap memenuhi persyaratan atau karateristik untuk
nilai kekakuan dan fleksibilitas campuran. lapisan perkerasan jalan, khususnya Lapis
Nilai Marshall Qoutient yang terlalu tinggi Tipis Aspal Beton Permukaan (HRS-WC).
dapat menyebabkan campuran menjadi kaku Kedua bahan filler tersebut dapat digunakan
dan memiliki fleksibilitas yang rendah, untuk lapis perkerasan jalan raya, khususnya
sehingga perkerasan menjadi mudah retak abu sekam padi, keberadaannya cukup
akibat beban lalu lintas dan apabila terlalu melimpah di daerah Pliken Kabupaten
rendah akan menyebabkan mudah terjadi Banyumas dan sangat potensial untuk
bleeding. dimanfaatkan. Tentunya akan lebih baik lagi
Dari hasil penelitian yang terlihat jika campuran aspal dengan abu sekam padi
bahwa bertambahnya nilai kadar aspal maka dapat dikombinasikan dengan bahan material
nilai Marshall Qoutient semakin meningkat, lain untuk dapat mengisi kesenjangan yang ada
dan mencapai puncaknya pada kadar aspal pada gradasi campuran agregat tersebut.
8,6% pada sebesar 330,10 kg/mm. Hal ini 3.2 Hasil Analisis Tebal Selimut
disebabkan oleh kenaikan pada nilai stabilitas atau Film Aspal
pada setiap penambahan kadar aspal, namun Tebal Film Aspal adalah ketebalan
nilai flow juga mengalami peningkatan. Selisih lapisan aspal yang menyelimuti agregat dalam
kenaikan flow cenderung lebih besar apabila suatu campuran yang erat hubunganya dengan
dibandingkan dengan kenaikan stabilitas berat jenis aspal, faktor luas permukaan
sehingga nilai Marshall Qoutient yang didapat agregat dan kadar aspal. Semakin tinggi kadar
menjadi semakin kecil apabila telah mencapai aspal efektif semakin tebal selimut atau film
maksimum. aspal pada masing-masing butir agregat. Film
Berdasarkan Departemen Pekerjaan aspal yang tipis mengakibatkan ikatan aspal
Umum 2010, standar nilai Marshall Qoutient mudah lepas, tidak kedap air, oksidasi mudah
yang ditetapkan sebesar minimal 250 kg/mm, terjadi, lapis perkerasan menjadi lebih mudah
sehingga seluruh campuran Lapisan Tipis rusak dan durabilitas rendah.
Aspal Beton Permukaan (HRS-WC) yang
menggunakan filler abu sekam dengan Tabel 12 Hasil perhitungan berat jenis dan BJ
berbagai kadar aspal yang digunakan, baik aspal
dalam kondisi dry maupun kondisi soaked BJ Aspal BJ Bulk BJ
BJ
memenuhi persyaratan campuran yang Efektif
(Gb) (Gsb) Apparent
(Gse)
disyaratkan.
1.026 2.4436 2.522 2.483
Dari seluruh pengujian yang
dilakukan pada campuran Lapis Tipis Aspal
Beton Permukaan (HRS-WC) dengan (Gse  Gsb)
Pab  100 * * Ga  0.67 %
penggunaan filler abu sekam padi Gsb * Gse
menunjukkan kondisi campuran memenuhi Pab
kriteria yang disyaratkan oleh SNI, British Pae  Pa  * Ps  7.97 %
100
Standart maupun lembaga standar lain yang
Page 28 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014
Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

Tebal aspal film = perkerasan akan sangat peka terhadap


Pae 1 kerusakan struktural dan pergerakan udara di
* *1000µm  12.9 µm dalam lapis perkerasan akan memiliki nilai
Ga LP * Ls
durabilitas yang rendah.
Dari hasil analisis tebal film aspal Dengan melihat nilai koefisien
campuran Lataston Lapis Aus Permuka0an permeabilitas campuran HRS-WC
(HRS-WC) pada kadar aspal optimum (KAO) menggunakan filler abu sekam padi sebesar
8,6% mempunyai tebal film aspal sebesar 12 4x10-5 cm/det, maka menurut ketentuan dari
µm dimana hasil tersebut sudah memenuhi Mullen 1967 dikategorikan sebagai practically
syarat tebal film aspal sebesar 7,5 µm (Bina impervious. Dengan demikian, maka
Marga, 2010). penggunaan filler abu sekam padi mampu
menghasilkan campuran kedap air, sehingga
3.3 Hasil Analisis Pengujian Permeabilitas memiliki tingkat keawetan terhadap pengaruh
Pengujian permeabilitas didasarkan cuaca khususnya dari air hujan.
pada persamaan 1-4 (sub bab permeabilitas),
dimana sangat perlu dikaji pengujian 4. KESIMPULAN dan SARAN
permeabilitas ini, antara jumlah pori (total 4.1 Kesimpulan
rongga) dalam campuran padat dengan nilai Berdasarkan hasil penelitian yang
koefisien permeabilitas untuk setiap bahan dilakukan, dapat diketahui bahwa dari
susun benda uji. Dalam pengujian ini bahan pengujian Marshall akan didapatkan tujuh
susun benda uji diambil dari job mix formula karakteristik campuran aspal yang merupakan
untuk kadar aspal optimum (KAO). indikasi mengenai pengaruh kombinasi kadar
Pengujian permeabilitas campuran aspal dan variasi filler yang digunakan untuk
dengan filler abu sekam padi meliputi 2 variasi dua kondisi, yaitu kondisi kering (dry) dan
jenis, yaitu : filler abu sekam padi (100 %) kondisi rendaman (soaked). Tujuh
soaked dan filler abu sekam padi (100 %) dry. karakteristik tersebut adalah stabilitas,
Perhitungan susun benda uji dan perhitungan kepadatan (Density), kelelehan (Flow), rongga
kebutuhan agregat, aspal dapat dilihat dalam terisi aspal (VFB), prosentase rongga dalam
lampiran. campuran aspal (VIM), prosentase rongga di
Permeabilitas merupakan sifat yang antara mineral agregat (VMA), dan nilai
menunjukkan kemampuan material untuk Marshall Quotient (MQ). Dari penelitian ini
dilalui atau dirembesi oleh air atau zat cair juga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
lainnya melalui hubungan antar pori, salah ini :
satu ukuran untuk menilai permeabilitas 1. Kadar aspal optimum yang dari
adalah dengan mengukur besarnya koefisien campuran Hot Rolled Sheet – Wearing
permeabilitas. Coarse (HRS-WC) dengan filler abu
Sifat permeabilitas HRS-WC sekam pada kondisi soaked
berhubungan erat dengan karakteristik (rendaman) diperoleh KAO sebesar
umumnya seperti nilai total rongga, densitas, 8,6%.
nilai stabilitas, tingkat penyelimutan dan 2. Penggunaan abu sekam padi pada
porositas agregat. Sehingga pengaruh aliran air Lataston Lapis Aus dapat memberikan
dan udara dalam lapis perkerasan akan keuntungan antara lain meningkatkan
berpengaruh terhadap tingkat durabilitasnya. stabilitas, durabilitas, serta flexibilitas.
Angka aliran yang tinggi menunjukkan lapis Namun juga memiliki kelemahan yaitu

1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 29
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
menjadikan penggunaan kadar aspal fungsinya sebagai filler pada campuran
yang cenderung lebih tinggi karena aspal lain.
sifat abu sekam padi yang mudah 2. Perlu adanya penelitian terhadap
menyerap aspal. variasi jumlah prosentase kadar filler
3. Nilai density, flow, dan VFB terus abu sekam untuk menentukan
meningkat seiring dengan peningkatan prosentase kadar filler abu sekam yang
penggunaan kadar aspal, dan mencapai optimum dalam campuran HRS-WC.
nilai maksimum pada kadar aspal 3. Perlu adanya penelitian terhadap
9,6%, dengan nilai density maksimum durability pada campuran HRS-WC
sebesar 2,139 gr/cc, nilai flow yang menggunakan filler abu sekam.
maksimum sebesar 7,87 mm, dan nilai
VFB maksimum sebesar 90,68%. 5. DAFTAR PUSTAKA
4. Nilai stabilitas tertinggi terdapat pada AASHTO, (1975), Standard Specification for
campuran HRS-WC dengan kadar Transportation Materials and Methods
aspal 8,6% sebesar 2355,7 kg dengan of Sampling and Testing, Washington
nilai Marshall Quotient (MQ) sebesar DC
330,10 kg/ mm dan flow 7,23 mm. AASHTO, (1993), Guide for Design of
5. Dilakukan ekstrapolasi terhadap kadar Pavement Structure; Washington DC.
aspal sebesar +1,5% dan 2% pada uji Departemen Pekerjaan Umum, (1999),
pendahuluan untuk mendapatkan nilai Pedoman Perencanaan Campuran
VIM yang disyaratkan untuk Lapis Beraspal Panas dengan Pendekatan
Tipis Aspal Beton Permukaan (HRS- Kepadatan Mutlak, Pedoman Teknis,
WC) sebesar 4% - 6%. Sehingga Badan Penerbit PU, Jakarta
diperoleh nilai kadar aspal 8,55% - Departemen Pekerjaan Umum (2004),
9,2% yang dapat memenuhi standar Perencanaan Material Campuran
nilai VIM. Aspal, Direktorat Jenderal Prasarana
6. Berdasarkan hasil pengujian terhadap Wilayah, Jakarta
parameter Marshall, seperti density, Departemen Pekerjaan Umum (2006),
VMA, sabilitas, flow dan MQ, filler Spesifikasi Umum Divisi-6 Perkerasan
abu sekam dapat digunakan sebagai Aspal, Balai Pengelolaan Jalan
filler dalam campuran lapisan Wilayah Pelayanan II, Bandung
perkerasan jalan, khususnya Lapis Departemen Pekerjaan Umum (2010),
Tipis Aspal Beton Permukaan (HRS- Spesifikasi Umum Divisi-6 Perkerasan
WC) sesuai dengan persyaratan Aspal, Balai Pengelolaan Jalan
Departemen Pekerjaan Umum tahun Wilayah Pelayanan II, Bandung
2010. Darunifah, Nurkhayati. (2007), Pengaruh
7. Berdasarkan hasil pengujian Bahan Tambah Karet Padat terhadap
permeabilitas, maka penggunaan filler Karakteristik Campuran Hot Rolled
abu sekam padi pada campuran HRS- Sheet Wearing Course (HRS-WC),
WC memberikan nilai kekedapan yang Skripsi Sarjana Jurusan Teknik,
baik (practically impervious), sehingga Program Studi Teknik Sipil Universitas
lebih tahan terhadap pengaruh air Diponegoro Semarang
hujan. Hadi, Ridwan. (2007), Pengaruh Abu Sekam
4.2 Saran sebagai Bahan Filler terhadap
1. Perlu adanya penelitian terhadap Karakteristik Campuran Aspal Emulsi
penggunaan abu sekam padi terhadap Bergradasi Rapat (CEBR), Skripsi
Page 30 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014
Permeability Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Sekam Padi Untuk Jalan

Sarjana Jurusan Teknik, Program Studi HRS-WC dalam Tinjauan Marshal,


Teknik Sipil Universitas Diponegoro Skripsi Sarjana Jurusan Teknik,
Semarang Program Studi Teknik Sipil Universitas
Indraswari H., (1976), ASPAL BETON, Gajah Mada Yogyakarta
Perencanaan Campuran Di SKNI-M-58-1990-03, (1990), Metode
Laboratorium, Direktorat Jenderal Bina Pegujian Campuran Aspal Dengan Alat
Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Marshall. Departemen pekerjaan
Jakarta Umum, Jakarta.
Indraswari H., (1971), Bahan Perkerasan Umah, Saiyidatul. (2010), Kajian Penambahan
Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Abu Sekam Padi dari Berbagai Suhu
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Pengabuan terhadap Plastisitas Kaolin,
Linggo, Soandrijani. dan Eliza Purnamasari. Skripsi Sarajan Jurusan Kimia,
(2007), Pengaruh Serat Serabut Kelapa Fakultas Sains dan Teknik Universitas
sebagai Bahan Tambah dengan Filler Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Serbuk Bentonite pada HRS-Base dan ______________, (1993), Penyegaran Teknik
HRS-WC,Skripsi Sarjana Jurusan Kebinamargaan Modul M2-5,
Teknik, Program Studi Teknik Sipil Penyiapan Rancangan Campuran
Universitas Atma Jaya Yogyakarta Kerja, Proyek Peningkatan Jalan Dan
Masykur, M. M, Ir. (2001), Analisa Uji Penggantian Jembatan Jawa Tengah,
Simulasi Pembebanan WTM pada Direktorat Jenderal Bina Marga,
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston), Departemen Pekerjaan Umum.
Universitas Muhammadiah Metro ______________, (1996), Manual
Sukiman, Silvia, (2008), Beton Aspal Pemeriksaan Bahan Jalan No.
Campuran Panas, Buku Obor, Jakarta 01/MN/BM/ 1976, Direktorat Jenderal
Sjachril M, Perencanaan Bahan Campuran Bina Marga, Departemen Pekerjaan
Aspal, Pusdiklat Departemen Pekerjaan Umum
Umum ______________, (2001), Petunjuk Praktis
Sari, Novita. (2006), Pengaruh Penggunaan Pengujian Bahan Jalan, Laboratorium
Aspal AC 60/70 dengan Abu Ampas Jalan Raya Akademi Teknologi
Tebu sebagai Filler Pengganti pada Semarang.Semarang.
Campuran HRS pada Karakteristik _______________, (1988), Manual Supervisi
Campuran terhadap Uji Marshall, Lapangan untuk Staff Pengendali
Skripsi Sarjana Jurusan Teknik, Mutu, Central Quality Control &
Program Studi Teknik Sipil Universitas Monitoring Unit; Direktorat Jenderal
Gajah Mada Yogyakarta Bina Marga Departemen Pekerjaan
Suryoputranto, Iwan. dan Wardhani. (1998), Umum.
Penggunaan Filler dari Pecahan _______________, (1988), Campuran Aspal
Genting dan Kapur untuk Campuran Panas dengan Durabilitas Tinggi –
HRS-B, Skripsi Sarjana Jurusan Buku I, Direktorat Jenderal Bina
Teknik, Program Studi Teknik Sipil Marga Departemen Pekerjaan Umum.
Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Sinartra, Wenny. (2005), Pengaruh
Penggunaan Abu Serbuk Kayu Jati
sebagai Bahan Pengisi pada Campuran

1
Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unseod, Purwokerto; heryas7480@gmail.com Page 31
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed, Purwokerto; e_wahyuindriyati@yahoo.co.id
3
Teknik Sipil UPP Pasir Pengaraian; Bambang.Edison@gmail.Com
Page 32 JURNAL APTEK Vol. 6 No. 1 Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai