Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini konstruksi perkerasan jalan di Indonesia semakin berkembang, mulai dari
konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hotmix) dan kemudian jenis yang lain
seperti Latasir, Lataston, Laston dan lain-lain. Campuran panas aspal merupakan salah satu jenis
yang digunakan dalam pekerjaan jalan saat ini. Dalam pembuatannya campuran aspal panas
dimulai dari penyediaan material sesuai spesifikasi, proses pencampuran material, penghamparan
dan yang terakhir adalah proses pemadatan. Pemadatan merupakan proses pemampatan sehingga
diperoleh kekuatan dan stabilitas serta rongga yang cukup pada campuran beraspal. Proses
pemadatan di lapangan menggunakan roller tandem, sedangkan untuk pencampuran di
laboratorium, proses pemadatan disimulasikan dengan membebani campuran didalam cetakan
(mold).
Peningkatan volume lalu lintas saat ini semakin pesat yang dapat mengakibatkan tingkat
kerusakan seperti deformasi terhadap lapis permukaan jalan yang disebabkan oleh pengaruh
beban muatan berlebihan (overloading) kendaraan, maka diperlukan kualitas perencangan
struktur perkerasaan yang baik dan memiliki daya tahan yang tinggi.
Agar mendapatkan struktur perkerasan (aspal) yang baik dan memliki daya tahan yang
tinggi, suhu sangat berperan dalam memberikan mutu pemadatan yang baik. Aspal bersifat
termoplastis (akan menjadi keras jika suhu rendah dan akan lunak atau cair jika suhu meningkat),
untuk itu jika suhu tidak diperhatikan maka aspal akan sulit untuk masuk ke dalam celah antar
agregat, sehingga fungsi aspal yang sebagai pengikat tentunya tidak berfungsi seperti yang
diharapkan. Hal ini dapat berakibat rendahnya stabilitas yang didapat pada pemadatan yang
direncanakan, seperti permukaan jalan yang retak akibat kurangnya ikatan yang kuat antar
agregat. Menaikkan temperatur pemadatan mengakibatkan partikel agregat dalam campuran
beraspal panas dapat dipadatkan lebih baik lagi. Kerapatan (density) pada saat pemadatan terjadi
pada suhu lebih tinggi dari 275ºF (135ºC). Kerapatan menurun dengan cepat ketika pemadatan
dilakukan pada suhu lebih rendah (Suparyanto, 2008).
Lapis aspal beton (LASTON) merupakan lapisan teratas yang langsung menerima dan
menyalurkan beban lalu lintas kelapisan di bawahnya dan berinteraksi langsung dengan
pengaruh luar seperti panas matahari dan air hujan. Pada saat campuran laston berinteraksi
dengan panas matahari, maka suhu/temperatur akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
Sedangkan pada saat campuran terkena air hujan maka suhu akan jadi rendah dari sebelumnya.
Hal ini yang dapat mempengaruhi kinerja aspal khususnya masalah ketahanan atau keaweatan
jalan.
Agar suatu campuran laston dapat bertahan maka perlu dilakukan stabilitas. Stabilitas
adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk
seperti gelombang, alur, dan bleeding. Campuran aspal yang mempunyai stabilitas yang cukup
pada penampilannya mampu menahan dorongan akibat pengereman tanpa menimbulkan alur
bekas roda atau lendutan jalan dan tetap menjaga bentuk dan keretakan permukaannya
(Sukirman, 2007). Berapa besar toleransi suhu penumbukkan campuran aspal beton untuk
mendapatkan stabilitas kepadatan aspal optimum, merupakan rumusan masalah yang menjadi
fokus penelitian ini. Boavida (2013) melakukan penelitian dengan variasi suhu 80ºC, 90ºC, dan
110ºC. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa suhu aspal yang tepat untuk pemadatan
campuran aspal beton yang sesuai dengan spesifikasi yaitu 90º dengan pemadatan 2x80 dan suhu
100º dengan jumlah tumbukan 2x60, 2x75, 2x80 dengan kadar aspal optimum yang dicapai. Hal
ini berarti semakin rendah suhu pemadatan berarti semakin banyak jumlah tumbukan.
Karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji karakteristik campuran aspal
akibat pembebebanan statis berulang (pemadatan) yang dihasilkan melalui variasi suhu
campuran pada temperatur dan gradasi agregat pada kondisi tertentu. Variasi suhu yang
digunakan yaitu suhu 80ºC, 85ºC, 90ºC, 95ºC, 100º,dan 105ºC. Dari beberapa variasi suhu ini
akan di uji suhu aspal mana yang tepat dalam pemadatan. Dengan variasi jumlah tumbukan
2x75, 2x85. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran mengenai
karakteristik campuran aspal yaitu deformasi yang terjadi terhadap pembebanan berulang di
laboratorium, sehingga setidaknya dapat memberikan gambaran keadaan pemadatan yang
sebenarnya di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang di teliti pada penelitian ini adalah:
1. Berapa kadar aspal optimum yang di peroleh dari pengujian marshall pada rancangan
campuran?
2. Bagaimana pengaruh variasi suhu dan variasi tumbukan pada proses pemadatan
campuran panas aspal beton (AC-WC) terhadap nilai marshall?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui nilai kadar aspal optimum dari pengujian marshall pada rancangan
campuran.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu dan variasi tumbukan pada proses pemadatan
campuran panas aspal beton (AC-WC) terhadap nilai marshall.

1.3 Manfaat Penilitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, yaitu:
1. Bagi Universitas, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi mahasiswa lain yang
akan melalukan penelitian selanjutnya yang sesuai dengan topik dalam penelitian ini.
2. Bagi pemerintah, yaitu agar memberikan informasi pentingnya pengaruh variasi suhu
pemadatan sehingga proses pembuatan jalan dapat sesuai standar dan dampaknya jalan
tersebut lebih tahan lama sesuai dengan umur yang direncanakan.
3. Bagi peneliti, yaitu agar peneliti mengetahui cara merancang campuran beraspal di
laboratorium dengan menggunakan metode marshall.

1.5. Batasan Masalah


Penelitian ini hanya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Jenis lapisan yang tinjau adalah Laston (AC-WC) dengan menggunakan spesifikasi
umum 2010.
2. Pemeriksaan material berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
3. Pengujian campuran menggunakan alat Marshall (SNI 06-2489-1991) untuk mengetahui
nilai-nilai parameter Marshall.

1.6 Definisi Operasional


Untuk memberikan kesamaan pengertian dari judul skripsi yang hendak ditulis oleh penulis
maka perlu untuk memberikan definisi operasional dari judul yaitu:
Pengaruh : akibat
Variasi : ragam
Suhu : temperatur
Tumbukan : benturan
Campuran : kombinasi
Panas : kering
Aspal : bitumen
Beton AC-WC : lapisan permukaan pada konstruksi perkerasan lentur jalan raya
Terhadap : tentang
Nilai : harga
Stabilisasi : penstabilan
Kepadatan : Kerapatan
Pada : atas
Perkerasan : suatu lapisan yang terletak diatas tanah dasar yang telah mendapatkan
pemadatan
Jalan : jalur
Jadi, “Pengaruh Variasi Suhu Tumbukan Dan Suhu Campuran Panas Aspal Beton AC-
WC Terhadap Nilai Stabilisasi Kepadatan Pada Perkerasan Jalan” dapat diartikan
sebagai akibat dari ragam temperature benturan dan rakam kombinasi kering bitumen lapisan
permukaan pada kontruksi perkerasan lentur jalan raya tentang harga penstabilan kerapatan
atas suatu lapisan yang terletak diatas tanah dasar yang telah mendapatkan pemadatan jalur.

Anda mungkin juga menyukai