Pada saat ini konstruksi perkerasan jalan di Indonesia semakin berkembang, mulai dari konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hotmix) dan kemudian jenis yang lain seperti Latasir, Lataston, Laston dan lain-lain. Campuran panas aspal merupakan salah satu jenis yang digunakan dalam pekerjaan jalan saat ini. Dalam pembuatannya campuran aspal panas dimulai dari penyediaan material sesuai spesifikasi, proses pencampuran material, penghamparan dan yang terakhir adalah proses pemadatan. Pemadatan merupakan proses pemampatan sehingga diperoleh kekuatan dan stabilitas serta rongga yang cukup pada campuran beraspal. Proses pemadatan di lapangan menggunakan roller tandem, sedangkan untuk pencampuran di laboratorium, proses pemadatan disimulasikan dengan membebani campuran didalam cetakan (mold). Peningkatan volume lalu lintas saat ini semakin pesat yang dapat mengakibatkan tingkat kerusakan seperti deformasi terhadap lapis permukaan jalan yang disebabkan oleh pengaruh beban muatan berlebihan (overloading) kendaraan, maka diperlukan kualitas perencangan struktur perkerasaan yang baik dan memiliki daya tahan yang tinggi. Agar mendapatkan struktur perkerasan (aspal) yang baik dan memliki daya tahan yang tinggi, suhu sangat berperan dalam memberikan mutu pemadatan yang baik. Aspal bersifat termoplastis (akan menjadi keras jika suhu rendah dan akan lunak atau cair jika suhu meningkat), untuk itu jika suhu tidak diperhatikan maka aspal akan sulit untuk masuk ke dalam celah antar agregat, sehingga fungsi aspal yang sebagai pengikat tentunya tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Hal ini dapat berakibat rendahnya stabilitas yang didapat pada pemadatan yang direncanakan, seperti permukaan jalan yang retak akibat kurangnya ikatan yang kuat antar agregat. Menaikkan temperatur pemadatan mengakibatkan partikel agregat dalam campuran beraspal panas dapat dipadatkan lebih baik lagi. Kerapatan (density) pada saat pemadatan terjadi pada suhu lebih tinggi dari 275ºF (135ºC). Kerapatan menurun dengan cepat ketika pemadatan dilakukan pada suhu lebih rendah (Suparyanto, 2008). Lapis aspal beton (LASTON) merupakan lapisan teratas yang langsung menerima dan menyalurkan beban lalu lintas kelapisan di bawahnya dan berinteraksi langsung dengan pengaruh luar seperti panas matahari dan air hujan. Pada saat campuran laston berinteraksi dengan panas matahari, maka suhu/temperatur akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan pada saat campuran terkena air hujan maka suhu akan jadi rendah dari sebelumnya. Hal ini yang dapat mempengaruhi kinerja aspal khususnya masalah ketahanan atau keaweatan jalan. Agar suatu campuran laston dapat bertahan maka perlu dilakukan stabilitas. Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang, alur, dan bleeding. Campuran aspal yang mempunyai stabilitas yang cukup pada penampilannya mampu menahan dorongan akibat pengereman tanpa menimbulkan alur bekas roda atau lendutan jalan dan tetap menjaga bentuk dan keretakan permukaannya (Sukirman, 2007). Berapa besar toleransi suhu penumbukkan campuran aspal beton untuk mendapatkan stabilitas kepadatan aspal optimum, merupakan rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini. Boavida (2013) melakukan penelitian dengan variasi suhu 80ºC, 90ºC, dan 110ºC. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa suhu aspal yang tepat untuk pemadatan campuran aspal beton yang sesuai dengan spesifikasi yaitu 90º dengan pemadatan 2x80 dan suhu 100º dengan jumlah tumbukan 2x60, 2x75, 2x80 dengan kadar aspal optimum yang dicapai. Hal ini berarti semakin rendah suhu pemadatan berarti semakin banyak jumlah tumbukan. Karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji karakteristik campuran aspal akibat pembebebanan statis berulang (pemadatan) yang dihasilkan melalui variasi suhu campuran pada temperatur dan gradasi agregat pada kondisi tertentu. Variasi suhu yang digunakan yaitu suhu 80ºC, 85ºC, 90ºC, 95ºC, 100º,dan 105ºC. Dari beberapa variasi suhu ini akan di uji suhu aspal mana yang tepat dalam pemadatan. Dengan variasi jumlah tumbukan 2x75, 2x85. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik campuran aspal yaitu deformasi yang terjadi terhadap pembebanan berulang di laboratorium, sehingga setidaknya dapat memberikan gambaran keadaan pemadatan yang sebenarnya di lapangan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang di teliti pada penelitian ini adalah: 1. Berapa kadar aspal optimum yang di peroleh dari pengujian marshall pada rancangan campuran? 2. Bagaimana pengaruh variasi suhu dan variasi tumbukan pada proses pemadatan campuran panas aspal beton (AC-WC) terhadap nilai marshall?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui nilai kadar aspal optimum dari pengujian marshall pada rancangan campuran. 2. Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu dan variasi tumbukan pada proses pemadatan campuran panas aspal beton (AC-WC) terhadap nilai marshall.
1.3 Manfaat Penilitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, yaitu: 1. Bagi Universitas, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi mahasiswa lain yang akan melalukan penelitian selanjutnya yang sesuai dengan topik dalam penelitian ini. 2. Bagi pemerintah, yaitu agar memberikan informasi pentingnya pengaruh variasi suhu pemadatan sehingga proses pembuatan jalan dapat sesuai standar dan dampaknya jalan tersebut lebih tahan lama sesuai dengan umur yang direncanakan. 3. Bagi peneliti, yaitu agar peneliti mengetahui cara merancang campuran beraspal di laboratorium dengan menggunakan metode marshall.
1.5. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Jenis lapisan yang tinjau adalah Laston (AC-WC) dengan menggunakan spesifikasi umum 2010. 2. Pemeriksaan material berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). 3. Pengujian campuran menggunakan alat Marshall (SNI 06-2489-1991) untuk mengetahui nilai-nilai parameter Marshall.
1.6 Definisi Operasional
Untuk memberikan kesamaan pengertian dari judul skripsi yang hendak ditulis oleh penulis maka perlu untuk memberikan definisi operasional dari judul yaitu: Pengaruh : akibat Variasi : ragam Suhu : temperatur Tumbukan : benturan Campuran : kombinasi Panas : kering Aspal : bitumen Beton AC-WC : lapisan permukaan pada konstruksi perkerasan lentur jalan raya Terhadap : tentang Nilai : harga Stabilisasi : penstabilan Kepadatan : Kerapatan Pada : atas Perkerasan : suatu lapisan yang terletak diatas tanah dasar yang telah mendapatkan pemadatan Jalan : jalur Jadi, “Pengaruh Variasi Suhu Tumbukan Dan Suhu Campuran Panas Aspal Beton AC- WC Terhadap Nilai Stabilisasi Kepadatan Pada Perkerasan Jalan” dapat diartikan sebagai akibat dari ragam temperature benturan dan rakam kombinasi kering bitumen lapisan permukaan pada kontruksi perkerasan lentur jalan raya tentang harga penstabilan kerapatan atas suatu lapisan yang terletak diatas tanah dasar yang telah mendapatkan pemadatan jalur.