LANDASAN TEORI
3.1.1 Umum
Fungsi dari perkerasan jalan adalah untuk memikul beban lalu lintas secara
cukup, aman dan nyaman, serta sebelum umur rencananya tidak terjadi kerusakan
yang cukup berarti. Bahun perkerasan jalan adalah bahan-bahan yang dihampar di
atas pcrmukaan tanah dasar. Bahan pcrkcrasan jalan ini meliputi bahan-bahan
untuk jenis pondasi bawah (sub base course), lapis pondasi atas (base course) dan
sebagian komponen ringan (volatile) sehingga lebih getas, mudah retak, kurang
awct, ditarnbah lagi dcngan beban kendaraan yang tidak sesuai dengan kelas jalan
kerusakan ak ibat Iaktor di atas rnaka dibutuhkan suatu konstruksi perkerasan jalan
yang mampu mcnahan bcban lalu lintas yang sesuai klasifikasinya. Kestabilan
dari perkerasan dapat diketahui dengan mcncari faktor-faktor yang dapat merusak
pcrkerasan itu scndiri. Adapun faktor yang paling dominan terhadap pcnuaan
yaitu pcrubahan tcmpcratur (suhu) dan pcngaruh air pada campuran beraspal.
10
berupa pengerasan aspal yang diakibatkan oksidasi. Oksidasi terjadi mulai dari
pemanasan baik oleh matahari atau karena pemanasan untuk pengenceran aspal
berpengaruh pada aspal karena ada bagian aspal yang menguap dan itu dapat
mengubah karaktcristik aspal sehingga aspal menjadi lebih keras dan getas
(Millard. 1993).
dilakukan pcmanasan untuk mencairkan aspal dan hal ini akan mengubah
mcnguap.
yung disimpan dalam kcadaan lepas (di laboratorium) pada suhu 135 °C
bcnda uji cm1rllran bcruspal �.u·e. diarnbil dari lapangan. Oleh karcna,
kelompok bcnda uj i yang diperoleh di lapangan tclah mengalami proses
dalarn kondisi icpas pada suhu I 35°C selama 2 jam tclah mcngalami
diximulasikan di
laborutori urn.
jalan. Dalam p,_-ri•xk ini eampuran he, .L' ;-,al rnengalarni pemanasan yang
aspal tcrgenang
dalam air.
nilai modulus yang hampir sama juga dapat diperoleh dari campuran
beraspal sejenis yang baru dibuat namun kemudian lebih dulu disimpan
dalam oven selama 120 jam pada suhu 85°C. Oleh karena itu, maka Brown
12
lapangan.
Beton aspal merupakan salah satu jenis dari lapisan perkerasan konstruksi
perkerasan lentur. Jcnis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat
dan aspal scbagai bahan pcngikat pada suhu tcrtentu. Untuk mengcringkan agrcgat
dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal sehingga diperoleh
Belon aspal mcrupakan lapisan pada konstruksi yang terdiri dari campuran
dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu yang me punyai fungsi scbagai
bcrikut :
1. Stabilitas
2. Duruhi Ii tas
ak i hat pcngaruh cuaca, air dan perubahan suhu ataupun keausan akibat
gcsck an kcndaraan.
3. Flek:ibilitas
5. Kclclchan plastis
carnpuran bcton aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas
runtuh dan dinyatakan dalam satuan panjang. Nilai kelelehan plastis
3.4.1 Aspal
raveling akibat beban lalu lintas sebaiknya kadar aspal yang terlalu tinggi
lapisan perkerasan yang stabil pada temperatur tinggi. Aspal dengan kepekaan
15
menjadi lunak pada suhu tinggi, sehingga akan menghasilkan konstruksi lapis
Aspal digunakan sebagai bahan ikat dan pengisi rongga antar batuan pada
rendah (aspal lebih cair), aspal memiliki daya lekat tinggi dan mampu
yang terlalu tinggi akan merusak sifat-sifat aspal, sehingga aspal akan
pembebanan lalu lintas. Sifat keawetan dari aspal yang utama adalah
Test) hams mcmcnuhi syarat yang tclah ditctapkan Bina Marga dapat dilihat pada
a c
Thl32P ersyaratan rnen"k saan Th" m F"I
lffi Oven T est
pe
Persyaratan
No. .Ierus Pemeriksaan Cara Pen60 Pen 80 Satuan
Pemeriksaan Min Max Min Max
1. Penetrasi (25°C ± 5 s) PA 0301-76 60 79 80 99 0,1 mm
2. Titik Lembek (Ring Ball) PA 0302-76 48 58 46 54 ·c
3. Titik Nyala (elev. Open PA. 0303-76 200 - 255 - ·c
4. cup) *) - 0,8 - 0,1 % berat
5. Kehilangan Berat (163°C± 5 h) (TFOT) PA 0305-76 99 - 99 - % berat
6. Kelarutan (C2HCL3) PA 0306-76 100 - 100 - cm
7. Daktilitas (25°C, 5 PA. 0301-76 54 - 50 - % semula
8. cm/menit) Penetrasi PA 0306-76 50 - 75 - cm
9. Setelah TFOT *) Daktilitas PA. 0307-76 1 - 1 -
Sumber: Bina Marga 1983, *) AASHTO 1998
3.4.2 Agregat 0
Agregat adalah batu pecah, kerikil, pasir atau kornposisi mineral lainnya,
baik berupa hasil alam maupun hasil pengolahan (penyaringan, pemecahan) yang
banyak faktor (Kerb and Walker, 1971 ). Faktor yan mempengaruhinya yaitu :
ukuran dan gradasi kekuata dan kekerasan bentuk, tekstur permukaan, kelekatan
a. Ukuran
2. Agrcgat halus, batuan yang lolos saringan no. 8 dan tertahan saringan
4. Filler mineral debu tdust ), lraksi agregat halus yang lolos saringan
No.
200.
b. Gradasi
), yaitu
stahilitas tinggi.
tclah ditctapkan Bina Marga. Pcrsyaratan agrcgat dapat dilihat pada tabcl 3.3 dan
:j��g
No .Ienis l'emcriksaan Syarat
·50 %
2
------+----------------
3 Bera! jcni-, ::2,5
·----�-----
Sumbcr : Ditjcn l\i11:1 Marg,•.. Lasron 37XKPTS/l978
Spcsifikasi agrcgat yang digunakan dalam pcnclitian ini dapat dilihat pada
tabcl berikut ini .•'pcsilikasi campuran agr .gat untuk HRS-B scperti pada tabel 3.5
4 #4 50-60
..
5 #8 46-60
(, 1130 16 60
7 // 50
----- ------- - ---
·--------··-
x ' ·---
9
... - - l
I
11100
#200
-
3-26
2-8
--_---1
Sumbcr : ( 'i·111r<1/ Quulitv C '0111rol ,111d Monitoring Unit (CQCMlJ) 1988
19
-�c�
-----··----- Tahcl_��·�'- P_r�y'-a_u= 1�_H_R_S_B
�
���==_Jyn�,��sti���-�-ik�;;----:-· �i�a�
2 _ R�J;?a udara 3-6%
_
} J��!_fl�11 ,(sp,!I .. _ 8 um
_
-1 .. _, . '.\��1C!i.}!.'_1_1_!_{!1111ti,·'.!_1 1,8-5.0 kN/mrn
:, i Stabilitas 550-1250 kg
(, ] ---- ---- · (J_o_��- - 2-4 mm _
Sumbcr : ( 'rntru! (j11ulit1· i 'ontrnl 011,/ Monitoring Uni/ (C()CMlJ)
1988
kuku, mudah mcngalami reiak bila rncncrima beban. Sebaliknya bila nilai
stabilitas rendah beton aspal akan mudah mengalami rutting oleh beban lalu
lintas. Bina Marga ( 1983) maupun AAS! ITO ( 1998) mcmberikan persy aratan
nilai stabilitas beton aspal untuk lulu lintas bcrat minimal 550 kg. Menurut The
Asphalt Institute, MS-2 ( 1984) stabilitas adalah kernampuan lapis keras dalam
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi adanya deformasi pcrmanen. Dalam
140°F dengan kecepatan pembebanan 2 inch per menit. Selain nilai stabilitas,
parameter lain yang dapat diperoleh dari pengujian Marshall adalah kcpadatan
campuran (density), YUM (voids in the mix), VFWA (Void Filled With
dari campuran akibat beban yang bekerja padanya mulai awal pernbebanan
agregat padat yang tcrisi aspal. VFWA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
aspal naik
1991 ).
ada terhadap volume pada suatu campuran. VITM sama artinya dengan
dalam campuran karena rongga antar butir agregat akan tcrisi aspal (Robert et
al, 1991 ).
VMA yang besar akan menyebabkan film aspal tcbal sehingga mempunyai
durabilitas yang tinggi. VMA juga dipengaruhi olch gradasi campuran yang
2 VMA (%) 16
�65
3 VFWA (%)
4 VITM 3-5
5 Stabilitas (1-fg) �800
campuran tcrsehut dapat dikatakan mcmiliki tahanan yang cukup memuaskan dari
3. 7 Pengujian Hveem
Stabilometer
Hveem Stabilometer itu sendiri adalah alat uji triaksial yang digunakan untuk
semi plastis atau plastis lainnya. Alat ini dikembangkan oleh Francis Hveem
ketika masih di
tekanan lateral yang diteruskan melalui benda uji dari beba vertikal yang
sebuah · ndeks pada range skala 0-100 yang renunjukkan kemampuan material
atau bahan yang di uji untuk menahan deformasi, adapun batas inimum
campuran. Deformasi yang terjadi pada perkerasan Jentur banyak ditentukan oleh
terjadi sebagai akibat dari beban yang melewati perkerasan ditentukan oleh
stabilitas.
23
'- 2'),.,
_ ..
•
S - r
!
ipxl)
,-0_222
1i -· -
l
IPv-PI
L h-1
.......................... ("�)')
Dengan:
S = Nilai Stabilometer,
atau rongga dan stabilitas. Dari metode ini j uga ditcntukan ketahanan
k'emampuan benda uji rncnahan deformasi lateral dari beban vertikal yang
diberikan.
23
Welcome to My Blog
Minggu, 08 April 2018
Jenis kerusakan jalan, faktor penyebab dan penanganannya
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dalam penulisan kali ini, tujuan dari penulisan yaitu
1. Untuk menjelaskan jenis-jenis kerusakan jalan yang terjadi
2. Untuk menjelaskan factor penyebab masing - masing kerusakan jalan
3. Untuk menjelaskan alternative penanganan dan pemeliharaan kerusakan jalan yang terjadi pada perkerasan
jalan
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Aksi lalu lintas dan permukaan perkerasan atau lapis pondasi yang tidak stabil karena kadar aspal
terlalu tinggi
b. agregat halus terlalu banyak, agregat berbentuk bulat dan licin, semen aspal terlalu lunak, kadar air
terlalu tinggi
c. Kadar air dalam lapis pondasi granuler (granular base) terlalu tinggi, sehingga tidak stabil.
Resiko lanjutannya
a. Pemadatan lapis permukaan dan pondasi (base) kurang, sehingga akibat beban lalu lintas lapis
pondasi memadat lagi.
b. Kualitas campuran aspal rendah, ditandai dengan gerakan arah lateral dan ke bawah dari campuran
aspal di bawah beban roda berat
c. Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen pembentuk lapis perkerasan yang kurang padat.
Contoh terjadinya alur pada lintasan roda yang disebabkan oleh deformasi dalam lapis pondasi
atau tanah-dasar
d. Tanah-dasar lemah atau agregat pondasi (base) kurang tebal, periadatan atau terjadi
pelemahan akibat infiltrasi air tanah agregat pondasi (base) kurang tebal, dan infiltrasi air tanah.
Resiko lanjutan
a. Kedalaman maksimum dibawah straight-edge yang panjangnya 1,2 m, dan dipasang melintang.
b. Panjang alur.
a. Seluruh kedalaman atau penambahan lapis tambahan (overlay) campuran aspal panas (hot mix)
dengan perataan dan pelapisan permukaan. Perbaikan alur dengan menambal permukaan,
umumnya hanya untuk perbaikan sementara.
a. Stabilitas campuran lapisan aspal rendah. Kurangnya stabilitas campuran dapat disebabkan oleh
terlalu tingginya kadar aspal,terlalu banyaknya agregat halus, agregat berbentuk bulat dan licin
atau terlalu lunaknya semen aspal.
b. Terlalu banyaknya kadar air dalam lapis pondasi granuler(granular base).
c. Ikatan antara lapisan perkerasan tidak bagus
d. Tebal perkerasan kurang.
Resiko lanjutan
23
a. Area yang mengalami sungkur meluas.
b. Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
c. Memicu terjadinya retakan dan air masuk ke dalam perkerasan.
Cara perbaikan
Resiko lanjutan
Cara perbaikan
a. Tekukan atau penggembungan dari perkerasan pelat beton di bagian bawah yang diberi lapis
tambahan (over/ay) dengan aspal.
b. Kenaikan oleh pembekuan es (lensa-lensa es).
c. Infiltrasi dan penumpukan material dalam retakan yang diikuti dengan pengaruh beban lalu-lintas
Resiko lanjutan
23
a. Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
Cara perbaikan
a. Cold mill.
b. Penambalan dangkal, parsial atau di seluruh kedalaman.
a. Gerakan arah memanjang oleh akibat kurangnya gesek internal dalam lapis pondasi (base) atau
tanah-dasar, sehingga lapisan tersebut kurang stabil.
b. Adanya perubahan volume tanah di dalam tanah-dasar oleh gerakan vertikal.
c. Penurunan tanah urug atau bergeraknya lereng timbunan. Lebar celah bisa mencapai 6 mm,
sehingga memungkinkan adanya infiltrasi air dari permukaan.
d. Adanya penyusutan semen pengikat pada lapis pondasi (base) atau tanah-dasar.
23
e. Kelelahan (fatigue) pada lintasan roda.
f. Pengaruh tegangan termal (akibat perubahan suhu) atau kurangnya pemadatan.
Resiko lanjutan
Cara perbaikan
Resiko lanjutan
23
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu-lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
c. Retakan dengan celah yang terlalu besar memungkinkan air masuk ke lapis pondasi dan tanah-
dasar, sehingga melemahkan lapisan pendukung perkerasan.
Cara perbaikan
a. Refleksi dari retak susut atau sambungan pada material pengikat yang berada di bawahnya
[umumya beton semen portland, lapis pondasi rekat (cemented base) dan lapis pondasi aspal
(asphalt base)].
b. Terjadi beda penurunan antara timbunan, galian atau bangunan.
c. Desakan akar pohon-pohonan.
d. Pemasangan bangunan layanan umum.
Resiko lanjutan
Cara perbaikan
a. Penyusutan material di bawah material rekat atau material butiran halus tertentu.
b. Pelunakan tanah di pinggir perkerasan akibat kenaikan kelembaban,atau terjadi beda penurunan
antara timbunan, galian atau struktur
c. Pengaruh akar tumbuh-tumbuhan.
Resiko lanjutan
Cara perbaikan
23
a. Gerakan vertikal atau horizontal pada lapisan dibawah lapis tambahan, yang timbul akibat
ekspansi dan kontraksi saat terjadi perubahan temperatur atau kadar air.
b. Gerakan tanah pondasi.
c. Hilangnya kadar air dalam tanah-dasar yang kadar lempungnya tinggi.
Resiko lanjutan
Cara perbaikan
23
a. Perubahan volume campuran aspal yang mempunyai kadar agregat halus tinggi dari aspal
penetrasi rendah dan agregat yang mudah menyerap (odsorptive aggregate).
b. Pengaruh siklus temperatur harian dan pengerasan aspal.
c. Sambungan dalam lapisan beton yang berada di bawahnya.
d. Retak akibat kelelahan (fatigue) dalam lapisan aus aspal.
Resiko lanjutan
Cara perbaikan
23
a. Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi. Retak yang besar diisi dengan larutan emulsi aspal
yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan pengisi.
Resiko lanjutan
c. Lapisan tambahan.
a. Kurangnya ikatan lapisan permukaan dengan lapisan dibawahnya. Hal ini dapat disebabkan oleh
debu, minyak, karet, kotoran, air atau bahan lain yang tidak adhesif yang berada diantara lapis aus
(wearing course) dan lapisan di bawahnya. Biasanya, buruknya ikatan terjadi akibat tidak
digunakannya tack coat atau prime coat dengan lapisan tipis aspal pada agregat pondasi (base).
b. Campuran terlalu banyak kandungan pasimya
c. Pemadatan perkerasan kurang.
d. Tegangan sangat tinggi akibat pengereman dan percepatan kendaraan.
e. Lapis aus di permukaan terlalu tipis.
f. Modulus lapis pondasi (base) terlalu rendah.
Resiko lanjutan
Cara perbaikan
Gambar B.8 Retak slip (slippage cracks) atau retak bentuk bulan sabit
9. Retak halus (hair cracking)
Cara perbaikan
a. Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya. Jika bahu jalan tidak mendukung pinggir
perkerasan, maka material yang buruk dibongkar dan digantikan dengan material baik yang
dipadatkan.
b. Jika air menjadi faktor penyebab kerusakan pecah, maka harus dibuatkan drainase.
c. Penutupan retakan/penutupan permukaan.
23
d. Penambalan parsial.
Cara perbaikan
a. Untuk beda tinggi yang rclatif kccil dan bahu jalan berupa aspal, maka campuran aspal panas (hot
mix) dapat ditempatkanpada bagian yang elevasinya berbeda.
b. Untuk beda tinggi yang besar, bahu jalan hams ditinggikan dengan menghamparkan lapis
tambahan (overlay).
c. Jika penyebabnya adalah drainase yang buruk, maka dibuatkan lagi drainase yang baik.
Cara perbaikan
Cara perbaikan
a. Pemberian pasir panas atau batu caring panas untuk mengimbangi kelebihan aspal.
a. Agregat kasar di permukaan beton tidak tahan aus, berbentuk bulat dan licin, tidak berbentuk
kubikal. Beberapa agregat, khususnya batu gamping. menjadi halus oleh pengaruh lalu-lintas.
b. Beberapa macam kerikil yang secara alarmi permukaannya halus, jika digunakan untuk
permukaan perkerasan tanpa memecahnya, maka akan menyebabkan gangguan kekesatan
permukaan jalan. Agregat halus ini menjadi licin bila basah oleh air hujan.
Cara perbaikan
Cara perbaikan
Cara perbaikan
F. Tambalan dan galian utilitas (patching and utility cut patching)
Tambalan (patch) adalah penutupan bagian perkerasan yang mengalami perbaikan. Kerusakan
tambalan dapat diikuti/tidak diikuti oleh hilangnya kenyamanan kendaraan (kegagalan fungsional) atau
rusaknya struktur perkerasan. Rusaknya tambalan menimbulkan distorsi, disintegrasi, retak atau terkelupas
antara tambalan dan permukaan perkerasan asli. Kerusakan tambalan dapat terjadi karena permukaan yang
menojol atau ambles terhadap permukaan permukaan perkerasan. Jika kerusakan terjadi pada tambalan
maka kerusakan tersebut belum tentu disebabkan oleh lapisan yang utuh.
Faktor penyebab kerusakan
a. Amblesnya tambalan umumnya disebabkan oleh kurangnya pemadatan material urugan lapis
pondasi (base) atau tambalan material aspal.
b. Cara pemasangan material bawah buruk.
c. Kegagalan dari perkerasan di bawah tambalan dan sekitarnya.
Cara perbaikan
Gambar F. Tambalan dan galian utilitas (patching and utility cut patching)
a. Amblesnya perkerasan, sehingga timbul beda elevasi antara permukaan perkerasan dengan
permukaan rel.
b. Pelaksaaan pekerjaan perkerasan atau pemasangan jalan rel yang buruk.
Resiko lanjutan
a. Luas dari persilangan diukur. Sembarang tonjolan besar yang diakibatkan oleh lintasan rel harus
dianggap sebagai bagian dari persilangan.
Cara perbaikan
Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang
kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya yang memang jelek.
Air yang berada di jalan, bisa di dalam tanah dan perkerasan maupun di atas perkerasan aspal
seperti banjir dan genangan. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang
tidak baik, naiknya air akibat sifat kapilaritas
Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. Kelebihan beban atau bahasa
kerennya overload.
Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat
merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik
(1)
Atau :
(2)
Keterangan:
Ad = luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m2)
Ld = panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m)
As = luas total unit sampel (m2)
b) Nilai pengurangan (deduct value)
Deduct value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan
antara density dan deduct value.
c) Total deduct value (TDV)
TDV adalah nilai total dari individual deduct value untuk tiap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang
ada pada suatu unit sampel.
d) Nilai alowable maximum deduct value (m)
Sebelum ditentukan nilai TDV dan CDV, nilai deduct value perlu dicek untuk mengetahui apakah nilai
tersebut dapat digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Nilai m dapat dihitung menggunakan persamaan :
(3)
Keterangan :
m = nilai koreksi untuk deduct value
HDVi = nilai terbesar deduct value dalam satu unit sampel
23
e) Corrected deduct value (CDV)
Diperoleh dari kurva hubungan antara nilai TDV dengan nilai CDV dengan pemilihan lengkung kurva
sesuai dengan jumlah deduct value yang mempunyai nilai lebih besar dari 2 (disebut juga dengan nilai q).
Jika nilai CDV diketahui, maka nilai PCI untuk tiap unit sampel dapat dihitung menggunkan persamaan :
(4)
Keterangan :
PCI(s) = nilai kondisi untuk tiap unit sampel
CDVmaks = nilai CDV terbesar untuk tiap unit sampel
untuk nilai PCI secara keseluruhan :
(5)
Keterangan :
PCI = nilai kondisi perkerasan secara keseluruhan
N = jumlah data
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa ada berbagai macam jenis
kerusakan jalan, factor penyebabnya dan cara penanganannya. Tanpa pemeliharaan dan perbaikan jalan
secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada
jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya baik perkerasan jalan lentur maupun perkerasan
jalan. Apabila perkerasan jalan dipelihara dengan baik dan tetap dalam kondisi yang baik, maka kedua jenis
perkerasan jalan tersebutakan mempunyai umur lebih lama. Tetapi sekali jalan itu mulai rusak dan
dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan, maka kerusakan yang lebih parah akan berlangsung sangat cepat.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti
menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang timbul, dan menemukan
penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi) secara rutin.
3.2 Saran
a. Untuk meminimalisir masalah kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan pemeliharaannya
perlu dilakukan survey yang lebih akurat dengan melibatkan sejumlah instansi terkait.
b. Agar kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu segera
dilakukan tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak menimbulkan
kerusakan yang lebih parah.
c. Pekerjaan jalan harus menggunakan spesifikasi yang ditetapkan.
23
d. Perlunya pengawasan yang objektif tanpa adanya KKN oleh dinas atau instansi terkait agar
kualitas jalan menjadi lebih bermutu.
DAFTAR RUJUKAN
ASTM D6433, 2007, Standard Practice for Roads and Parking Lots Pavement ConditionIndex Surveys.
Putri, Selvia Eka. 2014, Pengaruh Pelebaran Ruas Jalan Terhadap Peningkatan Kinerja Lalu Lintas (Studi
Kasus jalan Soekarno-Hatta/Bypass Bandar Lampung), Universitas Lampung, Lampung.
Shahin, M.Y., Walther, J.A. 1990, Pavement Maintenance Management for Roads and Streets Using The
PAVER System, US Army Corps of Engineer, New York.
Sukirman, Silvia. 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung, Nova.
Christady, H., Suswandi, Agus., Sartono, W., 2008, Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan dengan Metode
Pavement Condition Index (PCI) untuk Menunjang Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Jalan Lingkar
Selatan, Yogyakarta), Forum Teknik Sipil No. XVIII, Yogyakarta.
Sumber: Buku “Pemeliharaan Jalan Raya: Perkerasan, Drainase, Longsoran” Hary Christady Hardiyatmo,
Gadjah Mada University Press, 2007, halaman 164
2 komentar:
1.
Trimakaish :)
Balas
2.
Situs Penyedia Layanan Sepak Bola Terbaik Sbobet Dan Bonus Member Baru
Yang Besar, Agen Sepak Bola Sbobet Maxbet Yang Memberikan Pelayanan 24
Jam Nonstop, Bandar Judi Sepak Bola Sbobet Yang Di Dukung Oleh Bank
Dengan Pelayanan CS Yang Ramah dan 24 Jam Nonstop, Penyedia Jasa
Pembuatan ID Sbobet Judi Sepak Bola Yang Terkenal Dan Memiliki Grafis
YangBagus, dan Kemudahan Dalam Bermain Dan Keamanan Saat Bertransaksi
Balas
Mengenai Saya
aboutacik
Lihat profil lengkapku
23
Jenis kerusakan jalan, faktor
penyebab dan penanganannya
Arsip Blog
► 2019 (1)
▼ 2018 (7)
o ► Juli (1)
o ► Juni (4)
o ▼ April (1)
Jenis kerusakan jalan, faktor penyebab dan penanga...
o ► Februari (1)
Beranda
Label
JOBSHEET
Perkerasan Lentur
RPP
Laporkan Penyalahgunaan
Cari Blog
Ini