Anda di halaman 1dari 16

1 BAB I

2 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan jalan raya merupakan salah satu hal yang selalu
beriringan dengan kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang
menggunakannya, karenanya jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia
supaya dapat mencapai suatu tujuan daerah yang ingin dicapai. Jalan raya
adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Perkerasan jalan merupakan upaya pelapisan
jalan yang berada di atas permukaan tanah dasar dengan menggunakan
berbagai campuran agregat dan bahan perekat yang memiliki nilai elastisitas,
dengan komposisi tertentu sehingga didapatkan karakteristik kuat sebagai
penopang beban lalu lintas diatasnya.
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam
kecoklatan yang bersifat viskoelastic sehingga akan melunak dan mencair
bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah
yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada
tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Fungsi aspal
adalah sebagai bahan pengikat aspal dan agregat atau antara aspal itu sendiri,
juga sebagai pengisi rongga pada agregat. Daya tahannya (durability) berupa
kemampuan aspal mempertahankan sifat aspal akibat pengaruh cuaca dan
tergantung pada sifat campuran aspal dan agregat. Sedangkan sifat adhesi
dan kohesi yaitu kemampuan aspal mempertahankan ikatan yang baik. Sifat
kepekaan terhadap temperaturnya aspal adalah material termoplastik yang
bersifat lunak / cair apabila temperaturnya bertambah
Pada Penelitian ini menggunakan jenis Campuran Asphalt Concrete
Wearing Course (AC-WC) yang merupakan lapisan aus dan berada di lapis
permukaan paling atas yang mengalami kontak langsung dengan kendaraan
yang melintasi di atasnya.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktikum
1. TujuanUmum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal alat-alat,
bahan yang digunakan dan langkah-langkah untuk membuat sampel uji
baspal serta bisa menghitung komposisi dari campuran aspal yang
meliputi agregat dan aspal.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa harus membaca dan memahami prosedur pelaksanaan
dalam setiap pengujian, serta harus melaksanakan pengujian dengan
baik, teliti dan benar, mahasiswa harus bisa menjelaskan tahap-tahap
dari setiap pengujian, dan juga mahasiswa harus bisa menjelaskan tahap
pengujian dengan baik dan benar demi tercapainya karakteristik yang
dianjurkan.

1.3 Manfaat Praktikum


1. Menambah pengetahuan bagi yang melaksanakan praktikum tentang
analisis struktur perkerasan jalan dengan menggunakan metode analitis,
khususnya mengenai struktur perkerasan jalan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami segala prosedur
yang harus dilaksanakan dalam pengeujian perkerasan jalan.
3. Dapat menginformasikan pada suhu berapa aspal mengalami titik nyala
dan titik bakar.
4. Dapat menginformasikan jenis aspal yang baik dan aspal yang tidak
sesuai dengan standar.

1.4 Batasan Masalah


1. Pengujian propertis agregat kasar, agregat halus, semen dan aspal
2. Pengujian propertis aspal bertujuan untuk mengetahui kelayakan atau
tidaknya material yang digunakan untuk material aspal
3. Pengujian Marshall yang menjadi dasar perhitungan nilai stabilitas dan
flow campuran beton aspal AC-WC
4. Pengujian ekstrasi aspal pemeriksaan sampel (benda uji) aspal yang
bertujuan untuk mengetahui kandungan aspal yang ada apakah sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
3 BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Aspal


Material berwarna hitam atau coklat tua. Pada temperatur ruang
berbentuk padat sampai agak padat, jika dianaskan sampai temperatur tentu
dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel agregat
pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau dapat masuk kedalam
pori-pori yang ada pada penyemprotan / penyiraman pada perkerasan
macadam atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun. Aspal akan mengeras
dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis).

a. Hidro carbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umumnya
disebut bitumen, sehingga aspal sering juga disebut bitumen.
b. Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan lentur. Aspal
merupakan komponen kecil. Umumnya 4 – 10 % dari berat campuran,
tetapi merupakan komponen yang relatif mahal.
c. Aspal umumnya berasal dari salah satu hasil destilasi minyak bumi (aspal
minyak) dan bahan alami (aspal alam).
d. Aspal minyak (aspal semen) bersifat mengikat agregat pada campuran
aspal beton dan memberikan lapisan kedap air. Serta tahan terhadap
pengaruh asam, Basa dan garam,
e. Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku
dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya terhadap partikel agregat akan
berkurang.

Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan tergantung dari waktu


pembebanan. Aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur
tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun. Kandungan aspal
terdiri dari 80% karbon, 10% hydrogen, 6% belerang dan sisanya oksigen
dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel dan vanadium. Aspal terbuat
dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan
dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan
bersama-sama material lain.

2.2 Jenis Campuran Beraspal


Teknologi terus tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan penduduk dengan berbagai macam ragam budaya dan
karakternya. Teknologi jalan juga mengikuti namun lebih pada level
manajemen pengelolaan dan teknologi peralatannya, sementara untuk bahan
atau material tidak banyak mengikuti perkembangan kecuali hanya bahan
tambah. Meskipun demikian penulis masih perlu membahas teknologi
campuran beraspal selama rangka penyegaran kembali bagi para
penyelenggaraan jalan agar dapat memahami secara lebih detail saat
berbicara tentang campuran campuran beraspal.

2.3 Kinerja Campuran Beraspal


Sudah menjadi istilah umum dilapangan bahwa campuran beraspal ber
arti gabungan antara agregat dan aspal, dengan porsi tertentu yang telah
memenuhi persyaratan teknis tertentu. Persyaratan yang di maksud adalah
kelenturan (Flekxibilitas), kepadatan, ketahanan terhadap deformasi
permanen (rutting), dan penuaan/ kelelahan (fatique cracking). Persyaratan
lainnya adalah kondisi tingkat kerataan pemukaan, artinya tidak terlalu
halus (licin), juga tidak terlalu kasar (kebisingan dan tingkat kenyamanan
serta meningkatkan biaya operasi pemakai jalan, khususnya pemakaian
ban). Oleh karena itu dalam perencanaan campuran aspal harus
memperhatikan beberapa persyaratan tersebut sehingga diperoleh campuran
yang diharapkan

Iklim tropis Indonesia memberikan dampak yang besar terhadap


kinerja campuran aspal terutama pada lapis permukaan. Karena temperatur
permukaan perkerasan beraspal dapat mencapai panas hingga 70°C pada
saat temperatur udara 35°C. Oleh karena itu perlu ada spesifikasi khusus
untuk lapis permukaan agar perkerasan dapat tertahan pada temperatur te
rsebut. Artinya pada saat lapisan permukaan tidak mengalami panas
melebihi titik lembek aspal, sehingga tidak terjadi pelemahan. Beberapa
jenis aspal dengan titik lembek yang tinggi, sehingga dapat mengurangi
pelemahan pada saat temperatur lapangan relatif tinggi.

Dari sisi material batu pecah harus di perhatikan, terutama permukaan


masing-masing butir harus memiliki bidang pecah dengan syarat angularitas
tertentu, juga nilai abrasi. Hal ini dimaksudkan akan terjadi saling mengunci
antara butiran, sehingga kuat geser sangat tinggi kondisi ini juga dapat
meningkatkan nilai stabilitas yang ada pada akhirnya dapat mengurangi
terjadinya rutting. Juga bentuk material harus cubical material lonjong dan
pipih harus di hindari, karena material tersebut mudah mengalami pecah
pada saat terjadi pembebanan, terutama beban lalu lintas berat.

Hal lain juga menjadi penyebab kerusakan perkerasan campuran aspal


adalah keberadaan aspal emulsi. Aspal emulsi yang sering menjadi bahan
perekat terkadang tidak berfungsi secara maksimal, bahkan malah
melemahkan ikatan antara perkerasan lama dengan aspal baru. Hal ini
terjadi apabila pihak pelaksana menggunakan aspal emulsi yang sudah
melampaui batas masa pakai aspal emulsi tersebut. Aspal emulsi yang masa
berlakunya sudah habis akan mengalami pemisahan antara bahan
pengemulsi dengan aspal murni. Bahan emulsi yang masa berlakunya sudah
habis, akan mengalami pemisahan antara bahan pengemulsi (biasanya dari
bahan sabun) dengan aspal murni tersebut. Bahan pengemulsi inilah yang
akan merusak ikatan, oleh karenanya apabila melakukan pengadaan aspal
emulsi harus di hitung dengan seksama jumlah kebutuhan, supaya tidak
terjadi kelebihan atau kekurangan, karena penimbunan atau penambahan
kecil akan didapatkan kualitas yang tidak sama dengan pemesanan awal.

2.4 Penerapan Teknologi Superpave


Superior performing asphalt pavements (superpave) adalah salah satu
jenis campuran aspal yang memiliki kinerja tingkat superior. Artinya jenis
perkerasan tersebut di rancang untuk mampu menopang beban lalu lintas
berat tanpa mengalami rutiing dan fatigue. sehingga dalam perencanaan
campuran masing-masing material harus ada persyaratan khusus, baik aspal
maupun butiran agregat. Aspal harus menggunakan aspal jenis Performance
Grade (PG) tertentu sesuai kondisi panas parmukaan perkerasan tertinggi,
dan kondisi permukaan perkerasan paling dingin, sedangkan persyaratan
material butir agregat kasar maupun butir halus harus memenuhi persyaratan
teknis tertentu yang pada sub-bab berikut akan dibahas tentang susunan
gradasi campuran antara gragegat kasar dan agregat halus.

Salah satu konsep dasar hasil riset dari Strategic Highway Research
Program (SHRP) tentang metode superpave adalah bahwa menggantikan
metode Hveem dan metode marshall, namun analisis volumetrik yang
tersedia pada kedua metode tersebut masih menjadi dasar metode superpave.
Sistem superpave mengaitkan pemilihan jenis material aspal dan agregat
dalam proses perencanaan campuran, yang menghitung beban lalu lintas dan
kondisi lingkungan. Sementara sistem pemadatan benda uji sebagai
dilaksanakan pada metode marshall dan hveem di ganti dengan pemadatan
gyratory dan tingkatan pemadatan pada campuran disesuaikan dengan beban
lalu lintas yang di harapkan.

2.5 Jenis Aspal Berdasarkan Cara Mendapatkannya

2.5.1 Aspal Alam


Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal
di pulau buton, dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa
aspal danau. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa
aspal danau. Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton,
yang terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton).
Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah
dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional.
Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton
merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar
bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai
tinggi. Produk aspal dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Produk aspal yang masih mengandung material filler, seperti


asbuton kasar, asbuton halus, asbuton mikro, dan butonite mastic
asphalt.
2. Produk aspal yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui
proses ekstraksi atau proses kimiawi yang terjadi pada produk
asbuton

2.5.2 Aspal Buatan.


Jenis aspal yang kedua adalah aspal buatan atau aspal destilasi,
karena aspal ini dibuat dari proses pengolahan dan penyulingan
minyak bumi yang disebut destilasi. Destilasi sendiri merupakan
proses penyulingan yang memisahkan minyak bumi dengan fraksi di
dalamnya dengan menaikkan temperatur minyak bumi tersebut.Secara
garis besar aspal buatan ini terbagi menjadi tiga, yaitu aspal keras,
aspal cair, dan aspal emulsi. Aspal keras merupakan residu dari hasil
penyulingan minyak bumi dan fraksi di dalamnya, dimana aspal ini
juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan AC. Aspal keras
dapat dilarutkan dengan bahan pelarut yang berbasis minyak untuk
menghasilkan aspal cair, jenis aspal buatan yang kedua. Sedangkan
aspal emulsi dibuat dari pemisahan partikel aspal keras melalui proses
emulsi hingga menghasilkan partikel yang sangat kecil namun
memiliki kemampuan mengikat dengan cepat

2.6 Jenis Aspal Berdasarkan Jenis Bahan Dasarnya

1. Asphaltic bace crude oil.


2. Bahan dasar dominal asphaltic
3. Parafin base crude oil.
4. Bahan dasar dominan paraffin.
5. Mixed base crude oil.
6. Bahan dasar campuran asphaltic dan paraffin.

2.7 Jenis Aspal Berdasarkan Bentuknya

2.7.1 Aspal Keras/Panas (Asphalt Cement)


Aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu
ruang berbentuk padat :

1. Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat


2. Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat
kekerasannya)
3. Aspal keras yang biasa digunakan :
a. AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50.
b. AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79.
c. AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara
80-100.
d. AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara
200-300
4. Aspal dengan penetrasi rendah digunakan didaerah cuaca panas,
volume lalu lintas tinggi.
5. Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk didaerah bercuaca
dingin, lalu lintas rendah.
6. Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan
80/100.

2.7.2 Aspal Dingin/Cair (Cut Back Asphalt)


Aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu
ruang berbentuk cair:
1. Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair
dari hasil penyulingan minyak bumi.
2. Pada suhu ruang berbentuk cair
3. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan
pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
a. RC (Rapid curing cut back ) Merupakan aspal keras yang
dilarutkan dengan bensin (premium), RC merupakan cut back
asphal yang paling cepat menguap. RC cut back asphalt
dugunakan sebagai:
1. Tack coat (lapis perekat).
2. Prime coat (lapis resap pengikat).
b. MC (Medium Curing cut back) merupakan aspal keras yang
dilarutkan dengan minyak tanah (kerosine) MC merupakan cut
back asphalt yang mempunyai kecepatan penguapan sedang.
c. SC (slow curing cut back) merupakan aspal keras yang
dilarutkan dengan minyak solar, SC merupakan cut back asphal
yang paling lama menguap.
SC cut back asphalt digunakan sebagai :
a. Prime coat.
b. Dust laying (lapis pengikat debu).
Cut back asphalt dapat dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada
suhu 600(makin kental)
ex :

RC 30-60 MC 30-60 SC 30-60

RC 70-140 MC 70-140 SC 70-140

2.7.3 Aspal Emulsi (Emulsion Asphalt)


Aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dan digunakan
dalam kondisi dingin dan cair. Aspal emulsi adalah suatu campuran
aspal dengan air dan bahan pengemulsi. Berdasarkan muatan listri
aspal emulsi dapat di bedakan atas :

1. Kationik.
Disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi
yang bermuatan arus listrik positig.
2. Anionik.
Disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan emulsi yang
bermuatan negatif.
3. Nonionik.
Merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami,berarti
tidak mengantar listrik.
a. Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan
adalah aspal emulsi anionik dan kationik.
b. Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi
dibedakan atas :
a. Rapit Setting ( RS ) aspal yang mengandung sedikit bahan
pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi,
b. Medium Setting ( MS ) digunakan untuk seal coat.
c. Slow seeting ( SS ) jenis aspal emulsi yang paling lambat
menguap,digunakan sebagai prime coat.

2.7.4 Aspal Buton


Aspal Buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau
Buton, Indonesia. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen
dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk bantuan. Karena aspal
buton merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari
rendah sampai tinggi. Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton
dibedakan atas B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal Buton B10
adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%)
2.8 Spesifikasi Aspal

2.8.1 Syarat Umum Aspal Keras


Spesifikasi meliputi tiga mutu aspal cait RC – 70, RC – 250 fan
RC -800.
1. Aspal cair harus barasal dari hasil minyak bumi.
2. Aspal harus mempunyai sifat sejenis, bebas air dan tidak berbusa
jika dipanaskan.
3. Jika dipakai menujukan pemisahan atau penggumpulan
4. Kadar parrafin dalam aspal tidak melebihi 2 %.
Aspal yang digunakan pada kontruksi perkerasan jalan berfungsi
sebagai berikut :

1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan


aggregat dan antara aspal itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-bitir aggregat dan pori
yang ada dari aggregat itu sendiri.
3. Menutupi permukaan jalan hingga tidak berdebu.
4. Menambah stabilitas atau memberikan semacam bantalan antar
batuan.
5. Membuat permukaan jalan kedap air.
Berdasarkan fungsi aspal tersebut maka aspal harus mempunyai
daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan
kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang baik.

2.9 Bahan Aspal


1. Bahan aspal harus AC-10 aspal hot mix gradasi kekentalan (kurang
lebih ekivalen kepada Pen 60/70 memenuhi persyaratan AASHTO M
226.
2. Suatu bahan penyatu (adhesive) dan anti pengelupasan harus
ditambahkan kepada bahan aspal, jika diminta demikian oleh pengawas
lapangan, Bahan tambahan tersebut harus satu jenis yang disetujui oleh
pengawas lapangan dan harus ditambahkan dan dicampur sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuat.
4 BAB III
5 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Beton
Sekolah Tinggi Teknologi Dumai, Jalan Utama Karya Bukit Batrem.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Dilakukannya penelitian beton ini pada hari Sabtu tanggal 10 Juni
2023 sampai dengan selesai.

3.3 Sumber Data


1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya, melalui pengamatan atau pengujian dan dicatat hasilnya. Data
primer didapatkan dengan metode pengamatan langsung di Laboratorium
dengan cara sebagai berikut :
a. Observasi Lapangan
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi
dengan melakukan pengamatan langsung, dengan mengamati proses
kerja, proses produksi dari awal sampai akhir, serta pengamatan
kualitas.
b. Dokumentasi
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara
merekam atau mengambil gambar dengan menggunakan peralatan
elektronik yang ada, misalnya dengan kamera dan lain-lain.
Dokumentasi juga membantu dalam menyimpan kegiatan pelaksanaan
pekerjaan penelitian dan data yang sudah diperoleh.
2. Data Sekunder
Data sekundera dalah data yang diperoleh lewat pihak lain contohnya
didapat melalui modul, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek
penelitiannya. Data sekunder ini disebut juga dengan data tangan kedua.
Data sekunder biasanya berbentuk data laporan yang telah tersedia.

3.4 Bagan Alur Penelitian

Mulai
Persiapan Alat dan Bahan

Agregat Kasar dan Halus


 Kadar Air
Aspal Pen 60/70
Filler  Berat Jenis
Semen Padang (Lolos  Berat Volume
 Berat Jenis Aspal Saringan 200)
 Los Angeles
 Analisa Saringan

Memenuhi Spesifikasi

Variabel Campuran

Pembuatan Benda Uji

Pengujian Marshall

Analisa Hasil

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

A1

Anda mungkin juga menyukai