net/publication/340129187
CITATIONS READS
0 564
1 author:
Rais Rachman
Christian Indonesia Paulus University, Makassar, South Sulawesi Province, Indonesia
58 PUBLICATIONS 59 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Rais Rachman on 24 March 2020.
Rais Rachman
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik UKI-Paulus Makassar
abstrak
High polimer modified asphalt adalah merupakan campuran aspal semen dengan bahan tambah (additive) yang
dimaksudkan untuk menghasilkan aspal berviskositas tinggi. Bahan pengikat jenis ini biasanya digunakan untuk
campuran beraspal bergradasi terbuka (aspal porus) yang memiliki jumlah rongga udara yang besar dan berperan
sebagai jaringan drainase di dalam lapisan perkerasan jalan. Dalam penelitian ini jenis bahan tambah yang
digunakan adalah serat selulosa. Perencanaan campuran mengikuti Metode Marshall dengan variasi kadar aspal
3,5 sampai dengan 5,5 persen dengan beda 0,5 persen untuk mendapatkan kadar aspal optimum. Kemudian
dilakukan pemberian serat selulosa dengan variasi 0,1 sampai dengan 0,5 persen dari berat aspal optimum.
Pemberian serat selulosa ini diharapkan dapat menghasilkan campuran beraspal dengan stabilitas tinggi dan
memiliki kemampuan mengalirkan air (permeabilitas) yang baik. Dari hasil pengujian sifat-sifat fisis material
diketahui terjadi penurunan nilai berat jenis, penetrasi, dan daktilitas dari aspal dan peningkatan nilai titik
lembek aspal setelah ditambah dengan serat selulosa. Hal ini menunjukkan pemberian serat selulosa dapat
meningkatkan kekerasan aspal. Penurunan nilai koefisien permeabilitas sebesar 6,78%, dan peningkatan nilai
stabilitas sampai 8,5% menunjukkan bahwa campuran beraspal dengan bahan tambah serat selulosa masih
bersifat mengalirkan air dan memiliki kestabilan dan kekuatan yang bertambah baik. Untuk nilai flow campuran
yang berkurang sebesar 6,3% mengindikasikan terjadinya penurunan sifat plastis dari campuran.
50
ADIWIDIA edisi DESEMBER 2010, No. 2
51
ADIWIDIA edisi DESEMBER 2010, No. 2
Koefisien permeabilitas berkisar antara 0,0575 m/dt - penambahan serat selulosa juga 3 buah sehingga
0,2493 m/dt dan menurut Diana (1995), yang mengutip pada pencampuran ini benda uji berjumlah 15
dari An International Perspective dapat dihitung buah.
dengan menggunakan rumus berikut: Untuk uji permeabilitas dibuat 3 buah benda uji
d d 5 pada kadar serat selulosa optimum, sebagai
K 2,3 [ ] log [ ] ……. (2.1) pembanding dibuat 3 buah benda uji pada kadar
t d aspal optimum tanpa bahan tambah serat
dimana: selulosa, jadi jumlah keseluruhan benda uji
K = koefisien permeabilitas (cm/det); dalam penelitian ini adalah 36 buah.
d = tebal benda uji (cm);
t = waktu (det). 3.3 Pengujian Marshall
Pengujian Marshall adalah metode
III. METODE PENELITIAN pengujian laboratorium untuk bahan perkerasan
yang meliputi pengujian karakteristik campuran
3.1 Penyediaan dan Pengujian Bahan dan perencanaan kadar aspal optimum. Metode
ini mula-mula dikembangkan oleh Bruce
Bahan-bahan yang akan digunakan untuk Marshall (1939) dan disempurnakan oleh para
penelitian ini berasal dari berbagai tempat, yaitu: aspal insinyur dari Waterway Experiment Station
penetrasi 60/70 yang tersedia di Lab. Transportasi Fak. (WES) pada tahun 1943. Pengujian ini
Teknik Unsyiah, agregat kasar dan halus yang menghasilkan sejumlah data yang disebut
diperoleh dari mesin pemecah batu yang berlokasi di Marshall Properties yang terdiri dari stabilitas
desa Lampisang Aceh Besar, bahan pengisi berupa (kg), flow (mm), density (gr/cm3), voids
semen pozzolan yang diperoleh dari P.T. Semen (%),dan Marshall Quotient (kg/mm).
Andalas Indonesia dan serat selulosa dari P.T.
Saranaraya Rekacipta Jakarta. 3.4 Pengujian Permeabilitas
Pengujian sifat-sifat fisik aspal meliputi:
pengujian berat jenis, penetrasi, titik lembek, dan Pengujian ini dilakukan dengan
daktilitas. Sedangkan untuk agregat meliputi: berat mengunakan dua buah cetakan Marshall yang
jenis, penyerapan, berat isi, dan keausan. Kemudian sambungannya diolesi vaselin agar air tidak
dilakukan pencampuran aspal dengan serat selulosa dapat merembes dari samping. Sebelumnya
dengan variasi penambahan 0,1% sampai 0,5%, beda benda uji direndam 24 jam pada keadaan jenuh.
0,1%. Pengujian yang dilakukan terhadap campuran Cetakan diisi dengan air setinggi 5 cm diatas
aspal dan serat selulosa ini sama seperti pengujian benda uji dan dicatat waktu pengaliran air
terhadap aspal. tersebut sampai merembes ke bawah dengan
menggunakan stopwatch. Dari hasil pengujian
3.2 Perancangan Campuran permeabilitas ini dapat ditentukan nilai
koefisien permeabilitas
Perancangan campuran diperlukan untuk
mendapatkan resep campuran yang memenuhi
spesifikasi, menghasilkan campuran yang memenuhi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
kinerja yang baik dari agregat yang tersedia. Pada
perancangan campuran, agregat bergradasi terbuka 4.1 Sifat-sifat Fisis Bahan
ditambahkan aspal dengan variasi 3,5% sampai 5,5%
dengan beda 0,5% dari berat total campuran. TABEL 1 Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisis
Campuran ini dibuat tanpa bahan tambah serat selulosa Agregat dan Spesifikasi
dan digunakan untuk menentukan nilai kadar aspal
optimum. Jumlah benda uji Marshall yang dibuat untuk No. Pengujian Spesifikasi Hasil
setiap variasi kadar aspal adalah 3 buah sehingga 1 Berat jenis > 2,50 2,77
keseluruhannya berjumlah 15 buah. (bulk)
Dari kadar aspal optimum yang diperoleh, 2 Penyerapan <3% 1,44 %
kemudian dibuat campuran benda uji dengan variasi 3 Berat isi > 1,00 kg/dm3 1,37
kg/dm3
kadar serat selulosa sebesar 0,1% sampai 0,5% dengan
4 Keausan < 30 % 17,98 %
beda 0,1% dari berat total campuran aspal, yang
pendistribusiannya dengan mengurangi berat dari
agregat kasar, halus dan filler. Campuran ini di buat
untuk mengetahui besarnya nilai kadar serat selulosa
optimum. Jumlah benda uji untuk setiap variasi
52
ADIWIDIA edisi DESEMBER 2010, No. 2
Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa Untuk hasil pengujian sifat-sifat fisis aspal dan
agregat yang digunakan memenuhi persyaratan yang campuran aspal dengan serat selulosa
ditetapkan Japan Road Association (1980). Keausan diperlihatkan pada Tabel 2 sebagai berikut
sebesar 17,98% menunjukkan bahwa agregat tersebut
baik untuk lapis permukaan jalan.
TABEL 2 Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisis Aspal dan Campuran Aspal – Serat Selulosa
Campuran Aspal – Serat Selulosa
Pengujian Spesifikasi Aspal
0,1% 0,2% 0,3% 0,4% 0,5%
Berat jenis > 1,00 1,017 1,015 1,013 1,010 1,008 1,005
Penetrasi 60 – 79 68,89 67,11 64,33 61,89 58,89 54,67
Titik lembek 48 – 58 (oC) 50,50 52,25 54,20 57,50 58,00 60,50
Daktilitas > 100 cm 145,67 141,67 140,00 133,33 126,00 120,33
nilai stabilitas, flow, density dan voids in
Pada Tabel 2 diperlihatkan bahwa penambahan serat mixture (VIM) untuk setiap variasi kadar aspal
selulosa akan mengakibatkan menurunnya berat jenis yang diberikan semuanya memenuhi spesifikasi.
aspal, nilai penetrasi dan daktilitas. Hal ini Nilai stabilitas campuran yang paling besar
menggambarkan bahwa penambahan serat selulosa terjadi pada kadar aspal 4,5% yaitu sebesar
dapat mengurangi kepekaan aspal terhadap perubahan 752,618 kg. Oleh sebab itu nilai kadar aspal
temperatur dan meningkatnya kekerasan aspal. optimum campuran adalah sebesar 4,5% dari
berat total campuran. Untuk lebih jelasnya
4.2 Hasil Uji Marshall Campuran Aspal Tanpa
untuk hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan
Penambahan Serat Selulosa
Lampiran 1 halaman 7 dan 8.
Dari hasil pengujian Marshall terhadap campuran tanpa
penambahan serat selulosa dapat diketahui bahwa nilai-
4.3. Hasil Uji Marshall Campuran Aspal Dengan akibat penambahan tersebut, hal ini disebabkan
Variasi Penambahan Serat Selulosa Pada karena terisinya rongga-rongga di dalam
Kadar Aspal Optimum campuran akibat naiknya tingkat kekerasan
aspal sehingga tingkat kepadatan yang terjadi
Pada pengujian ini benda uji dibuat dengan
semakin besar.
menggunakan kadar aspal optimum yaitu sebesar 4,5%
Besarnya nilai dari parameter-
dan ditambahkan dengan serat selulosa yang
parameter Marshall yang dihasilkan campuran
divariasikan. Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa
dengan penambahan serat selulosa
adanya peningkatan nilai stabilitas untuk penambahan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4
serat selulosa dari 0,1% sampai 0,3% kemudian terjadi
berikut ini. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat
penurunan kembali. Selanjutnya dapat disimpulkan
bahwa kadar penambahan serat selulosa
bahwa penambahan tersebut mengakibatkan terjadinya
optimum adalah 0,3% yang menghasilkan nilai
penurunan nilai flow. Hal ini terjadi karena
stabilitas sebesar 816,591 kg.
penambahan serat selulosa mengurangi sifat plastis dari
campuran aspal. Jumlah kadar pori menjadi lebih kecil
53
ADIWIDIA edisi DESEMBER 2010, No. 2
54
ADIWIDIA edisi DESEMBER 2010, No. 2
800 4
3.8
Stabilitas (kg)
Flow (mm)
750
3.6
700
3.4
650 3.2
600 3
3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)
55