Campuran beraspal merupakan campuran antara agregat dengan aspal sebagai
pengikat pada komposisi dan suhu tertentu. Salah satu jenis campuran beraspal adalah aspal porus yang merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang dikembangkan saat ini. Menurut Diana (1995 : 1) aspal porus (porous asphalt) merupakan campuran beraspal panas bergradasi terbuka dengan persentase agregat kasar yang besar, persentase agregat halus yang kecil, sehingga menyediakan rongga udara yang besar. Campuran aspal porus merupakan campuran beraspal yang memungkinkan air meresap ke dalam perkerasan dan mengalirkannya ke saluran samping. Selain dapat mencegah genangan air, tipe campuran ini juga dapat mengurangi cipratan air di belakang roda kendaraan, mengatasi slip pada waktu hujan dan menyerap cahaya lampu kendaraan pada malam hari. Terdapat juga beberapa kelemahan dari campuran aspal porus, yaitu rendahnya usia layan akibat tersumbatnya rongga (clogging), pasir/debu yang lepas dari roda kendaraan dapat mengisi rongga-rongga sehingga menurunkan permeabilitas. Stabilitas campuran aspal porus sangat tergantung dari mutu aspal sebagai bahan yang mengikat agregat, sehingga untuk campuran aspal porus diperlukan aspal mutu tinggi yang merupakan aspal hasil modifikasi. Aspal modifikasi adalah aspal yang dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah, penambahan ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat fisis aspal antara lain penetrasi, kekentalan (viskositas), dan titik lembek (Anonim, 2004 : 13). Aspal jenis ini sulit dijumpai dan bila ada harganya sangat mahal. Salah satu alternatif penanggulangan langkanya aspal modifikasi adalah pemanfaatan bahan-bahan lain yang dapat dijadikan sebagai bahan tambah, diantaranya adalah penggunaan aspal alam yang dikenal dengan asbuton. Konstribusi lainnya diharapkan asbuton butir ini dapat menjadi bahan alternatif untuk menggantikan bahan-bahan tambah yang selama ini dipakai guna menghasilkan aspal modifikasi. Dengan demikian, asbuton 2
yang merupakan kekayaan alam Indonesia sudah selayaknya dimanfaatkan dengan
lebih maksimal untuk konstruksi perkerasan jalan. Salah satu teknologi penggunaan asbuton saat ini adalah digunakannya asbuton butir yang merupakan hasil pemprosesan secara mekanis dengan ukuran butir, kadar air, kadar bitumen dan penetrasi sesuai dengan ketentuan sebagai bahan tambah ke dalam campuran beraspal panas, dimana aspal keras sebagian diganti dengan bitumen asbuton, sementara mineral asbuton berfungsi menjadi agregat halus. Substitusi aspal keras dengan asbuton butir yang mengandung bitumen berkisar 10- 40% ke dalam campuran aspal akan memperbaiki sifat-sifat teknis dan meningkatkan viskositas aspal dalam campuran, karena asbuton memiliki bitumen yang lebih keras dengan nilai penetrasi yang lebih rendah, titik lembek dan daya lekat yang relatif lebih tinggi dibanding dengan aspal keras penetrasi 60/70 yang sudah umum digunakan pada campuran beraspal panas. Sedangkan kandungan mineral yang merupakan bagian terbesar dari asbuton butir yang akan mensubstitusikan fraksi agregat halus dalam campuran juga akan mempengaruhi stabilitas dan permeabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asbuton butir sebagai bahan substitusi aspal keras penetrasi 60/70 terhadap nilai stabilitas, permeabilitas dan terhadap nilai cantabro loss (CL) serta asphalt flow down (AFD). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Material agregat yang digunakan adalah batu pecah hasil dari mesin pemecah batu (stone crusher) milik PT. Parapen Prima Mandiri yang berlokasi di Seulimum Kabupaten Aceh Besar, bahan pengikat yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 produksi Pertamina dan asbuton butir yang digunakan sebagai bahan substitusi adalah asbuton butir Tipe 5/20 produksi PT. Buton Aspal Indonesia. Benda uji yang akan dibuat terdiri atas dua kelompok, yaitu: a. Benda uji campuran aspal porus dengan bahan pengikat aspal penetrasi 60/70 tanpa substitusi asbuton butir. Benda uji ini merupakan benda uji awal. b. Benda uji campuran aspal porus dengan bahan pengikat aspal penetrasi 60/70 dengan asbuton butir sebesar 2%, 4%, 6% dan 8% terhadap berat campuran. Gradasi mengikuti gradasi terbuka berdasarkan spesifikasi dari Australian 3
Asphalt Pavement Association dengan kadar aspal yang digunakan adalah
4,5%;5,0%; 5,5%; 6,0% dan 6,5%. Pengujian sifat-sifat fisis material hanya dilakukan pada sifat-sifat fisis agregat dan aspal mengikuti spesifikasi Bina Marga, sedangkan asbuton butir menggunakan data sekunder hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan. Pada penelitian ini untuk nilai parameter-parameter Marshall yaitu: density, stabilitas dan flow, Marshall quoetion (MQ) dan voids in mix (VIM) diperoleh dari hasil pengujian Marshall, dengan asumsi untuk lalu-lintas ringan sampai sedang (50 x tumbukan pada setiap sisi). Sedangkan nilai cantabro loss dan asphalt flow down diperoleh dari hasil pengujian cantabro loss dan asphalt flow down mengikuti prosedur dari AAPA. Selanjutnya penentuan kadar aspal optimum (KAO) menggunakan metode Australia dengan parameter nilai cantabro loss, asphalt flow down dan VIM. Pengujian permeabilitas dilakukan pada kondisi KAO untuk mengetahui tingkat pelolosan air secara vertical ke bawah. Hasil penelitian menunjukkan nilai stabilitas campuran dengan substitusi asbuton butir memberikan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan campuran tanpa asbuton butir. Nilai stabilitas tertinggi dicapai campuran dengan kadar 8% asbuton butir dan KAO 5,94% dengan nilai stabilitas 448,50 kg. Untuk uji cantabro loss diperoleh nilai terendah pada persentase asbuton butir 0% dan KAO 5,78% dengan nilai cantabro loss sebesar 17,44% dan untuk uji asphalt flow down diperoleh nilai terendah pada persentase asbuton butir 6% dan KAO 5,71% dengan nilai AFD sebesar 0,20%. Sedangkan untuk permeabilitas menunjukkan semakin besar persentase asbuton butir nilai koefisien permeabilitas campuran semakin meningkat dengan kata lain tingkat permeabilitas campuran semakin baik dengan nilai koefisien permeabilitas tertinggi diperoleh pada kadar asbuton butir 8% dan KAO 5,94% dengan nilai 0,2685 cm/det. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan selain untuk parameter cantabro loss, campuran aspal porus dengan menggunakan asbuton butir sebagai bahan substitusi aspal penetrasi 60/70 lebih baik dibandingkan dengan tanpa asubton butir. Namun demikian nilai stabilitas yang diperoleh belum memenuhi spesifikasi yang disyaratkan AAPA untuk lalu-lintas sedang. 4