Anda di halaman 1dari 9

STUDI LABORATORIUM KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG CAMPURAN AC-

WC DENGAN PENAMBAHAN GETAH DAMAR


M.W. Tjaronge(1), Rahman Djamaluddin(1), Jeansica Fentybreski Matana.(2).
Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

ABSTRAK : Banyak infrastruktur jalan yang dibangun di Indonesia mengakibatkan meningkatnya nilai konsumsi aspal.
Asbuton merupakan salah satu sumber kekayaan alam Indonesia yang memiliki deposit aspal alam terbesar du dunia. Penelitian
Asbuton Modifikasi saat ini semakin meningkat guna mereduksi penggunaan aspal minyak serta pemanfaatan sumber daya alam
berupa aspal alam Buton. Asbuton Modifikasi terdiri dari 90% bitumen dan 10% mineral. Asbuton Modifikasi merupakan bitumen
hasil semi ekstraksi aspal alam Buton yang kemudian dicampur dengan aspal minyak pada suhu tertentu. Dalam penelitian ini,
dilakukan modifikasi terhadap campuran beraspal dengan menambahkan getah damar sebanyak 10% sebagai pengganti berat aspal
dalam campuran. Penambahan getah damar dalam campuran dengan Asbuton Modifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan
kinerja campuran beraspal. Sebelum melakukan penambahan getah damar terlebih dahulu campuran beraspal dengan Asbuton
Modifikasi diuji dengan metode Marshall untuk mengetahui nilai KAO (Kadar Aspal Optimm) campuran Asbuton Modifikasi.
Setelah itu melakukan pengujian kuat tarik tidak langsung terhadap dua kondisi benda uji yaitu kondisi benda uji normal (tanpa
penambahan getah damar) dan kondisi benda uji dengan penambahan 10% getah damar dengan variasi perendaman 0, 3, dan 7
hari. Pengujian kuat tarik tidak langsung digunakan untuk menunjukkan nilai ITS (Indirect Tensile Strength) dan regangan pada
campuran beraspal selain itu pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi sifat kekakuan dan kelelahan dari campuran aspal. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai KAO yang diperoleh untuk campuran Asbuton Modifikasi sebesar 6,25%. Sedangkan hasil
pengujian kuat tarik tidak langsung menunjukkan bahwa benda uji dengan penambahan getah damar pada variasi tanpa perendaman
memiliki niai ITS lebih tinggi dari benda uji normal, tetapi nilai ITS benda uji dengan penambahan getah damar pada variasi
perendaman 3 dan 7 hari menurun dan lebih rendah dari benda uji normal.

Kata Kunci : Asbuton Modifikasi, Getah Damar, Marshall, Kuat Tarik Tidak Langsung

(1) Pembimbing, tjaronge@yahoo.co.jp, jamaluddin_abdulrahman@yahoo.com


(2) Mahasiswa, fentybreskimatana@yahoo.com

I. PENDAHULUAN alam yang terletak di Pulau Buton Sulawesi


Penggunaan Aspal beton (AC) atau lapis Tenggara disebut Asbuton. Aspal alam yang
aspal beton (laston) salah satu jenis perkerasan tersedia di Pulau Buton mempunyai cadangan
fleksibel yang banyak diterapkan di Indonesia. yang sangat besar, merupakan deposit aspal
Laston yang dikenal di Indonesia terdiri dari alam terbesar di dunia (Amrin,2017).
asphalt concrete wearing course (AC WC), Pengembangan teknologi Asbuton telah
asphalt concrete binder course (AC BC), dan mencapai tahap yang cukup jauh termasuk
asphalt concrete base (AC Base). pengembangan asbuton butir dan asbuton semi
Penggunaan ACWC yaitu untuk lap ekstraksi (pracampur). Teknologi yang saat ini
is permukaan (paling atas) dalam sedang dikembangkan adalah teknologi asbuton
perkerasan dan mempunyai tekstur yang paling semi ekstraksi Asbuton Modifikasi (retona)
halus dibandingkan dengan jenis merupakan campuran antara aspal alam buton
laston lainnya. Pada campuran laston ya dengan aspal minyak yang diolah menjadi satu
ng bergradasi menerus tersebut menggunakan alat dengan spesifikasi berupa
mempunyai sedikit rongga dalam struktur bitumen minimal 90% dan mineral maksimal
agregatnya dibandingkan dengan 10%.
campuran bergradasi senjang. Laston Saat ini, untuk memperbaiki kinerja dari
biasanya digunakan pada daerah yang campuran beraspal banyak digunakan bahan
mengalami deformasi tinggi seperti daerah tambah (additive) seperti semen pengganti filler,
pegunungan, gerbang tol atau pada daerah dekat modifikasi-modofikasi polimer dan beberapa
lampu lalu lintas dan daerah dengan lalu lintas bahan alam, diantaranya getah karet
berat. (gondorukem) dan getah damar. Khusus dalam
Salah satu sumber kekayaan alam penelitian ini digunakan getah damar yang
Indonesia yang cukup potensial adalah aspal digunakan sebagai bahan subtitusi dalam
campuran beraspal. Untuk mengevaluasi sifat
kekakuan dan kelelahan dari campuran aspal 2.1.1. Retona Blend 55
digunakan metode uji kuat tarik tidak langsung Refinery buton asphalt (retona) adalah
(Indirect Tensile Strength). Asbuton Kabungka atau Lawele yang telah
dikurangi jumlah mineral di dalamnya (dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA cara semi ekstraksi menggunakan bahan kimia)
2.1. Aspal dan dicampur dengan aspal minyak.
Aspal atau bitumen merupakan material Selanjutnya, siap untuk dicairkan di dalam
yang bersifat viskoelastis sehingga akan tangki aspal AMP dengan atau tanpa tambahan
melunak dan mencair bila mendapat cukup aspal minyak lagi untuk dipompa ke dalam
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis pugmill yang berisi agregat (Soehartono, 2015).
inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti Asbuton Tipe Retona Blend 55
dan menahan agregat tetap pada tempatnya merupakan aspal alam buton dengan aspal
selama proses produksi dan masa pelayanannya minyak yang diolah menjadi satu menggunakan
(Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas, alat dengan spesifikasi berupa bitumen minimal
Departemen Pekerjaan Umum). 90% dan mineral maksimal 10%.
Aspal terbuat dari minyak mentah, Penggunaan Retona diharapkan dapat
melalui proses penyulingan atau dapat mengatasi kelemahan aspal penetrasi 60/70
ditemukan dalam kandungan alam sebagai tersebut. Asbuton Modifikasi dikembangkan
bagian dari komponen alam yang ditemukan melalui proses penyulingan dan ekstraksi
bersama-sama material lain. Aspal dapat pula Asbuton. Proses tidak mengeluarkan semua
diartikan sebagai bahan pengikat pada campuran mineral dari Asbuton, tetapi hanya
beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa mempertahankan Refinery Buton Asphalt
komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. (Retona). Asbuton Modifikasi tersebut
Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan dieksplorasi oleh PT. Olah Bumi Mandiri yang
tergantung dari waktu pembebanan. Pada proses diproduksi di Jakarta. Asbuton Modifikasi ini
pencampuran dan proses pemadatan sifat aspal merupakan bahan additif (tambahan) campuran
dapat ditunjukkan dari nilai viscositasnya, aspal minyak, guna mempertinggi kualitas titik
sedangkan pada sebagian besar kondisi saat lembek.
masa pelayanan, aspal mempunyai sifat
viscositas yang diwujudkan dalam suatu nilai 2.2. Getah Damar
modulus kekakuan. Dammar adalah nama umum yang
Pada umumnya, minyak mentah berasal diberikan kepada sekelompok resin alami yang
dari sisa – sisa organisme laut dan tumbuhan berasal dari pohon – pohon family
yang tersimpan di lumpur atau batuan di dalam dipterocarpaceae yang umumnya tumbuh di
laut. Setelah jutaan tahun bahan organik tadi Malaya, Indonesia, dan Hindia Timur
menumpuk menjadi beberapa lapis dengan tebal (Mills,1995).
setiap lapis sekitar ratusan meter dan menekan Damar merupakan suatu resin alami
lapis sedimen di bagian bawah. organisme dan oleh tanaman dari family dipterocarpaceae
tumbuhan tadi menjadi hidrokarbon minyak (marga shorea, Hopea, Balanocarpus dan
mentah karena adanya penerapan panas dari Vateria) dan Burseraceae (marga Canarium).
dalam kerak dan tekanan bumi yang dialirkan (Mulyono dkk,2005).
dari lapisan sedimen. Kemudian lapisan – Damar mata kucing (sering disingkat
lapisan yang mengendap tadi membentuk menjadi getah damar) merupakan salah satu
minyak bumi dan terdorong muncul ke produk unggulan dari hasil hutan bukan kayu di
permukaan menyusup di antara batuan yang Indonesia. Getah ini berasal dari tumbuhan
porous. Untungnya, sebagian besar minyak dan Shorea javanica, S. koordersii, Hopea
gas terperangkap dalam batuan porus sehingga dryobalanoides, H. intermedia, H. mengarawan,
membentuk tumpukan gas dan minyak (The H. globosa, H. griffithii, H. micrantha, dan H.
Shell Handbook, 2015). myrtifolia. Getah ini telah dimanfaatkan di
berbagai bidang, antara lain cat, tinta, pernis,
kemenyan, dan bahan tambahan pangan. Getah udara dalam campuran (VIM), rongga di antara
damar mata kucing diperoleh dari P3HH BPPK agregat (VMA), dan rongga terisi aspal (VFA).
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil 2.4. Pengujian Kuat Tarik Tidak Langsung
Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan (Indirect Tensile Strength)
Kehutanan). Getah damar berbentuk lempeng Menurut The Shell Bitumen Handbook
yang dihasilkan dari proses pelelehan pada suhu kuat tarik tidak langsung dilakukan untuk
105oC dan penyaringan dalam keadaan panas mengevaluasi sifat kekakuan dan kelelahan dari
(Mulyono dkk,2011). campuran aspal. Dalam tes tersebut,
Komposisi utama damar adalah resin pembebanan diterapkan dalam bidang diametrik
yang mengandung fraksi yang bersifat asam dan vertikal dari benda uji. Pembebanan vertikal ini
netral. Fraksi yang bersifat netral menghasilkan tegangan tekan vertikal dan
dikelompokkan menjadi fraksi yang larut dalam tegangan tarik horizontal pada benda uji.
etanol (disebut alfa-resin) dan fraksi yang tidak Kuat tarik tidak langsung (Indirect
larut dalam etanol (disebut beta-resin). Beta- tensile strength) adalah suatu metode untuk
resin merupakan senyawa polimer yang mengetahui nilai gaya tarik dari campuran aspal
mempunyai berat molekul rendah, sedangkan beton. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
alfa-resin pada umumnya merupakan senyawa indikasi akan terjadinya retak dilapangan
terpen yang terdiri dari damadienom (C30H48O), (Afriansyah,2015).
damadienol (C30H50O), dua isomer ASTM telah mengeluarkan pedoman
hidroksidamarenon (C30H48O2), tiga ketol dalam melakukan pengujian ITS dengan kode
hidroksihopanon (C30H48O2). Fraksi yang ASTM D6931-12. Penujian kuat tarik tidak
bersifat asam antara lain damarolat, asam langsung (ITS) dimaksudkan untuk menentukan
ursonat, asam damarenolat dan asam karakteristik kuat tarik dari aspal beton yang
damarenoat serta metil ester dari asam – asam dapat dijadikan sebagai indikator dalam
ini (Tan,1990 dalam Mulyono,2005). melakukan kajian terhadap retak (cracking)
yang terjadi pada lapis perkerasan. Ada tiga
2.3. Pengujian Marshall tekanan besar mekanis yang dapat menyebabkan
Pengujian campuran aspal dengan terjadi retak yaitu retak pada suhu rendah,
metode marshal dimaksudkan untuk mengetahui kelelahan (fatigue) dan rutting. Campuran aspal
karakteristik dari campuran aspal panas, yang memiliki kekuatan tarik tinggi akan
dimaksudkan untuk mendapatkan stabilitas dan berkorelasi ketahanan terhadap retak meningkat.
flow dibaca langsung dengan dial. Metode ini Kenyataan di lapangan, saat suatu perkerasan
pertama kali diperkenalkan oleh Bruce Marshall jalan menerima beban dari arus lalu lintas yang
dari Misisipi State Highway Department sekitar melintas diatasnya, material lapisan permukaan
tahun 1940-an. Selain mendapatkan nilai bagian atas mendapatkan gaya tekan, sedangkan
stabilitas dan flow akan didapatkan pula nilai material bagian bawah mendapatkan gaya tarik.
VIM, VMA, density campuran aspal dan Nilai kuat tarik tidak langsung (ITS) merupakan
marshall quotient. Dalam penelitian elastic fungsi dari beban, diameter dan ketebalan benda
modulus campuran aspal beton, design uji, untuk benda uji berbentuk lingkaran penuh.
campuran aspal yang digunakan melibatkan
metode marshall (Li dkk, 1999). 2𝑃
𝑚𝑎𝑥
𝐼𝑇𝑆 = 𝜋𝑡𝑑
Karakteristik deformasi permanen dari
Dimana :
campuran aspal dapat dipelajari dengan
ITS = Tegangan tarik dipusat benda uji
menggunakan benda uji silinder dipadatkan
(kN)
yanga dapat dibuat baik dari superpave atau
Pmax = beban maksimum (kN)
perangkat pemadat marshall, terlepas dari
t = ketebalan benda uji (mm)
metode campuran aspal desain dan jenis agregat
d = diameter benda uji (mm)
(Gul dkk, 2014). Kinerja campuran beraspal
sangat ditentukan oleh volumetrik campuran
dalam keadaan padat yang terdiri dari: rongga
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.2. Pengujian Karakteristik Agregat
3.1. Diagram Alir Penelitian Jenis pengujian dan metode pengujian
Metode yang digunakan dalam penelitian agregat kasar (chipping) dan abu batu
ini adalah metode eksperimen di Laboratorium ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Tabel 1. Metode Pengujian Karakteristik
Universitas Hasanuddin. Jenis agregat yang Agregat Kasar
digunakan berasal dari stone crusher, dan bahan Pengujian Metode Pengujian
pengikat berupa Asbuton Modifikasi. Kemudian Penyerapan Air SNI 03-1969-1990
dilakukan pengkajian dan pengujian Marshall Berat Jenis SNI 03-1969-1990
dan kuat tarik tidak langsung (Indirect Tensile
Indeks Kepipihan RSNI T-01-2005
Strength).
Penelitian ini dilaksanakan di Keausan Agregat SNI 2417-2008
Laboratorium Eco Material Jurusan Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Tabel 2. Metode Pengujian Karakteristik Abu
Kampus Gowa dalam penyiapan agregat dan Batu
pengujian kuat tekan. Adapun diagram alir Pengujian Metode Pengujian
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Penyerapan Air SNI 03-1970-1990
Berat Jenis SNI 03-1970-1990
Sand Equivalent SNI 03-4428-1997

3.3. Karakteristik Asbuton Modifikasi


Karakteristik Asbuton Modifikasi jenis
Retona Blend 55 yang digunakan dalam
penelitian ini ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Metode Pengujian Karakteristik
Asbuton Modifikasi
Pengujian Metode Pengujian

Penetrasi Sebelum SNI 06-2456-2011


Titik Lembek SNI 06-2434-2011
Daktalitas SNI 06-2432-2011
Titik Nyala SNI 06-2433-2011
Berat Jenis SNI 06-2441-2011
Penurunan Berat SNI 06-2440-2011
Penetrasi Setelah SNI 06-2456-2011

3.4. Penentuan Nilai Kadar Aspal Optimum


(KAO) Dengan Menggunakan Metode
Marshall
Pengujian Marshall dilakukan sesuai
dengan prosedur SNI 06-2489-1991 tentang
metode pengujian campuran aspal dengan
alat marshall dimana pada pembuatan benda
uji mengacu pada Pedoman Konstruksi dan
Bangunan No: 001-03-/BM/2006
Pemanfaatan Asbuton Buku 3 Campuran
Beraspal Panas dengan Asbuton Olahan ,
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
diawali dengan penimbangan komponen
penyusun campuran, yaitu agregat dan
Asbuton Modifikasi sesuai rancangan mix Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Abu Batu
design.
Rencana jumlah benda uji yang akan Pemeriksaan Hasil Uji
dibuat pada pengujian menggunakan alat
Marshall yaitu sebanyak 15 buah untuk 2,79
masing-masing kadar aspal, dengan kadar Penyerapan air, %
aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%, dan 7,5%. Berat jenis bulk 2,54
Berat jenis Saturated Surface
3.5. Pengujian Kuat Tarik Tidak Langsung 2,51
Dry (SSD)
(Indirect Tensile Strength) 2,62
Pengujian kuat tarik akan memperlihatkan Berat jenis semu
keretakan yang terjadi setelah mengalami Sand Equivalent 89,6
tegangan maksimum pada benda uji. Selain itu,
benda uji juga akan mengalami perubahan Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Filler
diameter, yang dapat diketahui berdasarkan
pembacaan nilai lendutan dari LVDT yang Pemeriksaan Hasil Uji
dipasang dan telah terhubung dengan data logger.
Standar pengujian kuat tarik mengacu ASTM
D6931-12. Benda uji yang digunakan dalam Penyerapan agregat, % 2,29
penelitian ini adalah KAO yang telah diperoleh Berat jenis bulk 2,55
dari pengujian dengan alat Marshall setelah itu
Berat jenis SSD 2,61
ditambahkan dengan getah damar sebanyak 10%
sebagai pengganti terhadap berat aspal dalam Berat jenis semu 2,71
campuran. 0,66
Kadar Lumpur
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik
Agregat 4.2. Hasil Pemeriksaan Visual Getah Damar
Pemeriksaan karakteristik agregat Getah damar secara umum memiliki sifat
dilakukan untuk menentukan kelayakan agregat umum rapuh dan mudah melekat pada tangan
digunakan. Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan pada suhu kamar, mudah larut dalam minyak
hasil pengujian karakteristik agregat yang telah atsiri dan pelarut organik non polar, sedikit larut
dilakukan : dalam pelarut organik yang polar, tidak larut
dalam air, tidak tahan panas, mudah terbakar,
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar tidak volatil bila tidak terdekomposisi dan dapat
(Batu Pecah)
Pemeriksaan 0,5 - 1 1-2
(cm) (cm)
Penyerapan air, % 2,07 2,08

Berat jenis bulk 2,62 2,62


Berat jenis Saturated Surface
2,67 2,68
Dry (SSD)
Berat jenis semu 2,77 2,77 berubah warna bila disimpan terlalu lama dalam
20,10 9,38 tempat tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik.
Indeks kepipihan, %
Keausan agregat, % 25,72 2,.36
4.3. Hasil Pengujian Marshall Untuk
Menentukan Nilai KAO

Tabel 7 memperlihatkan hasil pengujian


menggunakan alat Marshall.

Gambar 2. Getah Damar


4.3. Penentuan Gradasi Campuran dan Mix Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Pengujian Sifat-
Design Sifat Campuran Asbuton Olahan
Proporsi agregat gabungan diperoleh
melalui nilai perbandingan komposisi agregat Kadar Stabilitas Flow MQ VIM VMA VFA
rencana dikalikan dengan nilai persen lolos pada Aspal (kg) (mm) (kg/mm) (%) (%) (%)
analisa saringan. Dari hasil yang diperoleh untuk (%)
semua komponen yaitu batu pecah 1-2 cm, batu 5 1260,71 3,40 371,27 9,03 26,71 66,44
pecah 0.5-1 cm dan abu batu lalu dijumlahkan 5.5 1647,00 3,17 523,00 6,86 25,76 73,40
dan dilakukan analisa saringan hingga 6 1794,49 3,00 599,24 3,95 24,27 83,72
mendapatkan persentase gabungan yang
6.5 1661,04 3,20 521,07 3,27 24,54 86,75
diharapkan. Gradasi agregat gabungan
diperlihatkan pada Gambar 3. Perbandingan 7 1344,99 3,40 397,25 1,54 24,02 93,59
komposisi agregat antara agregat kasar batu 7.5 993,82 3,65 273,50 0,92 24,35 96,29
pecah 1-2 cm, agregat kasar batu pecah 0,5-1 cm
dan abu batu adalah 19% : 36% : 45% terhadap

komposisi agregat., proporsi agregat gabungan


yang telah diperoleh tersebut di sesuaikan
dengan nilai interval spesifikasi Direktorat Bina
Marga 2010.
Setelah itu, perbandingan agregat
gabungan yang telah didapatkan tersebut
disesuaikan dengan nilai interval sesuai dengan
spesifikasi. Lalu, agregat gabungan serta
interval spesifikasi diplot ke dalam grafik,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Gradasi Agregat Gabungan


Campuran Asbuton AC-WC
4.4. Perbandingan Nilai Pengujian Kuat
Tarik Tidak Langsung (Indirect Tensile
Strength) Antara Benda Uji Normal Dan
Benda Uji Dengan Tambahan 10% Getah
Damar
Hasil dari perbandingan nilai ITS antara
benda uji normal dan benda uji dengan
tambahan 10% getah damar ditunjukkan
pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 5. Perbandingan Nilai


Pengujian Kuat Tarik Tidak Langsung
(Indirect Tensile Strength) Antara
Benda Uji Normal Dan Benda Uji
Dengan Tambahan 10% Getah Damar

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa

Gambar 4. Barchart Penentuan Kadar


Aspal Optimum (KAO)
nilai ITS pada benda uji dengan tambahan 10%
getah damar pada variasi tanpa perendaman
memiliki nilai yang tinggi dibandingkan benda
uji normal. Tetapi nilai ITS benda uji dengan
tambahan 10% getah damar menurun pada
variasi 3 dan 7 hari dan lebih rendah dari benda
uji normal.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil pengujian serta
pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian terhadap

sifat – sifat campuran asbuton olahan


didapatkan nilai kadar aspal optimum
(KAO) sebesar 6,25%.
2. Getah damar mempengaruhi nilai kuat
tarik tidak langsung pada kondisi tanpa
perendaman dengan nilai rata – rata 0,45
Mpa. Dan pada kondisi perendaman,
getah damar tidak mempengaruhi nilai
kuat tarik tidak langsung karena terjadi
penurunan nilai jika dibandingkan dengan
benda uji tanpa penambahan getah damar
dengan nilai rata-rata 0,25 Mpa pada
kondisi perendaman 3 hari dan 0,20 pada 4. ASTM D6931-12 Standard Test
kondisi perendaman 7 hari.
B. Saran Method for Indirect Tensile (IDT)
Hasil penelitian ini dapat digunakan Strength of Bituminous Mixtures.
untuk mendukung penggunaan Asbuton
Modifikasi berbasis aspal minyak selanjutnya 5. Departemen Pekerjaan Umum, 2006.
diharapkan melakukan penelitian lebih lagi
terhadap getah damar dalam campuran aspal Pemanfaatan Asbuton Buku III.
terutama dalam hal variasi getah damar. Direktorat Jenderal Bina Marga.
.
6. Departemen Permukiman dan
IV. UCAPAN TERIMA KASIH
Prasarana Wilayah, 2002. Manual
Ucapan terima kasih kepada bapak Dr.
Eng. Akbar Caronge, S.T., M. Eng. dan Miswar Pekerjaan Campuran Beraspal Panas
Tumpu, S.T. selaku pendamping dan mahasiswa
program magister yang sangat membantu dalam Buku I. Direktorat Jenderal Prasarana
penelitian mengenai Asbuton Modifikasi. Selain
Wilayah
itu, ucapan yang sama disampaikan kepada
rekan-rekan penelitian, Cimo, Rifda, Renal, dan 7. Hunter, Dr Robert N., dkk. 2015. The
Anto. Sebagian besar penelitian ini dilakukan di
laboratorium Eco Material, Struktur dan Bahan, Shell Bitumen Handbook Sixth Edition.
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik London : ICE Publishing.
Universitas Hasanuddin.
8. Li G., Yongqi Y., Metcalf J. B., Su-

DAFTAR PUSTAKA Seng P. 1999. Elastic Modulus


1. AASHTO R30. 2002 Standard Prediction Of Asphalt Concrete.
Practice for Mixture Conditioning of Journal Of Material In Civil
Hot Mix Asphalt. Engineering, hal. 236 - 241.
2. Afriansyah, Yuda dan Leo Sentosa. 9. Mills, J. S. dan A. E. A.Werner. 1955.
2015. Kuat Tarik Tidak Langsung The Chemistry Of Dammar Resin.
Asphalt Concrete Binder Course (AC- 10. Mulyono, Noryawati., Apriyantono,
BC) Menggunakan Pasir Alam Anton. 2005. Sifat Fisik, Kimia Dan
Kampar. Jom FTEKNIN Volume 2. Fungsional Damar.
3. Amrin, Muh. Anshar, dkk. 2017. Studi 11. Mulyono, Noryawati., Hanny,
Kuat Tarik Tidak Langsung Pada Christofora. 2011. Identifikasi
Campuran Asphalt Concrete Komponen Kimia Damar Mata Kucing
Menggunakan Asbuton. ISSN 2088 – (Shorea Javanica) Dengan Metode
2076 Pirolisis-GC/MS.
12. SNI 06-2489-1991 Metode Pengujian
Campuran Aspal Dengan Alat
Marshall..
13. Soehartono. 2015. Teknologi Aspal
dan Penggunaannya. Jakarta : Andi.

Anda mungkin juga menyukai