Anda di halaman 1dari 8

TEMU ILMIAH IPLBI 2016

Pemanfaatan Rainwater Harvesting (Pemanenan Air Hujan)


Berbasis Low Impact Development (Studi Kasus: Kawasan
Pendidikan FT-UH Gowa)
Resti Kharisma(1), Ananto Yudono(1), Rita Tahir Lopa(2)
(1)
Urban Planning and Design, Program Studi Teknik Pengembangan Wilayah dan Kota, Universitas Hasanuddin.
(2)
Hydraulic Laboratory, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin

Abstrak

Air hujan dari area kedap air dapat menghasilkan limpasan yang jika tidak diatur secara baik dan langsung di-
alirkan ke drainase konvensional, maka akan mendatangkan banjir/ genangan serta kekeringan pada musim
kemarau. Untuk itu konsep yang diterapkan adalah Low Impact Development (LID) dengan salah satu prak-
teknya yaitu Rainwater Harvesting (RWH) sebagai upaya untuk mempertahankan konservasi air pada kawasan
budidaya dan dapat menciptakan keberlanjutan terhadap pengelolaan air pada suatu kawasan umumnya di
perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui volume limpasan air hujan dan menyediakan sarana dan
prasarana untuk menampung/memanen air hujan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber. Analisis yang
digunakan yaitu analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Besar volume pemanenan air hujan yaitu
18.198,63 m3/tahun (dapat mengurangi pekaian air dari sumber air tanah sebesar 10,55 %). Media yang
digunakan untuk menampung air hujan yaitu reservoir atau tangki dan danau buatan dengan kapasitas 2272 m 3
dan 3750 m3.

Kata-kunci : konservasi air, low impact development, rainwater harvesting, sumber air

Pengantar vensional yang paling pokok adalah filosofi


membuang air secepat-cepatnya ke sungai, se-
Dampak perubahan fungsi lahan dari non ter- hingga beban sungai akan bertambah dan peng-
bangun menjadi area terbangun yang dapat me- atusan kawasan atau menurunkan kesempatan
ningkatkan limpasan air hujan. Untuk daerah bagi air untuk meresap ke dalam tanah, aki-
alamiah 90% air hujan kembali pada siklus ala- batnya cadang air tanah akan berkurang se-
miahnya sebagai mana siklus hidrologi dan 10% hingga akan terjadi kekeringan pada musim
menjadi limpasan permukaan. Pada wilayah kemarau (Agus Maryono, 2014).
yang memiliki areal kedap air 10-50% (rural –
sub urban), nilai run off mencapai 20-30%, se- Salah satu cara untuk mengendalikan limpasan
dangkan wilayah dengan areal kedap air (lahan air hujan sehingga dapat digunakan sebagai
terbangun) 75%-100% (urban) akan mening- sumber air, terinfiltrasi serta evaporasi (sela-
katkan limpasan air hujan sebanyak 55% (EPA, yaknya siklus alami air) agar genangan atau
2007 (dalam Dhalla dan Christine Zimmer, 2010). banjir serta kekeringan dapat terminimalisirkan
yaitu dengan pendekatan pembangunan berda-
Dewasa ini, limpasan air hujan (run off) lang- sarkan konsep Low Impact Development (LID).
sung disalurkan pada drainase dengan jenis Konsep ini menerapkan pengolahan limpasan air
drainase konvensional. Drainase konvensional hujan yang memperhatikan aspek konservasi.
adalah upaya membuang atau mengalirkan kele- Konsep LID yang diterapkan untuk mengolah air
bihan air secepat-cepatnya ke sungai terdekat hujan yang menjadi air limpasan sehingga dapat
seterusnya mengalir ke laut. Dampak dari pe- digunakan sebagai sumber air dengan praktek
makaian konsep ini dapat kita lihat sekarang ini, pemanenan air hujan atau Rainwater Harvesting.
kekeringan, banjir, longsor dan pelumpuran ter-
jadi di mana-mana. Kesalahan drainase kon-
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 089
Pemanfaatan Rainwater Harvesting (Pemanenan Air Hujan) Berbasis Low Impact Development (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan FT-
UH Gowa)

Dalam hal ini, Kawasan Pendidikan Fakultas nah memalui pemanfaatan air hujan dengan
Teknik Universitas Hasanuddin Gowa, menjadi cara membuat kolam pengumpulan air hujan
lokasi studi kasus yang memiliki area terbangun (tertutup maupun terbuka), sumur resapan
dan non terbangun yang menghasilkan limpasan dangkal, sumur resapan dalam dan lubang bio-
air hujan pula baik pada area terbangun dan pori. Dalam hal ini, karena air hujan yang jatuh
non terbangun. Kawasan Pendidikan FT-UH ini, digunakan untuk keperluan penggunaan air pa-
diharapkan dapat mewakili kawasan lainnya da lokasi penelitian, sehingga praktek yang di-
atau wilayah yang lebih luas untuk mengi- gunakan adalah kolam pengumpulan air hujan.
dentifikasi volume limpasan air hujan yang “ter-
buang sia-sia”, di mana air hujan ini sebenarnya Low Impact Development (LID)
dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber air
LID adalah strategi desain suatu wilayah dengan
dan menyediakan sarana dan prasarana untuk
tujuan utama mempertahankan atau menirukan
menampung/memanen air hujan (RWH) sehing-
regime hidrologi sebelum pembangunan dengan
ga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air di
menggunakan teknik desain dengan mencip-
Kawasan Pendidikan FT-UH Gowa. takan fungsi yang sama dengan lansekap hidro-
logi. Prinsip LID di dasarkan kepada pengon-
Sehingga dengan adanya penelitian ini, diha-
trolan air hujan yang sumbernya dengan meng-
rapkan mampu mengurangi kesalahan-kesa-
gunakan kontrol skala mikro yang tersebar di
lahan pembangunan dan sadar akan pentingnya
air untuk kehidupan serta melakukan upaya- seluruh daerah (LID, EPA 2000 dalam Dhalla
upaya konservasi air khususnya air hujan. dan Christine Zimmer, 2010).

Kajian Pustaka Pengelolaan air hujan secara lokal yang ramah


lingkungan dikenal dengan teknik “Low Impact
Pemanfaatan Air Hujan (Review Peraturan Men- Development” (LID). Konsep pengolahan air
teri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun hujan dengan teknik ini adalah pengolahan air
2009) hujan dengan skala mikro yang dilakukan di
lokasi atau di sekitar daerah tangkapana air.
Berdasarkan hasil review Peraturan Menteri Ne- Pengembangan prinsip LID dimulai dengan pe-
gara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2009 ngembangan teknik bioretensi di Prince Gorge’s
bawah, air hujan merupakan sumber air yang Country, Maryland pada pertengahan tahun
dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan air tanah 1980. LID dikembangkan untuk memperta-
dan/ atau dimanfaatkan secara langsung untuk hankan kondisi lingkungan dari dampak nega-tif
mengatasi kekurangan air pada musim kemarau yang terjadi akibat perkembangan ekonomi dan
dan banjir pada musim penghujan. Dengan se- keterbatasan praktek pengelolaan air hujan
makin meningkatnya kegiatan pembangunan konvensional (Suseno Darsono, 2007).
mengakibatkan berkurangnya daerah resapan
air yang dapat menimbulkan kerusakan ling- Prinsip-prinsip LID yaitu: memanfaatkan penam-
kungan. Pemanfaatan air hujan adalah serang- pungan pada gedung atau kolam/ danau buatan
kaian kegiatan pengumpulan, menggunakan, dll., infrastruktur drainase, dan penataan lahan-
dan/ atau meresapkan air hujan ke dalam tanah. nya dalam usaha menahan aliran air hujan ke
daerah hilir, mengurangi perubahan lahan men-
Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah jadi lahan kedap air; memperbanyak tumbuh-
atau meminimalikan air yang hilang sebagai tumbuhan penutup tanah seperti lahan yang
aliran permukaan dan menyimpannya semak- tertutup rumput dan tanam-tanaman; memper-
simal mungkin ke dalam tubuh bumi. Atas dasar lama waktu konsentrasi dengan memperpanjang
prinsip ini maka curah hujan yang berlebih pada jalur aliran; melakukan konservasi dari sistem
musim hujan tidak dibiarkan mengalir ke laut drainase alam sehingga dapat menurunkan pun-
tetapi ditampung dalam suatu wadah yang me- cak banjir; Tampungan air yang permanen atau
mungkinkan air kembali meresap ke dalam ta- sementara sangat diperlukan untuk mengontrol
E 090 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Resti Kharisma
volume dan puncak banjir, serta kualitas air Observasi
limpasan (Suseno Darsono, 2007)
Observasi yang dilakukan yaitu untuk menge-
Rainwater Harvesting (RWH) / Pemanenan Air tahui jenis tutupan lahan ataupun bangunan
Hujan yang menjadi tempat jatuhnya air hujan.
Rainwater harvesting (RWH) atau pemanenan
air hujan merupakan salah satu praktek LID. Wawancara
RWH adalah proses mencegat, menyampaikan
dan menyimpan limpasan air hujan untuk peng- Wawancara dilakukan peneliti untuk mengetahui
gunaan masa depan. Pemanenan air hujan un- keadaan atau kondisi eksisting pengelolaan air
tuk keperluan rumah tangga telah dipraktekkan hujan di kawasan studi dan sumber air yang di-
di daerah pedesaan Ontario selama lebih dari gunakan untuk kebutuhan pasokan air di ka-
satu abad. Tujuan dalam mengadaptasikan wasan pendidikan. Selain itu, data berkenaan
praktik ini pada daerah perkotaan untuk me- dengan kapasitas penampungan air hujan yang
ningkat kegiatan konservasi air dan mengurangi telah ada di kawasan pendidikan diperoleh de-
limpasan air hujan. Ketika panen air hujan di- ngan cara wawancara.
gunakan untuk mengairi area taman, terjadi
Metode Analisis Data
evapotranspirasi oleh vegetasi atau menyerap-
kan air hujan ke dalam tanah, sehingga mem- Analisis Curah Hujan Rata-rata
bantu untuk menjaga keseimbangan air (Dhalla
dan Christine Zimmer, 2010). Analisis curah hujan rata-rata menggunakan ru-
mus thiessen poligon, dimana curah hujan tiap
Beberapa sarana prasarana yang digunakan statisun dijumlah dengan curah hujan stasiun
untuk memanen air hujan yaitu tangki penam- lainnya kemudian membaginya dengan jumlah
pungan/ tendon, kolam penampungan, waduk stasiun pengamatan curah hujan (Dwi Han-
kecil atau embung atau danau buatan. dayani Untari Ningsih, 2012).

Metode R=
(A1R1 + A2R2+ A3R3 +⋯..+AnRn)
…………………..(1)
𝐴
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif de-
ngan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini ha- Keterangan, R: Curah hujan rata-rata daerah
nya menfokuskan pada kuantitas air. (mm), A: Luas Areal (km2), n: jumlah titik-titik
(pos stasiun) pengamatan, R1….: besarnya
Metode Pengumpulan Data curah hujan pada masing-masing pos stasiun
curah hujan (mm).
Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data primer
dan sekunder. Pengumpulan data primer di- Analisis Curah Hujan Andalan
peroleh dengan observasi dan wawancara. Se-
dangkan data sekunder, diperoleh dari dinas Perhitungan debit andalan ini diperlukan untuk
pemerintah daerah terkait yang mempunyai da- menghitung debit dari sumber air yang dapat
ta curah hujan tiap pos pengamatan, jenis tanah, diandalkan untuk suatu keperluan tertentu (pe-
dan nilai evaporasi pada daerah tersebut. Selain luang kejadian hujan). Penelitian ini meng-
itu data sekunder juga diperoleh dari pihak gunakan peluang 80% rumus (Sosro-darsono,
pengelola kawasan pendidikan seperti, data 1980 dalam Zulkipli, Widandi Soetopo, Hari
kontur, pembagian zona kawasan pendidikan, Prasetijo, 2012):
dan peruntukan lahan Uraian data primer seperti
𝑚
yang disajikan di bawah ini. P(%)= 𝑥 100%…………………………………….(2)
𝑛+1

Keterangan: P(%)= Curah Hujan Andalan, m=


urutan data, n = Banyak data.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 091


Pemanfaatan Rainwater Harvesting (Pemanenan Air Hujan) Berbasis Low Impact Development (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan FT-
UH Gowa)

Analisis Intensitas Hujan Koefisien


No Penutupan Lahan
Run Off
Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda- 5 Kolam 0,20
beda yang disebabkan oleh lamanya curah hu- 6 Grass Block 0,60
Sumber: Meyer 1982 dari Frick dan Mulyani 2006; Mcguen, 1989 dalam
jan atau frekuensi kejadiannya. Dan apabila
Khairunnisa dan Indradjati, 2013 dan Oki Aktariadi., Dikdik Riyadi. 2010,
tidak dijumpai data untuk setiap durasi hujan,
Haryono. 1999 dalam Dian Werokila, 2015
maka diperlukan pendekatan secara empiris de-
ngan berpedoman kepada durasi 60 menit dan
Analisis Kapasitas Penampungan RWH per
pada curah hujan harian maksimum yang terjadi
bangunan
setiap tahun (Agustianto, 2014):
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ke-
90% x R24
I= ………………………………………………(3) mampuan atau kapasitas penampungan yang
4
perlu ada untuk menampung air hujan yang di-
Keterangan: I = intensitas curah hujan, R24 = tangkap atap per bangunan. Adapun rumus se-
Curah hujan harian maksimum (mm/24 jam) bagai berikut (Cyntia Nazharia, Sri Maryati
2013):
Analisis Potensi RWH per bangunan dan ruang
terbuka V= S – B…………………………………………………..(5)

Analisis potensi rainwater harversting (RWH) per Keterangan: V: Volume bak penampung pada
bangunan digunakan untuk mengetahui kuan- akhir bulan (m³) S: Kemampuan volume bak
titas air hujan yang dihasilkan berdasarkan ba- menampung air hujan dalam satu bulan (m³) B:
nyaknya hujan turun dan tertangkap oleh atap Kebutuhan air minum dalam satu bulan (m³).
bangunan per bulannya. Adapun rumusnya se-
bagai berikut (Lizarrage-Mendiona, Liliana, dkk. Analisis Total RWH
2015):
Analisis RWH ruang terbuka (RT) dan area ter-
VR = R x Hra x Rc/ 1000……………………………(4) bangun digunakan untuk mengetahui limpasan
total (nilai bersih) potensi RWH setelah diku-
Keterangan: R = curah hujan bulanan (mm), rangi dengan nilai evaporasi dan porositas
Hra = luas atap (m2), Rc = koefisien Runoff . dengan rumus:

Koefisein runoff untuk perhitungan bangunan RWH RT = Vr – evaporasi-porositas…………….(6)


menggunakan nilai 0,70. Hal ini mengikuti
Lizarrage-Mendiona, Liliana, dkk. 2015, yang Evaporasi diperoleh dengan mengkalikan luas
mengasumsikan bahwa 0,30 air hujan tereva- danau dengan nilai evaporasi (Soewarno, 2000
porasi atau hilang pada talang air saat air hujan dalam Muhammad Rahmansyah, 2014). Dan
tersebut menunju tampungan. Sedangkan untuk porositas diperoleh dari asumsi bahwa volume 1
perhitungan RWH ruang terbuka, menggunkana m3 akan menjadi 0.50 m3 dikarenakan pada
rumus yang sama tetapi nilai R diganti dengan kawasan studi jenis tanah adalah tanah medi-
hasil perhitungan Intensitas Hujan. teran (Morris & Johnson, 1967; Freeze & Cherry,
1979 dalam Kodoatie, 2012)).
Tabel 1. Koefisien run off per penutupan lahan
Analisis Kebutuhan Air Kawasan Pendidikan
Koefisien
No Penutupan Lahan
Run Off Analisis kebutuhan air kawasan pendidikan
1 Rerumputan 0,02 (yang terbagi atas zona aktivitas kampus dan
Taman (50% rumput:
2 0,04 zona asrama menggunakan standar SNI 03-
50% pohon)
3 Jalan 0,90 7065-2005 Tata Cara Perencanaan Sistem
4 Paving Block 0,70 Plambing, standar kebutuhan air untuk peng-
E 092 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Resti Kharisma
gunaan gedung SMU/SMK dan lebih tinggi yaitu Tabel 3. Curah hujan rata-rata dan intensitas curah
80 l/siswa/hari dikalikan dengan banyak maha- hujan data Tahun 2015
siswa dan staf. SNI 03-7065-2005 Tata Cara
Curah
Perencanaan Sistem Plambing, standar kebu- Curah
Hujan
I
tuhan air untuk penggunaan gedung asrama No Bulan Hujan (mm/
Maks
(mm) jam)
yaitu 120 liter/orang/hari dikalikan dengan ka- (mm)
pasitas mahasiswa tiap asrama. Sehingga diban- 1 Januari 1003 119 26.8
dingakan dengan hasil analisis total RWH ka- 2 Februari 477 88 19.8
wasan pendidikan. Kemudian untuk lokasi kolam 3 Maret 409 122 27.5
4 April 296 48 10.8
atau danau buatan dianalisis dengan meng- 5 Mei 66 32 7.2
gunakan analisis spasial dengan menggunakan 6 Juni 43 21 4.7
data kontur, arah aliran air, jaringan drainase 7 Juli 0 0 0.0
dan peruntukan lahan. 8 Agustus 0 0 0.0
9 September 0 0 0.0
Analisis dan Interpretasi 10 Oktober 0 0 0.0
11 November 149 51 11.5
12 Desember 1004 67 15.1
Curah Hujan Rata-rata, Curah Hujan Andalan
dan Intensitas Curah Hujan
Berbeda dengan nilai intensitas curah hujan
Perhitungan curah hujan rata-rata menggu- yang berpatokan pada curah hujan maksimal.
nakan data 10 tahun series yaitu curah hujan Intensitas curah hujan tertinggi berada pada
pada Stasiun Bontomanai dan Songkolo yang Bulan Maret dikarenakan curah hujan pada bu-
melingkupi kawasan studi. Adapun rata-rata lan ini paling tinggi diantara bulan lainnya.
curah hujan, andalan dan intensitas curah hujan
Potensi Pemanenan Air Hujan (RWH)
sebagai berikut:
Pemanenan air hujan atau RWH dbagi menjadi 2
Tabel 2. Curah hujan rata-rata, curah hujan andalan
(dua) yaitu pada bangunan dan ruang terbuka
(ruang terbuka dikategorikan seperti taman, tro-
Curah
Curah Hujan toar, jalur hijau) dan jalan. Adapun potensi RWH
No Hujan Tahun
Adalan seperti di bawah ini.
(mm)
1 474.3 2006 9.0909091
2 595.0 2008 18.181818
3 636.9 2007 27.272727
4 620.0 2012 36.363636 3912.26
5 685.1 2011 45.454545
2821.99
6 891.9 2013 54.545455 2766.74
2148.54
7 917.7 2010 63.636364 1539.30 1635.43
1026.18
8 989.1 2009 72.727273 794.10587.23814.12 673.43
320.31213.54140.14 340.33447.10
9 1003.5 2015 81.818182 0.01 0.00 0.00 0.00
0.00
10 1025.1 2014 90.909091 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

RWH Bangunan RWH Ruang Terbuka

Data yang digunakan untuk analisis RWH dan


data yang digunakan untuk menentukan inten-
Gambar 1. Potensi RWH Bangunan dan Ruang
sitas curah hujan yaitu data tahun 2015. Terbuka

Bulan Desember merupakan bulan dengan cu- Potensi RWH bangunan dan ruang terbuka pa-
rah hujan paling tinggi. Sedangkan untuk Bulan ling tinggi berada pada Bulan Maret dengan nilai
Juli hingga Oktober, curah hujan bernilai 0 mm, 3912,26 m3 dan 814,12 m3.
diasumsikan pada bulan tersebut merupakan
bulan kering.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 093


Pemanfaatan Rainwater Harvesting (Pemanenan Air Hujan) Berbasis Low Impact Development (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan FT-
UH Gowa)

(sumur) yaitu 10,55% per tahun-nya dari total


RWH yaitu 18.198,63 m3/tahun, sedangkan
penggunaan air pertahun untuk aktivitas kam-
pus dan kebutuhan pada zona asrama yaitu
172.484, 40 m3/tahun.

29.25

21.37 23.36

7.67 16.06
11.89 5.20 0.00 0.00 0.00 0.00 12.64

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Gambar 2. Pemanenan Air Hujan (RWH) per Zona Persentase (%)


(Luas Kawasan ± 30 Ha)
Gambar 4. Persentase RWH terhadap Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Kampus FT-UH Gowa Kawasan Pendidikan FT-UH

Jika dilihat pada gambar di bawah ini, kebu- Kapasitas Penampungan Pemanenan Air Hujan
tuhan air kampus cenderung stabil tiap bulannya. (RWH)
Kebutuhan Air Kawasan Pendidikan yang paling
tinggi berada pada Bulan Januari, Desember, Penampungan hasil dari pemanenan air hujan
Mei, Juli, Agustus, dan November. Hal ini dikare- dibagi menjadi 2 (dua) yaitu menggunakan
nakan mempunyai jumlah hari dalam satu bulan tangki dan kolam. Pemilihan wadah penam-
yaitu 31 hari. pungan ini didasarkan pada maksud dari pema-
nenan air hujan yaitu untuk digunakan kembali
14649.36
14649.36 14649.36
14176.8
14649.36
14649.36
14176.8
14176.8 14649.36
14649.36
14176.8
sebagai sumber air. Luas danau buatan yang
13231.68
akan direncanakan berdasarkan masterplan ka-
wasan pendidikan FT-UH yaitu 0,23 Ha. Selain
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
itu, eksisting sumber air yang digunakan adalah
Kebutuhan Air Kampus FT-UH Gowa (m3/bulan)
berupa sumur kemudian dengan adanya rumah
pompa, air dari sumur dipompa menuju reser-
Gambar 3. Kebutuhan Air Kampus FT-UH Gowa
voir utama dengan kapasitas 1.200 m3. Dari
reservoir utama, air disalurkan ke reservoir ba-
Perbandingan RWH Bangunan dan Ruang Ter- wah tanah dan dipompa lagi untuk ditampung di
buka dengan Kebutuhan Air Kampus reservoir atap, sehingga dengan menafaatkan
gaya grafitasi, air dapat digunakan untuk segala
Perbandingan hasil pemanenan air hujan de- aktivitas kampus. Total kapasitas reservoir ba-
ngan kebutuhan air kampus disajikan dalam wah tanah, atap dan utama yaitu 2.272 m3.
persentase. Maksud dengan persentase ini yaitu Berdasarkan gambar 1, potensi RWH yang ter-
berapa besar air hujan yang dapat mengurangi besar berada pada Bulan Maret dengan 814,12
pemakaian air pada kawasan pendidikan yang m3. Jika dibandingkan dengan kapasitas reser-
sumber air berasal dari air tanah (sumur). voir (tangki) keseluruh dengan potensi RWH
Kebutuhan air kawasan pendidikan mampu diku- terbesar, kapasitas tangki masih tersisa kurang
rangi dengan adanya pemanenan air hujan. Bu- lebih 1500 m3. Sehingga dapat ditarik kesim-
lan Januari, persentase RWH yang dapat digu- pulan bahwa kapasitas tangki yang ada mampu
nakan untuk kebutuhan air yaitu, 21,37% dari menampung air hujan yang berasal dari atap
penggunaan air pada bulan ini (selengkapnya bangunan. Sedangkan untuk penampungan air
berada pada gambar 3). Sehingga rata-rata hujan yang berasal dari ruang terbuka dengan
RWH yang dapat digunakan untuk mengurangi media danau buatan dengan kapasitas 3750 m3.
penggunaan air kampus dari sumber air tanah Jika diban-dingkan dengan hasil pemanenan air
E 094 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Resti Kharisma
hujan pada gambar 1, maka diperoleh kesim menutupi kekurangan kebutuhan air. Selan-
pulan bahwa rata-rata air hujan tersebut dapat jutnya air dipompa naik ke reservoir atas, de-
ditampung pada danau buatan tersebut. ngan memanfaatkan gaya gravitasi air dapat
tersalurkan. Selain itu, pada alur distribusi air,
Arah Aliran Air Hujan terdapat penyaringan air sebelum air tersebut
disalurkan pada tangki bawah tanah atau air
Awal untuk menentukan lokasi kolam yaitu pe- yang berasal dari danau. Dalam hal ini, digu-
nulis mengidentifikasi arah air dengan peta nakan saring pasir sederhana dan saringan pasir
kontur kawasan pendidikan, arah aliran dari up flow.
drainase dan tinjauan terhadap masterplan ka-
wasan pendidikan. Kemudian, hasil dari arah Saring pasir lambat ini mempunyai keunggulan
aliran air tersebut menjurus pada danau buatan dalam hal pencucian media saringan (pasir)
yang berada di bagian belakang kawasan pen- yang mudah, selain itu tidak memerlukan bahan
didikan. Sehingga air hujan dari ruang terbuka kimia, biaya operasional yang murah, dapat
baik melalui media drainase atau langsung di- menghilangkan zat besi, mangan dan warna
salurkan ke danau buatan, sehingga dapat serta kekeruhan yang berada pada air hujan,
mengurangi beban sungai atau kanal dalam dapat menghilangkan senyawa kimia (ammonia)
menerima limpasan air hujan. dan polutan organik, dan proses operasi dan
perawatannya murah dan mudah (Kelompok
Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah
Cair, 1999).
Lokasi Danau
Buatan

Gambar 5. Arah Aliran Air Menuju Danau Buatan


Gambar 6. Diagram proses Pengolahan Air Hujan
Alur Distribusi Air Hasil Pemanenan Air Hujan Menjadi Air Bersih dengan Saringan pasir dari Atap
(RWH) Menuju Tanki Bawah Tanah
Sumber:http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/S
Air hujan yang jatuh pada atap-atap bangunan pah/spah.html, 2016
disalurkan ke reservoir bawah tanah melalui ta-
lang air yang berada pada kolom-kolom ba-
ngunan. Sebelum air masuk ke reservoir bawah
tanah, air terlebih dahulu disaring.

Upaya penyaringan air merupakan salah satu


langkah untuk menjernihkan air dan mengurangi
kotoran-kotoran seperti lumut yang terbawa dari
atap ataupun yang berada pada talang air. Se- Gambar 7. Diagram Proses Pengolahan Air Hujan
Menjadi Air Bersih dengan Saringan pasir Lambat Up
lanjutnya, melalui reservoir bawah tanah, air Flow dengan sumber air dari danau
dipompa ke reservoir atap, sehingga air dapat Sumber: Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih
digunakan untuk kebutuhan air tiap gedung. dan Limbah Cair (1999)

Selanjutnya air hujan dari ruang terbuka Kesimpulan


terkumpul pada danau buatan. Air dari danau
disaring sebelum disalurkan ke reservoir utama. Besar volume pemanenan air hujan yang dapat
Melalui rerservoir utama air disalurkan ke reser- dimanfaatkan sebagai sumber air untuk kawa-
voir bawah tanah air hujan akibat pemanenan san pendidikan FT-UH Gowa yaitu 18.198,63
dari atap yang tidak mampu mencukupi untuk m3/tahun (dapat mengurangi pemakaian air dari
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 095
Pemanfaatan Rainwater Harvesting (Pemanenan Air Hujan) Berbasis Low Impact Development (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan FT-
UH Gowa)

sumber air tanah sebesar 10,55 %). Media yang http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/s


digunakan untuk menampung air hujan yaitu pah.html (Akses, 3 Agustus 2016).
Khairunnisa, Ezra Salikha.,Indradjati, Petrus Natalivan.
reservoir atau tangki (utama, bawah tanah dan (2013). Evaluasi Fungsi Ekologis Ruang Terbuka
atap) dan danau buatan yang telah ada (eksis- Hijau di Kota Bandung Dalam Upaya Pengendalian
ting) pada kawasan pendidikan FT-UH Gowa Iklim Mikro Berupa Pemanasan Lokal dan Penye-
yaitu 2272 m3 dan 3750 m3. Penelitian ke- rapan Air (Studi Kasus: Taman-taman di WP Cibeu-
nying). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
depannya, perlu adanya studi tentang kualitas SAPPK.
air dari praktek RWH dan perencanaan secara Kodoatie, J.K. (2012). Tata Ruang Air Tanah.
detail tentang penerapan praktek RWH ini, khu- Yogyakarta: Andy.
susnya lokasi danau, jaringan distribusi, hingga Lizarrage-Mendiona, Liliana, et., all. (2015). Article:
Estimating the Rainwater Harvesting Potential per
diameter pipa dan detail komponen alat penya-
Household in an Urban Area: Case Study in Central
ringan yang akan digunakan serta kecen- Mexico. ISSN 2073-4441, www.mdpi.com/
derungan penggunaan air kedepannya. Selain jurnal/water (akses 25 Desember 2015, Pukul
itu untuk penelitian selanjutnya, perlu adanya 10.30).
Maryono, Agus. (2014). Menangani Banjir, Kekeringan,
perhitungan secara detail misalnya mengenai,
dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
kecepatan aliran air dari ruang terbuka menuju University Press.
saluran, kecepatan aliran air pada drainase Nazharia, Cyntia., Sri Marhati. (2013). Jurnal:
menuju danau, perhitungan volume air yang ter- Perhitungan Pembiayaan Pemanenan Air Hujan
tinggal pada drainase, kecepatan air terinfiltrasi sebagai system penyediaan air bersih dalam
berbagai skala di Kelurahan Sukajadi, Kota Dumai.
pada berbagai tutupan lahan dan evaporasi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK
khususnya yang terjadi pada kawasan pen- ITB V2NI.
didikan FT-UH Gowa. Konsep ini dapat menjadi Ningsih, Dwi Handayani Untari. (2012). Metode
alternatif sebagai salah satu sumber air untuk Thiessen Polygon untuk Ramalan Sebaran Curah
Hujan Periode Tertentu pada Wilayah yang Tidak
pemenuhan kebutuhan air masyarakat disuatu Memiliki Data Curah Hujan. Jurnal Teknologi
daerah. Sehingga dapat memberikan keber- Informasi DINAMIKA, 17 (2), ISSN: 0854-9524.
lanjutan pemanfaatan air hujan dan dapat Pasific Consultants International. (2008). Laporan Akhir
mengurangi pemakaian air khususnya yang Masterplan Kampus FT-UH Gowa.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12
bersumber dari air tanah. Air hujan yang selama
Tahun 2009
ini terbuang sia-sia dapat memberikan nilai eko- Rahmansyah, Muhammad. (2014). Skripsi: Analisis
nomis dan nilai keberlanjutan dalam manajemen Efisiensi Penyaluran Air Pada Jaringan Irigasi
air untuk kota masa depan. Primer Bili-bili, Kabupaten Gowa. Universitas
Hasanuddin.
SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan
Daftar Pustaka
Sistem Plambing.
Werokila, Dian. (2015). Skirpsi: Analisis Koefisien
Agustianto, Deny Arista. (2014). Model Hubungan Limpasan Pada Persamaan Rasional untuk
Hujan dan Runoff (Studi Lapangan). Jurnal Teknik Menghitung Debit Banjir Rencana Das Bangga.
Sipil dan Lingkungan Universitas Sriwijaya, 2 (2) http://www.slideshare.net/dhewerokila/tugas-
Juni 2014ISSN: 2355-374X. akhir-dianwerokila-bab-iii (diakses, 1 Juli 2016)
Aktariadi, Oki., Dikdik Riyadi. (2010). Geologi Yulistyorini, Anie. (2011). Pemanenan Air Hujan
Lingkungan untuk Penentuan Koefisien Dasar Sebagai Alternatif Pengelolaan Sumber Daya Air di
Bangunan wilayah Cibinong dan sekitarnya. Jurnal Perkotaan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, 34(1),
Lingkungan dan Bencana Geologi, I (2) Agustus Pebruari 2011:105-114 .
2010: 91-112. Zulkipli, Widandi Soetopo, Hari Prasetio. (2012).
Darsono, Suseno. (2007). Sistem Pengelolaan Air Analisia Neraca Air Permukaan DAS Renggung
Hujan Lokal yang Ramah Lingkungan. Berkala untuk Memenuhi Kebutuhan Air Irigasi dan
Ilmiah Teknik Keairan 13 (4), Desember 2007, ISSN Domestik Penduduk Kabupaten Lombok Tengah.
0854-4549. Jurnal Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 3(2),
Dhalla., Christine Zimmer. (2010). Low Impact Desember 2012, hlm 87-96.
Development Stromwater Management Planning
and Design. Toronto and Region Conservation
Authority and Credit Valley Conservation.
Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan
Limbah Cair. (1999). Sistem Pengolahan Air Hujan.

E 096 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Anda mungkin juga menyukai