Anda di halaman 1dari 22

Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan kemajuan taraf hidup masyarakat,
kebutuhan masyarakat akan air irigasi dan air baku untuk kehidupan sehari-hari, semakin
berkembang pula. Bendungan yang tadinya hanya dibangun untuk membantu memenuhi
kebutuhan air bagi masyarakat, kemudian dibangun pula untuk tujuan yang lebih luas
seperti : pengendalian banjir, pembangkit tenaga listrik, dan yang terakhir untuk
penampungan limbah industri dan limbah tambang.

Telah terbukti bahwa bendungan memiliki manfaat yang sangat besar bagi manusia,
sebaliknya bendungan juga menyimpan potensi bahaya yang besar bila pembangunan
dan pengelolaannya tidak dilaksanakn dengan benar sesuai kaidah-kaidah keamanan
bendungan yang tertuang pada berbagai peraturan, standar, pedoman dan manual yang
terkait. Dari pengalaman banyak kegagalan bendungan yang disebabkan oleh
pelaksanaan konstruksi yang kurang baik. Salah satu penyebabnya pengawas maupun
pelaksana konstruksi kurang memahami dengan baik kaidah-kaidah keamanan
bendungan termasuk prinsip-prinsip pelaksanaan konstruksi bendungan.

Pelaksanaan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan


Kementerian Pekerjaan Umum adalah untuk memenuhi keinginan terhindarnya dari
kerugian materi akibat kecelakaan kerja, dengan catatan tanpa melanggar aturan-aturan
yang berlaku.
Penerapan K3 dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum harus dapat menunjukkan
peningkatan berkelanjutan dalam Unit Kerja/Unit Pelaksana di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dengan mengutamakan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan
kerja dalam setiap proses kegiatan,
Bahan ajar ini mejelaskan mengenai : latar belakang timbulnya K3, pengertian K3, dasar
hukum dan sanksi K3, kerugian dalam kecelakaan, K3 pada pekerjaan pembangunan
bendungan, sasaran K3 dan Jamsostek serta tindakan pencegahan.

1.2 Deskripsi Singkat


Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pelaksanaan konstruksi bendungan urugan
yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya jawab.

1.3 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pelaksanaan konstruksi bendungan urugan.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 1


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1) Menjelaskan latar belakang timbulnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
pelaksanaan konstruksi bendungan urugan.
2) Menjelaskan pengertian K3.
3) Menjelaskan dasar hukum dan sanksi K3.
4) Menjelaskan kerugian dalam kecelakaan. .
5) Menjelaskan K3 pada pembangunan bendungan urugan.
6) Menjelaskan Sasaran K3 dan Jamsostek.
7) Menjelaskan mengenai tindakan pencegahan.

1.5 Pokok Bahasan


Pokok materi yang dibahas dalam modul ini adalah :
1) Latar belakang timbulnya K3.
2) Pengertian K3.
3) Dasar hukum dan sanksi K3.
4) Kerugian dalam kecelakaan.
5) K3 pada pembangunan bendungan urugan.
6) Sasaran K3 dan Jamsostek.
7) Tindakan pencegahan.

1.6 Petunjuk Belajar


Agar peserta diklat dapat memahami mengenai Keselamatan dan Keshatan Kerja (K3)
pada pelaksanaan konstruksi bendungan urugan secara lebih mendalam dan
komprehensif, sebaiknya peserta juga mempelajari Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
pedoman-pedoman yang terkait yang dikeluarkan oleh Kementerian PU atau Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air serta referensi yang digunakan dalam penyusunan modul ini.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 2


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB II
LATAR BELAKANG TIMBULNYA K3

2.1 Umum
Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, terjadi interaksi kerja antara
tenaga kerja, peralatan, penerapan teknologi, bahan bangunan, dan
lingkungan yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja. Pihak
pengelola kerja mulai berpikir bagaimana dapat memenuhi keinginan untuk
selamat dan terhindar dari bahaya( accident free), bagaimana memenuhi
keinginan untuk terh indar dari kerugian materi akibat kecelakaan kerja,
dengan catatan tanpa melanggar aturan -aturan yang berlaku. Selain kedua
hal tersebut diatas, ada factor desakan pihak luar maupun tuntutan
masyarakat.

2.2 Tempat Kecelakaan


Terjadinya kecelakaan ditempat kerja disebabkan oleh factor manusia dan
factor teknis, oleh karena itu untuk mengurangi bahkan menghindari
terjadinya kecelakaan dan menjamin keselamatan kerja diperlukan adanya
manajemen K3.
Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, ditempat hiburan, ditempat ibadah,
apalagi ditempat kerja, lokasi kerja yang berbeda, lokasi terbuka, dipengaruhi
cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis, ketahanan fisik yang
prima, tenaga kerja yang kurang professional, penggunaan teknologi yang
berbeda pula, kadang -kadang tidak diperhitungkan akan dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.
Khususnya dipelaksanaan pekerjaan Bendungan, apalagi diikuti dengan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang sangat lemah, akibatnya
para pekerja bekerja dengan metode pelaksanaan konstr uksi yang beresiko
tinggi.

2.3 Terjadinya kasus kecelakaan kerja


Masalah keselamatan dan kesehatan kerja(K3), secara umum di Indonesia
masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya kasus -
kasus kecelakaan kerja.
Penyelenggaraan K3 melalui Undang-Undang Ketenagakerjaan belum
terpenuhi sepenuhnya, masih banyak anggapan bahwa program K3 hanya
akan menambah beban biaya perusahaan. Rendahnya tingkat kepentingan
masyarakat untuk melaporkan kejadian kecelakaan kerja kepada pihak yang
berwenang menjadi kendala tersendiri khususnya PT.JAMSOSTEK,
tersendatnya pelaporan ini mengakibatkan rendahnya nilai klaim asuransi

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 3


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

tenaga kerja yang kurang memadai, sanksi yang diberikan kepada peru sahaan
yang tidak melaporkan kasus -kasus kecelakaan kerja sangatlah ringan.
Sebagian besar kasus-kasus kecelakaan kerja yang terjadi diukur nilainya
secara non materiil, juga kerugian materiil yang sangat besar. Dampak
ekonomi ternyata cukup signifikan, selain korban jiwa, juga pengobatan,
kompensasi yang diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan perbaikan
fasilitas kerja.

Gambar 2.1 Pengelakan sungai saat banjir

Gambar 2.2 Tabung gas untuk pengelasanpintu hidromekanikal

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 4


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Gambar 2.3 Saat pengecoran besi di lapangan

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 5


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB III
PENGERTIAN K3

3.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


K3 adalah Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat
kerja, lain-lain.
Memberikan perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja,
yang berhubungan dengan pemindahan bahan bahan baku, penggunaan
peralatan kerja konstruksi, proses produksi, dan lingkungan sekitar tempat
kerja.
Ahli K3 Konstruksi adalah ahli K3 yang mempunyai kompetensi khusus
dibidang K3 konstruksi Pe kerjaan umum dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi manajemen K3 konstruksi ditempat penugasannya, yang
dibuktikan dengan sertifikat dari yang berwenang dan sudah berpengalaman
sekurang-kurangnya 2(dua) tahun dalam melaksanakan K3 konstruksi
penyelia bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan anak buahnya,
semua karyawan berkewajiban mematuhi system pengelolaan K3, semua
karyawan wajib mendapatkan pelatihan K3L secukupnya guna mencapai
tingkat kesadaran K3L yang memadai untuk melaksanakan tu gasnya.

3.2 Kecelakaan kerja


Adalah suatu kejadian tidak diduga ( incident) yang mengakibatkan
terganggunya proses pekerjaan/produksi yang direncanakan sebelumnya.
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Kementeria n Tenaga Kerja & Transmigrasi dan
Kementerian Pekerjaan Umum yang menunjukkan cacatan kecelakaan dari
setiap kegiatan kerja dari masing -masing pekerja serta menunjukkan
gambaran kecelakaan -kecelakaan dan sebab-sebabnya.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 6


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Gambar 3.1 Kecelakaan saat mengoperasikan alat berat.

Gambar 3.2 Resiko kecelakaan di dalam terowongan

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 7


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali harus diperiksa
kesehatan fisik dan kesehatan individunya. Demikian pula secara berkala dilakukan
pengecekan kesehatannya pula sesuai dengan resiko-resiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.

Pekerja dibawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan khusus, meliputi


pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur, organisasi untuk keadaan
darurat dan pertolongan pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat
bekerja meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat komunikasi, alat jalur transportasi.

Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba,


harus dilakukan oleh dokter, juru rawat atau seseorang yang sudah terdidik
dalam pertolongan pertama pada kecelakaan(PPPK).
Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai harus disediakan ditempat kerja
dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain, minimal berisi
obat kompres, perban, gauze yang steril, antiseptic, plester, forniquet, gunting, splint dan
perlengkapan gigitan ular.
Kereta untuk mengangkut orang sakit(carrying basket) harus selalu tersedia, jika tenaga
kerja dipekerjakan dibawah tanah atau pada keadaan lain, maka alat penyelamat harus
selalu tersedia didekat tempat kerjanya. Alat PPPK ini harus diperiksa secara teratur dan
dijaga supaya tetap berisi kelengkapan minimalnya., Persiapan-persiapan harus
dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat.

Petunjuk-petunjuk informasi harus ditempatkan pada tempat-tempat yang


mudah untuk dilihat.

Pada gambar ini menunjukkan bahwa


dilokasi ini banyak kendaraan berat
berberlalulalang

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 8


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pada gambar ini menunjukkan setiap orang harus


menggunakan sepatu kerja, karena licin

Pada gambar ini menunjukkan bahwa setiap orang


harus menggunakan masker & kaca mata karena
rentan gas beracun, debu, dll.

Pada gambar disamping ini memberi peringatan


sebagai kawasan bebas rokok

Tempat penanganan kesehatan darurat

Kawasan listrik tegangan tinggi

3.3 Safe/Aman
Suatu kondisi sumber bahaya telah ter-identifikasi dan telah dikendalikan ke
tingkat yang memadai/aman.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 9


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Bahaya merupakan kondisi yang telah teridentifikasi melalui pemeriksaan/kajian


dan disimpulkan telah menunjukkan melampaui batas aman.
Beberapa kondisi berbahaya yang berpotensi timbulnya kecelakaan:
1. Pengamanan saat repair yang tidak sempurna(gb.5)
2. Peralatan/bahan/perlengkapan yang tidak aman
3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur dan iklim kerja yang tidak aman
5. Penerangan tidak sempurna
7. Tekanan udara yang tidak aman
8. Getaran yang berbahaya
10. Posisi alat berat saat operasi tidak tepat(gb.7)

Demikian pula beberapa tindakan berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan :


1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4 Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
5. Melakukan Proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono / berkelakar,
mengagetkan dan lain-lain.
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
10. Lain-lain.

3.4 Faktor yang mempengaruhi Bahaya


 Kepadatan Penduduk.
 Kebutuhan produk meningkat.
 Intensitas dan kapasitas produksi meningkat.
 Inovasi teknologi.
 Potensi bahaya bertambah banyak.
 Kesenjangan dengan upaya penanggulangan.
K3 belum menjadi bagian terintegrasi dalam kegiatan.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 10


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB IV
DASAR HUKUM DAN SANKSI

4.1 Bidang Ketenagakerjaan


Sebagai dasar hukum dibidang ketenagakerjaan antara lain :
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat(2)
2. Undang-Undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
3. Undang-Undang no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
4. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
no.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada tempat kegiatan Konstruksi
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. PER.02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukkan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

4.2 Bidang Konstruksi


Sedangkan dibidang Konstruksi, sebagai dasar hukumnya antara lain :
1. Undang-Undang no. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
2. Peraturan Pemerintah no. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta
Masyarakat Jasa Konstruksi
3. Peraturan Pemerintah no. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
4. Peraturan Pemerintah no. 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi
5. Peraturan Presiden RI no. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

4.3 Sanksi K3
Sanksi dapat diberikan kepada pihak yang terkait, baik penyedia jasa, pengguna jasa
maupun pihak terkait lainnya tergantung hasil investigasi tim penyidik dilapangan maupun
hasil telaahan pasal-pasal dalam kontrak kerja serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Sedangkan bentuk sanksi dapat berupa sanksi profesi, sanksi administrative maupun
sanksi pidana.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 11


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB V
KERUGIAN DALAM KECELAKAAN

5.1 Sumber Kecelakaan pada Pelaksanaan Bendungan


Sumber-sumber yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, adalah :
1) Operasi alat berat, antara lain excavator, loader, grader, vibrator,compactor,scraper,
bulldozer, Crane, pompa, Generator Set, hand stamper, dan lain sebagainya.
2) Alat transportasi, Dumptruck, Forklift, Hammer .
3) Alat transmisi mekanik((rantai, pulley, conveyor ,dll).
4) Perkakas kerja tangan.
5) Pesawat uap dan bejana tekan.
6) Peralatan listrik.
7) Bahan kimia.
8) Debu berbahaya.
9) Faktor lingkungan.
10) Bahan mudah terbakar dan benda panas, detonator.
11) Binatang.
12) Permukaan lantai kerja.
13) Lain-lain.

5.2 Jenis Kecelakaan


Jenis/tipe kecelakan yang sering terjadi, adalah :
1) Terbentur, kejatuhan benda.
2) Terpukul, terpotong, tertimpa.
3) Tertangkap pada, dalam atau diantara benda.
4) Jatuh dari ketinggian yang sama.
5) Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
6) Tergelincir, terpapar.
7) Penghisapan, penyerapan.
8) Tersentuh aliran listrik.
9) Lain-lain.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 12


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

5.3 Macam kerugian


1. Kerugian terhadap Manusia:
o Luka-luka
o Cacat tubuh,
o meninggal.
2. Kerugian terhadap Bisnis:
 Kerusakan sarana produksi
 Gangguan terhadap proses kegiatan.
 Inefisiensi biaya operasi.
 Nama Perusahaan tercemar.
 Tuntutan hukum.
3. Kerugian Sosial :
 Gangguan terhadap fasilitas umum
 Biaya sosial yang ditanggung masyarakat.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 13


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB VI
PENERAPAN K3 PADA BENDUNGAN

6.1 Jenis Kecelakaan


Jenis kecelakaan yang sering terjadi pada pelaksanaan konstruksi bendungan, adalah :
a. Berkaitan dengan air, tenggelam, terseret arus, pengalihan aliran sungai, terjadinya
peningkatan debit hulu secara mendadak, dan lain-lain.
b. Longsor, akibat kemiringan yang ekstrem, pekerja diatas tidak memperhitungkan
resiko bagi pekerja dibawahnya.
c. Runtuhnya bebatuan/tanah akibat pelat penyangga tidak cermat sewaktu
pemasangan, daya ledak disaat blasting yang berlebihan mengakibatkan reruntuhan
jatuh pada tempat yang tidak semestinya.
d. Kebocoran sambungan pipa/slang gas akibat prosedur sambungan tidak diikuti
dengan baik, pecahnya/retaknya pipa yang lolos dari pengecekan kualitas material,
sedangkan disisi sebelahnya terdapat percikan api siap menyambar.
e. Medan yang berbukit dengan kemiringan curam banyak menimbulkan kecelakaan
lalu lintas baik pada saat mobilisasi peralatan dan bahan maupun saat operasional.
f. Binatang yang berbisa berbahaya, berbagai jenis ular, lipan, buaya dll.

Gambar 6.1 Buaya yang tertangkap saat pengelakan sungai

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 14


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Gambar 6.2 Binatang berbisa lipan dan ular

Gambar 6.3 Batu yang kapan saja dapat terguling

6.2 Upaya penanganan


Pada prinsipnya, semua kecelakaan dapat dicegah untuk melindungi semua tenaga kerja
dari bahaya kecelakaan yang mungkin terjadi, dengan cara sebagai berikut :
a. Pengendalian proses dengan menggunakan SOP
b. Operator yang kompeten diberikan training SOP
c. Kerapihan dan kebersihan area kerja dijaga
d. Penggunaan APD yang benar

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 15


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

6.2.1 Semua Tamu yang Masuk wilayah kerja:


 Harus mengikuti induksi untuk tamu.
 Harus mendapat wewenang (ijin) masuk.
 Mencatat rincian tujuan masuk dalam buku catatan harian.
 Harus selalu ditemani.
 Harus mengenakan APD yang tepat.
 Harus mematuhi semua instruksi.

6.2.2 Mengenal Daerah Terbatas (Zona Berbahaya)


 Bekerja pada lubang galian yang dalam.
 Bekerja didekat air.
 Dilarang bekerja dibawah daerah dengan kemiringan extrem (Zona dilarang
bekerja).
 Bekerja diatas pekerja lain.
 Area Peledakan (no go zone).
 High Voltage Switch Yard.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 16


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB VII
SASARAN K3 & JAMSOSTEK

7.1 Perlindungan Tenaga Kerja


Sasaran utama K3 adalah terhindarnya para pekerja dan orang sekitar tempat kerja dari
bahaya kecelakaan. Organisasi harus menetapkan dan memelihara Tujuan/sasaran K3
yang terdokumentasi di setiap fungsi yang relevan dalam organisasi
Sasaran K3 harus dapat diukur, konsisten dengan Kebijakan K3, termasuk komitmen
untuk mencegah kecelakaan dan penyakit, memenuhi peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya, dan peningkatan secara berkelanjutan serta dilakukan tinjauan
ulang.
Dalam menetapkan dan meninjau ulang sasaran, organisasi harus memasukan tanggung
jawab memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lainnya dan menangani risiko
K3 yang ada.
Dalam menetapkan dan meninjau sasaran harus mempertimbangkan kondisi keuangan,
pilihan teknologi, pesyaratan operasi & bisnis, dan pandangan dari pihak yeng
berkepentingan.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara program manajemen untuk
mencapai sasaran K3
Program harus mencakup (minimal) penugasan tanggung jawab & wewenang untuk
mencapai sasaran disetiap fungsi yang relevan dan tingkatan dalam organisasi,
penjelasan dan kerangka waktu untuk mencapai sasaran.
Program manajemen K3 ini harus ditinjau ulang secara berkala dan terencana, dan
diperbaiki sesuai kebutuhan untuk memastikan sasaran dapat dicapai.

7.2 Sasaran K3
a. Penentuan sasaran :
Spesific ---------- > tertentu
Measurable -----------> terukur
Achievable -----------> tercapai
Reasonable -----------> layak
Timetable -----------> tepat waktu
b. Sasaran harus :
 Ditetapkan
 Didokumentasikan
 Dipublikasikan
 Dijaga
 Ditinjau secara periodic

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 17


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

c. Sewaktu menetapkan dan meninjau sasaran K3 harus mempertimbangkan :


 Persyaratan hukum dan lainnya:
 Bahaya-bahaya & resiko K3
 Keuangan
 Persyaratan operasi
 Pandangan pihak terkait

d. Contoh sasaran K3 :
1) Penyelenggaraan rapat mingguan
2) Penyusunan dokumen terkait, Prosedur, manual instruksi kerja
3) Tersedianya/membuat laporan mingguan tentang K3
4) Tingkat kecelakaan kerja , kecelakaan ringan maksimum 5, kecelakaan
sedang maksimum 2, kecelakaan mengakibatkan meninggal dunia 0,
kebakaran 0, kecelakaan roda 4 maksimum 3, dan lain-lain.

7.3 Jamsostek
Dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi nomor 18 tahun 1999 pasal 22 ayat (2) berbunyi
perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku wajib dilakukan para pihak.
Demikian pula dalam Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 2000 pasal 30 ayat(1),
kewajiban para pihak untuk melaksanakannya sesuai peraturan/perundangan yang
berlaku. Berkewajiban memberikan. Sedangkan pemerintah/pemerintah daerah
berkewajiban memberikan pembinaan diantaranya adalah perlindungan tenaga kerja.
Untuk itu, dalam kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan/kewajiban pihak
penyedia jasa mengalokasikan/memperhitungkan dalam penawarannya, sedangkan
pengguna jasa harus mencantumkan dalam dokumen lelangnya tentang hal ini.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 18


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB VIII
TINDAKAN PENCEGAHAN

8.1 Pendekatan teknis (Engineering Approach)


a. Pencegahan orang dan property tenggelam.
b. Pencegahan peralatan crane terjungkal.
c. Pencegahan rangka baja runtuh.
d. Pencegahan orang tersengat listrik.
e. Pencegahan orang jatuh dari ketinggian
f. Pencegahan benda jatuh.
g. Pencegahan lainnya
8.2 Pendekatan system (System Approach)
a. Inventarisasi Kegiatan kerja dan tahapannya.
b. Identifikasi bahaya dan hitung risk
c. Tetapkan countermeasure.
d. Tetapkan sasaran K3
e. Siapkan program kerja.
f. Implementasi.
g. Evaluasi dan ukur kinerjanya
h. Perbaiki dan tingkatkan secara berkelanjutan

8.3 Kebijakan Lingkungan


Kebijakan ini diambil untuk meningkatkan kesadaran lingkungan pada tempat pekerjaan.
Semua personil pelaksana pekerjaan diharapkan mendukung penuh kebijakan lingkungan
ini, baik lingkungan internal tempat kerja, kondisi lingkungannya, dampak yang diterima
oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, alat pelindung diri,
asuransi pegawai dll. Lingkungan eksternal tempat kerja, diluar lokasi kerja termasuk
segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sekitarnya, termasuk
masyarakat yang tinggal disekitar lokasi pekerjaan.
Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat, usaha-usaha
penanganan limbah ke saluran umum, perhatian terhadap keseimbangan ekologis dan
ekosistem disekitar lokasi pekerjaan.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 19


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

RANGKUMAN

1. Faktor manusia dan teknis sangat menentukan dalam mengurangi resiko


terjadinya kecelakaan kerja, untuk itu diperlukan penerapan manajemen K3
secara disiplin dan konsisten, terutama dalam pelaksanaan pekerjaan yang cukup
besar dan kompleks khususnya pekerjaan bendungan.
2. Kejadian kecelakaan kerja yang tidak termonitor menjadi factor kendala dalam
mengendalikan nilai klaim asuransi tenaga kerja, sehingga masih dirasakan
sangat rendahnya tingkat kepentingan masyarakat.
3. Sanksi yang tidak tegas ataupun sangat ringan terhadap perusahaan-perusahaan
yang tidak melaporkan kecelakaan kerja menjadi factor lain tidak kalah
pentingnya, padahal kerugian yang ditimbulkan tidak saja materiil semata tetapi
sudah menyangkut cacat tubuh bahkan nyawa manusia.
4. Peningkatan pemahaman K3 oleh sumber daya manusia dibuktikan dengan
kompetensi tenaga ahli yang bersertifikat, dilakukan pelatihan K3L bagi seluruh
karyawan yang terlibat dalam kegiatan pekerjaan tersebut.
5. Kesehatan merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya, untuk itu harus
dilakukan pengecekan kesehatan diawal kerja dan dilakukan secara berkala
terutama bagi pekerja yang pada bagian tertentu mempunyai resiko tinggi.
6. Penempatan rambu-rambu sangatlah penting dalam mengurangi resiko
kecelakaan kerja , untuk itu harus ditempatkan pada tempat yang terlihat dan
mudah dibaca.
7. Upaya penanganan, pengendalian proses dengan menggunakan SOP, operator
yang kompeten diberikan training SOP, kerapihan dan kebersihan area kerja
dijaga dan penggunaan APD yang benar.
8. Sasaran K3 harus ditetapkan secara terukur, Kondisi tertentu, sasaran dapat
tercapai dan tepat waktu, dipublikasikan didokumentasikan serta dijaga.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 20


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

LATIHAN (TEST) :

1. Jelaskan dengan singkat, hal-hal yang menyebabkan mengapa nilai klaim


asuransi tenaga kerja sangat kecil realisasinya ?
2. Kecelakaan kerja biasanya didominasi oleh human error, coba jelaskan hal-hal
yang berkaitan dengan human error dimaksud !
3. Salah saatu cara untuk memperkecil terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan
memasang rambu-rambu/tanda-tanda, coba sebutkan beberapa persyaratan
pemasangan rambu-rambu tersebut !
4. Lakukan inventarisasi kemungkinan kecelakaan yang terjadi dipekerjaan
bendungan disertai indikatornya !
5. Dalam menentukan sasaran kecelakaan kerja terdapat istilah SMART, apa itu ?

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 21


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

DAFTAR PUSTAKA

1) UU no.7 th 2004 tentang Sumber Daya Air.


2) Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 :1999, Jasa Konstruksi
3) PP no. 29 th 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
4) Peraturan Pemerintah no. 30 :2000, Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
5) Pedoman umum pembangunan dan pengelolaan bendungan, Dit.Bintek, 2003
6) OHSAS 18001 :1999, Persyaratan Standard K3
7) INCO PT, Karebbe H.E.P.P :2008, Karebbe Proyek Site Specific Induction

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan 22

Anda mungkin juga menyukai