Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

“PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BATANG


KELAPA SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN
ASPALT PADA LAPISAN AC-BC”

OLEH

BRANDON ANGGA RHIDLE PATASIK


61 60505 15 0190

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL TUGAS AKHIR ..................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ...................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR NOTASI............................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
D. Batasan Masalah........................................................................................ 3
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
F. Sistemika Penulisan ................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Perkerasan Jalan .................................................................................................................6
B. Lapisan Permukaan (Surface Course) ...................................................... 7
C. Spesifikasi Beton Aspal ........................................................................... 9
D. Pengujian Karakteristik Aspal Beton ...................................................... 11
E. Karakteristik Campuran Pengujian Marshall .......................................... 14
F. Serat Batang Kelapa ............................................................................... 15
G. Penelitian Terkait / Sejenis....................................................................... 28
H. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tahapan Penelitian ................................................................................. 31
B. Jenis,Waktu, dan Tempat Penelitian ........................................................ 32
C. Lokasi Pengambilan Agregat ................................................................... 33
D. Pengambilan dan Persiapan Material ...................................................... 34
E. Pemeriksaan Karakteristik Agregat, Aspal,Filler..................................... .34
F. Komposisi Campuran AC-BC ................................................................ 38
G. Perhitungan Kadar aspal untuk Campuran AC-BC ................................. 40
H. Pembuatan Benda Uji Untuk Campuran AC-BC
Dengan penambahan serat batang kelapa ................................................. 41
I. Pengujian Marshall Konvensional campuran AC-BC .............................. 41
J. Teknik Analisis Data .............................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NOTASI
o
C : Derajat celcius
Stabilitas : Kekuatan campuran menahan deformasi plastis (kg)
Filler : Agregat yang lolos saringan No. 200
Flow : Kelelahan/perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang
terjadi akibat beban sampai batas runtuh (mm atau 0,01”)
Bulk : Berat jenis kering oven pada agregat
SSD : Saturated Surface Dry (berat jenis kering permukaan jenuh)
W1 : Berat kering benda uji + wadah (gram)
W2 : Berat wadah (gram)
W3 : Berat kering benda uji awal (gram)
W4 : Berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah (gram)
W5 : Berat kering benda uji sesudah pencucian (gram)
W6 : Bahan lolos saringan No.200(%)
W7 : Berat contoh kering oven
W8 : Berat contoh kering permukaan
W9 : Berat contoh dalam Air
W10 : Berat tertahan (gram)
W11 : Berat total sampel (gram)
W12 : Berat total benda uji sebelum dites (gram)
W13E : Berat total sampel tertahan alat pengujian kepipihan (gram)
W13F : Berat total sampel tertahan alat pengujian kelonjingan (gram)
VIM : Pori-pori dalam campuran yang telah dipadatkan.
VMA : Ruang diantara partikel agregat pada suatu perkerasan jalan
termasuk rongga udara dan volume aspal efektif.
S1 : Pembacaan Skala Lumpur (cm)
SE : Nilai Sand Equivalent Test (%)
KA : Kadar Aspal (%)
DAFTAR SINGKATAN

SIR-20 = Standart Indonesian Rubber


SMA = Stone Matrix Asphalt
LASTON = Lapisan Aspal Beton
AC-WC = Asphalt Concrete-Wearing Cours
AC-BC = Asphalt Concrete-Binder Course
AC-Base = Asphalt Concrete-Base
SNI = Standar Nasional Indonesia
VIM = Void in The Mix
VMA = Voild in Mineral Agregate
Asosiation of American Sandard Highway Transport
AASHTO =
Organization
SE = Sand Equivalend
VCA = Voids in Coarse Agregate
ASTMCI = American Society of Testing Material Concrete Institute
ASTM = American Society of Testing Material
ITSR = Indirect Tensile Strength Ratio
JRA = Japan Road Association
VFA = Voild Filledwith Asphalt
KA = Kadar Aspal
IKS = Indeks Kekuatan Sisa
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Batu Sungai Leoran terletak di Kecamatan Cendana, Kabupaten

Enrekang pada campuran AC-BC memberikan hasil penelitian bahwa agregat

batu sungai Leoran memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2018, menurut

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Angga Imanuel Bangke’ 2021), tetapi

belum dilakukan pengujian untuk peningkatan kualitas campuran dengan bahan

tambah.

Usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas aspal yang ada saat

ini adalah dengan merubah/menambah sifat-sifat fisik aspal dengan bahan tambah

yang bervariasi demi mendapatkan kualitas aspal yang murah dan bagus agar

pemerintah dapat menghemat pengeluaran untuk pembuatan infrastruktur jalan

serta memberikan kenyamanan pada masyarakat dan negara. Aspal beton yang

baik tentunya harus memiliki sifat tidak mudah mengelupas dan memiliki nilai

perkerasan lentur yang tinggi. Salah satu jenis perkerasan lentur jalan di Indonesia

yang digunakan adalah lapisan aspal beton (Laston) karena memiliki sifat-sifat

tahan terhadap keausan,kedap air,mempunyai nilai struktural, stabilitas tinggi,

mudah pelaksanaannya serta nyaman bagi pengguna jalan.

Adapun upaya untuk meningkatkan kualitas pada campuran beraspal dengan

cara menggunakan serat batang kelapa sebagai bahan tambah. Serat batang kelapa di

Kabupaten Luwu sangat banyak dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambah,
2

selain itu penelitian mengenai penambahan serat batang kelapa pada campuran

beraspal belum terlalu banyak diteliti.

Kemajuan teknologi terkini terkait perkerasan jalan telah meningkatkan

penggunaan agregat yang berasal dari alam sebagai komponen utama dalam

campuran beraspal. Agregat yang digunakan adalah agregat yang berasal dari

Sungai Leoran Desa Pinang Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

Dengan latar belakang tersebut, maka dibuat topik dalam penyelesaian tugas

akhir yang berjudul: ”Pengaruh Penambahan Serat Batang Kelapa Sebagai Bahan

Tambah Campuran Aspalt Pada lapisan AC-BC”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik campuran AC-BC menggunakan batu Sungai Leoran

Desa Pinang Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dengan bahan tambah

Serat batang Kelapa ?

2. Bagaimana pengaruh penambahan Serat Batang Kelapa pada campuran AC-BC

dengan mengunakan batu Sungai Sungai Leoran Desa Pinang Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan nilai Karakteristik campuran AC-BC menggunakan batu

Sungai Leoran Desa Pinang Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dengan

bahan tambah Serat Batang Kelapa.


3

2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan Serat batang Kelapa pada campuran

AC-BC dengan mengunakan batu Sungai Sungai Leoran Desa Pinang

Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

D. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70, yang diperoleh dari balai

pengujian dan penelitian jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakya Baddoka Makassar.

2. Bahan tambah yang digunakan yaitu limbah serat batang kelapa

3. Agregat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan agregat dari Sungai

Sungai Leoran Desa Pinang Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

4. Kadar bahan tambah limbah serabut kelapa yang digunakan adalah 1% untuk

meningkatkan nilai stabilitas suatu campuran yang menggunakan kadar aspal

5,00%, 5,50%, 6,00%, 6,50%, dan 7,00%.

5. Jenis campuran yang digunakan adalah AC – BC dengan bahan tambah limbah

serabut kelapa.

6. Standar/spesifikasi yang digunakan yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia) yang

dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

7. Pengujian menggunakan metode Marshall (SNI 06-2489-1991).

E. Manfaat Penelitian

Serabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambah dalam campuran

beraspal, dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan mampu :


4

1. Memberikan informasi pada pemerintah setempat sehingga mendapatkan

inovasi baru dalam meningkatkan kualitas perkerasan jalan.

2. Memberikan informasi pada masyarakat untuk meningkatkan pemanfaatan

bahan tambah disekitar yang biasa digunakan untuk menghemat biaya yang

digunakan.

3. Memberikan penemuan terbaru kepada para ilmuan untuk mengembangkan

dan meningkatkan informasi tentang pemanfaatan bahan tambah limbah serabut

kelapa.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan tugas akhir terdiri dari beberapa bab yaitu sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang

penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat

dilakukannya penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab yang menguraikan tentang teori yang

berhubungan dengan penelitian serta informasi-informasi yang

diperoleh penulis dari literatur dan hasil penelitian sebelumnya

mengenai bahan perkerasan jalan serta metode pembuatan campuran

AC-BC.

BAB III : METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang menguraikan tentang tahapan, proses


5

pelaksanaan penelitian dan pengujian mulai dari pengambilan

penyiapan material, pengujian material, perencanaan campuran,

serta uraian mengenai penelitian yang dilakukan di Laboratorium.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah unsur dari konstruksi jalan yang terdiri atas beberapa

susunan atau lapisan, yang terletak pada tanah dasar yang ditujukan bagi jalur

kendaraan dan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat utama yaitu:

1. Syarat berlalu lintas yaitu permukaan jalan tidak berlubang, tidak

bergelombang, tidak melendut, dan tidak mengkilap. Jalan juga harus bisa

menahan gaya gesekan terhadap roda-roda kendaraan yang melintasi jalan

tersebut.

2. Syarat kekuatan/struktural yang secara artian penuh perkerasan jalan harus

cukup kuat untuk memikul dan menyebarkan beban kendaraan yang melintas

diatasnya. Selain itu harus kedap air, permukaan dapat mengalirkan air dan

memiliki ketebalan yang cukup (Harianto,I.,2008).

Konstruksi perkerasan jalan berdasarkan bahan pengikatnya, dibagi menjadi 3

yaitu: perkerasan kaku, perkerasan lentur, dan perkerasan komposit. Namun pada

penelitian yang akan dilakukan digunakan konstruksi perkerasan jalan lentur.

Konstruksi perkerasan jalan lentur adalah perkerasan jalan yang menggunakan

aspal sebagai bahan pengikat. Dimana lapisan-lapisan permukaannya menerima

dan menebarkan beban kendaraan yang melintas ke lapisan bawah.

B. Lapisan Permukaan

Konstruksi perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal

sebagai bahan pengikat (Guntoro 2014). Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat


7

memikul dan menyebarkan beban lalu lintas tanah dasar. Suatu struktur

perkerasan lentur biasanya terdiri atas beberapa lapisan bahan, dimana setiap

lapisan akan menerima beban dari lapisan diatasnya, meneruskan dan

menyebarkan beban tersebut ke lapisan dibawahnya. Untuk memanfaatkan

sepenuhnya karakteristik yang ada diatas, lapisan material biasanya disusun dalam

urutan menurun berdasarkan kapasitas beban yang ada. Lapisan paling atas adalah

material dengan kapasitas beban tertinggi, dan semakin kebawah adalah lapisan

dengan kapasitas beban terendah dengan harga yang rendah. Lapisan permukaan

juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Lapis Aus

Lapisan Aus adalah lapisan permukaan dalam suatu perkerasan jalan yang

terletak di atas lapis antara. Fungsi Lapisan Aus, yaitu :

a. Dapat mengamankan perkerasan dari pengaruh air.

b. Dapat memberikan permukaan jalan anti selip.

2. Lapis Antara

Lapisan antara adalah lapisan yang terletak dibawah lapisan aus, tidak

berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk

memikul beban lalu lintas yang di limpahkan melalui roda kendaraan. Fungsi

dari Lapisan Antara, yaitu :

a. Dapat mengurangi tegangan yang diakibatkan beban kendaraan dan

meneruskannya ke lapisan dibawahnya.

b. Dapat menahan beban kendaraan yang paling tinggi, sehingga perlu

mempunyai kekuatan yang baik.


8

3. Lapisan Pondasi Permukaan

Lapis pondasi atas adalah lapisan yang terletak di bawah lapis pengikat, lapisan

ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas

untuk menahan beban lalu lintas yang di sebarkan melalui roda kendaraan.

Fungsi dari lapisan pondasi atas yaitu:

a. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

b. Mengurangi regangan dan tegangan.

c. Menyebarkan beban kelapisan dibawahnya.

C. Spesifikasi Beton Aspal

1. Agregat

Agregat adalah gabungan dari pasir, kerikil, batu-batu pecah dan mineral

lain yang digunakan bersama dengan bahan pengikat. Campuran agregat harus

mempunyai gradasi yang menerus dari butiran kasar sampai yang halus yang

memenuhi gradasi yang tercantum dalam. Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Gradasi Agregat untuk campuran aspal

Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos terhadap Total


(mm) Agregat dalam Campuran
ASTM (mm) AC-BC
1 ½’’ 37,5
1’’ 25 100
3/4” 19 90 – 100
1/2” 12,5 75 – 90
3/8” 9,5 66 – 82
No.4 4,75 46 – 64
No.8 2,36 30 – 49
No.16 1,18 18 – 38
No.30 0,600 12 – 28
No.50 0,300 7 – 20
No.100 0,150 5 – 13
No.200 0,075 4–8
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018
9

2. Bahan Pengikat (Aspal Minyak)

Aspal minyak untuk lapis beton aspal harus terdiri dari salah satu aspal

keras penetrasi 60/70 atau 80/100 yang seragam, tidak mengandung air, jika

dipanaskan sampai dengan 175 oC tidak berbusa dan memenuhi persyaratan.

3. Komposisi Umum Campuran

Campuran untuk lapis beton aspal pada dasarnya terdiri dari agregat kasar,

agregat halus, dan aspal. Masing-masing fraksi agregat terlebih dahulu harus

diperiksa gradasinya dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan yang

akan menghasilkan agregat campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi.

Adapun toleransi komposisi campuran yang dapat dilihat pada. Tabel 2 sebagai

berikut :

Tabel 2. Toleransi Komposisi Campuran

Toleransi Komposisi
Agregat Gabungan
Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No. 50 ± 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No. 100 dan tertahan No. 200 ± 2 % berat total agregat
Lolos ayakan No. 200 ± 1 % berat total agregat
Kadar Aspal Toleransi
Kadar Aspal ± 0,3 berat total campuran
Temperatur Campuran Toleransi
Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke - 10 C dari temperature campuran beraspal di
tempat penghamparan truk saat keluar dari AMP
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018

D. Pengujiam Karakteristik Aspal Beton

Salah satu hal yang cukup berpengaruh terhadap sifat-sifat beton aspal adalah

rancangan campuran, baik itu pada saat pencampuran, penghamparan, pemadatan,

atau pada saat pemanfaatannya. Suatu rancangan campuran dengan proporsi

tertentu akan menghasilkan karakteristik campuran tertentu pula. Adapun


10

ketentuan sifat-sifat campuran aspal beton dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai

berikut :

Tabel 3. Sifat-Sifat Campuran Aspal Beton


Sifat-Sifat Campuran AC-BC
Jumlah tumbukan per bidang 75
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm Min 0,6
dengan kadar aspal efektif Maks 1,2
Min 3,0
Rongga dalam campuran (%) (2)
Maks 5,0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 14
Rongga terisi aspal (%) Min 65
Sifat-Sifat Campuran AC-BC
Stabilitas Marshall (kg) Min 800
Min 2
Pelelehan (mm)
Maks 4
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3)
Rongga dalam campuran (%) pada
Min 2
kepadatan membal (refusal) (4)
Sumber: Direktorat jenderal bina marga, 2018

E. Karakteristik Campuran Pengujian Marshall

1. Stabilitas

Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban

sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.

Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall

Test sewaktu melakukan pengujian Marshall Test. Nilai yang terbaca tersebut,

kemudian dikoreksi dengan faktor koreksi terhadap alat Marshall Test yang

dipakai dan faktor koreksi volume benda uji.

2. Flow

Kelelehan atau flow merupakan implementasi dari sifat fleksibilitas

campuran yang dihasilkan. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal, distribusi

agregat dan temperatur pemadatan.. Nilai Flow juga diperoleh dari hasil

pembacaan pada alat marshall test sewaktu melakukan pengujian marshall test
11

3. Voids in Mixture (VIM)

Void In Mixture (VIM) merupakan persentase rongga udara dalam

campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. Nilai VIM

menjadi indikator durabilitas atau memberi pengaruh terhadap keawetan dari

campuran beton aspal.

4. Void in Mineral Aggregate (VMA)

Rongga di dalam agregat (VMA) merupakan persentase rongga yang ada

diantara butir agregat dalam campuran beton aspal yang dinyatakan dalam (%)

terhadap volume campuran beton aspal., termasuk di dalamnya adalah rongga

udara dan rongga yang terisi aspal efektif.

5. Void Filled with Bitumen (VFB)

VFB ( rongga terisi aspal) adalah rongga yang terisi aspal pada campuran telah

dinyatakan dalam persen terhadap rongga antar butir (VMA).

F. Serat Batang Kelapa

Batang Pohon kelapa yang mempunyai tekstur kasar dan berserat memiliki

beragam manfaat seperti sebagai bahan dasar dari pembangunan rumah, jembatan

darurat, kerangka perahu, seperti genteng, papan, kayu suvenir, mainan anak-

anak, meja, kursi, bingkai lukisan peralatan rumah tangga lainnya, material

pembuatan kertas. Menurut Choir Institute, kelebihan serat batang kelapa antara

lain anti ngengat, tahan terhadap jamur dan pembusukan, memberikan insulasi

yang sangat baik terhadap suhu dan suara, tidak mudah terbakar, tidak terkena

oleh kelembapan, tahan lama, mudah dibersihkan, dapat meredam suara, dan

elastis. Selain itu, serat batang kelapa dapat berfungsi untuk mengurangi rongga-
12

rongga pada campuran beraspal dan dapat membuat campuran beraspal makin

padat.

G. Penelitian Terkait / Sejenis

Adapun penelitian yang berhubungan dengan laporan skripsi adalah sebagai

berikut :

1. Retor Rante Tondok 2021, Pengaruh Sabut Kelapa Sebagai Bahan Tambah

Campuran AC-BC Menggunakan Batu Gunung Barani memenuhi standar

Spesifikasi Bina Marga, dimana kadar serabut kelapa yang baik digunakan

pada campuran Laston AC-BC adalah 0% sampai 1,5%.

2. Yawan Nober dan Nover 2018, Pengaruh Perendaman Serabut Kelapa Sebagai

Bahan Tambah Terhadap Indeks Kekuatan Sisa diperoleh nilai marshall untuk

Indeks Perendaman atau Indeks Kekuatan Sisa (IKS) yaitu, antara 97,78% -

83,33% untuk 0% serabut kelapa, 92,22% - 78,89% untuk 0,5% serabut kelapa,

86,67% - 73,33% untuk 1% serabut kelapa, 80,00% - 58,89% untuk 1,5%

serabut kelapa. Sehingga terjadi penurunan daya tahan campuran terhadap

pengaruh lama perendaman dan juga penurunan nilai indeks perendaman atau

penurunan daya tahan campuran seiring bertambahnya penggunaan serabut

kelapa.

3. Darman Tangke Allo 2017, Pengujian Agregat Sungai Penanda Kabupaten

Toraja Utara Untuk Lapisan Penutup Perkerasan Jalan telah memenuhi standar

Spesifikasi Bina Marga. Karakteristik campuran melalui pengujian Marshall

Konvensional diperoleh karakteristik campuran beraspal yang memenuhi

semua spesifikasi yaitu stabilitas, flow, VIM, VMA, dan VFB dan Marshall
13

Immersion (Stabilitas Marshall Sisa) pada campuran yang menggunakan

agregat dari Sungai Penanda Rantebua Kabupaten Toraja Utara memenuhi

standar/spesifikasi Umum Bina Marga.

4. Paravita Sri Wulandari, dengan judul 2013, Pengaruh Penambahan Sabut

Kelapa Terhadap Stabilitas Campuran Aspal Emulsi Dingin. Menyimpulkan

setelah melakukan pengujian di laboratorium dapat dikatakan bahwa hasil

pengujian yang dilakukan belum maksimal. Ini dikarenakan adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi di antaranya faktor alat, ketelitian, human error,

dan faktor lainnya seperti kurangnya ketelitian dalam mengukur, memotong

dan menimbang sabut kelapa sehingga hasil yang dihasilkan tidak sesuai

dengan yang diinginkan, oven yang suhunya tidak sesuai dengan pengaturan

sehingga menyebabkan sampel tidak sesuai dengan kondisi yang diinginkan,

alat pemadat yang terkadang mati sehingga menyebabkan hasil pemadatan

kurang maksimal. Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih

meningkatkan ketelitian dan kualitas dalam proses pengujian untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai penggunaan aspal emulsi dalam bidang aspek ekonomi untuk

mengetahui keuntungan aspal emulsi dibandingkan aspal panas pada saat

pengaplikasian di lapangan.
14

H. Kerangka Pikir Penelitian

Sebagai acuan dalam penelitian, maka disusun kerangka pikir sebagai

pedoman dalam merancang tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini :

Pohon Kelapa
Meningkatnya kebutuhan jalan

Serat Batang Kelapa berasal


Pengujian Agregat Sungai Leoran dari bagian dalam batang
Kabupaten Enrekang Untuk Lapisan kelapa itu sendiri, kemudian
Penutup Perkerasan Jalan serabut batang kelapa diambil
lalu dicuci, dikeringkan, dan
dipotong-potong sepanjang 1
Kerusakan jalan akibat beban lalu lintas cm Bahan
Penggunaan
yang berlebihan dan masuknya air dalam tambah Serat batang
campuran beraspal Kelapa pada Campuran
AC-BC

Meningkatkan mutu pada campuran


beraspal

Diharapkan penambahan Serat batang Kelapa


dapat meningkatkan mutu campuran beraspal
AC-BC

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian


15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tahapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian tugas akhir, penelitian dilakukan melalui

beberapa tahap yaitu sebagai berikut :


mulai

Tinjauan Pustaka

Pengambilan / Persiapan Bahan

Pengujian Karakteristik Agregat (Data Primer)


Data sekunder: 1. Analisa Saringan ( SNI ASTM C136:2012 )
1. Pengujian Karakteristik Aspal 2. Keausan agregat (Abrasion) (2417:2008)
2. Pengujian Karakteristik Filler 3. Berat Jenis Curah (Bulk) (SNI 1970:2016) dan
Penyerapan Air:
a. Agregat Kasar (SNI 1969-2016)
b. Agregat Halus (SNI 1970-2016)
4. Nilai Setara Pasir ( SNI 03-4428-1997)
5.Partikel pipih dan lonjong (ASTM D4791-10
Perbandingan 1:5)
6. Kelekatan agregat terhadap Aspal (SNI
2439:2011)
7. Material Lolos Saringan No. 200 (SNI ASTM
C117 :2012 )

Tidak
Evaluasi
Karakteristik Agregat

Ya

Komposisi Campuran AC-BC Serat batang kelapa


dicuci, dikeringkan,
Komposisi campuran AC-BC dengan dipotong menjadi 1
menggunakan bahan tambah Serat batang cm
Kelapa

Penentuan jumlah dan Pembuatan Benda Uji AC-BC. Benda Uji dibuat
dengan cara agregat dicampurkan dengan serat batang kelapa , filler, aspal

p
Pengujian Marshall Konvesional Campuran AC-BC

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

selesai
16

B. Jenis, Waktu, dan Tempat Penelitian

1. Jenis penelitian : Eksperimental

2. Waktu penelitian : Juli 2022 – Agustus 2022

3. Tempat penelitian : Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Kristen

Indonesia Paulus Makassar.

C. Lokasi Pengambilan Agregat

Agregat yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari Sungai Leoran

Desa Pinang Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

. Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan Material Batu Sungai

D. Pengambilan dan Persiapan Material

1. Pengambilan Material

a. Agregat

Pengambilan material dilakukan dengan cara diangkat menggunakan

tangan dan dimasukkan ke dalam karung, kemudian dibawa ke

Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Kristen Indonesia Paulus

untuk diuji.
17

b. Aspal

Aspal yang akan digunakan dalam penelitian ini aspal penetrasi 60/70

diperoleh dari balai pengujian dan penelitian aspal Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badoka Makassar untuk diuji

pada campuran AC-BC.

c. Serat batang Kelapa

Serat batang Kelapa yang digunakan berasal dari Kabupaten Luwu.

Serabut batang kelapa yang diambil dari batang kelapa yang telah

dikupas dari kulit batang pohon kelapa. Kemudian serat batang kelapa

dibersihkan dengan cara dicuci, lalu dijemur dan dipotong menjadi

ukuran 1 cm.

Gambar 4. Serat Kelapa

2. Persiapan Material

Persiapan material meliputi agregat yang dikumpulkan dari Sungai Leoran

Desa Pinang Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang berupa material

batuan, kemudian dilakukan pemecahan material batuan Sungai Leoran di

Laboratorium Jalan dan Aspal Universitas Kristen Indonesia Paulus untuk


18

mendapatkan ukuran agregat yang dibutuhkan sesuai dengan standar /

spesifikasi campuran AC-BC.

E. Pemeriksaan Karakteristik Agregat, Aspal dan Filler

1. Pemeriksaan Karakteristik Agregat

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Analisa Saringan (SNI ASTM C136-2012)

Pengujian ini bertujuan untuk membuat suatu distribusi ukuran agregat

kasar dalam bentuk grafik. Kemudian memperlihatkan pembagian butir

(gradasi) suatu agregat dengan menggunakan saringan.

b. Pengujian Keausan (Abrasion) dengan Mesin Los Angeles (SNI

2417:2008)

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan

ketahanan agregat terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi

Los Angeles. Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan

tersebut, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus

lolos saringan No.12 (0,075mm) terhadap berat semula.

c. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (SNI 1969:2016)

dan Agregat Halus (SNI 1970-2016).

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan pengujian untuk

menentukan berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis

semu dari agregat, serta angka penyerapan dari agregat. Tujuan pengujian

ini untuk pengujian ini untuk memperoleh berat jenis curah, berat jenis
19

permukaan jenuh dan berat jenis semu dan berat jenis semu serta besarnya

angka penyerapan.

d. Pemeriksaan Nilai Setara Pasir/Sand Equivalent Tes (SNI 03-4428-1997)

Maksud atau tujuan dari pemeriksaan ini yaitu untuk megetahui tingkat

kadar presentase kadar lumpur yang terkandung dalam suatu agregat.

e. Pemeriksaan Partikel Pipih dan Lonjong (ASTM D-4791-10)

Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat

dimana ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat

dominan pada suatu gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk

menguji keseragaman agregat.

f. Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal (SNI 2439:2011)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kelekatan agregat

terhadap aspal. Kelekatan agregat terhadap aspal ialah persentase luas

permukaan batuan yang tertutup aspal terhadap keseluruhan luas

permukaan.

g. Pengujian Berat Jenis Filler (ASTM C136:2012)

Maksud dari pengujian ini ialah dapat menentukan berat jenis filler

digunakan sebagai bahan pengisi campuran aspal. Pengujian berat jenis

filler mengacu pada standar rujukan SNI ASTM C136:2012).

h. Pengujian Agregat Lolos Ayakan No.200/0,007mm (SNI ASTM

C117:2012)

Maksud pengujian yaitu bertujuan untuk mengukur persentase jumlah

bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200 sehingga berguna bagi
20

perencana dan pelaksana pembangunan jalan.

2. Pemeriksaan Karakteristik Aspal

Metodologi yang digunakan adalah hasil penelitian Darman Tangke Allo 2017

sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Pengujian Karakteristik Aspal


Jenis Metode Satuan Spesifikasi Bina Hasil Ket
Pengujian Marga
Min Maks
Penetrasi SNI 2456- Memenuhi
0,1mm 60 70 65,7
pada 250C 2011 Standar
Daktilitas SNI 2432- Memenuhi
Cm ≥100 150
250C 2011 Standar
Titik Lembek SNI 2434- Memenuhi
(0C) 2011 ˚C ≥48 54 Standar
Tititk Nyala SNI 2433- Memenuhi
0 ˚C ≥232 240
C 2011 Standar
Berat Jenis SNI 2441- Memenuhi
gr ≥1 1,016
Aspal 2011 Standar
Berat Yang SNI 06- Memenuhi
Hilang (%) 2441-1991 % ≤0,8 0,184 Standar

Penetrasi SNI 06 - Memenuhi


Pada 250C 2440-2011 % Standar
≥54 84,47
Thin Film semula
Oven Test
Sumber : Bangke’, 2021

3. Pengujian Berat Jenis Filler

Metodologi yang digunakan adalah hasil dari penelitian Angga imanuel

Bangke’ 2021 sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Pengujian Berat Jenis Filler


Hasil
No. Pengujian Metode Spesifikasi Satuan Penelitian Ket
Umum2018
Min Max
Pemeriksaan Memenuhi
1. Berat Jenis SNI 03-1969- - - % 3,06 Standar
Filler semen 1990
Sumber : Bangke’, 2021
21

F. Komposisi Campuran AC-BC

Material yang digunakan untuk campuran beton aspal adalah sebagai

berikut :

1. Agregat diambil dari Sungai Leoran Kabupaten Enrekang.

2. Bahan pengikat (aspal penetrasi 60/70).

3. Serat Batang Kelapa sebagai bahan tambah

4. Bahan pengisi (filler)

Tabel 6. Komposisi Campuran yang direncanakan


% Berat yang Lolos terhadap Total
Agregat dalam Campuran
Nomor Saringan
Ukuran Ayakan Gradasi Campuran AC-BC
(mm)
Spesifikasi Gradasi Rancangan Gradasi Campuran

1½ 37,5
1 25 100 100

¾ 19 90 – 100 95
½ 12,5 75 – 90 82,5
3/8 9,5 66 – 82 74
4 4,75 46 – 64 55

8 2,36 30 – 49 39,5

16 1,18 18 – 38 28

30 0,6 12 – 28 20

50 0,3 7 – 20 13,5

100 0,15 5 – 13 9
200 0,075 4–8 6
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga, 2018

G. Perhitungan Kadar Aspal Untuk Campuran AC-BC

Jadi kadar aspal yaitu tidak kurang dari 5% dan tidak lebih dari 10%. Dengan

kenaikan kadar aspal 0,5%, Kadar aspal yang digunakan untuk campuran AC-BC

adalah 5.00%, 5.50%, 6.00%, 6.50%, 7.00%. Kadar aspal yang akan di uji mulai
22

dari 5% sampai dengan 7%. Karena kadar aspal yang tinggi akan mengurangi

nilai stabilitas campuran. Kadar aspal yang tinggi akan mengurangi jumlah

agregat dalam campuran sehingga kekuatan campuran menahan beban-beban

berkurang.

Dalam perhitungan komposisi untuk campuran AC-BC selanjutnya dapat

dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Komposisi Aspal dalam Campuran Laston AC-BC


Kadar Aspal Rancangan 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
(%)
Berat Aspal (gr) 60 66 72 78 84
Sumber : Hasil perhitungan komposisi aspal

Tabel 8. Komposisi Agregat Campuran untuk AC-BC (5,00 %)


Ukuran saringan Lolos Saringan Tertahan Saringan

Proporsi Berat
Gradasi
Proporsi Dalam Dalam Komposisi
Inchi mm Spesifikasi (%) Campuran
(%) Campuran Campuran Campuran (%)
(%)
(%) (gr)
1½” 37.500
100
1” 25.000 100.00
3/4” 19.000 90 - 100 95.00 5 4.55 54.55 Agregat
1/2” 12.500 75 - 90 82.50 12.5 12.05 144.55 Kasar
3/8” 9.500 66 - 82 74.00 8.5 8.05 96.55
No.4 4.750 46 - 64 55.00 19 18.55 222.55
No.8 2.360 30 - 49 39.50 15.5 15.05 180.55
No.16 1.180 18 - 38 28.00 11.5 11.05 132.55
No.30 0.600 12 - 28 20.00 8 7.55 90.55 Agregat
46.27
No.50 0.300 7 - 20 13.50 6.5 6.05 72.55 Halus
No.100 0.150 5 - 13 9.00 4.5 4.05 48.55
No.200 0.075 4 - 8 6.00 3 2.55 30.55
Pan (filler) 6 5.55 66.55 5.55 Filler
Aspal 5.00 5.00 60.00 5.00 Aspal

Total 100 100 1200 100

Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2018


23

Tabel 9. Komposisi Agregat Campuran untuk AC-BC (5,50 %)


Ukuran saringan Lolos Saringan Tertahan Saringan
Proporsi Berat
Gradasi Komposisi
Proporsi Dalam Dalam
Inchi mm Spesifikasi (%) Campuran Campuran (%)
(%) Campura Campuran
(%)
n (%) (gr)
1½” 37.500
100
1” 25.000 100.00
3/4” 19.000 90 - 100 95.00 5 4.50 54.00 Agregat
43.00
1/2” 12.500 75 - 90 82.50 12.5 12.00 144.00 Kasar
3/8” 9.500 66 - 82 74.00 8.5 8.00 96.00
No.4 4.750 46 - 64 55.00 19 18.50 222.00
No.8 2.360 30 - 49 39.50 15.5 15.00 180.00
No.16 1.180 18 - 38 28.00 11.5 11.00 132.00
No.30 0.600 12 - 28 20.00 8 7.50 90.00 Agregat
46.00
No.50 0.300 7 - 20 13.50 6.5 6.00 72.00 Halus
No.100 0.150 5 - 13 9.00 4.5 4.00 48.00
No.200 0.075 4 - 8 6.00 3 2.50 30.00
Pan (filler) 6 5.50 66.00 5.50 Filler
Aspal 5.50 5.50 66.00 5.50 Aspal
Total 100 100.00 1200.00 100.00
Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2018

Tabel 10. Komposisi Agregat Campuran untuk AC-BC (6,00 %)


Ukuran saringan Lolos Saringan Tertahan Saringan
Proporsi Berat
Gradasi Komposisi
Spesifikasi Proporsi Dalam Dalam
Inchi mm Campura Campuran (%)
(%) (%) Campuran Campuran
n (%)
(%) (gr)
1½” 37.500
100
1” 25.000 100.00
3/4” 19.000 90 - 100 95.00 5 4.55 53.45 Agregat
42.82
1/2” 12.500 75 - 90 82.50 12.5 11.95 143.45 Kasar
3/8” 9.500 66 - 82 74.00 8.5 7.95 95.45
No.4 4.750 46 - 64 55.00 19 18.45 221.45
No.8 2.360 30 - 49 39.50 15.5 14.95 179.45
No.16 1.180 18 - 38 28.00 11.5 10.95 131.45
No.30 2
0.600 12 - 20.00 8 7.45 89.45
8 Agregat
45.73
2 Halus
No.50 0.300 7 - 13.50 6.5 5.95 71.45
0
1
No.100 0.150 5 - 9.00 4.5 3.95 47.45
3
No.200 0.075 4 - 8 6.00 3 2.45 29.45
Pan (filler) 6 5.45 65.45 5.45 Filler
Aspal 6.00 6.00 72.00 6.00 Aspal
Total 100 100.00 1200.00 100.
00
Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2018
24

Tabel 11. Komposisi Agregat Campuran untuk AC-BC (6,50 %)


Ukuran saringan Lolos Saringan Tertahan Saringan

Proporsi Berat Komposisi


Gradasi
Proporsi Dalam Dalam Campuran (%)
Inchi mm Spesifikasi (%) Campura
(%) Campura Campuran
n (%)
n (%) (gr)
1½” 37.500
100
1” 25.000 100.00
3/4” 19.000 90 - 100 95.00 5 4.41 52.91 Agregat
42.64
1/2” 12.500 75 - 90 82.50 12.5 11.91 142.91 Kasar
3/8” 9.500 66 - 82 74.00 8.5 7.91 94.91
No.4 4.750 46 - 64 55.00 19 18.41 220.91
No.8 2.360 30 - 49 39.50 15.5 14.91 178.91
No.16 1.180 18 - 38 28.00 11.5 10.91 130.91
No.30 0.600 12 - 28 20.00 8 7.41 88.91 Agregat
45.45
No.50 0.300 7 - 20 13.50 6.5 5.91 70.91 Halus
No.100 0.150 5 - 13 9.00 4.5 3.91 46.91
No.200 0.075 4 - 8 6.00 3 2.41 28.91
Pan (filler) 6 5.41 64.91 5.41 Filler
Aspal 6.50 6.00 78.00 6.00 Aspal
Total 100 100.00 1200.00 100.0
0
Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2018

Tabel 12. Komposisi Agregat Campuran untuk AC-BC (7,00 %)


Ukuran saringan Lolos Saringan Tertahan Saringan
Proporsi Berat Komposisi
Gradasi
Proporsi Dalam Dalam Campuran (%)
Inchi Mm Spesifikasi (%) Campura
(%) Campura Campuran
n (%)
n (%) (gr)
1½” 37.500
100 Agregat
1” 25.000 100.00 42.45
Kasar
3/4” 19.000 90 - 100 95.00 5 4.36 52.36
1/2” 12.500 75 - 90 82.50 12.5 11.86 142.36
3/8” 9.500 66 - 82 74.00 8.5 7.86 94.36
No.4 4.750 46 - 64 55.00 19 18.36 220.36
No.8 2.360 30 - 49 39.50 15.5 14.86 178.36
No.16 1.180 18 - 38 28.00 11.5 10.86 130.36
No.30 0.600 12 - 28 20.00 8 7.36 88.36 Agregat
45.18
No.50 0.300 7 - 20 13.50 6.5 5.86 70.36 Halus
No.100 0.150 5 - 13 9.00 4.5 3.86 46.36
No.200 0.075 4 - 8 6.00 3 2.36 28.36
Pan (filler) 6 5.36 64.36 5.36 Filler
Aspal 7.00 7.00 84.00 7.00 Aspal
Total 100 100.00 1200.00 100.00
25

Kombinasi Gradasi Agregat

Gambar 6. Grafik Kombinasi Agregat

H. Pembuatan Benda Uji Untuk Campuran AC-BC Dengan


Penambahan Serat Batang Kelapa
Benda uji yang akan dibuat untuk pengujian Marshall sebanyak 15 sampel,

penyiapan bahan campuran AC-BC sesuai dengan komposisi campuran (mix

design) karena campuran tersebut telah memenuhi spesifikasi. Pembuatan sampel

benda uji dilakukan dengan cara aspal dan agregat dipanaskan terlebih dahulu,

setelah aspal panas kemudian ditimbang dan campurkan serat batang kelapa yang

sudah disiapkan kedalam aspal juga masukkan filler beserta agregat yang sudah

dipanaskan. Dalam hal ini data-data diperoleh dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai

berikut :

Tabel 13. Jumlah Benda Uji Campuran AC-BC menggunakan Bahan Tambah
AC-BC
Kadar Serat Kelapa Kadar Aspal Jumlah Benda Uji
Pengujian Marshall Konvensional
5% 3
5,5 % 3
6,00 % 3
1% 6,50 % 3
7% 3
Total 15
26

I. Pengujian Marshall Konvensional Campuran AC-BC

Pengujian yang dilakukan dengan metode Marshall Konvensional pada

campuran AC-BC harus sesuai dengan prosedur pada SNI 06-2489-1991 (Metode

Pengujian Campuran Beraspal Dengan Alat Marshall). Hasil pengujian dari

metode Marshall dilakukan untuk mengetahui pengaruh campuran beraspal

dengan menggunakan bahan tambah serat batang kelapa dengan sifat-sifat nilai

yang didapatkan dari Stabilitas, Flow, VMA, VIM dan VFB.

J. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis merupakan data karakteristik campuran AC-BC hasil

pengujian Marshall Konvensional yang dibuat dalam bentuk tabel dan grafik serta

dianalisis sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian.

1. Melakukan pengujian Marshall Konvensional untuk mendapatkan nilai

karakteristik campuran AC-BC berupa nilai Stabilitas, Flow, VIM, VMA,

VFB dari campuran AC-BC yang menggunakan Batu Sungai Leoran Desa

Pinang Kabupaten Enrekang dengan menggunakan bahan tambah Serabut

Kelapa.

2. Melakukan Pengujian Marshall Konvensional untuk mengetahui pengaruh

penambahan serat batang kelapa pada campuran AC-BC terhadap

stabilitas untuk mendapatkan kekuatan/ketahanan campuran AC-BC yang

menggunakan batu Sungai Leoran Kabupaten Enrekang.


27

DAFTAR PUSTAKA

AASTHO. (1982). Standart Spesification For Transportation Materials and (13 ed.).
Washington DC.

Aprina, W. d. (2005). Karakteristik Marshall dan Evaluasi Kadar Aspal Optimum


Campuran Hot Rolled Sheet dengan Ban Bekas Sebagai Bahan Tambah.
Bandung: ITB.

Aspal, L. J. (2018). Pedoman Praktikum Ja;lan Dan Aspal Teknik Sipil. Makassar: UKIP
Makassar.

Balaguru, P. K. (2011). Neural Network Based Analysis of ThermalProperties Rubber


Composite Material - Pneumatic Tire, Proceedings of the World Congress on
Engineering. WCE.

Depertemen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2018). Spesifikasi Umum Devisi
6. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Transfortasi .

Handersin, S. (2000). Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung: Politeknik Negeri


Bandung.

Rhimadani, A. A. (2019). Pengaruh Penambahan Limbah Ban Karet Bekas Kendaraan


Pada Laston Terhadap Karakteristik Marshall. Yogyakarta: UNY.

Satyagraha, F. (2018). Pengaruh Penambahan Limbah Ban Dalam Bekas Kendaraan


Dan Filler Limbah Karbit Pada Laston (AC-BC) Terhadap Karakteristik
Marshall . Yogyakarta: UNY.

Siallo, O. N. (2020). Pengujian Campuran AC-BC Yanag Menggunajan Batu Sungai


Nanna', Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: UKIP
Makassar.

Spelman, R. (1998). General Tire and Rubber Company. Prentice Hall. Michigan:
Michigan University.

Sukirman, S. (2003). Beton Aspal Campuran Panas. Bandung: Grafika Yuana Marga.

Warith, M. d. (2006). Predicting The Compressibility Behaviour of Tire Shred Samples


for Landfill Applications. Elsevier.

Warith, M. R. (2006). Predicting The Compressibility Behaviour of Tire. Elsevier.

https://www.academia.edu/8834175/Rancangan_Campuran_Metode_Marshall
28

Anda mungkin juga menyukai