Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION)

4.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya galvanic corrosion.
2. Mengetahui parameter yang mempengaruhi galvanic corrosion.

4.2 Teori Dasar


Korosi adalah salah satu proses perusakan material khususnya logam, akibat
terjadinya reaksi logam tersebut dengan lingkungan di sekitarnya oleh karena itu
bahan-bahan yang terbuat dari logam atau paduannya dapat mengalami kerusakan
akibat terserang korosi. Dengan demikian korosi harus dicegah atau dikendalikan
lajunya. Akibat kerusakan yang ditimbulkan korosi tersebut, maka dapat
diperkirakan secara kasar bahwa biaya penanggulangan korosi mencapai 1,5 %
dari (Journal Korosi & Material, INDOCOR : 2000), maka dapat dibayangkan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk penanggulangan korosi tersebut.
Baja karbon dan paduan tembaga merupakan logam yang sering dipakai
dalam sarana kehidupan manusia, yang mudah terserang oleh korosi. Pada
penelitian ini, akan dibahas tentang laju korosi yang terjadi pada material baja
karbon dan paduan tembaga.
Korosi di definisikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi
elektrokimia dengan lingkungannya (Trethewey, 1991). Pada peristiwa korosi,
logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan /
reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari logam
berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang
lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda
ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi. Laju korosi pada umumnya dapat
diukur dengan menggunakan dua metode yaitu: metode kehilangan berat dan
metode elektrokimia. Metode kehilangan berat adalah menghitung kehilangan
berat yang terjadi setelah beberapa waktu pencelupan. Pada penelitian ini,

20
BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

digunakan metode kehilangan berat dimana dilakukan perhitungan selisih antara


berat awal dan berat akhir.
Korosi yang terjadi karena adanya 2 logam yang berbeda dalam satu
elektrolit sehingga logam yang lebih anodic akan terkorosi. Korosi ini dapat
dicegah dengan cara :
a. Beri isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektolit
b. Pasang proteksi katodik
c. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan

Gambar 4.1 Galvanic Corrosion


Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang
terjadi ketika dua buah logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau
bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit. Elektrolit  dapat berupa larutan air
garam, asam atau basa.
Korosi galvanik merupakan jenis korosi yang terjadi antara dua buah
logam dengan nilai potensial berbeda saat dua buah logam bersatu dalam suatu
elektrolit yang korosif.

Gambar 4.2 Galvanic Corrosion

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 21


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

Proses  korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia oksidasi-reduksi


(redoks). Kedua logam yang berada dalam larutan elektrolit akan membentuk
sebuah sel galvanik. Logam yang memiliki nilai potensial elektroda yang lebih
rendah yaitu logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri Elektrokimia
akan menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang memiliki
nilai potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia  akan menghasilkan reaksi
katodik atau reduksi pada permukaannya.Perbedaan potensial elektroda antara
kedua logam yang membentuk sel gavanik merupakan penentu daya dorong
untuk terjadinya korosi.
Mekanisme reaksi yang terjadi pada korosi galvanik yang terbentuk oleh
adanya hubungan antara dua logam yang memiliki potensial berbeda. Kedua
logam membentuk sel galvanik, dan logam yang memiliki potensial lebih rendah
akan menjadi anoda dan terkorosi, sedangkan logam yang memiliki potensial
lebih tinggi akan berlaku sebagai katoda dan tidak terkorosi.

Gambar 4.3 Mekanisme Galvanic Corrosion


Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi
dwilogam. Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda
dalam suatu lingkungan yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi
karena dihasilkan suatu beda potensial diantara logam tesebut.  Prinsip korosi
galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda dan
anoda), elektrolit dan arus liStrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah
logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial
korosi lebih negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi
pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi logam atau tidak terjadi
reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 22


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang


penggabungan dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk
mendapatkan gambaran logam-logam atau paduan-paduan yang dapat di
gabungkan untuk meminimumkan terjadinya serangan korosi galvanik, sebagai
langkah awal biasanya di perhatikan deret galvanik.

Gambar 4.4 Deret Volta


Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan
paduan yang terlihat ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi dapat di
ukur dengan bantuan elektroda standar (acuan). Logam  dengan potensial yang
lebih positif biasanya di sebut lebih nobel dan akan bersifat lebih katodik bila di
hubungkan dengan logam yang potensial korosinya lebih negatif yang di sebut
lebih aktif. logam atau paduan yang paling aktif selalu akan bersifat anodik bila
kontak liStrik dengan logam atau paduan lainnya. Pemilihan paduan dengan
perbedaan potensial korosi yang minimum akan meminimumkan korosi galvanik.
Sebagai contoh korosi galvanik akan nyata (significant) bila beda potensial korosi
antara dua logam yang di hubungkan adalah sebesar 250 mV atau lebih.
Deret galvanik hanya memberikan informasi kecenderungan korosi galvanik
dan tidak memberikan informasi tenyang laju serangannya. Hal yang menarik dari
deret galvanik adalah tanda kurung (bracket) yang mengelompokkan logam atau
paduan.
Sifat korosi galvanik telah di lakukan secara luas untuk melindungi struktur
logam. Sebagai contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang
berfungsi sebagai anoda yang di korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja
sangat menurun karena potensial antar muka baja terpolarisasi katodik sehingga
mendekati daerah immunnya.. sebagaimana halnya korosi galvanik, potensial
antar muka setempat pada permukaan Struktur yang di lindungi oleh terdistribusi

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 23


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

secara tidak merata. Semakin jauh jarak lokasi pada permukaan struktur yang di
lindungi dari anoda tumbal, semakin rendah erus proteksi yang dapat menjangkau
lokasi tersebut. Oleh karena itu sebaran potensial antar muka akan menentukan
letak anoda-anoda korban yang harus di pasang.
Faktor yang mempengaruhi korosi :
1. Jenis dan konsentrasi elektrolit
2. Adanya oksigen terlarut pada elektrolit
3. Temperatur tinggi
4. Kecepatan gerakan elektrolit
5. Jenis logam/paduan
6. Adanya galvanic cells
7. Adanya tegangan (tarik)
Adapun cara penanggulangan korosi galvanic yaitu:
1. Menghindari kontak logam yang berbeda (logamnya harus sama)
2. Mencegah kontak liStrik antara 2 komponen logam
3. Penggunaan pengaruh luas permukaan
4. Menghindari daerah yang basah pada logam
5. Merancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anoda yang rusak
dengan menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau buatlah anodik yang
lebih tebal agar lebih tahan lama.
6.  Menambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 24


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

4.3 Metodoligi Praktikum


4.3.1. Skema Proses

Persiapan alat dan bahan

Pembersihan mekanik

Penimbangan dan pengukuran dimensi

Pembersihan kimiawi

Pengukuruan pH dan potensial

Pencelupan spesimen pada larutan

Pengamatan spesimen

Pembersihan dan pengeringan spesimen

Penimbangan dan pengukuran dimensi

Plotkan pada diagram pourbaix

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 25


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

Perhitungan laju korosi

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan dan saran


Gambar 2.1 Skema Proses Korosi Galvanik

4.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Bersihkan permukaan spesimen uji secara mekanik.
3. Timbang dan ukur dimensi spesimen uji yang telah dibersihkan.
4. Bersihkan permukaan specimen uji secara kimiawi dan keringkan.
5. Ukur pH larutan dan potensial spesimen mula-mula menggunakan pH
meter dan reference electode dan multimeter.
6. Celupkan spesimen kedalam larutan NaCl 0,1 M.
7. Ukur potensial spesimen uji dan pH larutan serta amati setiap 1x24
jam selama 5 hari.
8. Bersihkan dan keringkan spesimen uji.
9. Timbang dan ukur spesimen uji setelah percobaan selesai.
10. Plotkan hasil pengamatan pada diagram pourbaix.
11. Hitung laju korosi didapat dari nilai percobaan
12. Berikan analisa dan kesimpulan
13. Berikan kesimpulan dan saran.

4.3.3. Gambar Proses

Pengamplasan Penimbangan Pengukuran

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 26


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

Pembersihan secara kimiawi (Rinsing, degreasing, rinsing, pickling,


rinsing)
Pemasangan kawat tembaga pada specimen

Pengukuran pH meter dan potensial meter pada larutan NaCl

Pencelupan specimen pada larautan NaCl

Pengukuran pH meter dan potensial meter pada larutan NaCl 1x24


jam selama 5 hari

Pembersihan Pengukuran Penimbangan Spesimen

4.4 Alat dan Bahan


4.4.1 Alat
1. Neraca digital : 1 buah
2. Neraca analitik : 1 buah
3. Jangka sorong : 1 buah
4. pH meter : 1 buah
5. Potensiometer : 1 buah
6. Reference electrode : 1 buah
7. Gelas kimia 250 mL : 5 buah

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 27


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

8. Gelas ukur 10 mL : 1 buah


9. Batang pengaduk : 1 buah
10.Botol semprot : 1 buah
11.Kaca arloji : 1 buah
4.4.2 Bahan
1. Spesimen Baja ST37 : 1 buah
2. Ampelas : secukupnya
3. Alkohol : secukupnya
4. Aqua dm : secukupnya
5. Padatan NaCl : gram
6. Kawat tembaga : 2 buah
4.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.5.1 Pengumpulan Data
1. Data awal pengamatan
Tabel 4.1 Data awal pengamatan
Panjang Lebar Tebal Luas Berat
No Larutan (mm) (mm) (mm) (mm )2
(g)
Po Pi Lo Li To Ti Ao Ai Wo Wi W
1 NaCl 0,2 M 60,15 62 40,6 40 0,4 1,2 4964,78 5204,8 21,4 21,35 0,15
2. Data pengamatan visual, potensial dan pH
Tabel 4.2 Data pengamatan visual, potensial dan pH
Tangga Gambar intensitas
No Potensial pH Pengamatan Visual
l korosi
1.Tidak ada gelembung
2.Ada endapan
02 – 12 - 0,8203
1 7,54 3.korosi
– 2018 V
4.warna larutan kekuningan
5.warna logam silver
1.Tidak ada gelembung
2.Ada endapan
03 – 12 - 0,6004
2 8,94 3.korosi
- 2018 V
4.warna larutan kekuningan
5.warna logam silver

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 28


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

1.Tidak ada gelembung


2.Ada endapan
04 – 12 - 0,5453
3 6,68 3.korosi
- 2018 V
4.warna larutan kekuningan
5.warna logam silver
1.Tidak ada gelembung
2.Ada endapan
05 – 12 - 0,8243
4 7,25 3.korosi
– 2018 V
4.warna larutan kekuningan
5.warna logam silver
1.Tidak ada gelembung
2.Ada endapan
06 – 12 - 0,4635
5 7,41 3.korosi
– 2018 V
4.warna larutan kekuningan
5.warna logam silver

3. Diagram pourbiax

Keterangan:

: potensial – 0,8023 pH 7,54

: potensial - 0,6004 pH 8,94

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 29


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

: potensial – 0,5453 pH 6,68

: potensial - 0,8243 pH 7,25

: potensial – 0,4635 pH 7,41

4.5.2 Pengolahan Data


1. Pembuatan larutan NaCl 0,2 M
gr 1000
M= x
Mr V
gr 1000
0,2 = x
58,5 250
gr = 2,925 gr
2. Luas permukaan awal spesimen
A o = 2 ( Po x Lo ) + 2 ( Po x To ) + 2 ( Lo x To )
A o = 2 ( 60,15 x 40 ,6 ) +2 ( 60,15 x 0,4 ) +2 ( 40 ,6 x 0,4 )
A o = 4964,78 mm2
Ao = 8,067 inch2
Luas permukaan akhir spesimen
A i = 2 ( Pi x Li ) + 2 ( Pi x Ti ) + 2 ( Li x Ti )
A i = 2 ( 62 x 40 ) +2 ( 62 x 1,2 ) +2 ( 40 x 1,2 )
A i = 5204,8 mm2
Ai = 8,067 inch2
3. Laju korosi
534 x W
Laju korosi =
ρ x Ao x t
534 x 50
Laju korosi =
7,8 x 8,067 x 168
Laju korosi = 2,525 mpy
4. Persamaan reaksi
a. NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
b. Fe(s) + Cu2+(aq) → Fe2+(aq) + Cu(s)
5. Konversi reference electrode ke hydrogen
Diketahui = V(standar) = 0,197

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 30


BAB IV KOROSI GALVANIK (GALVANIC CORROSION) Group 10

Hari ke Potensial (V)


1 – 0,8023
2 - 0,6004
3 – 0,5453
4 - 0,8243
5 – 0,4635
Ditanyakan = Konversi reference electrode ke hydrogen?
Dijawab =
V(H) = V(pengukuran) - V(standar)
Hari ke 1 → V(H) = – 0,8023 – 0,197 = -0,9993 V
Hari ke 2 → V(H) = - 0,6004 – 0,197 = - 0,7974 V
Hari ke 3 → V(H) = – 0,5453 – 0,197 = - 0,7423 V
Hari ke 4 → V(H) = - 0,8243 – 0,197 = - 1,0213 V
Hari ke 5 → V(H) = – 0,4635 – 0,197 = - 0,6623 V
4.6 Analisa dan Pembahasan
Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengujian korosi galvanik
menggunakan spesimen baja ST37 dikaitkan dengan kawat tembaga yang
dicelupkan ke dalam larutan NaCl 0,1 M. Pengamatan ini dilakukan 1 x 24 jam
selama 5 hari, dengan pengecekan pH dan potensial. Pengamatan dilakukan
bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala serta perubahan apa saja yang terjadi
pada spesimen dan larutan selama proses pencelupan.
Korosi galvanik merupakan korosi yang terjadi karena 2 buah logam yang
bersentuhan dalam lingkungan yang korosif. Logam yang berfungsi sebagai anoda
adalah logam yang sebelum bersentuhan bersifat lebih aktif atau mempunyai
potensial korosi lebih negatif. Sedangkan pada katoda merupakan logam yang
mempunyai potensial yang lebih tinggi. Logam yang mengalami korosi adalah
logam yang memiliki potensial lebih rendah dari logam yang tidak mengalami
korosi yaitu logam yang memiliki potensial yang lebih tinggi.
4.7 Kesimpulan dan Saran
4.7.1 Kesimpulan
1.
4.7.2 Saran
1.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 31

Anda mungkin juga menyukai