TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Teknik pada Jurusan Teknik Metalurgi
Oleh:
NIM: 2613161078
Oleh
Johanes Roberto Pasaribu
NIM: 2613161078
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala berkatNya telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir
skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberikan kemudahan dan kelancaran setelah
lulus dari Universitas Jenderal Achmad Yani ini. Dan ucapan terimakasih kepada
orang-orang yang sudah hadir dan selalu memberi banyak dukungan baik berupa
moril dan materil. Tugas akhir ini penulis persembahkan untuk:
2. Dosen pembimbing
Kepada Dr. Sutarno, ST., MT. dan Ekha Panji Syuryana, ST., MT. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk kelancaran
dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan kesabaran dan penuh
keikhlasan.
-PHILIPPIANS 4:6-
FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR 1
FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR 2
FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR 3
FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR 4
FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR 5
FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR 6
OPTIMASI RECOVERY NIKEL DAN KOBALT DARI MHP (MIXED
HYDROXIDE PRESIPITATE) MENGGUNAKAN CYANEX 272
ABSTRAK
Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang telah memiliki kadar nikel
sekitar 30%. Setelah kadar air hilang, bijih nikel kemudian diolah menggunakan
bahan kimia asam sulfur dalam proses Leaching untuk memisahkan kandungan
logam lainnya. Salah satu metode yang efektif digunakan untuk memisahkan kobalt
dari nikel adalah ekstraksi pelarut. Pada penelitian ini dipelajari ekstraksi pelarut
dengan menggunakan cyanex 272 sebagai ekstraktan pada pemisahan kobalt dan
nikel dalam larutan hasil pelindian limonit dalam larutan asam sulfat. Analisis
dengan Metode ANOVA dan Taguchi dilakukan untuk menentukan signifikansi
pengaruh dan kontribusi variabel ekstraksi serta kondisi optimum percobaan untuk
pemisahan kobalt dan nikel. Rangkaian penelitian diawali dengan melakukan
preparasi, sampling, dan karakterisasi sampel awal limonit menggunakan XRF (X-
Ray Fluorescent). Larutan aqueous yang digunakan pada percobaan ekstraksi
pelarut adalah larutan hasil pelindian dalam asam sulfat 2M, pada 20% solid, suhu
90°C selama 2 jam. Percobaan ekstraksi pelarut tahap ekstraksi dirancang
menggunakan matriks ortogonal Taguchi L’9 (3^4), yaitu dengan menggunakan 4
variabel ekstraksi yang masing-masing memiliki 3 level. Variabel yang dipelajari
pada percobaan ekstraksi adalah suhu, konsentrasi cyanex 272, nisbah volume
organik terhadap volume aqueous (O/A), dan waktu kontak. Sementara itu, pada
proses stripping dipelajari pengaruh variasi nisbah A/O terhadap persen stripping
Fe. Konsentrasi Ni dan Co dalam fasa aqueous diukur dengan menggunakan
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Hasil percobaan ekstraksi
menunjukkan bahwa semua variabel ekstraksi yang diuji memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap faktor pemisahan Nikel dan kobalt, dengan kontribusi tertinggi
Tabel 4.3 Persen ekstraksi besi kobalt dan nikel dari hasil percobaan ekstraksi . 37
Tabel 4.4 Koefisien distribusi besi kobalt dan nikel dari hasil percobaan ekstraksi
............................................................................................................................... 37
Tabel 4.5 Faktor pemisahan kobalt dan nikel dari hasil percobaan ekstraksi ...... 37
Tabel 4.6 Hasil perhitungan sum of response faktor pemisahan kobalt dan nikel38
Tabel 4.7 Hasil analisis varians terhadap faktor pemisahan nikel dan kobalt ...... 39
Tabel 4.8 Hasil perhitungan S/N untuk faktor pemisahan nikel dan kobalt ......... 40
Tabel 4.9 Hasil perhitungan rata-rata S/N untuk faktor pemisahan nikel dan kobalt
pada masing-masing level variabel percobaan ...................................................... 40
Bab ini menerangkan latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, ruang
lingkup kajian, serta sistematika penulisan.
Bab ini menjelaskan teori dasar mengenai nikel, jenis nikel laterit, proses
pengolahan bijih nikel dalam jalur hidrometalurgi, Mix Hydroxide Precipitate
(MHP), Leaching, solvent Extraction, Metode Taguchi, ANOVA dan review jurnal.
2.1 Nikel
Bijih nikel secara umum dapat diperoleh melalui pembentukan di alam
berdasarkan kondisi geologis dari negara bersangkutan, yakni: bijih nikel jenis
sulfida dan bijih nikel jenis oksida. Bijih nikel jenis sulfida banyak terdapat di
negara-negara sub tropis seperti Canada, Rusia, Eropa Utara, dan Australia.
Sedangkan bijih jenis oksida terdapat di negara tropis seperti Indonesia, Filipina,
Papua Nugini, Brazil, Afrika Barat, Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah
(Mudd., 2009).
Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan bijih nikel oksida yang
cukup tinggi, sekitar 12-15 % cadangan nikel oksida dunia seperti ditunjukan pada
gambar 2.2 (Xinfang, 2008). Cadangan oksida tersebut banyak terdapat di
Indonesia bagian timur seperti pulau Sulawesi, Maluku dan kepulauan sekitar
daerah kepala burung Papua Barat.
% KONTRIBUSI
30%
24%
25%
20% 16% 16%
15% 13%
11%
10% 8% 7%
5% 3% 2%
0%
Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat
pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0.2 - 0.4 %. Jenis-jenis batuan
Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut
(Thillier 2009):
1. Iron Capping: Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa
sisa organik lainnya. Warna khas adalah coklat tuak ehitaman dan bersifat gembur.
Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan.
Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua,
merupakan kumpulan massa goethit dan limonit. Iron Capping mempunyai kadar
besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral
hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer: Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit.
Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan
atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa
telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. Fine
grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari tanah limonit menyelimuti
seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena
erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,
lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz,
gibsite, maghemite.
3. Saprolite: Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa
oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang
masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-
bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit,
serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada
umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah.
campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonit, saprolitic rims, vein dari
endapan Garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat
silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit ke bedrock.
Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer
yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai
Tabel 2.1 Contoh Kandungan Mineral Bijih Nikel Limonit [M. Zaki Mubarok, 2016]
No Senyawa % Unsur %
1 SiO₂ 39,31 Si 18,34
2 Al₂O₃ 5,27 Al 2,79
3 Fe₂O₃T 37,01 Fe 25,91
4 MnO 0,54 Mn 0,42
5 MgO 7,68 Mg 4,63
6 Cr₂O₃ 1,60 Cr 1,09
7 NiO 1,37 Ni 1,08
8 CaO 0,27 Ca 0,19
9 K₂O 0,01 K 0,01
10 TiO₂ 0,06 Ti 0,04
11 P₂O₅ 0,02 P 0,01
12 CuO 0,01 Cu 0,01
13 V₂O₅ 0,03 V 0,02
14 ZnO 0,02 Zn 0,02
LOI = 6,78
Dari kandungan mineral bijih nikel limonit tersebut ada 4 senyawa yang memliki
persentasi yang cukup tinggi yaitu SiO₂, Al₂O₃, Fe₂O₃ dan MgO.
MHP selanjutnya diproduksi menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat dengan
menggunakan natrium oksida (NaOH) sebagai presipitator baik tahap I dan tahap
II. Pada tahap pertama proses pengendapan nikel/kobalt hidroksida, natrium
hidroksida atau susu kapur akan diadopsi sebagai presipitan untuk membuat ~ 90%
nikel / kobalt dalam larutan mengendapkan. Setelah pengendapan tahap pertama,
bubur akan dikirim ke pengental untuk bentuk padat-cair pemisahan. Luapan
pengental tahap pertama akan dikirim ke nikel/kobalt tahap kedua sistem
pengendapan dan susu kapur akan diadopsi sebagai presipitan. Setelah
pengendapan, bubur akan mengalami penebalan dan pemisahan. Bagian dari aliran
bawah akan digunakan sebagai benih kristal dan sisanya akan dikembalikan ke
prosedur pencucian daur ulang untuk mengumpulkan nikel, kobalt, dan lainnya (T
Gultom and A Sianipar., 2019).
2.5 Leaching
Leaching atau lixivation adalah tahapan pertama dari proses hidrometalurgi
dan memiliki peran utama dalam proses ekstraksi. Berbagai larutan asam yakni
asam sulfat, nitrat dan asam klorida atau kombinasi dari satu sama lain dengan atau
tanpa zat pengokisidasi yang sesuai dapat melarutkan sebagian besar dari unsur
logam yang akan diekstraksi dari pengotor lainnya. Proses ini sudah menjadi
aplikasi industry mineral dan logam. Dalam kasus pengolahan bijih sebagai contoh
uranium, proses ekstraksi dengan pelindian asam secara trasdisional sebanyak
kurang dari 100 kg/ton asam yang digunakan (setara dengan kandungan kalsit
antara 7 dan 9% dalam bijih). Adapun proses pelindian basa sebagai alternatif yaitu
Leaching carbonat yang cenderung lebih banyak digunakan dari pada pelindian
asam untuk kasus ekstraksi uranium karena proses yang ekonomis.
1) H2SO4
Reaksi pencucian asam sulfat utama untuk nikel kemudian bijih laterit dalam
kondisi atmosferik sebagai berikut:
2FeOOH + 3 H2SO4 → Fe2(SO4)3 (aq) + 4 H2O (2.13)
Fe2Si4O10(OH) 2 + 3 H2SO4→ Fe 2 (SO4)3(aq) + 4SiO2+ 4 H2O (2.14)
NiO + H2SO4 → NiSO4 (aq) + H2O (2.15)
CoO + H2SO4→ CoSO4 (aq) + H2O (2.16)
2AlOOH + 3H2SO4 → Al2 (SO4)3 (aq) + 4H2O (2.17)
Mg3Si2O5(OH)4 + 3 H2SO4→
3 MgSO4 (aq) + 2 Si(OH)4 (aq) + H2O (2.18)
MnO + H2SO4 → MnSO4 + H2O (2.19)
nSi(OH)4 → (SiO2)n + 2nH2O (2.20)
Seperti ditunjukkan dalam reaksi (2.13) hingga (2.20) pencucian bijih nikel
mengkonsumsi asam sulfat.
2) Pelarut Versatic 10 dan Cyanex 272
Campuran dua larutan organic ini bisa memisahkan nikel dari pengotornya
termasuk kalsium yang tidak bisa dipisahkan hanya dengan Cyanex 272. Versatic
Input Output
X1 X1 X1
L4 4 3 3
L8 8 7 7
L9 9 4 4
L12 12 11 11
L16 16 15 15
L16 16 5 5
L18 18 8 1 7
L25 25 6 6
L27 27 13 13
L32 32 31 31
dengan adalah rata-rata, 2 adalah varian, n adalah jumlah data dan yi adalah
data ke-i.
Sementara, total sum of squares adalah ukuran dari total variasi dalam seluruh
kumpulan data. Total sum of squares diformulasikan oleh persamaan berikut.
𝑇2
SST = 𝛴𝑡𝑁 = 1 𝛴𝑗𝑛 = 1 𝑌𝑖𝑗̇2 − 𝑁𝑥𝑛 (2.25)
D2EHPA
6 Sait K dkk 2019 93 30 Cyanex 272 - 98 91
PC 88A
Bab III ini menerangkan mengenai diagram alir penelitian, rancangan parameter
proses, proses penelitian, prosedur pengujian, jadwal pelaksanaan percobaan, lokasi
penelitian.
Problem Statement:
“Optimasi Recovery Nikel Dan Kobalt Dari MHP (Mixed Hydroxide Presipitate) Menggunakan Cyanex 272”
PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Pelindian bijih MHP sesuai dengan parameter proses.
2. Solvent Extraction (Solvent Loading) sesuai dengan metode Taguchi.
3. Proses solvent Stripping didapatkan dari hasil optimum Solvent Loading.
4. Pengujian kadar Ni, Fe dan Co
Proses penelitian tugas akhir ini akan dilakukan sesuai dengan parameter
proses yang telah ditentukan pada Tabel 3.1.
n
Pengaduk
Lixiviant
Bijih bijih
No nikel nikel Waktu XRF %Ni %Co %Fe
(menit)
Level
Variabel
1 2 3
Konsentrasi Asam sulfat (M) 0.5 1 2
Rasio O/A 0.5 1 2
Waktu kontak (menit) 10 20 30
Magnetic
Stirrer Cyanex 272 H2SO4
H2SO4
Karakterisasi
Sludge
XRF Rafinate
Karakterisasi Karakterisasi Karakterisasi
AAS AAS AAS
H2SO4
M= 2 M
V= 150
mL
Alur
1. proses MHP
Leaching Pengendapan Penyaringan Filtrat
pelindian
T= 60o C Sampling
t = 120 menit Sludge (residu) (20 mL) AAS
Pengadukan = 250
rpm
Material: Pelindian: Pengendapan: Penyaringan: Hasil:
o
M H2SO4 = 2M T = 60 C t = 30 menit Residu: Filtrat = A
Parameter Volume H2SO4 = 500 mL t = 120 menit sludge Sampling = 20 mL
2.
Proses m MHP = 50 gram Ukuran bijih = x Produk : filtrat Residu = (tidak
Pengadukan = 250 diukur)
rpm
Alur
Cyanex 272
3. proses SX 5% O/A
10% ½, 1, 2
Cyanex Optimal
20%
272 Loaded Organic
(Tahap Ni dan Co B
A Solvent loading
H2SO4 +
Loading)
Pengotor
T= 25,45,55o C
t = 5,10, 20 menit
Rata-rata 35 ml AAS
Pengadukan = 250 rpm
T= ±25o C
t = 10, 20, 30 menit
Rata-rata 35 ml AAS
Pengadukan = 250 rpm
Pengujian
Masukan sampel ke Tembakan burner
difraktometer
Bab ini membahas data hasil pengujian penentuan kadar air dalam bijih MHP,
pengujian awal sampel dengan XRF, proses Leaching, proses Solvent Loading,
proses Solvent Stripping.
(a) (b)
Tabel 4.4 Koefisien distribusi besi kobalt dan nikel dari hasil percobaan ekstraksi
Tabel 4.5 Faktor pemisahan kobalt dan nikel dari hasil percobaan ekstraksi
Tabel 4.7 Hasil analisis varians terhadap faktor pemisahan nikel dan kobalt
Variabel DOF Seq SS Adj SS Adj MS F Signifikansi Kontribusi
Pengaruh (%)
Suhu 2 11.23 11.23 5.62 1.09 Signifikan 13.14
Konsentrasi 2 9.32 9.32 4.66 0.91 Signifikan 10.90
Cyanex 272
Nisbah O/A 2 9.74 9.74 4.87 0.95 Signifikan 11.39
Waktu 2 8.99 8.99 4.49 0.88 Signifikan 10.51
kontak
Error 9.00 46.21 46.21 5.13 1.00 54.05
Total 17.00 85.50 1.09 100.00
Tabel 4.9 Hasil perhitungan rata-rata S/N untuk faktor pemisahan nikel dan kobalt pada
masing-masing level variabel percobaan
Variabel S/N LB
25±2°C -37.671
40°C -9.682
55°C -6.452
5% -19.171
10% -15.922
20% -18.712
1/2 -18.010
1 -21.693
2 -14.101
5 menit -16.960
10 menit -17.550
20 menit -19.294
Untuk mendapatkan grafik optimum pada proses loading dilakukan mengunakan
aplikasi minitab dengan hasil kosentrasi 20%, O/A 2 dan waktu 5 menit adalah
proses yang optimum pada penelitian ini.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil percobaan terdapat beberapa hal yang perlu diteliti lebih
lanjut. Berikut adalah beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut.
Antam Tbk, 2012, Feasibility study of blast furnace for limonite processing,
Jakarta.
Bella Mudiyanti, Studi Signifikansi Pengaruh Dan Optimasi Variabel Dengan
Metode Anova Dan Taguchipada Percobaan Ekstraksi Pelarut Untuk
Pemisahan Titanium Dari Besi Dalam Larutan asam Klorida Dengan
Menggunakan tributil Fosfat (TBP), 2020
Büyükakinci E, Topkaya Y, Extraction of nickel from lateritic ores at atmospheric
pressure with agitation Leaching, Hydrometallurgy 97 (2009) 33–38.
Canterford, J.H., 1986. Acid Leaching of chromite-bearing nickeliferous laterite
from Rockhampton, Queensland. Proceedings of the Australasian Institute of
Mining and Metallurgy, 291, pp. 51–56.
Chen TT, Dutrizae JE, Krause E, Osborne R, Mineralogical Characterization of
Nickel Laterites from New Caledonia and Indonesia, Proceeding of
International Laterite Nickel Symposium 2004, p.79-99.
Dalvi AD, Bacon WG dan Osbourne RC. The Past and the Future of Nickel
Laterites. Inco Limited, Ontario, Canada 2004; p. 27.
Dr. Sam Marcuson is vice-president, business improvement for Vale Inco Limited,
Mississauga, ON, Canada. This article was adapted from a plenary speech
made at the CIM Conference of Metallurgists held August 2009 in Sudbury,
Ontario.
Free, Michael L.”Hydrometallurgy Fundamentals and Applications”.United States
of America, 2013, P 218-223.
G.M. Mudd, Nickel Sulfide Versus Laterite: The Hard Sustainability Challenge
Remains, Proceeding of “48th Annual Conference of Metallurgists”, Canadian
Metallurgical Society, Sudbury, Ontario, Canada, August 2009.
Gjelsvik, N., Torgersen, J.H., 1983. Method of acid Leaching of silicates. US Patent
4,367,215.
Habashi F, Extractive Metallurgy Vol 1: Kinetics, 1970.
Habashi F, Handbook of Extractive Metallurgy: Nickel, Wiley-VCH, 1997, p.
715-790.
J. Barkas, Nickel and Stainless Steel: prospects and challenges, SBB World Steel
Raw Materials Conference, Bali, 2011.
J.M. Duke, 1990, Mineral Deposit Models: Nickel Sulfide Deposits Of The
Kambalda Type, Canadian Mineralogist Vol. 28 p. 379-388.
Kuck, PH. Nickel. U.S. Geological Survey, Mineral Commodity Summaries 2012.
Kyle J, Nickel Laterite Processing Technologies – Where to Next?. ALTA 2010
Nickel/Cobalt/Copper Conference, Perth, 24-27 Mei 2010.
Mayasari, A. I., Wuryandari, T., & Hoyyi, A. Optimalisasi Proses Produksi yang
Melibatkan Beberapa Faktor dengan Level yang Berbeda Menggunakan
Metode Taguchi. Jurnal Gaussian, 2004. 3(3), 303-312.
McDonald, RG dan Whittington, BI. Atmospheric Acid Leaching of Nickel
Laterites Review Part II Chloride and Biotechnologies. Hydrometallurgy
2008; 91: 56-69.
Mulshaw S, Gardner M, Metals Market Service, Longterm Outlook: Nickel, 2011,
p.1-26.
N. Voermann, T. Gerritsen, Developments in furnace technology for ferronickel
production, Proceedings of 10th International Ferroalloys, 2004, p.455-465.
Norgate, T dan Jahanshahi. Low Grade Ores – Smelt, Leach or Concentrate?
Minerals Engineering 2010; 23:65-73.
Perez N, Electrochemical and Corrosion, Kluwer Academic Publishers, 2004.
Solihin, Pengolahan Bijih Laterit Nikel Kadar Rendah dengan Proses
Hidrometalurgi, Seminar Nasional Teknoin (2011) A-118-121.
T Gultom and A Sianipar, High pressure acid Leaching: a newly introduced
technology in Indonesia, IOP Publishing, 2019.
Thillier C, Weda Bay Feasibility Study: Geology and Resources, Weda Bay
Eramet. 2009.
Xinfang J, Ferro-nickel / NPI Production from Laterite, Presentation of Tsingshan
Holding Group, 2008.
Yang, K., Design for Six Sigma: Roadmap to Product Development, McGraw-Hill,
2nd Edition, no. August, 2016
LAMPIRAN
A. LAMPIRAN RANCANGAN DAN PERHITUNGAN
Asam sulfat pekat dengan kadar kepekatan 96% di encerkan dengan air demin untuk
menghasilkan konsentrasi asam sulfat 2M sebanyak 1000 ml sebagai berikut.
% w/w x ρ x 1000
H2SO4 2 M , M = Mr
96% x 1,85 x 1000
= = 18,12 M
98
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 18 = 1000 x 2
1000 x 2
V1 = = 111 ml H2SO4
18
Dari hasil perhitungan didapatkan volume asam sulfat 111 ml yang akan
dicampurkan dengan air demin. Pencampuran tersebut diawali dengan
memasukan 250 ml air demin ke labu ukur kapasitas 1 L yang kemudian
ditambahkan 111 ml asam sulfat dan ditambahkan Kembali air demin hingga
batas yang telah ditentukan lalu di aduk secara perlahan.
Preparasi Ekstraktan
Ekstraktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Versatic 10 dengan
diluen berupa kerosin dan Tributyl Phosphate (TBP). Sebelum digunakan, kerosin
diekuilibrasi agar tidak terjadi perubahan volume fasa organik dan volume fasa
aqueous saat dilakukan pengadukan akibat terlarutnya salah satu fasa pada fasa
lainnya. Ekuilibrasi dilakukan dengan mengontakkan kerosin dengan air distilasi
pada Rasio fasa O/A 1/1 dan suhu kamar (25 ± 2oC) selama 15 menit. Setelah itu,
kerosin dipisahkan dari air distilasi dengan menggunakan separatory funnel.
Pembuatan eksraktan Versatic 10 dengan konsentrasi 5%, 10% dan 20% sebagai
berikut.
zat terlalrut
V
%V = total rarutan x 100%
B. LAMPIRAN GAMBAR
Tabel Distribusi F Standar untuk Probabilitas 0,05