PENGUJIAN MULUR
6.1 Tujuan
1. Mengetahui standar yang digunakan pada uji mulur.
2. Mengetahui kurva pada pengujian mulur.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengujian creep.
4. Mengetahui beban yang digunakan pada pengujian mulur.
5. Mengetahui suhu yang digunakan pada pengujian mulur.
68
Kelompok 11 BAB VI PENGUJIAN MULUR
Ada 2 macam yaitu pengujian mulur sampai putus (creep rupture test),
dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan logam terhadap beban ataupun suhu
tinggi yang konstan ddengan caara mengetahui sifat mulur logam (komponen) serta
mengetahui mekanisme yang terjadi pada saat logam (komponen) tersebut putus.
Kemudian pengujian mulur (creep test) tidak sampai putus, dimaksudkan untuk
mengetahui ketahanan logam terhadap beban atau suhu tinggi yang konstan ditinjau
dari laju mulurnya.
Bila suatu logam uji menerima beban pada temperatur tinggi, maka akan
terjadi regangan sesaat secara cepat.selanjutnya secara perlahan-lahan logam uji
tersebut menunjukan mulur primer (primary creep) yang terjadi karena laju reganga
(strain rate) menurun yang bergantung pada waktu. Hal ini berarti selama berada
dalam kodisi mulur primer, laju menurun secara bertahap. Setelah mulur primer
berlangsung untuk beberapa waktu lamanya, keadan kedua (secondary creep)
terjadi. Laju mulur pada kondisi ini relative kecil dan berlangsung konstan.
Keadaan ini dinamakan mulur mantap (steady state creep). Akhirnya keadaan
ketiga (tertiary creep) terjadi dimana laju mulur bertambah secara cepat dengan
waktu sampai regangan maksimal dan akhirnya benda uji putus[6].
testing temperature
homologous temp= <0,5
melting temperature
peristiwa mulur terjadi dalam tiga tahap yaitu, primary creep, secondary
creep (steady state creep), dan tertiary creep. Selama mulur primer (primary creep)
pada tahap pertama laju regangan menurun hingga laju regangan konstan tercapai.
Keadaan ini berlangsung dalam periode yang pendek. Slope dari kurva mulur
dinyatakan sebagai laju mulur (creep rate).
Setelah mulur primer, ditahap kedua mulur kedua (secondary creep). Laju
mulurnya konstan maka digunakan untuk menentukan umur komponen, pada tahap
ini akan jauh lebih panjang dari pada tahap mulur primer. Kemudian, pada tahap
ketiga mulur laju mulur meningkat dengan cepaat dan akhirnya patah. Bentuk kurva
mulur dapat di lihat pada bagian diatas.
Standar pengujian creep yang digunakan adalah ASTM E 139. Selama
pengujian creep berlangsung nonstop, dilakukan pengamatan dan evaluasi terhadap
pembentukan kurva creep, extension (mm) vs. time (hours) yang dimulai dari tahap
awal creep primer sampai dengan tahap akhir creep sekunder.[11]
Gambar 6.4 Metoda Untuk Mengukur Elongation Pada Spesimen Pengujian Mulur
Sumber : ASTM E139
Pasang Thermocouple
Pemasangan Beban
Matikan Mesin
Kesimpulan
5. Beban 45 Kg
6. Dial Indikator 1 Buah
7. Baut 2 Buah
8. Sekrup 2 Buah
9. Kunci inggris 1 Buah
10. Dongkrak 1 Buah
6.5.2 Bahan
1. Spesimen : SUS 304 Carburizing
σu
W2
W1
2. Luas penampang
a. Luas Penampang Awal
1 2
A0 = πd
4 0
1
A0 = x3,14x5,802
4
= 25,407 mm2
b. Luas Penampang Akhir
1 2
A1 = πd
4 1
1
A0 = x3,14x5,452
4
= 23,316 mm2
3. Tegangan Maksimum
Fkerja = W2 g
Fkerja = 47,89 x 10
= 478,9
Fkerja
σu =
A0
478,9
σu =
4,553
= 105,18 kg/mm
4. Laju regangan
∆Ln
εn =
L0
Fase Primary
∆L1 2,42
ε1 = = = 0,0339 mm
L0 71,35
∆L2 2,43
ε2 = = = 0,0340 mm
L0 71,35
∆L3 2,44
ε3 = = = 0,0341 mm
L0 71,35
∆L4 2,45
ε4 = = = 0,0343 mm
L0 71,35
∆L5 2,46
ε5 = = = 0,0344 mm
L0 71,35
0.034 0.0339
0.0339
0.0338
0.0337
0.0336
130 195 435 515 1010
t
Fase Secondary
∆L6 2,48
ε6 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L7 2,48
ε7 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L8 2,48
ε8 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L9 2,48
ε9 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L10 2,48
ε10 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L11 2,48
ε11 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L12 2,48
ε12 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L13 2,48
ε13 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L14 2,48
ε14 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
∆L15 2,48
ε15 = = = 0,0347 mm
L0 71,35
0.03
0.025
0.02
ε
0.015
0.01
0.005
0
3325 3350 3375 3400 3425 3450 3475 3500 3525 3550
t
Fase Tertiary
∆L16 2,55
ε16 = = = 0,0357 mm
L0 71,35
∆L17 2,56
ε17 = = = 0,0358 mm
L0 71,35
∆L18 2,57
ε18 = = = 0,0360 mm
L0 71,35
∆L19 2,59
ε19 = = = 0,0362 mm
L0 71,35
∆L20 2,63
ε20 = = = 0,0368 mm
L0 71,35
ε
0.0362 0.036
0.036 0.0358
0.0358 0.0357
0.0356
0.0354
0.0352
0.035
27385 27480 27665 27850 27425
t
0.0345
0.0347
0.034
0.0347 0.0347 0.0347
0.0335 0.0343 0.0347
0.033 0.034
0.0325
0.032
Fase Primary
ε1 -ε0 0,0339-0
ε1 = ×100% = ×100% = 0,0260 %
t1 -t0 130-0
ε2 -ε1 0,0340-0,0339
ε2 = ×100% = ×100% =1,53 x 10-4 %
t2 -t1 195-130
ε3 -ε2 0,0341-0,0340
ε3 = ×100% = ×100% = 4,16 x 10-5 %
t3 -t2 435-195
ε4 -ε3 0,0343-0,0341
ε4 = ×100% = ×100% = 2,5 x 10-4 %
t4 -t3 515-435
ε5 -ε4 0,0344-0,0343
ε5 = ×100% = ×100% = 2,02 x 10-5 %
t5 -t4 1010-515
Fase Secondary
ε6 -ε5 0,0347-0,0344
ε6 = ×100% = ×100% = 1,29 x 10-5 %
t6 -t5 3325-1010
ε7 -ε6 0,0347-0,0347
ε7 = ×100% = ×100% = 0 %
t7 -t6 3350-3325
ε8 -ε7 0,0347-0,0347
ε8 = ×100% = ×100% = 0 %
t8 -t7 3375-3350
ε9 -ε8 0,0347-0,0347
ε9 = ×100% = ×100% = 0 %
t9 -t8 3400-3375
ε10 -ε9 0,0347-0,0347
ε10 = ×100% = ×100% = 0 %
t10 -t9 3425-3400
ε11 -ε10 0,0347-0,0347
ε11 = ×100% = ×100% = 0 %
t11 -t10 3450-3425
ε12 -ε11 0,0347-0,0347
ε12 = ×100% = ×100% = 0 %
t12 -t11 3475-3450
ε13 -ε12 0,0347-0,0347
ε13 = ×100% = ×100% = 0 %
t13 -t12 3500-3475
ε14 -ε13 0,0347-0,0347
ε14 = ×100% = ×100% = 0 %
t14 -t13 3525-3500
ε15 -ε14 0,0347-0,0347
ε15 = ×100% = ×100% = 0 %
t1 -t0 3550-3525
Fase Tertiary
ε16 -ε15 0,0357-0,0347
ε16 = ×100% = ×100% = 4,19 x 10-6 %
t16 -t15 27385-3550
ε17 -ε16 0,0358-0,0357
ε17 = ×100% = ×100% = 2,1 x 10-4 %
t17-t6 27480-27385
Material atau spesimen yang digunakan pada pengujian mulur ini adalah SUS
304 Carburizing. Pada material atau spesimen ini SUS untuk memberi tahu jika
spesimen ini adalah Stainless Steel dan 304 merupakan grade dari spesimen uji ini.
Dimensi dari spesimen uji mulur ini adalah 71,35 mm dan diameter awal pada
spesimen pengujian mulur ini adalah 5,80 mm. Panjang akhir yang didapatkan pada
spesimen saat telah melakukan pengujian mulur adalah panjang spesimen menjadi
71,45 mm dan diameter yang diapatkan setelah pengujian 5,45 mm. Pada pengujian
mulur ini spesimen telah dilakukan carburizing atau penambahan karbon pada
spesimen sehingga spesimen yang awalnya memiliki karbon yang rendah dan
setelah di carburizing spesimen pengujian mulur ini menjadi karbon sedang. Mesin
yang digunakan pada pengujian ini adalah mesin pengujian mulur. Mesin ini
terdapat bagian untuk memberikan beban dan bagian untuk meletakan spesimen.
Spesimen mesin ini pada saat melakukan pengujian mulur menggunakan beban 45
Kg dan pada spesimen uji beban yang terjadi pada spesimen adalah 450 Kg. Pada
pengujian ini panjang titik A ke B berjarak 500 mm dan dari titik B ke C jarakanya
adalah 50 mm pada diagram benda bebas.
Pada pengujian mulur ini temperatur yang digunakan adalah temperatur
homologus yang berkisar antara 0,3 sampai 0,5. Temperatur yang digunakan pada
pengujian mulur ini adalah 500oC. Pada pengujian mulur ini beban tidak langsung
diberikan setelah mesin dihidupkan. Beban yang diberikan setelah temperatur
mencapai 500oC. Pada saat spesimen pertama kali dimasukan belum ada perubahan
panjang pada spesimen. Pada saat mencapai 500oC terjadi perubahan panjang pada
spesimen sebesar 2,27 mm. ini dikarenakan akibat dari panas yang diberikan pada
spesimen pengujian mulur. Pada pengujian mulur ini terjadi tiga fase yaitu fase
primary, fase secondary, dan fase tertiary. Fase primary adalah fase awal setelah
diberikan beban pada spesimen, fase primary ditunjukan mulai dari menit 5 sampai
dengan menit 1590. Fase primary dapat diketahui dengan perubahan panjang pada
spesimen secara cepat atau pada kurva perubahan panjangnya akan semakin tinggi
pada fase secondary dapat diketahui dengan perubahan panjang yang sangat lama
atau pada kurva perubahan panjangnya sangat sedikit. Pada kurva dapat ditunjukan
mulai dari mennit 1595 sampai dengan menit ke 27295. Pada fase tertiary atau fase
terakhir dapat ditunjukan dengan perubahan panjang yang kembali naik dan
perubahan panjang cepat. Fase tertiary dapat dilihat pada menit ke 27300 sampai
dengan menit ke 28425 Pada pengujian mulur ini pengujian dilakukan tidak sampai
putus dikarenakan waktu yang dilakukan untuk pengamatan kurang.
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perpanjangan adalah jumlah
beban yang digunakan pada pengujian, suhu yang digunakan saat pengujian, dan
waktu yang pergunakan pada pengujian mulur. Adapun faktor kesalahan yang dapat
mempengaruhi perubahan panjang adalah sewaktu melakukan pengamatan yaitu
pembacaan dial yang kurang baik.
Pada praktikum pengujian mulur ini yang diapati adalah momen pada mesin
yaitu 450 Kg. Pengukuran luas penampang awal spesimen didapatkan 25,407 mm 2
dan pada pengukuran luas penampang akhir diapatkan 23,316 mm 2. Tegangan
maksimum yang didapatkan adalah 105,18Kg/mm. Laju mulur rata rata pada
spesimen adalah pada fase primary yaitu 5,742 x 10-3 %. Pada rata-rata laju mulur
fase secondary adalah 1,29 x 10-6 % dan pada fase tertiary laju mulur rata rata nya
adalah 9,1 x 10-5 . Pada data ini fase secondary lebih lambat laju mulur rata ratanya
dari pada fase primary dan tertiary.
6.7 Kesimpulan
1. Standar yang digunakan pada pengujian mulur ini adalah ASTM E 139-
00
2. Kurva pada pengujian mulur jika dibagi menjadi tiga adalah :
a. Kurva Pada Fase Primary.
b. Kurva Pada Fase Secondary.
c. Kurva Pada Fase Tertiary.
3. Faktor yang mempengaruhi pengujian ini adalah
a. Beban yang digunakan.
b. Temperatur yang digunakan.
4. Beban yang digunakan pada pengujian mulur ini adalah sebesar 45 Kg.
5. Suhu yang digunakan pada pengujian mulur ini adalah 500 oC.