Anda di halaman 1dari 5

BAB VI

PENGUJIAN MULUR

1.1. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami prinsip pengujian mulur.
2. Mengetahui dan memahami fenomena yang terjadi pada pengujian
mulur.
3. Mengetahui umur pakai dari suatu material.
4. Mengetahui dan memahami besar laju mulur yang terjadi pada spesimen.

1.2. Teori Dasar


Kegagalan yang terjadi pada komponen biasanya disebabkan karena
kerusakan bahan/logamnya. Apabila kerusakan fatal terjadi dan mengakibatkan
komponen patah/putus sebelum umur rancangan (design life time) tercapai, maka
komponen tersebut harus diganti. Penggantian komponen yang dilakukan diluar
jadual mengakibatkan membengkaknya biaya produksi dan hal ini harus dihindari.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan komponen, antara lain
faktor mekanis yaitu mulur (creep) yang disebabkan komponen menerima beban
dan/atau suhu tinggi konstan untuk waktu yang lama. Bahan/logam yang
digunakan untuk suatu komponen yang bekerja dengan beban dan/atau suhu tinggi
yang konstan harus mempunyai kekuatan mulur yang tinggi (high creep strength)
atau memiliki sifat laju mulumya rendah. Sebagai contoh, bahan logam SA213
T12 adalah jenis baja feritik yang digunakan untuk bahan pipa boiler (bagian
sekunder superheater). Berdasarkan data, 23,4% kegagalan boiler disebabkan
karenaterjadinya proses "creep" (long-term overheating) dan 44,8% lokasi
kegagalan terjadi pada pipa superheater. Pada umumnya, pipa boiler bekerja pada
beban dan atau suhu yang tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian mulur.
Pengujian mulur ini dilakukan terhadap 6 (enam) buah bahan pipa boiler SA213
T12, yang diuji pada temperatur 520 °C, masing-masing dengan beban 29 N, 60
N, 138 N, 207 N, 276 N dan 345 Newton. Tujuannya adalah untuk mengetahui
perilaku mulur bahan pipa boiler SA213 T12 yang sudah digunakan lebih dari 10
tahun, yaitu apakah bahan tersebut tetap mengikuti kurva mulur ideal (dengan

63
Kelompok 12 BAB VI PENGUJIAN MULUR

jelas ada daerah primer, sekunder dan tersier) atau apakah ada perilaku lainnya
diluar kurva mulur ideal. Kemungkinan ini dapat saja terjadi karena bahan yang
sudah digunakan lebih dari 10 tahun biasanya sudah mulai mengalami proses
degradasi penuaan yang disebabkan beberapa hal, antara lain korosi. Diharapkan
dengan melakukan pengujian ini akan dapat diketahui karakteristik mulur bahan
pipa boiler SA213 T12 yang sudah digunakan lebih dari 10 tahun.
Mulur (creep) didefinisikan sebagai regangan (strain) yang bergantung
waktu (time). Mulur terjadi sebagai akibat adanya deformasi lambat dari suatu
material/logam/komponen yang bekerja dengan kondisi beban (load) dan atau
suhu tinggi yang konstan. Mulur dapat terjadi pada berbagai suhu, namun mulur
ideal terjadi pada suhu antara 0,4 sampai 0,6 dari titik lebur materialnya 2) .
Dengan kata lain bila suatu komponen beroperasi dengan beban dan atau suhu
tinggi yang konstan, maka komponen tersebut akan mengalami mulur. Ini
disebabkan komponen tersebut secara bertahap mengalami deformasi plastis.
Apabila batas regangan maksimum terlampaui, komponen akan patah/putus. Ada
2 (dua) macam pengujian sifat mulur yaitu pengujian mulur sampai putus (creep
rupture test), dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan logam terhadap beban
dan atau suhu tinggi yang konstan dengan cara mengetahui sifat mulur logam
(komponen) serta mengetahui mekanisme yang terjadi pada saat logam
(komponen) tersebut putus. Kemudian pengujian mulur (creep test) tidak sampai
putus, dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan logam terhadap beban dan atau
suhu tinggi yang konstan, ditinjau dari laju mulurnya .
Bila suatu logam uji menerima beban pada temperatur tinggi, maka akan
terjadi regangan sesaat secara cepat. Selanjutnya secara perlahan-lahan logam uji
tersebut menunjukkan mulur primer (primary creep) yang terjadi karena laju
regangan (strain rate) menurun yang bergantung waktu. Hal ini berarti selama
berada dalam kondisi mulur primer, laju mulur menurun secara bertahap. Setelah
mulur primer berlangsung untuk beberapa waktu lamanya, keadaan kedua
(secondary creep) terjadi. Laju mulur pada kondisi ini relatif kecil dan
berlangsung konstan. Keadaan ini dinamakan mulur mantap (steady-state creep).
Akhirnya keadaan ketiga (tertiary creep) terjadi dimana laju mulur bertambah

LABORATORIUM LOGAM TA. 2019 – 2020 64


Kelompok 12 BAB VI PENGUJIAN MULUR

secara cepat dengan waktu sampai regangan maksimal dan akhirnya benda uji
putus.
Temperatur yang dipergunakan untuk pengujian ini adalah di atas
temperatur equicohesive yaitu temperatur dengan butir dan batas butir mempunyai
kekuatan yang sama. Temperatur ini diperkirakan sama dengan temperatur
homologos yaitu perbandingan temperatur uji dengan temperatur cair dalam skala
Kelvin. Pada umumnya, mulur mempunyai arti teknis yang pentingpada
temperatur homologos yang lebih besar dari 0,5.
Peristiwa mulur terjadi dalam tiga tahap , yaitu primary creep, secondary
creep (steadystate creep) dan tertiary creep. Selama mulur primer (primary
creep) pada tahap pertama, lajuregangan menurun seiring waktu hingga laju
regangan konstan tercapai. Keadaan ini berlangsungdalam periode yang pendek.
Slope dari kurva mulur dinyatakan sebagai laju mulur (creep rate).Setelah mulur
primer, ditahap kedua (mulur kedua-secondary creep) terjadi laju mulur yang
konstan dan ini dikatakan sebagai mulur pada kondisi tunak (steady-state creep).
Karena padasecondary creep laju mulurnya konstan, maka digunakan untuk
menentukan umur komponen.Akhirnya, pada tahap ketiga mulur laju mulur
meningkat dengan cepat dan akhirnya patah.Bentuk kurva mulur sangat
tergantung pada tegangan aplikasi dan temperatur. Semakin tinggitegangan dan
temperatur, laju mulur akan semakin meningkat.[1]

1.3. Tata Cara Praktikum


1.3.1. Skema Proses
Siapkan alat uji dan bahan uji.

Ukur dimensi dari bahan uji.

Pasang bahan uji pada mesin pengujian.

Lakukan pengujian mulur.

Beri beban jika suhu 500℃.

LABORATORIUM LOGAM TA. 2019 – 2020 65


Kelompok 12 BAB VI PENGUJIAN MULUR

A
A

Catat hasil perpanjangan yang ditunjukan dial indikator

Analisa

Kesimpulan
Gambar 6.1 Skema proses pengujian mulur
1.3.2. Penjelasan Skema Proses
1. Alat dan bahan uji disiapkam terlebih dahulu.
2. Dimensi diukur menggunakan jangka sorong dan juga penggaris.
3. Bahan uji dipasang ke mesin pengujian mulur setelah terpasang
kuncimesin.
4. Pengujianmulur dilakukan selama 1 bulan atau 4 minggu
hinggaspesimen terputus.
5. Bebansebesar 45 Kg diberikan pada mesin jika suhu sudah
mencapai 500℃.
6. Catat hasil perpanjangan yang ditunjukan dial indikator dalam
tempo 5 menit sekali secara berturut – turut.
7. Analisa setiap perubahannya.
8. Kesimpulan.

1.4. Alat dan Bahan


1.4.1. Alat
1. Jangka sorong : 1 Buah
2. Penggaris : 1 Buah
3. Mesin uji mulur : 1 Buah
4. Thermocouple : 1 Buah
5. Beban : 45 Kg
6. Dial Indicator : 1 Buah
7. Kunci pas 12 : 1 Buah

LABORATORIUM LOGAM TA. 2019 – 2020 66


Kelompok 12 BAB VI PENGUJIAN MULUR

1.4.2. Bahan
1. Baja SUS 304 : 2 Buah

1.5. Pengumpuan dan Pengolahan Data

1.6. Analisa dan Pembahasan

1.7. Kesimpulan

LABORATORIUM LOGAM TA. 2019 – 2020 67

Anda mungkin juga menyukai