Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH STANDARISASI UJI CREEP

MENURUT STANDAR ASTM E-139

Nofa Kirana Pratama 171910101028

Traju Dahana Prisel Y.A. 171910101031

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2019

0
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................3

2.1 Pengertian Creep.....................................................................3

2.2 Uji Mulur (creep)..............................................................................3

2.3 Prosedur Umum Uji Mulur....................................................4

2.4 Karakteristik Mulur...............................................................4

2.5 Mekanisme Mulur...................................................................4

2.6 Mesin Uji Creep......................................................................5

2.7 Spesimen Uji Creep ................................................................7

1
BAB 1

PENDAHULUAN

Mulur (creep) didefinisikan sebagai regangan (strain) yang bergantung waktu


(time). Mulur terjadi sebagai akibat adanya deformasi lambat dari suatu
material/logam/komponen yang bekerja dengan kondisi beban (load) dan atau
suhu tinggi yang konstan. Mulur dapat terjadi pada berbagai suhu, namun mulur
ideal terjadi pada suhu antara 0,4 sampai 0,6 dari titik lebur materialnya . Dengan
kata lain bila suatu komponen beroperasi dengan beban dan atau suhu tinggi yang
konstan, maka komponen tersebut akan mengalami mulur. Ini disebabkan
komponen tersebut secara bertahap mengalami deformasi plastis. Apabila batas
regangan maksimum terlampaui, komponen akan patah/putus. Ada 2 (dua) macam
pengujian sifat mulur yaitu pengujian mulur sampai putus (creep rupture test),
dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan logam terhadap beban dan atau suhu
tinggi yang konstan dengan cara mengetahui sifat mulur logam (komponen) serta
mengetahui mekanisme yang terjadi pada saat logam (komponen) tersebut putus.
Kemudian pengujian mulur (creep test) tidak sampai putus, dimaksudkan untuk
mengetahui ketahanan logam terhadap beban dan atau suhu tinggi yang konstan,
ditinjau dari laju mulurnya .

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Creep

Creep merupakan kecenderungan benda padat untuk perlahan-lahan pindah


atau rusak secara permanen di bawah tekanan konstan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Hal ini terjadi akibat dari eksposur jangka panjang ke tingkat stres
tinggi yang berada di bawah kekuatan luluh (yield strength) material. Pada
temperatur relatif tinggi, creep terjadi pada tegangan yang berapapun besarnya,
tetapi laju pemuluran (creep rate) meningkat dengan naiknya tegangan pada
temperatur tertentu. Creep yang lebih parah terjadi pada material yang mengalami
panas untuk waktu yang lama dan mendekati titik leleh. Creep selalu meningkat
dengan suhu.

Tingkat deformasi ini adalah fungsi dari sifat material, pemaparan waktu,
paparan suhu dan penerapan structural beban. Tergantung pada besarnya tegangan
dan durasi nya, deformasi dapat menjadi begitu besar sehingga komponen tidak
bisa lagi melakukan fungsinya. Ada beberapa macam deformasi diantaranya
deformasi plastis dan deformasi elastis.deformasi elastis terjadi < 0,005
regangan,sedangkan deformasi plastis (deformasi permanen) terjadi > 0,005
Regangan. Creep biasanya digunakan insinyur dan metallurgists ketika
mengevaluasi komponen yang beroperasi di bawah tegangan tinggi atau suhu
yang tinggi. Creep adalah mekanisme deformasi yang mungkin atau tidak
mungkin merupakan modus kegagalan Moderat di beton kadang-kadang disambut
karena mengurangi tegangan tarik yang dinyatakan bisa mengakibatkan retak.

Mulur bisa terjadi pada temperatur ruangan walau terjadinya lebih lambat.
Seperti halnya material yang mengalami pertambahan panjang dapat
membahayakan. Contohnya, apabila baja yang digunakan pada pembangunan
jembatan mengalami pemuaian (pertambahan panjang) maka akan mengakibatkan
kerusakan material pada jembatan. Material mengalami peregangan ketika
digunakan pada temperatur setengah dari titik cair atau lebih.

2.2 Uji Mulur (creep)

Uji mulur adalah mencari perubahan yang terus-menerus dalam deformasi


material pada suhu tinggi jika tegangan berada dibawah kekuatan luluh. Hasil dari
pengujian diperlukan untuk mendesain komponen mesin yang bekerja pada suhu

3
tinggi. Uji mulur berguna untuk jangka waktu lama dalam pembangunan bahan
yang memiliki keterbatasan regangan.

Sebagai prediksi jangka waktu ketahanan suatu bahan sebelum digunakan.


Perlakuan uji mulur memakan waktu selama 2000 – 10.000 jam dengan tipe
regangan kurang dari 0,5%. Mulur umumnya di tes mengunakan ruangan
lingkungan pada kondisi panas/dingin yang tepat. Pengendalian suhu sangat
penting untuk meminimalkan efek perluasan panas pada sampel.

2.3 Prosedur Umum Uji Mulur

Material yang belim digunakan pertama – tama dipanaskan pada temperatur yang
dibutuhkan dan panjangnya diukur. Antisipasi kerusakan material dilakukan
secara cepat dan bertahap. Pengukuran pertambahan panjang harus selalu diukur
dengan frekuensi dengan waktu yang teratur.

2.4 Karakteristik Mulur

Mulur memiliki beberapa karakteristik, antara lain :


Mulur biasanya dipengaruhi oleh perubahan kondisi dan temperatur
Jumlah kombinasi antara waktu, tegangan dan temperatur tidak terbatas
Mekanisme mulur biasanya berbeda antara bahan karet, logam, plastik, atau
beton.

2.5 Mekanisme Mulur

Beberapa mekanisme mulur yaitu :

Dufusi Bulk (Nabarro – Herring Creep)


Nilai mulur berkurang ketika ukuran serat bahan bertambah.

Difusi Batas Serat (Coble Creep)


Ketergantungan ukuran serat lebih besar dibandingkan dengan Nabarro – Herring.

Dislokasi Creep
Dislokasi mulur dikontrol oleh pergerakan dari dislokasi dan ketergantungan
tinggi pada tegangan.

Pengaruh Suhu
Terjadi pada bahan polimer dan bahan viskoelastis lainnya.

4
2.6 Mesin Uji Creep Tipe Mekanis ASTM E139 ISO204 Temperatur Tinggi
HTC504B

5
6
2.7 Spesimen Uji Creep

Spesimen yang digunakan berbentuk silinder yang dibentuk dari batang logam
melalui proses hot rolling hingga terbentuk plat dengan ketebalan 10 mm.
Spesimen yang digunakan memiliki dimensi dengan panjang 30 mm dan diameter
6mm. Pengujian melar dilakukan sesuai dengan standar ASTM E139 .
Pembebanan yang diterapkan pada pengujian melar bervariasi yaitu 225 MPa, 215
MPa, 195 MPa, 185 MPa, dan 180 MPa, dengan temperatur konstan sebesar
525oC. Sesuai standar yang digunakan, temperatur dijaga dengan batas toleransi ±
2 oC dari temperatur pengujian. Dari hasil pengujian diperoleh kurva melar
berupa regangan terhadap fungsi waktu. Berdasarkan kurva tersebut, nilai laju
regangan melar ditentukan dari nilai minimum kurva laju regangan terhadap
waktu. Nilai eksponen melar, n dapat ditentukan dengan menerapkan hukum
Norton pada regresi garis linear kurva laju regangan minimum terhadap fungsi
tegangan.

Anda mungkin juga menyukai