Keterangan:
P = Beban (Kg)
D = diameter indentor (mm)
d2 = diameter hasil penekanan rata – rata (mm)
Standar = ASTM E10 dan ISO 6506
Pengujian Kekerasan
B. Metode Rockwell
Metode ini sebenarnya merupakan gabungan antara Metode Brinnell dan
Metode Vickers, sehingga hasilnya pun cukup prsisi dan tepat.
Metode ini digunakan dengan cara menekankan penetrator dengan indentor
bola baja diameter 1/16’’ dan intan yang berbentuk kerucut dengan sudut
puncak 1200 ke permukaan material yang diuji dengan beban penekanan sesuai
dengan identor yang dipakai.
Indentor yang dipakai dalam pengujian Metode Rockwell:
• Untuk logam – logam yang lunak digunakan bola baja diameter 1/16” dengan
beban 100 Kg
• Untuk baja – baja yang keras digunakan intan dengan sudut 1200 dengan
beban 150 Kg.
Metode Rockwell digunakan untuk menguji material dari yang lunak sampai
yang keras.
Pengujian Kekerasan
• Metode Rockwell
Pengujian Kekerasan
C. Metode Vickers
Metode ini sama dengan metode brinnell yaitu besarnya nilai
kekerasan ditentukan oleh beban penekanan dibagi dengan luas
permukaan bekas penekanan.
Metode ini digunakan dengan cara menekankan penetrator dengan
indentor intan yang berbentuk pyramid dengan dasar bujur sangkar
dan sudut puncaknya 1360 ke permukaan material yang akan duji.
Beban penekanan yang akan digunakan pada Metode Vickers ini
mulai dari 1 Kg sampai 120 Kg.
Keterangan :
• Untuk beban 1, 3, 5 Kg dengan tambahan bandul
• Untuk beban 10, 30, 100 Kg tanpa tambahan bandul
Pengujian Kekerasan
Harga kekerasan Vickers, yaitu
Keterangan:
P = beban penekanan (Kg)
D = diagonal rata – rata (mm)
Standar
ASTM E 384 – Rentang micro (10g – 1000g)
ASTM E 92 – Rentang macro (1kg – 100kg)
ISO 6507 – Rentang micro dan macro
Alat Uji Fatigue
Uji Mulur (Creep)
• Definisi Creep
• Material, baik logam non-logam, yang terpapar temperatur tinggi
dan mengalami tegangan (stress) akan mengalami fenomena yang
disebut creep. Contoh komponen pada industri yang mengalami
creep antara lain:
• pressurized part pada boilert: tube, pipa, header. Akibat adanya
tegangan diakibatkan hoop stress dan longitudinal stress, juga
beroperasi pada temperatur tinggi yaitu pada creep regime
• rotor turbine. Adanya residual unbalance dan akibat rotasi
mengakibatkan centrifugal stress, juga beroperasi pada
temperature tinggi
Uji Mulur (Creep)
• Creep adalah deformasi permanen suatu material akibat
tegangan (stress) dan temperatur tinggi. Creep merupakan fungsi
dari tegangan, temperatur, dan waktu.
• Temperatur tinggi yaitu temperatur lebih dari 0.4Tm (Tm =
absolute melting temperature) dan adanya tegangan pada
material mengakibatkan terjadinya regangan (strain) yang seiring
waktu (time dependent) regangan berkembang sampai suatu
saat material putus (rupture).
• Creep merupakan fenomena yang bergantung dari waktu,
disebut time-dependent, sehingga prilaku creep suatu material
dijadikan salah satu faktor penting dalam umur desain (design
life) pada aplikasi temperature tinggi.
Prilaku creep suatu material ditunjukan
pada gambar, yaitu kurva regangan –
waktu. Grafik tersebut menggambarkan
prilaku material dibawah beban konstan
dan temperatur tinggi, hasil uji creep
(creep testing). Grafik ini memperlihatkan 3
tahap perkembangan creep, yaitu:
• primary creep atau transient creep. Tahap
awal terjadinya creep, dimana laju creep
menurun (decelerating). Sebelum tahap
ini terjadi regangan sesaat (instantaneous
deformation) setelah dilakukan
pembebanan, dimana regangan ini bukan
fungsi dari waktu (time-independent)
yaitu bukan pengaruh creep.
• secondary creep, disebut juga steady-
state creep atau minimum creep rate.
Pada tahap ini laju creep konstan
• tertiary creep, laju creep berakselerasi Kurva prilaku creep suatu material [dari ASM
sampai material putus (rupture) Handbook valume 1, ASM International]
Uji Mulur (Creep)
• Creep testing
• Dalam pemilihan material untuk suatu aplikasi temperatur tinggi, sifat creep
menjadi faktor penting. Sifat creep tersebut adalah creep rate dan time-to-
rupture. Parameter ini dijadikan dasar dalam desain suatu komponen yang
beroperasi pada temperature tinggi. Creep rate merupakan slope
(kemiringan) pada kurva creep (∆Ꜫ/∆t), yaitu slope pada pada secondary
creep; disebut steady-state creep rate.
• Untuk mengetahui prilaku creep maka dilakukan uji creep, yaitu creep test
dan creep-rupture test, yang dibertujuan mengetahui kekuatan dan umur
(lifetime) suatu material dibawah beban static dan pada temperatur tinggi
(temperatur > 0.4 temperature melting Tm). Uji creep untuk logam
dilakukan dengan menggunakan creep testing machine dimana spesiimen
diberi beban tarik (seperti pada tensile test) dalam suatu furnace pada
temperatur tinggi. Creep test mengukur regangan creep sebagai fungsi
waktu, sedang creep-rupture mengukur waktu patah (time-to-rupture) pada
suatu kondisi tegangan dan temperatur tertentu.
Uji Mulur (Creep)
• Pengaruh Temperatur dan Tegangan Terhadap Prilaku Creep
• Pada temperature dibawah 0.4Tm, regangan konstan tidak berubah terhadap waktu. Pada
kurva lainnya menunjukan dengan menaikan temperatur atau tegangan maka laju
regangan naik, juga time-to-rupture semakin cepat (material semaikin cepat
putus/rupture).