Anda di halaman 1dari 33

Material Teknik

Uji Kekerasan, Uji Fatigue,


Uji Mulur, dan Uji Puntir
Tim Dosen
Universitas Indraprasta PGRI
Kekerasan dan pengujian kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan suatu benda/material terhadap
penetrasi/penekanan/ daya tembus benda lain yang lebih keras
dan nilai kekerasannya tidak mutlak.
Kekerasan adalah suatu sifat dari bahan yang sebagian besar
dipengaruhi oleh unsur – unsur paduannya. Carbon di dalam
besi secara pasti mempengaruhi kwalitas baja dan
kekerasan yang dibutuhkan dapat dicapai dengan perlakuan
panas.
Untuk mengetahui nilai kekerasan suatu benda dapat dilakukan
dengan cara pengetesan, yaitu :
• Metode Brinnell
• Metode Rockwell
• Metode Vickers
Pengujian Kekerasan
A. Metode Brinnell
• Metode ini digunakan dengan cara menekan penetrator dengan
indentor bola baja kepermukaan material dengan beban
penekanan sesuai dengan indentor dan jenis material yang akan
diuji.
• Alat penetrasi yang digunakan adalah indentor bola baja yang
dikeraskan dengan ukuran diameter 10 mm, 5 mm dan 2.5 mm.
Metode ini digunakan untuk mengetes/ menguji kekerasan
logam yang belum dilakukan proses Heat-treatment (perlakuan
panas)
• Material yang diuji adalah material yang lunak saja dan harga
kekerasannya hanya sampai 450 HB (Kg/mm2), jika hasil
pengujiannya didapat harga kekerasannya diatas 450 HB, maka hasil
penelitian itu kurang teliti.
Pengujian Kekerasan
Harga Kekerasan Brinnell (BHN)

Keterangan:
P = Beban (Kg)
D = diameter indentor (mm)
d2 = diameter hasil penekanan rata – rata (mm)
Standar = ASTM E10 dan ISO 6506
Pengujian Kekerasan
B. Metode Rockwell
Metode ini sebenarnya merupakan gabungan antara Metode Brinnell dan
Metode Vickers, sehingga hasilnya pun cukup prsisi dan tepat.
Metode ini digunakan dengan cara menekankan penetrator dengan indentor
bola baja diameter 1/16’’ dan intan yang berbentuk kerucut dengan sudut
puncak 1200 ke permukaan material yang diuji dengan beban penekanan sesuai
dengan identor yang dipakai.
Indentor yang dipakai dalam pengujian Metode Rockwell:
• Untuk logam – logam yang lunak digunakan bola baja diameter 1/16” dengan
beban 100 Kg
• Untuk baja – baja yang keras digunakan intan dengan sudut 1200 dengan
beban 150 Kg.
Metode Rockwell digunakan untuk menguji material dari yang lunak sampai
yang keras.
Pengujian Kekerasan
• Metode Rockwell
Pengujian Kekerasan
C. Metode Vickers
Metode ini sama dengan metode brinnell yaitu besarnya nilai
kekerasan ditentukan oleh beban penekanan dibagi dengan luas
permukaan bekas penekanan.
Metode ini digunakan dengan cara menekankan penetrator dengan
indentor intan yang berbentuk pyramid dengan dasar bujur sangkar
dan sudut puncaknya 1360 ke permukaan material yang akan duji.
Beban penekanan yang akan digunakan pada Metode Vickers ini
mulai dari 1 Kg sampai 120 Kg.
Keterangan :
• Untuk beban 1, 3, 5 Kg dengan tambahan bandul
• Untuk beban 10, 30, 100 Kg tanpa tambahan bandul
Pengujian Kekerasan
Harga kekerasan Vickers, yaitu

Keterangan:
P = beban penekanan (Kg)
D = diagonal rata – rata (mm)
Standar
ASTM E 384 – Rentang micro (10g – 1000g)
ASTM E 92 – Rentang macro (1kg – 100kg)
ISO 6507 – Rentang micro dan macro
Alat Uji Fatigue
Uji Mulur (Creep)
• Definisi Creep
• Material, baik logam non-logam, yang terpapar temperatur tinggi
dan mengalami tegangan (stress) akan mengalami fenomena yang
disebut creep. Contoh komponen pada industri yang mengalami
creep antara lain:
• pressurized part pada boilert: tube, pipa, header. Akibat adanya
tegangan diakibatkan hoop stress dan longitudinal stress, juga
beroperasi pada temperatur tinggi yaitu pada creep regime
• rotor turbine. Adanya residual unbalance dan akibat rotasi
mengakibatkan centrifugal stress, juga beroperasi pada
temperature tinggi
Uji Mulur (Creep)
• Creep adalah deformasi permanen suatu material akibat
tegangan (stress) dan temperatur tinggi. Creep merupakan fungsi
dari tegangan, temperatur, dan waktu.
• Temperatur tinggi yaitu temperatur lebih dari 0.4Tm (Tm =
absolute melting temperature) dan adanya tegangan pada
material mengakibatkan terjadinya regangan (strain) yang seiring
waktu (time dependent) regangan berkembang sampai suatu
saat material putus (rupture).
• Creep merupakan fenomena yang bergantung dari waktu,
disebut time-dependent, sehingga prilaku creep suatu material
dijadikan salah satu faktor penting dalam umur desain (design
life) pada aplikasi temperature tinggi.
Prilaku creep suatu material ditunjukan
pada gambar, yaitu kurva regangan –
waktu. Grafik tersebut menggambarkan
prilaku material dibawah beban konstan
dan temperatur tinggi, hasil uji creep
(creep testing). Grafik ini memperlihatkan 3
tahap perkembangan creep, yaitu:
• primary creep atau transient creep. Tahap
awal terjadinya creep, dimana laju creep
menurun (decelerating). Sebelum tahap
ini terjadi regangan sesaat (instantaneous
deformation) setelah dilakukan
pembebanan, dimana regangan ini bukan
fungsi dari waktu (time-independent)
yaitu bukan pengaruh creep.
• secondary creep, disebut juga steady-
state creep atau minimum creep rate.
Pada tahap ini laju creep konstan
• tertiary creep, laju creep berakselerasi Kurva prilaku creep suatu material [dari ASM
sampai material putus (rupture) Handbook valume 1, ASM International]
Uji Mulur (Creep)
• Creep testing
• Dalam pemilihan material untuk suatu aplikasi temperatur tinggi, sifat creep
menjadi faktor penting. Sifat creep tersebut adalah creep rate dan time-to-
rupture. Parameter ini dijadikan dasar dalam desain suatu komponen yang
beroperasi pada temperature tinggi. Creep rate merupakan slope
(kemiringan) pada kurva creep (∆Ꜫ/∆t), yaitu slope pada pada secondary
creep; disebut steady-state creep rate.
• Untuk mengetahui prilaku creep maka dilakukan uji creep, yaitu creep test
dan creep-rupture test, yang dibertujuan mengetahui kekuatan dan umur
(lifetime) suatu material dibawah beban static dan pada temperatur tinggi
(temperatur > 0.4 temperature melting Tm). Uji creep untuk logam
dilakukan dengan menggunakan creep testing machine dimana spesiimen
diberi beban tarik (seperti pada tensile test) dalam suatu furnace pada
temperatur tinggi. Creep test mengukur regangan creep sebagai fungsi
waktu, sedang creep-rupture mengukur waktu patah (time-to-rupture) pada
suatu kondisi tegangan dan temperatur tertentu.
Uji Mulur (Creep)
• Pengaruh Temperatur dan Tegangan Terhadap Prilaku Creep
• Pada temperature dibawah 0.4Tm, regangan konstan tidak berubah terhadap waktu. Pada
kurva lainnya menunjukan dengan menaikan temperatur atau tegangan maka laju
regangan naik, juga time-to-rupture semakin cepat (material semaikin cepat
putus/rupture).

Pengaruh tegangan dan temperatur


terhadap prilaku creep
• Larson-Miller Parameter (LMP)
Komponen yang beroperasi di temperatur tinggi, contohnya komponen
boiler, dirancang beroperasi untuk waktu yang lama (biasanya lebih dari
100.000 jam), sehingga extrapolasi dari data creep dan creep-rupture
test diperlukan. Salah satu prosedur ekstrapolasi creep properties
adalah dengan parameter Larson-Miller (Larson-Miller Parameter, LMP).
Konsep ini dikenalkan pada tahun 1953 oleh Larson dan Miller, konsep
hubungan parameter waktu-temperatur dengan data creep-rupture.

• Pada uji creep-rupture specimen ditarik pada gaya (tegangan =


gaya/luas penampang specimen) dan temperatur tertentu sampai
specimen putus (rupture), kemudian waktu putus (time to rupture)
dicatat. Pengujian dilakukan pada variasi beban dan variasi temperatur,
tentu semakin tinggi temperatur atau semakin tinggi beban maka makin
cepat waktu putus. Dari data tersebut akan dibuat grafik tegangan vs
waktu putus.
Alat Uji Mulur (Creep)
Uji Puntir (Shear Strength)
• Uji puntir dilakukan untuk mengetahui sifat geseran pada material.
Uji puntir biasanya diperlukan untuk komponen yang beban
utamanya adalah beban puntir.
• Bentuk spesimen uji puntir ini tidak jauh berbeda dengan bentuk
spesimen uji tarik
Uji Puntir (Shear Strength)
Sifat-sifat mekanik dapat ditentukan dengan uji tarik adalah
sebagai berikut :
• Modulus kekakuan geser (Modulus of Rigidity)
Persamaan tegangan-regangan untuk puntiran murni
didefinisikan sebagai berikut:

Dimana τ adalah tegangan geser, r adalah radius spesimen,


lo adalah panjang ukur, θ adalah puntiran sudut dalam
radian, dan G adalah modulus kekakuan geser. Hubungan G
dengan modulus Young dan rasio Poisson’s dinyatakan
sebagai berikut :
Uji Puntir (Shear Strength)
• Rasio Poisson’s (v) adalah perbandingan antara regangan arah lateral
dengan regangan longitudinal
Uji Puntir (Shear Strength)
• Kekuatan geser ultimat (Ultimate shear strength)
Tegangan ketika spesimen uji putus disebut kekuatan geser ultimat
atau modulus of rupture (Sus)
Sus = Tr/J
Dimana T adalah torsi yang diperlukan untuk memutuskan spesimen, r
adalah radius spesimen, dan J adalah inersia polar penampang
spesimen. Bila data kekuatan geser ultimat tidak ada, dapat digunakan
pendekatan sebagai berikut:
Baja Sus ≅ 0,80Sut
Logam ulet lainnya Sus ≅ 0,75Sut
Adapun hubungan kekuatan luluh geser dengan kekuatan luluh tarik
adalah sebagai berikut:
Ssy ≅ 0,58Sy
Alat Uji Puntir
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai