Anda di halaman 1dari 21

BAB VI

PENGUJIAN MULUR

6.1. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tahapan proses dan prinsip dasar pengujian
mulur.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja mesin uji mulur.
3. Mengetahui dan memahami sifat mekanik spesimen uji SS 304 apabila
menerima beban tarik yang dilakukan pada temperatur dan waktu tertentu.
4. Mengetahui pengaruh temperatur, tegangan dan waktu terhadap spesimen
uji mulur SS 304.
5. Mengetahui dan menganalisis bentuk patahan yang terjadi pada spesimen uji
SS 304.
6. Mengetahui besar laju mulur yang terjadi pada spesimen uji SS 304.
7. Mengetahui dan memahami daerah-daerah kurva uji mulur pada proses
pengujian mulur SS 304.

6.2. Teori Dasar


Creep adalah deformasi plastis yang berjalan tergantung dengan waktu.
Parameter yang digunakan untuk fenomena mulur/creep adalah tegangan (),
temperatur (T), dan waktu (t). Untuk mengetahui tentang laju creep pada material
dilakukan creep test, dimana material diberi pembebanan konstan dalam jangka
waktu yang lama yang kemudian hasilnya diplot dalam bentuk kurva uji creep
Creep adalah aliran plastis yang dialami material pada tegangan tetap.
Meskipun sebagian besar pengujian dilakukan dengan kondisi beban tetap,
tersedia peralatan yang mampu mengurangi pembebanan selama pengujian
sebagai kompensasi terhadap pengurangan penampang benda uji. Pada temperatur
relatif tinggi, creep terjadi pada semua level tegangan, tetapi pada temperatur
tertentu laju creep bertambah dengan meningkatnya tegangan.
Creep (mulur) adalah deformasi (perubahan bentuk) permanen material
fungsi terhadap waktu jika material tersebut diberikan beban (tegangan) konstan
pada temperatur tinggi (> 0.4*Temperatur Lelehan (K) mekanisme Creep diawali

94
BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

dengan adanya sliding (pergeseran) diantara butir-butir logam dan terjadi


deformasi permanen (pengecilan penampang) selanjutnya patah. Untuk diagram
rate pada creep biasanya bentuk kurva mulur ideal. Kemiringan pada kurva
(de/dt) tersebut dinyatakan sebagai laju mulur (creep rate). Mula-mula benda uji
mengalami perpanjangan yang sangat cepat (primary), e0, kemudian laju mulur
akan turun terhadap waktu hingga mencapai keadaan hampir seimbang
(secondary), dimana laju mulurnya mengalami perubahan yang kecil terhadap
waktu. Pada tahap akhir (tertiary), laju mulur bertambah besar secara cepat
hingga terjadi patah
Mekanisme yang terjadi pada tahapan creep adalah sebagai berikut:
Komponen pertama kurva mulur adalah kurva transien, dimana laju mulurnya
turun terhadap waktu. Tahap ini disebut mulur primer dimana hambatan mulur
bahan bertambah besar akibat pemulihan (recovery) dari deformasi yang terjadi.
Komponen yang kedua adalah mulur viskos dengan laju mulur tetap. Tahap mulur
yang kedua ini disebut mulur sekunder, adalah proses dengan laju mulur hampir
tetap. Hal ini disebabkan oleh terjadinya keseimbangan antara kecepatan proses
pengerasan regang dan proses pemulihan (recovery). Oleh karena itu mulur
sekunder biasanya dinyatakan sebagai mulur keadaan seimbang (steady state).
Nilai rata-rata laju mulur selama terjadi mulur sekunder dinamakan laju mulur
minimum. Tahap mulur ketiga atau mulur tersier terutama terjadi pada uji beban
tetap pada temperatur dan tegangan-regangan yang tinggi. Mulur tersier terjadi
apabila terdapat pengurangan efektif pada luas penampang lintang yang
disebabkan oleh penyempitan setempat atau pembentukan rongga internal. Mulur
tahap ketiga sering dikaitkan dengan perubahan metalurgi tertentu, seperti
pengkasaran partikel endapan, rekristalisasi, atau perubahan difusi dalam fasa
yang ada.
Creep merupakan proses deformasi di mana suatu logam berada dalam
lingkungan temperatur tinggi dan terkena tegangan yang statis dalam periode
waktu tertentu dan secara perlahan-lahan akan terdeformasi secara permanen
sehingga akan mengalami kegagalan. Pada material logam, biasanya creep terjadi
pada suhu di atas 0,4Tm (Tm = melting temperature). 

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 95


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Deformasi yang terjadi karena creep merupakan deformasi yang tergantung


pada waktu (time dependent). Oleh karena itu, pada komponen-komponen yang
telah beroperasi cukup lama pada temperatur tinggi harus dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui cacat yang dihasilkan oleh proses creep tersebut dengan cara
inspeksi menggunakan metode in-situ metallography. Metode tersebut masih
memiliki kelemahan, yaitu sulitnya memprediksi kapan komponen tersebut harus
dilakukan pergantian agar tidak terjadi kegagalan yang tidak diinginkan
(catastrophic failure). Oleh karena itu, metode tersebut biasanya disandingkan
dengan pengujian creep agar mendapatkan hasil yang lebih representatif. Data
yang dihasilkan dari pengujian tersebut biasanya akan diekstrapolasi dengan
menggunakan persamaan Larson Miller Parameter (LMP). Dari persamaan LMP,
dapat

dikalkulasi umur sisa dari suatu komponen yang telah beroperasi dalam waktu
tertentu dan terkena temperatur tinggi. 

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 96


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Gambar 6.1 Pengujian mulur

Pengujian creep dilakukan dengan cara mengukur perubahan dimensi yang


terjadi akibat pemberian suhu tinggi dan beban yang konstan. Pengujian creep ini
biasanya berguna untuk aplikasi yang parameter kegagalannya ialah regangan
(strain) tertentu dan tidak harus terjadi perpatahan. Pada pengujian tersebut,
variabel bebasnya berupa waktu, kemudian variabel kontrolnya yaitu besar suhu
dan tegangan, serta variabel terikatnya berupa regangan. Biasa dilakukan dalam
tegangan yang relatif tidak terlalu tinggi dan regangan yang tidak terlalu besar
pula (biasanya kurang dari 0,5%), selain itu pengujian ini dilakukan di
dalam chamber yang dapat mengontrol besar variabel suhu dan tegangannya.
Grafik hasil pengujian creep ini yaitu:

Gambar
6.2 Kurva creep

Terdapat tiga daerah creep yaitu, daerah I merupakan daerah dimana laju
creep tinggi, daerah II disebut juga daerah steady state yang menunjukkan daerah
stabil dan merupakan daerah keseimbangan terjadinya proses pengerasan dan
pelunakan material (kurva berbentuk linier), daerah III merupakan daerah tertiary

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 97


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

yaitu daerah dimana material mulai mengalami rupture atau dalam keadaan tidak
aman.
Dari creep test didapat kurva creep pada pembebanan dan tegangan konstan
sebagai berikut:

Gambar 6.3 Kurva creep


dengan pembebanan dan tegangan konstan
Kurva diatas didapat dari creep test yang memiliki kelemahan dalam
pengerjaannya yaitu waktu yang lama (±10000 jam), beban rendah, sulit
mendapatkan kurvanya karena tiap kali pengecilan penampang perlu penurunan
tegangan. Untuk itu agar creep lebih mudah di amati maka dilakukan creep
rupture test yang menggunakan beban yang besar dan waktu yang singkat.
Creep merupakan kecenderungan benda padat untuk perlahan-lahan pindah
atau rusak secara permanen di bawah tekanan konstan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Hal ini terjadi akibat dari eksposur jangka panjang ke tingkat stres
tinggi yang berada di bawah kekuatan luluh (yield strength) material. Pada
temperatur relatif tinggi, creep terjadi pada tegangan yang berapapun
besarnya, tetapi laju pemuluran meningkat dengan naiknya tegangan pada
temperatur tetentu. Creep yang lebih parah terjadi pada material yang mengalami
panas untuk waktu yang lama dan mendekati titik leleh. Creep selalu meningkat
dengan suhu.
Uji Creep atau uji mulur mengukur regangan (deformasi) yang merupakan
fungsi waktu dan beban pada temperatur tertentu. Pembebanan selalu di bawah
batas tegangan elastisitas bahan. Untuk mendapatkan sifat-sifat mulur yang

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 98


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

akurat, benda uji harus dipertahankan pada temperatur konstan dan pengukuran
perubahan dimensi harus mendapat perhatian yang besar bagaimanapun kecilnya
karena kenaikan temperatur sebesar beberapa puluh derajat cukup untuk
melipatgandakan laju pemuluran.
Dalam hal teori dislokasi, dislokasi diproduksi terus menerus dalam tahap
utama creep. Dengan meningkatnya waktu, semakin banyak dislokasi
hadir dan mereka mengakibatkan gangguan meningkat dengan gerakan
masing-masing, sehingga menurunkan laju creep. Pada tahap sekunder, timbul
situasi di mana jumlah dislokasi dihasilkan adalah persis sama dengan
jumlah dislokasi pengerasan. Kesetimbangan dinamis ini menyebabkan
logam untuk merambat pada tingkat konstan. Akhirnya, peningkatan laju
creep dan spesimen karena penciutan lokal dari spesimen (atau
komponen), kekosongan dan formasi retak mikro pada batas butir gagal, dan
pengaruh berbagai metalurgi sebagai pengkasaran presipitat.
Ketika dalam proses sebuah komponen teknik tidak boleh memasuki tahap
tersier creep. Oleh karena itu, laju creep sekunder, yang sangat penting sebagai
kriteria desain. Komponen, yang menjadi subjek pada proses creep,
menghabiskan sebagian besar waktu mereka pada tahap sekunder, sehingga
berarti bahwa logam atau paduan dipilih untuk komponen ini harus memiliki laju
creep minimum sekunder mungkin. Secara umum, laju creep sekunder, yang
menentukan hidup diberikan komponen.
Apliksi pengoperasi pada temperatur tinggi yang berhubungan dengan uji
mulur adalah:
a. Turbin gas dan turbin pesawat
b. Reaktor nuklir
c. Pembangkit listrik
d. Proses kimia

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 99


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 100


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

6.3. Tata Cara Praktikum


6.3.1. Skema Proses

Persiapan alat dan bahan

Pengukuran dimensi awal dan pengambilan gambar SS 304

Pemasangan SS 304 pada alat uji mulur

Atur posisi agar seimbang dengan waterpass

Atur dial indicator

Panaskan tungku pada temperatur 550oC

Pemberian beban sebesar 5,615 kg

Nyalakan timer
Catat waktu, perubahan panjang dan regangan hingga putus
atat skala beban

Keluarkan SS 304 dari tungku dan ukur dimensi akhir SS 304

Pengumpulan data

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 6.4 Skema proses pengujian mulur

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 101


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

6.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pengujian
mulur. Spesimen yang digunakan yaitu baja SS 304.
2. Mengukur dimensi baja SS 304 dan gage length dan mengambil
gambar menggunakan kamera HP.
3. Memasang baja SS 304 pada pencekam uji mulur yang diletakkan
didalam tungku. Pemasangan baja SS 304 harus berada ditengah
pencekam dengan memutar tuas bagian bawah hingga posisinya berada
ditengah lalu tutup tungku dan kunci menggunakan mur baut dan kunci
inggris dan masukkan thermocouple kedalam celah pada tungku yang
berguna untuk mendeteksi dan mengukur temperatur pada tungku.
4. Mengatur posisi lengan agar seimbang pada mesin uji mulur tradisional
dengan menggunakan waterpass.
5. Mengatur posisi dial indicator pada posisi skala utama yaitu jarum
kecil menunjukkan angka -12 (pada angka 2) yang memiliki ketelitian 1
mm yang akan bergerak searah jarum jam dan skala nonius yang
digunakan adalah jarum berwarna merah yang akan bergerak melawan
arah jarum jam dan memiliki ketelitian sebesar 0,01 mm.
6. Menghidupkan alat uji mulur dengan mengatur tegangan sebesar 220 V
untuk memanaskan tungku dan mengatur temperatur yang diinginkan.
7. Temperatur yang digunakan pada pengujian temperatur 550oC. Setelah
temperatur yang diinginkan telah tercapai, catat pertambahan panjang
awal yang terjadi pada spesimen baja SS 304 sebelum dilakukan
pembebanan.
8. Memberikan beban kepada spesimen baja SS 304 sebesar 54 kg.
9. Menyalakan timer dengan menekan tombol hitam yang berada di
daerah bawah mesin uji mulur tradisional dimana timer digunakan
bertujuan untuk pencatatan nilai pertambahan panjang per 5 menit.
10. Mencatat waktu, perubahan panjang dan regangan per 5 menit sesuai
yang terlihat pada dial gauge hingga spesimen baja SS 304 putus.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 102


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

11. Mengeluarkan spesimen baja SS 304 dari dalam tungku, ukur dimensi
akhir spesimen baja SS 304 lalu ambil gambar dari spesimen baja SS
304 menggunakan kamera HP.
12. Mengumpulkan data praktikum yang telah dilakukan.
13. Menganalisa dan membahas apa yang terjadi selama praktikum.
14. Membuat kesimpulan dari proses praktikum yang telah dilakukan.

6.4. Alat dan Bahan


6.4.1. Alat
1. Mesin Universal Testing Machine
(UTM) konvensional : 1 buah
2. Jangka sorong : 1 buah
3. Kamera (HP) : 1 buah
4. Penggaris : 1 buah
5. Kunci inggris : 1 buah
6. Waterpass : 1 buah
7. Dial indicator : 1 buah
8. Thermocouple tipe K : 1 buah
6.4.2. Bahan
1. Spesimen baja SS 304 : 1 buah

6.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data


6.5.1. Pengumpulan Data
1. Data Awal
a. Standar pengujian = ASTM E-139
b. Beban = 54 kg
c. Temperatur (T) = 550oC
d. Panjang awal (l0) = 32 mm
e. Panjang akhir (lf) = 42,75 mm
f. Luas penampang awal (A0) = 21,805 mm2
g. Luas penampang akhir (Af) = 21 mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 103


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

h. Jenis material = Baja SS 304 yang telah menalami Thermal


Spray dengan NiCr + Cr3C2 + Al2O3

2. Tabel pengujian mulur


Tabel 6.1 Tabel Data Pengujian Mulur
No Daerah Menit Ke- ΔL (mm) Regangan (ε)
1 0 7,71 0,076564
2 5 8,07 0,080139
Primary
3 10 8,18 0,081231
4 15 8,22 0,081629
5 30 8,20 0,08143
6 3105 8,76 0,086911
7 6265 9,19 0,091261
8 9005 9,49 0,09424
9 12135 9,73 0,096624
10 Secondary 15060 9,95 0,098808
11 18305 10,16 0,100894
12 21100 10,29 0,102185
13 24155 10,43 0,103575
14 27425 10,59 0,105164
15 30240 10,75 0,106753

6.5.2. Pengolahan Data


1. Kurva mulur Baja SS 304
KURVA CREEP BAJA SS 304

0.1

0
0 1 1 2 2 3 3

Gambar 6.5 kurva creep baja SS 304

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 104


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

KURVA PRIMARY CREEP


0.08

0.08

0.08

0.08

0.08

0.08

0.08

0.08

0.08

0.07
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 6.6 Kurva primary creep baja SS 304

KURVA SECONDARY CREEP


0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

Gambar 6.7 kurva secondary creep baja SS 304

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 105


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

2. Foto Spesimen

3. Diagram Benda Bebas (DBB)


Diagram Benda Bebas (DBB) untuk pengujian mulur pada
Temperatur 550oC.
a) Gambar
W1

A
500
B
50
C
W2

Gambar 6.8 Skema diagram benda bebas pengujian mulur spesimen baja SS
b) Perhitungan 304
Diketahui : W1 = 54 kg
d1 = 500 mm
d0 = 50 mm
Ditanya : W2 =?
Jawab :
ƩM =0
ƩM = M1 + M2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 106


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

0 = (-W1.d1) + (W2.d2)
1 = (-54 kg. 500 mm) + (W2. 50 mm)
W2. 50 mm = (-54 kg. 500 mm)
W2. 50 mm = 27000 kg mm
2 7000 kg mm
W2 =
50 mm
W2 = 540 kg

4. Perhitungan Luas Penampang Awal (Ao)


Diketahui : L0 = 5,95 mm
T0 = 6,23 mm
Ditanya : A0 =?
Jawab : A0 =
A0 = L0 x T0
A0 = 21, 805 mm2

5. Perhitungan Luas Penampang Akhir (Af)


Diketahui : Lf = 3,42 mm
Tf = 6,14 mm
Ditanya : Af =?
Jawab Af = L0 x T0
Af = 21 mm2

6. Perhitungan Tegangan Maksimal (σu)


Diketahui : Fkerja = 54 kg
A0 = 21,805 mm2
Ditanya : σu =?
F kerja
Jawab : σu =
A0
5 4 kg
σu =
2 1,805 mm 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 107


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

kg
σu = 2,476
mm 2

7. Perhitungan Regangan (ε)


a) Regangan Daerah Primary
Diketahui : l0 = 32 mm
1) Titik 1
Diketahui : Menit ke- =0
Δl1 = 7,71 mm
Ditanya : ε1?
Jawab :
∆l 1 7,71 mm
ε1 = = = 0,240
l0 3 2 mm
2) Titik 2
Diketahui : Menit ke- =5
Δl2 = 8,07 mm
Ditanya : ε2?
Jawab :
∆l 2 8,07 mm
ε2 = = = 0,252
l0 3 2 mm
3) Titik 3
Diketahui : Menit ke- = 10
Δl3 = 8,18 mm
Ditanya : ε3?
Jawab :
∆l 3 8,18 mm
ε3 = = = 0,255
l0 32 mm
4) Titik 4
Diketahui : Menit ke- = 15
Δl4 = 8,22 mm
Ditanya : ε4?
Jawab :

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 108


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

∆l 4 8,22 mm
ε4 = = = 0,256
l0 32 mm
b) Regangan Daerah Secondary
Diketahui : l0 = 32 mm
5) Titik 5
Diketahui : Menit ke- = 30
Δl5 = 8,20 mm
Ditanya : ε5?
Jawab :
∆l 5 8,20 mm
ε5 = = = 0,2562
l0 3 2 mm

6) Titik 6
Diketahui : Menit ke- = 3105
Δl6 = 8,76 mm
Ditanya : ε6?
Jawab :
∆l 6 8,76 mm
ε6 = = = 0,273
l0 3 2 mm
7) Titik 7
Diketahui : Menit ke- = 6265
Δl7 = 9,19 mm
Ditanya : ε7?
Jawab :
∆l 7 9,19 mm
ε7 = = = 0,287
l0 3 2 mm
8) Titik 8
Diketahui : Menit ke- = 9005
Δl8 = 9,49 mm
Ditanya : ε8?

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 109


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Jawab :
∆l 8 9,49 mm
Ε8 = = = 0,296
l0 3 2 mm
9) Titik 9
Diketahui : Menit ke- = 12135
Δl9 = 9,73 mm
Ditanya : ε9?
Jawab :
∆l 9 9,73 mm
ε9 = = = 0,304
l0 3 2 mm
10) Titik 10
Diketahui : Menit ke- = 15060
Δl10 = 9,95 mm
Ditanya : ε10?
Jawab :
∆l 10 9,95 mm
ε10 = = = 0,310
l0 32 mm
11) Titik 11
Diketahui : Menit ke- = 18305
Δl11 = 10,16 mm
Ditanya : ε11?
Jawab :
∆l 11 10,16 mm
ε11 = = = 0,3175
l0 32 mm
12) Titik 12
Diketahui : Menit ke- = 21100
Δl12 = 10,29 mm
Ditanya : ε12?
Jawab :
∆l 12 10,29 mm
ε12 = = = 0,321
l0 3 2 mm
13) Titik 13
Diketahui : Menit ke- = 24155

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 110


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Δl13 = 10,43 mm
Ditanya : ε13?
Jawab :
∆l 13 10,43 mm
ε13 = = = 0,325
l0 3 2 mm
14) Titik 14
Diketahui : Menit ke- = 27425
Δl14 = 10,59 mm
Ditanya : ε14?
Jawab :
∆l 14 10,59 mm
ε14 = = = 0,330
l0 3 2 mm
15) Titik 15
Diketahui : Menit ke- = 30240
Δl15 = 10,75 mm
Ditanya : ε15?
Jawab :
∆l 15 10,75 mm
ε15 = = = 0,335
l0 3 2 mm
8. Perhitungan Laju Mulur (εo)
a) Laju Mulur Daerah Primary
Diketahui : ∆e = ef - e0
= 0,081629 – 0,076564
= 5,065 x 10-3
: ∆t = 15 – 0 = 15
Δε
Jawab : εo = x 100 % = 0,0337 %
Δt
b) Laju Mulur Daerah Secondary
Diketahui : ∆e = ef - e0
= 0,106753 – 0,08143
= 0,025323
: ∆t = 30240 – 30 = 30210

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 111


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Δε
Jawab : εo = x 100 % = 8,382 X 10-7 %
Δt

6.6. Analisa dan Pembahasan


Pengujian mulur adalah salah satu bentuk pengujian yang dilakukan pada
temperatur tinggi dan pada waktu tertentu dimana beban diberikan secara statis
untuk dapat mengetahui kekuatan dari spesimen uji baja SS 304 apabila menerima
beban dan temperatur tertentu. Praktikum pengujian mulur yang dilakukan
mengacu pada standar ASTM E-139.
Spesimen uji baja SS 304 adalah Stainless Steel jenis austenitik dengan
komposisi 8-20% Ni dan 17-25% Cr. Komposisi Cr dapat menyebabkan baja SS
304 menjadi kuat dan ulet sedangkan komposisi Ni menyebabkan baja SS 304
menjadi tahan karat. Pada aplikasinya baja SS 304 digunakan untuk westafel,
fungsi Ni diperlukan karena dapat menjadikan baja SS 304 tahan karat terkena air.
Sebelum baja SS 304 diuji mulur, baja SS 304 di termal spray terlebih
dahulu menggunakan NiCr + Cr3C2 + Al2O3. Fungsi dari termal spray untk
melapisi material, jadi selama di uji mulur panas yang di terima spesimen tidak
langsung menyentuh base metal dari spesimen akan tetapi panasnya terlebih
dahulu mengenai termal spray, oleh karena itu baja SS 304 juga tahan terhadap
temperatur tinggi.
Prinsip pengujian mulur yaitu spesimen baja SS 304 yang ditempatkan di
suatu tungku pada temperatur tinggi yang akan dikenai beban, maka spesimen
baja SS 304 lama kelamaan akan mengalami peristiwa mulur (creep) seiring
beroperasi pada temperatur tinggi dan diberi beban tertentu dimana pada peristiwa
tersebut akan mengalami pertambahan deformasi dari baja SS 304 pada tegangan
yang tetap (beban statis). Perubahan bentuk atau deformasi ini akan semakin besar
dengan semakin lamanya pembebanan dan jika spesimen uji baja SS 304 tidak
dapat menahan lagi pembebanan maka spesimen baja SS 304 akan menunjukkan
nilai perubahan yang naik drastis dan akan menyebabkan spesimen uji baja SS
304 patah. Akan tetapi pada kenyataannya baja SS 304 tidak mengalami patah dan
hanya mengalami sampai state 2 yaitu secondary creep, hal ini di sebabkan karena
waktu yang dibutuhkan untuk menyebabkan baja SS 304 patah memerlukan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 112


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

waktu yang sangat lama dan praktikan memiliki keterbatasan waktu untuk
menunggu sampai baja SS 304 patah. Dan juga karena baja SS 304 tahan terhadap
temperatur tinggi dan juga ulet oleh sebab itu waktu yg di perlukan sangat lama
sekitar 20 bulan.
Perubahan yang dapat dilihat dari praktikum adalah perubahan waktu yang
dicatat per 5 menit, perpanjangan dan regangan yang tertera pada dial indicator
yang nantinya akan berguna untuk membuat kurva mulur (creep) yang akan
menunjukkan tiga daerah atau bagian utama dari kurva mulur (creep). Pertama,
daerah primary creep, pada daerah ini laju regangan menurun hingga laju
regangan konstan tercapai, pada pengujian pertama daerah primary creep
ditunjukkan pada 0-15 menit awal pengujian. Kedua, daerah secondary creep
(steady state), pada daerah ini terjadi laju mulur yang konstan dimana nilai
pertambahan panjang dari pengamatan masih bernilai naik-turun. Pada pengujian
pertama, kurva secondary creep yang dihasilkan naik dan turun secara konstan
(perlahan) sehingga kurva yang dihasilkan condong naik ke kanan dan pada
pengujian kedua kurva secondary menunjukkan daerah yang cukup stabil dan
memiliki data yang banyak. Dikatakan bahwa daerah tersebut tidak berada pada
darah secondary creep jika tidak adanya lagi nilai yang naik dan turun dari
pengamatan nilai pertambahan panjang.
Untuk laju mulur yang terjadi dari kedua daerah pada pengujian yang
dilakukan yaitu laju mulur rata-rata pada pengujian daerah primary creep yaitu

% %
0,0037 dan daerah secondary creep yaitu 8,382 x 10-7 .
menit menit
6.7. Kesimpulan
1. Pengujian mulur (creep) adalah pengujian yang dilakukan pada temperatur
tinggi dimana spesimen baja SS 304 mengalami beban tarik yang statis.
2. Terdapat tiga daerah utama pada kurva uji mulur yaitu primary creep,
secondary creep dan tertiary creep. Namun hasil Praktikum hanya mencapai
pada secondary creep.
3. Laju mulur (creep) rata-rata pada Pengujian, daerah primary creep yaitu

% %
0,0037 dan daerah secondary creep yaitu 8,382 x 10-7 .
menit menit

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 113


BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

4. Faktor yang mempengaruhi uji mulur adalah beban yang diberikan,


temperatur uji yaitu temperatur tinggi dan waktu pengujian.
5. Semakin tinggi temperatur uji maka akan menyebabakan pertambahan
deformasi semakin besar begitu pula dengan beban, semakin besar beban
yang diberikan maka akan semakin besar pertambahan deformasi yang
terjadi.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 114

Anda mungkin juga menyukai