PENGUJIAN MULUR
6.1. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tahapan proses dan prinsip dasar pengujian
mulur.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja mesin uji mulur.
3. Mengetahui dan memahami sifat mekanik spesimen uji SS 304 apabila
menerima beban tarik yang dilakukan pada temperatur dan waktu tertentu.
4. Mengetahui pengaruh temperatur, tegangan dan waktu terhadap spesimen
uji mulur SS 304.
5. Mengetahui dan menganalisis bentuk patahan yang terjadi pada spesimen uji
SS 304.
6. Mengetahui besar laju mulur yang terjadi pada spesimen uji SS 304.
7. Mengetahui dan memahami daerah-daerah kurva uji mulur pada proses
pengujian mulur SS 304.
94
BAB V PENGUJIAN MULUR Kelompok 3
dikalkulasi umur sisa dari suatu komponen yang telah beroperasi dalam waktu
tertentu dan terkena temperatur tinggi.
Gambar
6.2 Kurva creep
Terdapat tiga daerah creep yaitu, daerah I merupakan daerah dimana laju
creep tinggi, daerah II disebut juga daerah steady state yang menunjukkan daerah
stabil dan merupakan daerah keseimbangan terjadinya proses pengerasan dan
pelunakan material (kurva berbentuk linier), daerah III merupakan daerah tertiary
yaitu daerah dimana material mulai mengalami rupture atau dalam keadaan tidak
aman.
Dari creep test didapat kurva creep pada pembebanan dan tegangan konstan
sebagai berikut:
akurat, benda uji harus dipertahankan pada temperatur konstan dan pengukuran
perubahan dimensi harus mendapat perhatian yang besar bagaimanapun kecilnya
karena kenaikan temperatur sebesar beberapa puluh derajat cukup untuk
melipatgandakan laju pemuluran.
Dalam hal teori dislokasi, dislokasi diproduksi terus menerus dalam tahap
utama creep. Dengan meningkatnya waktu, semakin banyak dislokasi
hadir dan mereka mengakibatkan gangguan meningkat dengan gerakan
masing-masing, sehingga menurunkan laju creep. Pada tahap sekunder, timbul
situasi di mana jumlah dislokasi dihasilkan adalah persis sama dengan
jumlah dislokasi pengerasan. Kesetimbangan dinamis ini menyebabkan
logam untuk merambat pada tingkat konstan. Akhirnya, peningkatan laju
creep dan spesimen karena penciutan lokal dari spesimen (atau
komponen), kekosongan dan formasi retak mikro pada batas butir gagal, dan
pengaruh berbagai metalurgi sebagai pengkasaran presipitat.
Ketika dalam proses sebuah komponen teknik tidak boleh memasuki tahap
tersier creep. Oleh karena itu, laju creep sekunder, yang sangat penting sebagai
kriteria desain. Komponen, yang menjadi subjek pada proses creep,
menghabiskan sebagian besar waktu mereka pada tahap sekunder, sehingga
berarti bahwa logam atau paduan dipilih untuk komponen ini harus memiliki laju
creep minimum sekunder mungkin. Secara umum, laju creep sekunder, yang
menentukan hidup diberikan komponen.
Apliksi pengoperasi pada temperatur tinggi yang berhubungan dengan uji
mulur adalah:
a. Turbin gas dan turbin pesawat
b. Reaktor nuklir
c. Pembangkit listrik
d. Proses kimia
Nyalakan timer
Catat waktu, perubahan panjang dan regangan hingga putus
atat skala beban
Pengumpulan data
Kesimpulan
11. Mengeluarkan spesimen baja SS 304 dari dalam tungku, ukur dimensi
akhir spesimen baja SS 304 lalu ambil gambar dari spesimen baja SS
304 menggunakan kamera HP.
12. Mengumpulkan data praktikum yang telah dilakukan.
13. Menganalisa dan membahas apa yang terjadi selama praktikum.
14. Membuat kesimpulan dari proses praktikum yang telah dilakukan.
0.1
0
0 1 1 2 2 3 3
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.07
0 2 4 6 8 10 12 14 16
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
2. Foto Spesimen
A
500
B
50
C
W2
Gambar 6.8 Skema diagram benda bebas pengujian mulur spesimen baja SS
b) Perhitungan 304
Diketahui : W1 = 54 kg
d1 = 500 mm
d0 = 50 mm
Ditanya : W2 =?
Jawab :
ƩM =0
ƩM = M1 + M2
0 = (-W1.d1) + (W2.d2)
1 = (-54 kg. 500 mm) + (W2. 50 mm)
W2. 50 mm = (-54 kg. 500 mm)
W2. 50 mm = 27000 kg mm
2 7000 kg mm
W2 =
50 mm
W2 = 540 kg
kg
σu = 2,476
mm 2
∆l 4 8,22 mm
ε4 = = = 0,256
l0 32 mm
b) Regangan Daerah Secondary
Diketahui : l0 = 32 mm
5) Titik 5
Diketahui : Menit ke- = 30
Δl5 = 8,20 mm
Ditanya : ε5?
Jawab :
∆l 5 8,20 mm
ε5 = = = 0,2562
l0 3 2 mm
6) Titik 6
Diketahui : Menit ke- = 3105
Δl6 = 8,76 mm
Ditanya : ε6?
Jawab :
∆l 6 8,76 mm
ε6 = = = 0,273
l0 3 2 mm
7) Titik 7
Diketahui : Menit ke- = 6265
Δl7 = 9,19 mm
Ditanya : ε7?
Jawab :
∆l 7 9,19 mm
ε7 = = = 0,287
l0 3 2 mm
8) Titik 8
Diketahui : Menit ke- = 9005
Δl8 = 9,49 mm
Ditanya : ε8?
Jawab :
∆l 8 9,49 mm
Ε8 = = = 0,296
l0 3 2 mm
9) Titik 9
Diketahui : Menit ke- = 12135
Δl9 = 9,73 mm
Ditanya : ε9?
Jawab :
∆l 9 9,73 mm
ε9 = = = 0,304
l0 3 2 mm
10) Titik 10
Diketahui : Menit ke- = 15060
Δl10 = 9,95 mm
Ditanya : ε10?
Jawab :
∆l 10 9,95 mm
ε10 = = = 0,310
l0 32 mm
11) Titik 11
Diketahui : Menit ke- = 18305
Δl11 = 10,16 mm
Ditanya : ε11?
Jawab :
∆l 11 10,16 mm
ε11 = = = 0,3175
l0 32 mm
12) Titik 12
Diketahui : Menit ke- = 21100
Δl12 = 10,29 mm
Ditanya : ε12?
Jawab :
∆l 12 10,29 mm
ε12 = = = 0,321
l0 3 2 mm
13) Titik 13
Diketahui : Menit ke- = 24155
Δl13 = 10,43 mm
Ditanya : ε13?
Jawab :
∆l 13 10,43 mm
ε13 = = = 0,325
l0 3 2 mm
14) Titik 14
Diketahui : Menit ke- = 27425
Δl14 = 10,59 mm
Ditanya : ε14?
Jawab :
∆l 14 10,59 mm
ε14 = = = 0,330
l0 3 2 mm
15) Titik 15
Diketahui : Menit ke- = 30240
Δl15 = 10,75 mm
Ditanya : ε15?
Jawab :
∆l 15 10,75 mm
ε15 = = = 0,335
l0 3 2 mm
8. Perhitungan Laju Mulur (εo)
a) Laju Mulur Daerah Primary
Diketahui : ∆e = ef - e0
= 0,081629 – 0,076564
= 5,065 x 10-3
: ∆t = 15 – 0 = 15
Δε
Jawab : εo = x 100 % = 0,0337 %
Δt
b) Laju Mulur Daerah Secondary
Diketahui : ∆e = ef - e0
= 0,106753 – 0,08143
= 0,025323
: ∆t = 30240 – 30 = 30210
Δε
Jawab : εo = x 100 % = 8,382 X 10-7 %
Δt
waktu yang sangat lama dan praktikan memiliki keterbatasan waktu untuk
menunggu sampai baja SS 304 patah. Dan juga karena baja SS 304 tahan terhadap
temperatur tinggi dan juga ulet oleh sebab itu waktu yg di perlukan sangat lama
sekitar 20 bulan.
Perubahan yang dapat dilihat dari praktikum adalah perubahan waktu yang
dicatat per 5 menit, perpanjangan dan regangan yang tertera pada dial indicator
yang nantinya akan berguna untuk membuat kurva mulur (creep) yang akan
menunjukkan tiga daerah atau bagian utama dari kurva mulur (creep). Pertama,
daerah primary creep, pada daerah ini laju regangan menurun hingga laju
regangan konstan tercapai, pada pengujian pertama daerah primary creep
ditunjukkan pada 0-15 menit awal pengujian. Kedua, daerah secondary creep
(steady state), pada daerah ini terjadi laju mulur yang konstan dimana nilai
pertambahan panjang dari pengamatan masih bernilai naik-turun. Pada pengujian
pertama, kurva secondary creep yang dihasilkan naik dan turun secara konstan
(perlahan) sehingga kurva yang dihasilkan condong naik ke kanan dan pada
pengujian kedua kurva secondary menunjukkan daerah yang cukup stabil dan
memiliki data yang banyak. Dikatakan bahwa daerah tersebut tidak berada pada
darah secondary creep jika tidak adanya lagi nilai yang naik dan turun dari
pengamatan nilai pertambahan panjang.
Untuk laju mulur yang terjadi dari kedua daerah pada pengujian yang
dilakukan yaitu laju mulur rata-rata pada pengujian daerah primary creep yaitu
% %
0,0037 dan daerah secondary creep yaitu 8,382 x 10-7 .
menit menit
6.7. Kesimpulan
1. Pengujian mulur (creep) adalah pengujian yang dilakukan pada temperatur
tinggi dimana spesimen baja SS 304 mengalami beban tarik yang statis.
2. Terdapat tiga daerah utama pada kurva uji mulur yaitu primary creep,
secondary creep dan tertiary creep. Namun hasil Praktikum hanya mencapai
pada secondary creep.
3. Laju mulur (creep) rata-rata pada Pengujian, daerah primary creep yaitu
% %
0,0037 dan daerah secondary creep yaitu 8,382 x 10-7 .
menit menit