PENGUJIAN KEKERASAN
3.1. Tujuan
1. Mengetahui tahapan proses pengujian kekerasan Brinell dan Rockwell skala
C.
2. Mengetahui nilai kekerasan spesimen uji paduan Mg-Al-Zn, paduan Al
7000 dan Besi Cor Kelabu yang digunakan dengan metode uji kekerasan
Brinell.
3. Mengetahui nilai kekerasan spesimen uji paduan SKD 61 quenching oli,
8407 2M dan Baja HSS yang digunakan dengan metode uji kekerasan
Rockwell skala C.
4. Membandingkan proses dan prinsip pengujian kekerasan Brinell dan
Rockwell skala C.
5. Membandingkan nilai kekerasan dari spesimen uji kekerasan Brinell dan
spesimen uji kekerasan Rockwell skala C.
37
BAB III PENGUJIAN KEKERASAN Kelompok 3
Prinsip pengujian :
Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu
digores oleh apatite (5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6.
Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama
berupa ketidakakuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-
mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilainilainya berkisar antara
1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
2. Metode Pantulan
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat
scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan
berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan
benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan
benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial pada
alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.
diameter ini untuk sebuah lekuk dilakukan dua kali secara bersilang tegak lurus
dan baru dari dua nilai diameter yang diperoleh, diambil rata-ratanya. Kemudian
dimasukkan ke dalam rumus Brinell untuk memperoleh hasil kekerasan Brinell-
nya (HB).
e. Melakukan proses pengujian sebanyak ± 3 kali sehingga diperoleh nilai rata-
rata dari uji kekerasan Brinell tersebut.
f. Yang perlu diperhatikan adalah jarak dari titik pusat lekukan baik dari tepi
specimen maupun dari tepi lekukan lainnya minimal 2 dari 3/2 diameter
lekukannya.
Kalibrasi skala C
Lepas spesimen
Pengumpulan Data
Kesimpulan
Gambar 3.4 Skema proses pengujian kekerasan rockwell skala c
Lepaskan tuas
Lepaskan spesimen
Mencari nilai HB
Pengumpulan Data
Kesimpulan
Gambar 3.5 Skema proses pengujian kekerasan brinell
Spesimen
Diketahui : d = 2,15 mm
Ditanya : BHN1 ?
Jawab :
2xP
BHN1 =
π D (D- √ D 2 - 2,15 2
2 x 250 kg
=
3,14 x 5 (5- √ 52 - 2,152
= 185,87 HB
2) Titik 2
Diketahui : d = 2,15 mm
Ditanya : BHN2 ?
Jawab :
2xP
BHN2 =
π D (D- √ D 2 - 2,15 2
2 x 250 kg
=
3,14 x 5 (5- √ 52 - 2,152
= 185,87 HB
3) Titik 3
Diketahui : d = 1,92 mm
Ditanya : BHN3 ?
Jawab :
2xP
BHN3 =
π D (D- √ D 2 - d2
2 x 250 kg
=
3,14 x 5 (5- √ 52 - 1, 922
= 85,03 HB
b. Paduan Al 7000
Diketahui : P = 250 kg
D = 5 mm
π = 3,14
1) Titik 1
Diketahui : d = 1,4 mm
Ditanya : BHN1 ?
Jawab :
2xP
BHN1 =
π D (D- √ D 2 - d2
2 x 250 kg
=
3,14 x 5 (5- √ 52 - 1, 42
= 159,23 HB
2) Titik 2
Diketahui : d = 1,35 mm
Ditanya : BHN2 ?
Jawab :
2xP
BHN2 =
π D (D- √ D 2 - d2
2 x 250 kg
=
3,14 x 5 (5- √ 52 - 1,352
= 171,82 HB
3) Titik 2
Diketahui : d = 1,3 mm
Ditanya : BHN3 ?
Jawab :
2xP
BHN3 =
π D (D- √ D 2 - d2
2 x 250 kg
=
3,14 x 5 (5- √ 52 - 1,3 2
= 185,87 HB
Jawab :
HRC1 + HRC2 + HRC3
HRC rata-rata =
3
63 ,5 HRC + 65 HRC + 60 HRC
=
3
= 62,83 HRC
e. Baja HSS
Diketahui : HRC1 = 68,5 HRC
HRC2 = 68,5 HRC
HRC3 = 69 HRC
Ditanya : HRC rata-rata ?
Jawab :
HRC1 + HRC2 + HRC3
HRC rata-rata =
3
=
80
Kekerasan (BHN)
66.6 66.6
60
40
20
0
1 2 3
Pengujian ke-
b. Paduan Al 7000
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3
Pengujian ke-
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3
Pengujian ke-
63.6 65
60
60
Kekerasan (BHN)
40
20
0
1 2 3
Pengujian ke-
e. Baja HSS
60
Kekerasan (HRC)
50
40
30
20
10
0
1 2 3
Pengujian ke-
f. 8407 2M
40 38.5
36.5 35.5
Kekerasan (HRC)
20
0
1 2 3
Pengujian ke-
180 172.3
160
140
Kekerasan (BHN)
120
100
80 72.74
60 50.16
40
20
0
Al 7000 Paduan Mg-Al-Zn Besi Cor Kelabu
40 36.83
20
0
SKD 61 8407 2M Baja HSS
kekerasannya semakin kecil. Jejak indentasi dipengaruhi oleh sifat dan ukuran
material maka dari itu pada pengujian kekerasan Brinell, spesimen uji yang
digunakan tidak boleh terlalu ulet, terlalu keras dan terlalu tipis. Maka dari itu,
apabila spesimen uji terlalu ulet dan tipis, indentasi (penekanan) dapat menembus
hingga bagian bawah permukaan spesimen uji sehingga bukan lagi mengukur nilai
kekerasan di permukaan spesimen uji tetapi bisa saja menjadi mengukur
kekerasan anvil karena menembus hingga bawah. Jenis pengujian kekerasan
Brinell dinilai tidak praktis karena harus mengolah data dari jejak indentasi (d)
yang dihasilkan.
Baja SKD 61 quenching oli dan Baja HSS merupakan jenis baja perkakas.
Baja SKD 61 quenching oli merupakan baja paduan rendah yang dihasilkan dari
Hot Work Tool Steel dan memiliki kadar karbon sekitar 0,32-0,42% C sedangkan
baja HSS merupakan baja perkakas kecepatan tinggi yang memiliki kadar karbon
sekitar 0,8% C. Untuk Baja 8407 2M mendapatkan perlakuan full Hardening.
Dari hasil praktikum kekerasan dengan metode Rockwell skala C,
didapatkan nilai kekerasan rata-rata untuk baja SKD 61 quenching oli sebesar
62,83 HRC. Untuk baja HSS memiliki nilai kekerasan rata-rata sebesar 68,66
HRC. Untuk baja 8407 2M memiliki kekerasan rata-rata 36,83 HRC. Dari data
yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa nilai kekerasan baja HSS lebih tinggi
daripada baja SKD 61 quenching oli, hal ini dapat dipengaruhi oleh komposisi
kimia dari kedua spesimen uji yang terutama adalah komposisi/kadar karbon
didalam spesimen uji.
Pada pengujian kekerasan dengan metode Rockwell skala C merupakan
metode pengujian kekerasan yang paling baik secara teknik dalam pengukuran
kekerasan karena adanya pembebanan mayor dan minor pada indentasi dan juga
dapat langsung mengetahui nilai kekerasannya yang dapat dibaca pada skala alat
uji kekerasan. Pada alat uji kekerasan Rockwell yang digunakan dapat mengukur
nilai kekerasan Rockwell skala B dan C, jika ingin menggunakan salah satu dari
skala tersebut maka diperlukan kalibrasi skala yang dipilih setelah indentor
menyentuh spesimen dan skala kecil pada alat uji kekerasan menuju ke titik
merah.
3.7. Kesimpulan
1. Pengujian kekerasan adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
kekerasan dari suatu material.
2. Nilai kekerasan dari pengujian kekerasan Brinell yaitu memiliki nilai
kekerasan rata-rata untuk setiap spesimen uji yaitu:
a. Paduan Mg-Al-Zn sebesar 72,74 HB.
b. Paduan Al-7000 sebesar 172,30 HB.
c. Besi Cor Kelabu sebesar 50,16 HB.
3. Dari pengujian kekerasan Brinell, dapat diketahui spesimen uji paduan Al-
7000 memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada paduan Mg-Al-Zn dan
Besi Cor Kelabu.
4. Jejak indentasi pada pengujian kekerasan Brinell dapat mempengaruhi nilai
kekerasan yang diperoleh.
5. Nilai kekerasan dari pengujian kekerasan Rockwell skala C yaitu memiliki
nilai kekerasan rata-rata untuk setiap spesimen uji yaitu:
a. Baja SKD 61 quenching oli sebesar 62,83 HRC.
b. Baja HSS sebesar 68,66 HRC.
c. Baja 8407 2M sebesar 36,83 HRC.
6. Dari hasil pengujian kekerasan Rockwell skala C dapat diketahui spesimen uji
baja HSS memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada baja SKD 61
quenching oli karena memiliki kandungan/kadar karbon yang lebih besar.