Anda di halaman 1dari 5

Pengujian Hardness dan Struktur Micro Pada Daerah

HAZ Sambungan Low Carbon Steel dan Stainless Steel

Andy Parulian Siregar*, Nugroho Pratomo Ariyanto* and Hanifah Widiastuti#

 Batam Polytechnics
Mechanical Engineering Study Program
Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia
E-mail: andyparulian14@gmail.com

Abstrak

Pertumbuhan dan Perkembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju dan pesat,
tidak dapat dipisahkan dari proses penyambungan logam yang sejenis atau penyambungan logam
tak sejenis.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelasan logam berbeda (dissimilar metals
welding/DMW) dengan variasi suhu PWHT pada sambungan las antara baja AISI 1105 dengan baja tahan karat
AISI 316. Permasalahan yang sering muncul pada pengelasan tak sejenis adalah terjadinya migrasi unsur karbon
sehingga daerah yang memahami konsentrasi unsur karbon yang tinggi sehingga mengakibatkan nilai kekerasan
menjadi tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya kualitas sambungan las dan sambungan akan lepas . Pada
sisi lain, baja karbon rendah mengalami pengerasan berlebihan pada HAZ jika laju pendinginan pengelasan tinggi,
sehingga menyebabkan turunnya ketangguhan (toughness). Metode penelitian terdiri dari pengelasan logam tak
sejenis menggunakan teknik las GTAW dengan filler OK 309L dengan posisi 6G. Setelah pengelasan dilakukan
PWHT dengan variasi temperatur 400°C, 550 °C dan 700°C selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pengujian
kekerasan dan struktur mikro. Sifat mekanik terbaik didapat pada perlakuan PWHT suhu 550°C yang ditunjukkan
pada hasil kekerasan yang sedikit menurun namun hampir merata dari logam induk baja tahan karat hingga logam
induk baja karbon hal ini akan meningkatkan nilai ketangguhannya.

Kata kunci: Logam tak sejenis, GTAW, HAZ, PWHT, Kekerasan, Struktur mikro.

Abstract
Growth and development in the field of construction technology is advancing rapidly and can not be
separated from the process of switching similar metal or metal connection was similar. The study
aims to determine the effect of dissimilar metals welding by current variations in the weld joint
(dissimilar metal welding/DMW) between AISI 1045 steel and AISI 316L. The problem that often arises in the
dissimilar metal welding is the occurrence of carbon migration so that regions that understand the concentration of
high carbon that result in high hardness value. This may result in deterioration of the quality of welded joints and
the connection will be loose. Low carbon steels suffer from excessive hardening of the HAZ if the welding
cooling rate is high, thus causing a decrease in toughness. The research method consisted of unpaired metal
welding using GTAW welding technique with filler OK 309L with 6G position. After welding done PWHT with
variations of temperature 400 ° C, 550 ° C and 700 ° C for 1 hour. Next will be tested hardness and microstructure.
The best mechanical properties are obtained at the 550 ° C PWHT treatment which is shown in slightly decreased
hardness but almost uniformly from the stainless steel base metal to the carbon steel base metal, this treatment will
increase the value of toughness.

Keywords : Dissimilar Metal Welding, GTAW, HAZ, PWHT, Hardness, Micro Structure.

1 Pendahuluan karbon rendah (CS) dan baja tahan karat austenitic


(SS) semakin banyak diterapkan karena tuntutan
Pengelasan merupakan salah satu proses desain dan tuntutan ekonomi,meliputi perkapalan,
penyambungan logam yang banyak dilakukan untuk jembatan, rangka baja, sistem perpipaan dan lain
logam sejenis ataupun berbeda. Pengelasan logam tak sebagainya. Dalam dunia industri, pengelasan dua
sejenis (dissimilar metals welding/DMW) antara baja jenis logam yang berbeda biasanya bertujuan untuk
memenuhi kriteria kombinasi sifat tertentu dan Electric Flectec 650 dengan variasi ampere yang
efisiensi biaya [1]. Pengelasan dissimilar metal antara digunakan Root 61A, Hotpass 80A, Filler Pass 135A,
baja tahan karat austenitic dengan baja low karbon Capping 125A. Jenis filler metal yang dipakai yaitu
biasa diaplikasikan pada pembuatan pressure vessel. OK Tigrod 309L berdiameter 1,6 mm dan 2,4 mm .
Pemilihan jenis baja bergantung pada sifat material Prosedur dan parameter pengelasan tersebut
yang harus dipenuhi sesuai dengan kondisi operasi mengikuti standar WPS-ASME-TM3-P1P8 yang
komponen. Baja tahan karat austenitic digunakan sudah terkualifikasi[3].
pada flange dan baja karbon karbon biasa digunakan
pada shell. Penelitian sebelumnya, melaporkan bahwa
kegagalan akibat pengelasan kedua jenis material
sering terjadi dan dapat mengakibatkan masalah serius
[2]. 70°

Permasalahan pada pengelasan logam tak sejenis


adalah terbentuknya tegangan sisa dan distorsi
akibat angka pemuaian baja tahan karat austenitic
yang lebih besar dari pada baja karbon rendah,
penurunan ketahanan korosi, penurunan sifat
mekanis dan penggetasan akibat terbentuknya 7,6 mm
endapan halus (precipitate) karbida krom yang
mengendap di antara batas butir austenite [5]. Untuk
mengatasi permasalahan yang timbul perlu adanya
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh PWHT (post welding heat treatment),
terhadap sifat mekanis yang meliputi, kekerasan dan
struktur mikro. Material yang digunakan dalam
penelitian ini adalah baja karbon rendah AISI 1005
disambung dengan baja tahan karat austenitic AISI
316 dengan filler OK Tigrod 309L. Pengujian 4 mm
sambungan meliputi pengamatan sifat mampu las
(weldability), pengamatan struktur mikro dengan
mikroskop logam, dan uji kekerasan dengan standar
ASTM. 10 mm

2 Metodologi Penelitian
Jenis logam yang digunakan adalah baja karbon Gambar 1: Geometri Sambungan Las
rendah AISI 1005 dan baja tahan karat austenitic AISI
316 berdiameter 3 inch dengan ketebalan 7,62 mm
(Schedule 80s). Komposisi kimia kedua jenis baja Sampel yang telah dilas kemudian dipotong 35 ×
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. 15mm tegak lurus pada daerah lasan sebanyak 4
sampel. Setelah pemotongan dilakukan proses PWHT
TABEL 1 dengan tiga variasi temperatur pemanasan 400°C,
550°C dan 700°C dengan waktu tahan pada masing-
Komposisi Kimia (%wt)
masing sampel yaitu 1 jam yang dilanjutkan dengan
Material C Mn Si Cr Ni P S pendinginan pada suhu ruangan.

AISI 0.018 0.082 0.166 - - 0.054 0.15


1105
700°C
AISI 0.029 0.3 0.274 13.92 12.06 0.03 0.006
316

Pipa yang akan dilas dibuat kampuh V-Tunggal


(Single V Groove Weld, Butt Joint) sudut 35° dengan
posisi pengelasan pipa 6G. Metode pengelasan yang 550°C 50 °550 400°C
dipilih adalah GTAW dengan shielding gas dan °C
purging (Infus Gas Dalam Pipa) argon 99,99%,
menggunakan mesin tipe DC arc welding Lincoln
Steel sampai ke logam induk Stainless Steel, maka
diuji 3 titik kekerasan pada setiap zona lalu diambil
Gambar 2: Sectioning of PWHT Temperature
rata-rata nya sebagai hasil kekerasannya.
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh VHN
parameter PWHT adalah uji kekerasan dan analisa 190
struktur mikro (ASM). Pengujian kekerasan
dilakukan pada Vickers Hardness Testing Machine 180
HVS-1000A dengan beban 1000 gram dan waktu
pembebanan 15 detik. Satuan kekerasan yang 170
0
digunakan adalah Vickers Hardness Number(VHN).
Analisa struktur mikro (ASM) dilakukan dengan 160
menggunakan Micro Machine Buehler Viewmet.
Cairan etsa yang digunakan berupa larutan nital (95%
nitrid acid+ 5% alkohol ).

Gambar 4: Grafik nilai kekerasan DMW tanpa PWHT

Gambar 4 merupakan distribusi nilai kekerasan daerah


pengelasan DMW tanpa PWHT dari base metal baja
tahan karat sampai dengan base metal baja karbon.
Terlihat perbedaan kekerasan yang sangat mencolok.
Ini diakibatkan oleh migrasi karbon yg terjadi pada
saat pengelasan berlangsung. Nilai kekerasan
tertinggi pada daerah las yang bernilai 197.3 VHN.
Migrasi karbon dapat merubah kekuatan mekanik
daerah las tersebut menjadi keras, pada HAZ baja
karbon bernilai 180 VHN sedikit lebih tinggi dari base
metalnya yaitu 178 VHN, pada base metal baja tahan
karat bernilai 180 VHN sama dengan kekerasan pada
HAZ baja karbon.

VHN
190

180

170
0
160

Gambar 3: Diagram Alur Metodologi

3 Analisa Data dan Pembahasan Gambar 5: Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 400°C

3.1 Uji Kekerasan Tidak jauh berbeda dengan grafik nilai kekerasan dari
PWHT temperatur 400°C, yaitu daerah paling keras
Pengujian kekerasan menggunakan metode mikro terletak pada titik daerah weld metal yang bernilai
vickers dengan penggunaan beban 1000 gram. Pada 191.6 VHN sedangkan pada daerah HAZ baja karbon
masing-masing specimen untuk memperoleh tetap dikekerasan yang sama yaitu 180 VHN. Terjadi
distribusi kekerasan mulai dari logam induk Carbon sedikit penurunan kekerasan dari base metal baja
karbon hingga base metal baja tahan karat. 180 dan 176 VHN.

VHN VHN
190 190

180 180

170 170
0 0
160 160

Gambar 6: Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 550°C

Gambar 6 merupakan distribusi nilai kekerasan Gambar 8: Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 400°C,
550°C, 700°C
daerah pengelasan DMW dari base metal baja tahan
karat sampai dengan base metal baja karbon. Terlihat 3.2 Uji Mikro
perbedaan kekerasan tidak terlalu tinggi,
pendistribusian kekerasan hampir merata. Terjadi Pengambilan gambar struktur mikro dilakukan pada
penurunan kekerasan pada setiap zona tetapi tidak bagian HAZ carbon steel tepat nya pada garis fusi
signifikan. Nilai kekerasan tertinggi tetap pada daerah karena sering terjadinya kegagalan pada DMW
las yaitu 183 VHN. Daerah HAZ baja tahan karat dan terletak pada batas weld metal dengan HAZ baja
daerah HAZ baja karbon memiliki nilai kekerasan karbon. Baja AISI 316 didominasi oleh fasa austenit,
yang hampir sama kekerasannya. Pada daerah ini hal ini sesuai kandungan unsur kimia baja tersebut
memiliki nilai 179 VHN dan 178 VHN tidak jauh yang memiliki kandungan unsur penstabil austenit,
signifikan perbedaannya. Cr mencapai 13 %. Sedangkan pada baja AISI 1015,
fasa yang tampak adalah kombinasi ferit dan perlit
[4]. Baja ini merupakan baja karbon rendah dan tidak
VHN
memiliki unsur paduan dalam jumlah tinggi.
190 Perubahan struktur mikro pada kedua jenis logam
yang telah mengalami pengelasan dan PWHT dapat
180 dilihat pada Gambar 9.
170
0
160
LAS HAZ CS LAS

HAZ CS

a. Non PWHT b. PWHT 400°C

Gambar 7: Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 700°C

Gambar 7 merupakan distribusi nilai kekerasan daerah LAS LAS


HAZ CS
pengelasan DMW dari base metal baja tahan karat
HAZ CS
sampai dengan base metal baja karbon. Nilai
kekerasan tertinggi masih pada daerah las yang
bernilai 183 VHN hasil ini sama dengan hasil
kekerasan pada PWHT suhu 550°C. Tetapi pada
c. PWHT 550°C d. PWHT 700°C
daerah base metal baja tahan karat kekerasannya
melebihi daerah HAZ baja tahan karat dengan nilai
Gambar 9: Struktur Mikro DMW Perbesaran 600X References
Gambar 9 (a) adalah struktur mikro dari HAZ CS non
[1] Ozdemir. 2005. Investigation of the Mechanical
PWHT yang terdiri dari ferit+perlit. Terlihat ukuran
Properties of Friction-Welded Joints Between
butir di dekat batas fusi lebih besar dari ukuran butir
AISI 316 and AISI 1005 Steel as a Function of
ke arah base metal. Pada batas fusi tersebut ditemukan
Rotational Speed. Materials Letters, vol. 59,
garis berwarna gelap yang memisahkan weld metal
p.2504
dengan HAZ CS, Nilai kekerasannya adalah 180
VHN. Gambar 9 (b) adalah struktur mikro dari HAZ [2] J. Kim, et al. 2009. Microstructure and high
CS dengan PWHT 400°C struktur mikronya tidak temperature properties of the dissimilar weld
jauh berbeda dengan yang non PWHT ,namun terlihat between ferritic stainless steel and carbon steel.
jelas bahwa garis berwarna gelap di daerah fusi Metals and Materials International, vol. 15,
tersebut semakin mengecil. Nilai kekerasannya adalah pp.843-849,.
180 VHN. Gambar 9 (c) adalah struktur mikro dari
HAZ CS dengan PWHT 550°C ,ukuran butir tampak [3] Malau, Jefri. 2016. WPS-ASME-TM3-P1P8.
seragam. Terlihat garis berwarna gelap di daerah fusi Batam: Profab
semakin menipis dan tidak terlalu gelap,ukuran butir
juga terlihat mengecil dari yang sebelum nya. Nilai [4] Callister, W.D. 2007. Material Science and
kekerasannya adalah 178 VHN. Gambar 9 (d) adalah Engineering an Introduction7ed. Wiley
struktur mikro dari HAZ CS dengan PWHT 700°C,
PWHT temperatur ini mengakibatkan terjadinya [5] Jack, Chairman. “Chromium Carbide
migrasi karbon yang cukup banyak, dengan Precipitation.” Ssina.com.
diperlihatkan bentuk struktur mikro HAZ baja karbon http://www.ssina.com/corrosion/igc.html (diakses
yang berstruktur ferit dengan ukuran butir yang besar pada 11 Mei 2017)
dan berwarna terang penampilanya serta pengkasaran
butir pada daerah HAZ dan berstruktur ferrit, secara
otomatis daerah ini mengalami kekurangan karbon
dan akan melemahkan kekuatan mekaniknya sehingga
nilai kekerasannnya berkurang drastis menjadi 173
VHN.

4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
dilakukan tentang pengaruh pengelasan logam
berbeda dengan variasi PWHT yang digunakan antara
Baja AISI 1105 dan baja tahan karat AISI 316 dengan
metode pengelasan GTAW terhadap sifat mekanis dan
sifat fisis, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan
PWHT, akan menurunkan nilai kekerasan pada HAZ
baja karbon dibandingkan dengan HAZ baja karbon
tanpa PWHT, sehingga akan menaikkan
ketangguhannya (toughness). PWHT pada temperatur
700°C menunjukkan nilai kekerasan HAZ baja karbon
dan baja tahan karat terlalu rendah, hal ini disebabkan
adanya endapan (precipitation)karbida krom diantara
batas butir austenite [5]. Sifat mekanik terbaik didapat
pada perlakuan PWHT suhu 550°C yang ditunjukkan
pada hasil kekerasan yang sedikit menurun namun
hampir merata dari logam induk baja tahan karat
hingga logam induk baja karbon hal ini akan
meningkatkan nilai ketangguhannya. Struktur mikro
ferrit pada daerah HAZ efek dari PWHT 700°C ini
menunjukan telah terjadi migrasi karbon yang besar
disana, serta penurunan nilai kekerasan pada HAZ
baja karbon karena kekurangan unsur C.

Anda mungkin juga menyukai