SKRIPSI
Oleh
Wahyu Arif Rochman
NIM H42171702
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan:
1. Setelah mengetahui struktur mikro pada benda hasil lasan, maka penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perubahan struktur
mikro akibat proses pengelasan TIG dengan variasi jenis filler.
2. Setelah mengetahui tingkat dan bentuk cacat pengelasan pada sambungan
alumunium 6061 dan baja SS400 akibat variasi jenis filler, maka dari hasil
tersebut dapat digunakan sebagai acuan menentukan filler dan parameter
lain yang tepat untuk mendapatkan hasil sambungan dengan sifat fisis
yang sesuai tuntutan.
3. Dapat menambah ilmu cara mengidentfikasi cacat pengelasan
menggunakan metode NDT (Non Destructive Test).
4. Dapat dijadikan sebagai acuan peneliti selanjutnya tentang variasi filler
pada dissimilar material pengelasan GTAW terhadap cacat pengelasan.
d) Alumunium - Tembaga
Pada paduan alumunium dan tembaga(Cu) menghasilkan material yang
lebih kuat dan keras namun rapuh jika konsentrasi paduan tembaga lebih
dari 5,6%.
e) Alumunium – Mangan
Paduan alumunium dan mangan(Mn) dapat meningkatkan tensil yang
tinggi sehingga material lebih keras dan tidak terlalu rapuh. Dan juga
meningkatkan titik lebur pada paduan ini.
f) Alumunium – Seng
Paduan alumunium dan seng(Zn) merupakan paduan dengan kekuatan dan
kekerasan terbaik dibandingkan dengan paduan lainnya. Kandungan 5,5%
seng pada alumunium memiliki kekuatan tensil sebesar 580 Mpa.
g) Alumunium – Lithium
Paduan alumunium dan lithium(Li) dapat mengakibatkan pengurangan
massa jenis dan peningkatan modulus elastisitas material. Alumunum ini
tidak lagi diproduksi dikarenakan reaktivitas lithium yang tinggi
mengakibatkan biaya keselamatan kerja juga tinggi.
h) Alumunium – Skandium
Penambahan scandium(Sc) ke aluminium membatasi pemuaian yang
terjadi pada paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada
di lingkungan yang panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena
terdapat paduan lain yang lebih murah dan lebih mudah diproduksi dengan
karakteristik yang sama, yaitu paduan titanium. Paduan Al-Sc pernah
digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur Rusia, MIG, dengan
konsentrasi Sc antara 0,1-0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz, 2004).
i) Alumunium – Besi
Paduan alumunium dan besi(Fe) dapat mengakbatkan tensil menurun
secara drastis namun tingkat kekerasan meningkat hanya sedikit. Oleh
karena itu persentase paduan besi diperlukan hanya sedikit saja dan juga
bisa ditambah dengan unsur lain yang lebih baik
2.2.3 Seri Alumunium
Al murni (seri 1000)
Paduan tidak dapat diperlakukan Paduan Al-Mn (seri 3000)
panas (Non Heat Treatable) Paduan Al-Si (seri 4000)
Paduan Al-Mg (seri 5000)
Al Paduan
Paduan Al-Cu (seri 2000)
Paduan dapat diperlakukan
Paduan Al-Mg-Si (seri 6000)
panas (Heat Treatable)
Paduan Al-Zn (seri 7000)
Paduan Al-Si (Silumin)
Non-heat-treatable alloy
Paduan Al-Mg
Al Paduan coran
(Hydronarium)
Paduan Al-Cu (Lautal)
Heat-treatable alloy Paduan Al-Si-Mg (Silumin,
Lo-ex)
Pada paduan Al-Mg seri 5000 terbagi menjadi beberapa macam seri secara
umum yaitu seri 5005, 5050, 5052, 5056, dan 5083.
Jenis Al-Mg (seri 5000) Kandungan Mg Kegunaan
Seri 5005 0,8% Sebagai batang profil extrusi
Pipa saluran minyak dan gas pada
Seri 5050 1,2%
kendaraan
Seri 5052 2,5% Cocok pada lingkungan air laut dan
bahan arstektur.
Seri 5056 5% Bahan kawat dan pin engsel
Seri 5083 4,5% Bahan untuk tangki
2.3 Pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih
menjadi suatu bentuk sambungan dengan menggunakan proses panas. Panas
tersebut diperlukan untuk mencairkan bagian logam yang akan disambung dengan
elektroda sebagai bahan tambah atau filler. (Suwahyo 2011).
5. Collet
Segala ukuran diameter elektroda dapat dipegang oleh piranti pemegang
elektroda (electrode holder) yang disebut Collet atau Chuck. Piranti ini terbuat
dari paduan tembaga. Collet ini akan menggenggam erat elektroda saat penutup
obor diikat erat. Hubungan baik antar elektroda dengan bagian dalam diameter
collet penting untuk penyaluran arus las dan pendingin elektroda.
6. Nozzle
Nozzle berfungsi untuk mengarahkan gas pelindung pada pengelasan.
Nozzle antar cup ini dapat dipasang pada kepala obor, dan juga terpasang pada
kepala obor piranti pengatur aliran gas (diffuser) atau piranti jet yang terpatent.
Fungsi diffuser adalah untuk meluruskan arah aliran gas. Bahan nozzle adalah
bahan tahan panas (heat resisting material) dalam berbagai ukuran dan bentuk.
Pemasangannya pada kepala obor menggunakan ulir atau genggaman friksi (tight
fit). Nozzle terbuat dari keramik, metal, keramik berlapis metal, quartz yang dicor
atau bahan lain. Bahan keramik adalah bahan yang paling umum digunakan
karena murah namun sangat mudah pecah, oleh karenanya harus sering diganti
(Sriwidharto, 2006).
Gambar 8. Moncong (Nozzle)
Sumber: (Sriwidharto, 2006)
7. Elektroda (tungsten)
Elektroda tungsten adalah elektroda tidak terumpan (non-consumable
electode) yang berfungsi sebagai pencipta busur nyala saja yang digunakan untuk
mencairkan kawat las yang ditambahkan dari luar dan benda yang akan
disambung menjadi satu kesatuan sambungan. Elektroda ini tidak berfungsi
sebagai logam pengisi sambungan sebagaimana yang biasa dipakai pada elektroda
batang las busur metal maupun elektroda gulungan pada las MIG (Tim Fakultas
Teknik UNY, 2004). Ada beberapa tipe elektroda tungsten yang biasa dipakai di
dalam pengelasan sebagaimana dijelaskan pada tabel 2 berikut:
Gambar 9 Pengaruh kecepatan pengelasan terhadap penetrasi dan lebar lajur las
Sumber: (Sonawan, 2006)
a. Logam induk (base metal), merupakan bagian logam dasar dimana panas
dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
struktur dan sifat.
b. Daerah las / logam las, merupakan bagian dari logam yang pada waktu
pengelasan mencair dan membeku.
c. Daerah pengaruh panas atau heat effected zone (HAZ), merupakan logam
dasar yang bersebelahan logam las yang selama proses pengelasan
mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat
(Wiryosumarto, 2000).
d. Selain ketiga daerah tersebut, masih ada satu daerah khusus yang
membatasi antara logam las dengan daerah pengaruh panas yang disebut
batas las atau daerah fusi (fusion line).
2.6 Pengujian NDT (Non Destructive Test)
NDT merupakan teknik pengujian suatu benda kerja untuk mengetahui
kecacatan atau pororitas pada permukaan atau dalam benda kerja tersebut tanpa
merusak struktur dan fungsinya. NDT memiliki banyak metode pengujian, dan
pengujian yang paling sering digunakan secara umum yaitu:
1. Radiograpy test
2. Ultrasonic testing
3. Eddy current
4. Magnetic particel
5. Liquid penetrant
6. Visual inspection
b. Fluorescent penetrant
Fluorescent penetrant adalah metode penetrasi menggunakan bantuan
sinar ultraviolet dan dilakukan pada ruangan yang gelap. Metode ini
dilakukan pada pengujian khusus seperti baling-baling pesawat. (G.
Kedarnath, 2017)
Sinar UV
Cacat las incomplete penetration disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
1. Travel speed terlalu tinggi.
2. Jarak gap atau root opening terlalu lebar.
3. Jarak elektroda atau busur las terlalu tinggi.
4. Sudut elektroda yang salah.
5. Ampere las terlalu kecil.
Cacat las incomplete fuison disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
1. Posisi Sudut kawat las salah.
2. Ampere terlalu rendah.
3. Sudut kampuh terlalu kecil.
4. Permukaan kampuh terdapat kotoran.
5. Travel Speed terlalu tinggi.
2.7.4 Undercut
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau
akar, bentuk cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam
induk. Jenis cacat pengelasan ini dapat terjadi pada semua sambungan las, baik
fillet, butt, lap, corner dan edge joint.
Gambar 24 Cacat las undercut
(Sumber: Achmadi, 2019)
Cacat las undercut disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
1. Arus pengelasan yang digunakan terlalu besar.
2. Travel speed / kecepatan las terlalu tinggi.
3. Panjang busur las terlalu tinggi.
4. Posisi elektroda kurang tepat.
5. Ayunan tangan kurang merata, waktu ayunan pada saat disamping terlalu
cepat.
Cacat las tungsten inclusion disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
1. Tungsten sudah tumpul saat proses pengelasan
2. Jarak tungsten terlalu dekat
3. Ampere terlalu tinggi
Cacat las over spatter disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
1. Ampere terlalu tinggi.
2. Jarak elektroda dengan base metal terlalu jauh.
3. Elektroda lembab.
Cara mencegah terjadinya over spatter antara lain:
1. Arus diturunkan sesuai dengan rekomendasi.
2. Panjang busur (1,5 x diameter Elektroda).
3. Elektroda dioven sesuai dengan handbook (khususnya kawat las low
hidrogen)
2.7.7 Crack
Crack adalah retakan akibat suatu kesalahan dalam proses pengelasan.
Crack dibagi menjadi 2 jenis yaitu hot crack dan cold crack. Hot crack (retak
panas) adalah sebuah retak pada pengelasan dimana retak itu terjadi setelah proses
pengelasan selesai atau saat proses pemadatan logam lasan. Sedangkan Cold
Crack (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah lasan setelah
beberapa waktu (memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam, atau 1 hari) proses
pengelasan selesai.
2.7.8 Distorsi
Distorsi adalah sebuah perubahan bentuk material yang diakibatkan panas
yang berlebih saat proses pengelasan berlangsung. Distorsi ini terjadi saat proses
pendinginan, karena adanya panas yang berlebih maka material dapat mengalami
penyusutan atau pengembangan sehingga akan tarik menarik dan membuat
material tersebut melengkung.
Menurut Abson dan Pargeter (1986), struktur mikro yang mungkin terbentuk dari
pengelasan adalah:
1. Proeutectoid Ferrrite, terdiri dari grain boundary Ferrite dan intragranular
polygonal Ferrite pada suhu 1000-650°C.
2. Widmanstatten Ferrrite atau Ferrite with aligned second phase pada suhu
750-650°C.
3. Accicular Ferrite, tumbuh di dalam butir Auste-nite pada suhu 650°C.
4. Bainite, terbentuk pada suhu 400-500°C.
5. Martensite, terjadi jika pendinginan berlangsung sangat cepat.
BAB 3 METODOLOGI
i. Mikroskop optik
Digunakan pada metode visual inspection yaitu uji struktur mikro pada
daerah pengelasan.
j. Kamera
Digunakan untuk mengambil gambar pada pengujian dye penetrant test
dan mikro.
3.2.2 Bahan
Material yang digunakan pada penelitian ini yaitu alumunium dengan seri
5052 yaitu paduan antara magnesium sebanyak 2,5% dan material lain
dibawah 0,1% dan sisanya alumunium murni. Alumunium 5052 cocok
digunakanpada lingkungan air laut dan bisa juga sebagai bahan tempaan.
Keterangan
R = Kaki akar = 1 mm
G = Celah akar = 2 mm
α1 = Sudut alur = 60°
R t = Tebal = 5 mm
lGl
Gambar 29 Dimensi sambungan butt joint V tunggal
Variasi pengelasan
Arus Kecepatan Nomor Jenis Jumlah Standart
Material
pengelasan pengelasan spesimen cacat ASME
(Ampere) (mm/s) las IX
80 A1
110 1 A2
140 A3
Alumunium
80 B1
5052 5
110 B2
140 B3
80 C1
110 10 C2
140 C3
Tabel 4 Contoh tabel uji dye penetrant
Mulai
Studi pustaka
Pengujian spesimen
Selesai