Anda di halaman 1dari 6

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

PENGARUH ARUS LISTRIK DAN FILLER PENGELASAN LOGAM


BERBEDA BAJA KARBON RENDAH (ST 37) DENGAN BAJA
TAHAN KARAT (AISI 316L) TERHADAP SIFAT MEKANIS
DAN STRUKTUR MIKRO

Bambang Teguh Baroto1*, Petrus Heru Sudargo1


1
Jurusan Teknik Mesin, Akademi Teknologi Warga Surakarta
Jl Raya Solo Baki KM 2 Kwarasan Baki Sukoharjo.
*
Email: petrusatw@yahoo.com

Abstrak
Pertumbuhan dan Perkembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju dan pesat,
tidak dapat dipisahkan dari proses penyambungan logam yang sejenis atau penyambungan
logam tak sejenis.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelasan logam
berbeda dengan variasi arus dan filler pada sambungan las (dissimilar metal welding) antara
baja karbon ST 37 dengan baja tahan karat AISI 316L. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental yaitu baja karbon ST 37 disambung dengan baja AISI 316L menggunakan mesin
las GMAW dengan filer metal ER308 L dan ER70S, arus 60 A dan 90 A. Jenis sambungan
yang digunakan adalah sambungan tumpul dengan kampuh I tunggal dengan ukuran specimen
sesuai standar JIS Z2202. Selanjutnya dilakukan pengujian meliputi pengujian tarik,
kekerasan dan struktur mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus las berpengaruh
terhadap kekuatan tarik pengelasan GMAW. Kekuatan tarik tertinggi pada pengelasan GMAW
sebesar 330 MPa dengan arus 90 A, dan kekuatan tarik terendah 275 MPa pada arus 60 A..
Kekerasan pengelasan GMAW tertinggi pada arus 90 A dan kekerasan terendah pada arus 60
A.Struktur mikro yang terjadi pada arus 60 A didominasi oleh struktur ferit, sementara pada
arus 90 A struktur yang terbentuk adalah perlit yang berwarna gelap.

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang konstruksi, pengelasan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan
industri, karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa dan
reparasi produksi logam. Hampir pada setiap pembangunan suatu konstruksi dengan
logam melibatkan unsur pengelasan (Pareke,2014).
Pengelasan tak sejenis adalah suatu proses pengelasan logam yang
mempunyai perbedaan sifat fisik, mekanik, termal, dan metalurgi sehingga karakteristik
sambungan las antara keduanya perlu diteliti. Salah satu kasus adalah pengelasan antara
AISI 316L dan baja karbon rendah akan menghasilkan perbedaan struktur mikro dan
sifat mekanik pada daerah sambungannya. Pengontrolan struktur mikro daerah lasan
(Weld Zone) khususnya saat root pass sangat penting karena bisa terbentuk fasa
campuran austenit, ferit, dan martensit (Lippold, 2005).
Salah satu jenis pengelasan yang banyak dipakai untuk mengelas baja karbon dan
AISI 316L adalah Gas Metal Arc Welding (GMAW). GMAW merupakan las busur gas yang
menggunakan kawat las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan
kawat (rol) yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Las ini menggunakan gas mulia dan
gas CO2 sebagai pelindung busur dan logam yang mencair dari pengaruh atmosfir.
Besarnya arus listrik pengelasan dan penggunaan kawat las (filler) adalah contoh dari
parameter pengelasan yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan baja karbon dan
AISI 316L. Makin tinggi arus listrik yang digunakan dalam pengelasan, makin
tinggi pulapenembusan (penetrasi) serta kecepatan pencairan. Arus listrik yang besar juga
dapat memperkecil percikan butiran dan meningkatkan penguatan manik. Tetapi dengan
tingginya arus listrik maka akan memperlebar daerah HAZ (Nasrul, 2016).
Pada pengelasan selalu akan terjadi proses thermal yang dapat ditunjukkan
dengan terjadinya perubahan struktur mikro pada daerah HAZ (Heat Affected Zone),
daerah panas ini dipengaruhi oleh jenis material, input panas, dan kecepatan
Fakultas Teknik ± Universitas Muria Kudus
637
Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

pendinginan. Kecepatan pendinginan seluruh permukaan terjadi tidak seragam, hal ini
disebabkan karena pemberian panas terjadi hanya pada salah satu sisi saja, sehingga terjadi
tegangan sisa pada daerah las.
Pengembangan yang terjadi akibat pemanasan setempat pada baja karbon dan AISI
316L dengan ukuran yang relatif besar akan terhalang, Hal ini disebabkan oleh panas yang
terserap oleh material sehingga jangkauan panas semakin pendek. Besarnya tegangan yang
terjadi pada proses pengelasan tergantung pada jenis pengelasan, jenis material, proses
pengelasan, dan proses pendinginan (Nurhidayat, 2012).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh filler dan arus listrik
terhadap sifat fisik-mekanik hasil pengelasan. Sifat fisik yang diteliti adalah struktur mikro
sedangkan sifat mekanik yang diteliti adalah kekuatan tarik dan kekerasan pada
masing-masing daerah logaminduk, daeran HAZ, daerah batas las, dan daerah lasan.
Proses pengelasan adalah proses penyambungan dua buah atau lebih material
logam menjadi satu kesatuan dengan adanya energi panas (Wiryosumarto,2004). Energi
panas yangdigunakan untuk mencairkan logam pada proses pengelasan dapat
berasal dari pembakaran gas, sinar elektron, gesekan, gelombang ultrasonik, tahanan
listrik, atau busur listrik. Baja karbon rendah dapat dilas dengan semua cara
pengelasan. Sifat mampu las dari baja berbeda-beda tergantung dari kualitas komposisi
kimia dan sifat-sifat mekanik lainnya. Sifat mampu las ini sangat penting untuk
diketahui karena akan menentukan sifat-sifat mekanik dan konstruksi yang akan
dibuat. Dalam las GMAW, kawat las pengisi yang juga berfungsi sebagai elektroda
diumpankan secara terus-menerus. Busur listrik terjadi antara kawat pengisi dan
logam induk (Pareke,2014).
Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel) bersifat lunak, kekuatan relatif rendah,
tetapi keuletannya tinggi atau sering disebut baja lunak (Mild Steel) dengan
kandungan karbon kurang dari 0,3%. Baja karbon rendah sangat luas
penggunaannya sebagai baja konstruksi, rangka kendaraan, mur, baut, pipa, tangki
minyak, dan lain-lain karena memiliki sifat pengerjaan yang baik seperti sifat keuletan,
sifat mampu tempa, kelunakan, dan mampu mesin yang baik. Dengan keadaan tersebut
baja karbon rendah sangat baik sekali untuk disambung dengan proses pengelasan
(Wiryosumarto, 2004).
Baja karbon memiliki sifat mampu las yang baik. Baja jenis ini dapat dilas
dengan semua cara pengelasan yang ada di dalam praktek dan hasilnya akan baik bila
persiapan dan semua persyaratannya terpenuhi. Baja karbon memiliki kepekaan retak
las yang rendah bila dibandingkan dengan baja karbon lainnya atau baja paduan. Retak
las pada baja dapat terjadi dengan mudah pada pengelasan pelat atau bila di dalam baja
tersebut terkandung belerang bebas yang cukup tinggi (Purnama, 2015).

2.METODOLOGI
Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah Baja karbon ST 37 dan
AISI 316L dengan komposisi kimia sesuai Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Baja Karbon ST 37 dan AISI 316L


E C M C N
lement n r i u i
W S 0 0
eight % T 37 .15-0.2 .04 .05 .6-0.9 .072 .134 .027 .067
W 3 0 2
eight % 16 L .03 .045 .03 ,0 6-18 0-14 ,03 .75

Baja karbon ST 37 dan Baja tahan karat AISI 316L tebal 1,8 mm di las. Dengan
mesin las GMAW (Gas Metal Arc Welding ) dengan filler ER 308 L dengan variasi arus 60
A serta 90 A dan ER 70 S dengan variasi arus 60 A serta 90 A.
Bentuk spesimen yang dilas berukuran panjang 200 mm dan lebar 30 mm.
Pembuatan spesimen uji tarik sesuai dengan standar JIS Z2202 dengan dimensi

Fakultas Teknik ± Universitas Muria Kudus


638
Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

seperti yang terlihat pada Gambar 1. dan masing-masing dilakukan uji micro hardness
dan micro structure. Cutting, yaitu prosedur proses pemotongan sampel dan
menentukan teknik pemotongan yang tepat dalam pengambilan sampel metalografi
sehingga didapat benda uji yang representatif. Spesimen dipotong menggunakan gergaji
manual sesuai ukuran yang telah ditetapkan.

Gambar 1. Spesimen uji tarik standar JIS Z2202

Gambar 2. Titik-titik pengujian kekerasan mikro

Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui distribusi kekerasan pada logam las, daerah cair
sebagian (partially melted zone), daerah terpengaruh panas (HAZ), dan logam dasar. Pengujian
kekerasan dilakukan pada arah horizontal, seperti terlihat pada gambar 2.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan mesin uji kekerasan mikro Vickers (Vickers micro
hardness tester). Jarak antar titik pengujian adalah 1 mm. Garis tengah logam las (weld
metal) dijadikan sebagai titik acuan (titik nol) dalam penentuan titik-titik pengujian.
Pengamatan struktur mikro dan makro dilakukan dengan alat yang sama yaitu dengan
miskroskop logam optik. Pengamatan struktur mikro fokus pengamatan adalah distribusi perubahan
struktur mikro pada tiap-tiap bagian sebagai akibat adanya siklus termal selama pengelasan.
Metalografi dilakukan untuk melihat terjadinya perubahan struktur mikro pada objek penelitian
sebagai akibat dari proses-proses eksperimen yang telah diterimanya. Pada spesimen las
metalografi yang diamati adalah pada parent metal, daerah HAZ, dan weld metalnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Foto Struktur Mikro
Hasil pengujian mikrostruktur memperlihatkan terjadinya perbedaan jenis/ukuran
struktur mikro dan fasa yang terbentuk dan dinyatakan dengan warna kontras, terutama
antara logam las (manik-manik) dengan daerah pengaruh panas sangat jelas perbedaannya
yang dipisahkan pada batas las. Ukuran butir terbesar adalah pada manik-manik las
kemudian berubah semakin halus setelah melewati batas las masuk kedalam HAZ dan kemudian
logam induk.
Mikrostruktur dari baja karbon rendah dan AISI 316L dapat terlihat bahwa struktur
dasar pada logam induk untuk semua jenis kampuh adalah austenit dan delta ferit. Hal ini
dikarenakan daerah base metal merupakan suatu daerah yang tidak menerima distribusi panas
sehingga struktur yang terbentuk relatif sama, dimana austenit ditunjukkan pada penampakan
bagian yang putih terang, sedangkan ferit ditampakkan dengan bagian yang lebih gelap.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Fakultas Teknik ± Universitas Muria Kudus


639
Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

3.2. Hasil Uji Kekerasan


Hasil uji kekerasan mikro terlihat adanya perbedaan kekerasan antara baja karbon
dan AISI 316L. Ini disebabkan karena adanya pemanasan setempat, beda laju
pendinginan, dan karakteristik kedua material tersebut. Sementara uji kekerasan raw
material baja karbon adalah 95 VHN dan kekerasan mikro raw material baja tahan karat AISI
316L adalah 200 VHN.
Dari hasil uji kekerasan diketahui bahwa nilai kekerasan tertinggi
diperoleh pada daerahWM untuk filler ER 70 S dengan arus 90 A dan nilai
kekerasan terendah diperoleh pada daerah base metal pada baja karbon ST 37. Pada
Gambar 5 terlihat distribusi kekerasan untuk filler ER 308 L dari base metal, HAZ, dan
weld zone relatif homogen. Hasil sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh NACE MR0715
dimana kekerasan pada semua daerah tidak boleh melebihi250 VHN(NACE MR0715,
2001).

Gambar 3.Struktur Mikro Lasan : A) Baja Karbon. B) AISI 316L. C)


Daerah HAZ filler 308-60A. D)Daerah HAZ filler 308-90A. E) Daerah HAZ filler
70S-60A. F) Daerah HAZ filler 70S-90A. G) Daerah Fusi filler 308-60A. H). Daerah
Fusi filler 308-90A. I). Daerah Fusi filler 70S-60A. J) Daerah Fusi filler 70S-90A

Gambar 4. Grafik kekerasan mikro

Fakultas Teknik ± Universitas Muria Kudus


640
Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

Kekerasan kedua elektrode ER 308 L dan ER 70 S menunjukkan harga yang sama,


yaitu pengelasan tak sejenis dapat dilaksanakan. Dapat dilihat pada data kekerasan dan
struktur mikro yang terjadi, di logam induk. Sedang HAZ lebih kasar karena laju pendinginan yang
berbeda, dan logam las lebih kasar lagi karena laju pendinginan lebih tinggi dari HAZ, dan logam
induk.
3.3. Hasil uji Tarik
Dari hasil pengujian tarik, kekuatan tarik baja karbon dan AISI 316L
yang dilasdenganmenggunakan filler ER 308 L dan ER 70 S dengan arus 60 amper,
90 amper, kekuatan tariknya relatif sama. Hal ini disebabkan karena jumlah logam las
yang masuk dalam kampuh akan lebih banyak. Data kekuatan tarik untuk masing ± masing
filler dan kuat arus listrik bisa dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik kekuatan tarik


Dilihat dari kekuatan tariknya pengelasan baja karbon dan AISI 316L dengan
menggunakan beberapa arus dan filler hasilnya hampir sama. Kekuatan tarik pada pengelasan
sangat tergantung pada metode pengelasan, kuat arus listrik, tekanan gas, dan cara
pengelasan. Walaupun denganfiller dan kuat arus yang baik tapi bila pengelasannya kurang baik,
maka kualitas hasil lasan akan berkurang.
Dari hasil pengujian tarik maka yang putus adalah di daerah baja karbon, diluar Weld
Metal, ini menunjukkan bahwa logam AISI 316L dan HAZ lebih kuat dibanding base metal
baja karbon. Maka pengelasan untuk filler dan kuat arus diatas bisa dikatakan masih
dalam keamanan pemakaian untuk pengelasan GMAW. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Hubungan antara struktur mikro dengan harga kekerasan logam memperjelas teori
yang menyatakan bahwa butiran logam yang besar mempunyai kekerasan rendah tetapi nilai
regangannya besar dan sebaliknya. Hubungan antara struktur mikro dengan kekuatan tarik
logam ditunjukkan pada persamaan Hall-Petch, dimana semakin besar butiran logam maka
kekuatan luluhnya semakin rendah.

Gambar 6. A) Spesimen sebelum uji tarik dengan filler ER 70 S, arus 90 A., B)


Spesimen sebelum uji tarik dengan filler ER 308, arus 90 A.,C) Spesimen sesudah uji tarik
dengan filler ER 70 S, arus 90 A., D) Spesimen sesudah uji tarik dengan filler ER 308, arus 90
A.

Fakultas Teknik ± Universitas Muria Kudus


641
Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

4. KESIMPULAN
Dari pengujian-pengujian pengelasan tak sejenis antara baja karbon dan baja tahan karat
AISI 316L dapat ditarik beberapa kesimpulan :
(1) Penggunaan filler ER 308 L dan ER 70 S berpengaruh pada kekerasan HAZ karena
terjadi penggetasan akibat endapan paduan krom.
(2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sambungan las dengan filler ER 308 L dan
menggunakan arus sebesar 90 A mempunyai kekuatan tarik tertinggi yaitu 330 MPa,
sedangkan sambungan las dengan filler ER 70 S dan menggunakan arus sebesar 60 A
mempunyai kekuatan tarik terendah yaitu 275 MPa.
(3) Pengelasan tak sejenis antara baja karbon ST 37 dan baja tahan karat AISI 316L lebih cocok
menggunakan filler metal ER 308 L daripada ER 70 S. Hal ini dibuktikan dari distribusi
kekerasan <250 VHN.

DAFTAR PUSTAKA
Lippold, Kotecki, 2005, Welding Metallurgy and Weldability of Stainless Steel, Wiley Inter
Science, Canada
NACE MR0715, 2001, General Principles For Selection of Cracking Resistant Materials,
NACE International Standart.
Nasrul, Yogi L M., Dkk.,2016, Pengaruh Variasi Arus Las Smaw Terhadap Kekerasan Dan
Kekuatan Tarik Sambungan Dissimilar Stainless Steel 304 Dan St 37, Jurnal Teknik Mesin.
Vol 24. No. 1, Universitas Negeri Malang.
Nurhidayat, Achmad. 2012. Pengaruh Metode Pendinginan pada Perlakuan Panas Pasca
Pengelasan terhadap Karakteristik Sambungan Las Logam Berbeda antara Baja Karbon
Rendah ASTM A36 dengan Baja Tahan Karat Austenitik AISI 304. POLITEKNO-SAINS.
Vol. 11 No. 1. Universitas Surakarta.
Parekke, Simon. 2014. Pengaruh Pengelas-an Logam Berbeda (AISI 1045) De-ngan (AISI 316L)
Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro. Jurnal Sains & Teknologi . Vol.3 No.2
Desember. Universitas Hasanuddin.
Purnama, Dewin., Dkk, 2015, Analisa Kekuatan Mekanik Pada Material Aisi 4340 Terhadap
Welding Repair Dengan Metode Smaw, POLINES National Engineering Seminar Vol 3,
No.2, Nopember. Politeknik Negeri Jakarta.
Surdia T., dan Saito S., 2000, Pengetahuan Bahan Teknik, edisi III, PT.Pradnya paramita,
Jakarta.

Fakultas Teknik ± Universitas Muria Kudus


642

Anda mungkin juga menyukai