Anda di halaman 1dari 6

Jurusan Teknik Industri

Universitas Katolik Parahyangan


Edisi Juli – Desember 2007

Penggunaan Response Surface Methodology dalam Penentuan


Level Parameter Produksi untuk Meminimasi Penyimpangan
Ukuran Ubin Keramik

Cynthia P. Juwono† dan Sindy Dyana


Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung 40141
+62-22-203-2700, Email: juwonocp@home.unpar.ac.id

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan level parameter produksi untuk mengurangi masalah
penyimpangan dimensi pada ubin keramik. Langkah awal adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan dimensi ubin keramik dengan menggunakan fishbone diagram.
Empat dari faktor yang teridentifikasi merupakan faktor yang dapat dikendalikan dalam proses produksi dan
satu faktor lainnya merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan.. Metoda Taguchi dipakai untuk
menentukan kombinasi level faktor produksi yang memberikan penyimpangan ukuran yang minimum.
Namun ternyata terdapat ketergantungan antara faktor signal terhadap noise sehingga penentuan kombinasi
level faktor produksi yang optimal tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu dilakukan pendekatan lain, yaitu
Response Surface Methodology untuk menentukan kombinasi level faktor produksi yang dapat meminimasi
penyimpangan dimensi ubin. Implementasi level faktor produksi yang baru menghasilkan penurunan nilai
standar deviasi yang signifikan walaupun nilai absolut dari penyimpangan rata-rata tidak menghasilkan
perbedaan yang signifikan.

Kata kunci: Metode Taguchi, Response Surface Methodology, persamaan regresi.

1. PENDAHULUAN penyerapan air, warna, dan ketahanan terhadap panas.


Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Balai Besar
Kebutuhan masyarakat akan produk-produk keramik Keramik, 40% produk keramik yang dihasilkan oleh
selalu meningkat. Keramik, seperti ubin, paving block, vas, perusahaan lokal mempunyai dimensi diluar batas
dan gelas, adalah benda yang terbuat dari jenis batu-batuan spesifikasi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
(lempung, kuarsa, dan lainny) yang kemudian dibakar pada mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
suhu yang tinggi. Selain harga, kualitas merupakan salah terjadinya penyimpangan dimensi ubin keramik dan
satu aspek penting yang diperhatikan konsumen dalam menentukan tingkat perlakuan atau level dari faktor-faktor
memilih produk. Percobaan yang dilakukan dalam tersebut sehingga diperoleh ubin dengan ukuran yang
penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Keramik di sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Bandung.. Balai Besar Keramik merupakan badan riset
yang bertugas mengawasi kualitas produk-produk keramik 2. PENENTUAN FAKTOR PRODUKSI DAN
yang diproduksi oleh perusahaan lokal dan membantu RESPON
mereka dalam meningkatkan kualitas produknya agar dapat
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 03-4062-1996). Ubin keramik yang diteliti adalah ubin keramik jenis
Salah satu produk yang diteliti oleh Balai Besar stoneware yang berwarna cerah, mempunyai permukaan
Keramik adalah ubin keramik yang biasa digunakan untuk kasar (tidak licin) , dan bersifat opaque. Ukuran dari ubin
melapisi lantai atau dinding. Terdapat beberapa adalah 11 cm x 11 cm dengan toleransi sebesar ± 1.00%.
karakteristik yang menentukan kualitas ubin keramik, yaitu Bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan ubin
kekuatan tekan, kekuatan lentur, dimensi (ukuran), keramik ini adalah:

________________________________________
† : Corresponding Author
Jurusan Teknik Industri
Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Juli – Desember 2007

1. Feldspar yang berfungsi sebagai pelebur. 2.2 Penentuan Respon


2. Clay atau lempung.
3. Kuarsa, Karakteristik kualitas yang diamati adalah besarnya
4. Air. penyimpangan dimensi ubin (panjang atau lebar) terhadap
Adapun proses produksi dari ubin keramik dapat dilihat ukuran standar, yaitu 11 cm. Penyimpangan yang
dalam Gambar 1. diinginkan adalah 0% (nominal-is-best). Pengukuran
dimensi ubin dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong dengan ketelitian 0.05 mm di beberapa titik sisi
panjang ubin. Respon dinyatakan dalam persentase
penyimpangan ukuran dan dapat diperoleh dengan
mengurangi hasil pengukuran dengan 11.00 cm lalu
dikalikan 100%.

2.3 Tingkat Perlakuan Faktor

Setiap faktor diberikan dua tingkat perlakuan atau


level seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1: Tingkat perlakuan faktor terkendali.

Faktor Level 1 Level 2


A 50:35:15 50:25:25
B <80 mesh <120 mesh
Gambar 1: Proses produksi ubin keramik. C 200 kg/cm2 300 kg/cm2
D 11500C 12500C
2.1 Penentuan Faktor Produksi W < 3.0% ≥ 3.0%

Fishbone diagram digunakan untuk mencari akar atau


faktor pentebab terjadinya penyimpangan dimensi ubin 3. METODE TAGUCHI
keramik. Berdasarkan diagram tersebut ditemukan
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Metode Taguchi digunakan untuk mencari level faktor
penyimpangan, yaitu: atau parameter produksi yang dapat meminimasi respon.
1. Komposisi bahan baku yang merupakan perbandingan Dalam metode ini dihitung rasio signal terhadap noise
antara feldspar, lempung, dan kuarsa. (SNR) untuk mengidentifikasi level dari parameter (atau
2. Kehalusan butiran dari bahan baku setelah campuran faktor) yang dapat dikendalikan sehingga diperoleh proses
bahan baku mengalami proses penggilingan dan produksi yang robust atau tidak sensitive terhadap
penyaringan (dalam satuan mesh). gangguan yang tidak dapat dikendalikan atau noise (Bagchi,
3. Tekanan dalam proses pembentukan (dalam kg/cm2). 1993).
4. Temperatur pada proses pembakaran (dalam oC).
5. Banyaknya kandungan oksida pengotor berupa Fe2O3 3.1 Perancangan Eksperimen
dalam lempung (dalam persentase).
Langkah pertama untuk melakukan perancangan
Empat faktor yang pertama dapat dikendalikan dalam eksperimen adalah menentukan orthogonal array (OA)
proses pembuatan ubin sedangkan faktor yang kelima yang sesuai dan menugaskan faktor terkendali utama
merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan. Untuk beserta interaksi antar faktor ke dalam tabel orthogonal.
selanjutnya, empat faktor pertama disebut faktor A, B, C, OA digunakan untuk meminimasi jumlah eksperimen
dan D dan faktor kelima disebut faktor W. sehingga didapatkan perancangan eksperimen yang lebih
efisien tanpa kehilangan informasi penting (Ross, 1998).
OA yang dipakai dalam penelitian ini adalah L8.
Hasil uji ANOVA dari eksperimen awal menunjukkan
Jurusan Teknik Industri
Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Juli – Desember 2007

bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara faktor B Tabel 3: Hasil perhitungan ANOVA terhadap nilai rata-rata.
dan C, faktor B dan D, serta faktor C dan D. Dengan
demikian terbentuk linear graph seperti dapat dilihat dalam Sumber d.f. SS MS Ftest Ftabel
Gambar 2.
A 1 63.09 63.09 3637.80 4.03
B 1 0.05 0.05 3.03 4.03
C 1 3.12 3.11 179.80 4.03
D 1 0.35 0.35 20.29 4.03
BxC 1 0.85 0.85 48.85 4.03
BxD 1 0.70 0.70 40.11 4.03
Gambar 2: Linear graph L8.
CxD 1 0.20 0.20 11.32 4.03
Linear graph ini dipakai untuk menempatkan empat faktor
utama dan tiga interaksinya ke dalam tabel orthogonal SST1 7 68.36
(Tabel 2). Untuk setiap kombinasi level faktor (trial) SSW 1 2.7 2.7 146.52 4.03
dilakukan replikasi sebanyak 4 kali.
A*W 1 9.97 9.97 540.78 4.03
Tabel 2: Tabel orthogonal.
C*W 1 2.15 2.15 116.61 4.03
BC*W 1 0.14 0.14 7.82 4.03
Trial Faktor Terkendali BD*W 1 2.35 2.35 127.71 4.03
No. SST2 12 85.69
B C BxC D BxD CxD A
Error 51 0.89 0.02
1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 2 2 2 2 SST3 63 86.57

3 1 2 2 1 1 2 2
4 1 2 2 2 2 1 1 3.3 Faktor dan Interaksi Faktor yang
Berpengaruh Signifikan Terhadap Nilai Variansi
5 2 1 2 1 2 1 2
6 2 1 2 2 1 2 1 Apabila suatu faktor berpengaruh secara signifikan
terhadap variansi maka faktor tersebut harus ditugaskan
7 2 2 1 1 2 2 1 pada level yang menghasilkan variansi sekecil mungkin.
8 2 2 1 2 1 1 2 Tabel 4 berikut merupakan hasil uji ANOVA (pooled) untuk
nilai variansi. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa faktor
A dan C serta interaksi antara B dan D mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap nilai variansi.
3.2 Faktor dan Interaksi Faktor yang
Berpengaruh Signifikan Terhadap Nilai Rata-rata Tabel 4: Hasil perhitungan ANOVA terhadap nilai variansi.
Hasil pengolahan data eksperimen dirangkum dalam
tabel ANOVA untuk melihat pengaruh dari faktor-faktor Sumber d.f. SS MS Ftest Ftabel
dan interaksinya terhadap nilai rata-rata respon. Tabel 3 A 1 0.56 0.56 78.66 7.71
menunjukkan hasil uji ANOVA (pooled). Dari hasil uji
ANOVA diketahui bahwa faktor-faktor A, C, D, W C 1 0.55 0.55 76.55 7.71
berpengaruh secara signifikan terhadap respon; demikian BxD 1 0.52 0.52 72.31 7.71
pula interaksi antara faktor B dan C, B dan D, C dan D, A
dan W, C dan W, BC dan W, serta BD dan W. e pooled 4 0.03 0.01

SST 7 1.66
Jurusan Teknik Industri
Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Juli – Desember 2007

3.4 Perhitungan Signal-to-Noise Ratio Tabel 6: Pengaruh faktor terkendali.

Signal-to-noise ratio (SNR) digunakan untuk Pengaruh terhadap


menentukan level dari faktor terkendali untuk
menghasilkan rancangan performansi yang robust terhadap lokasi (rata-rata)
noise. SNR diperoleh dengan persamaan (Mitra1998): Ada Tidak
(rata - rata ) 2
µ 2

σ
(1) Pengaruh terhadap Ada A, C -
SNR = = 2
variance
dispersi (variansi) Tidak D B
dimana μ dan σ merupakan rata-rata dan standar deviasi
dari karakteristik kualitas. Hasil perhitungan SNR dapat
dilihat pada Tabel 5. Faktor yang berpengaruh terhadap disperse dan lokasi
adalah faktor A dan C. Namun demikian, berdasarkan
Tabel 5: Hasil perhitungan SNR. grafik dari nilai rata-rata dan variansi terhadap nilai SNR,
ternyata hanya faktor C yang memiliki kesamaan arah
pergerakan pada perubahan level rata-rata dan variansi.
Nilai SNR terbesar diperoleh pada level 2. Penentuan level
Trial Faktor Terkendali
SNR untuk faktor lainnya, yaitu A, B, dan D tidak dapat
No. dilakukan dengan menggunakan SNR.
B C BxC D BxD CxD A
4. RESPONSE SURFACE METHODOLOGY
1 1 1 1 1 1 1 1 0.02
2 1 1 1 2 2 2 2 40.99 Dengan adanya kekurangan dari SNR tersebut, maka
perlu dicari suatu alternatif lainnya untuk menentukan
3 1 2 2 1 1 2 2 46.11 rancangan parameter yang mengoptimalkan output. Salah
4 1 2 2 2 2 1 1 6.91 satu alternatifnya adalah Response Surface Methodology
(RSM) yang dapat mereproduksi model dari analisis
5 2 1 2 1 2 1 2 42.01 dengan metode Taguchi dan untuk selanjutnya dilakukan
6 2 1 2 2 1 2 1 0.01 optimasi (Hartono, 2000).
RSM merupakan suatu metode yang menggunakan
7 2 2 1 1 2 2 1 13.44 model persamaan regresi untuk menjelaskan hubungan
8 2 2 1 2 1 1 2 35.46 antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap responnya
(Myers and Montgomery, 2002). Hanya faktor-faktor dan
Total 184.96 interaksi faktor yang berpengaruh secara signifikan saja
yang diperhitungkan dalam persamaan regresi.
3.5 Penentuan Faktor Dispersi dan Faktor Lokasi Perangkat lunak Matlab ver. 6.5 dipakai untuk
membantu pembentukan pesamaan regresi. Dalam
Dalam metode Taguchi, kualitas diukur oleh besarnya membentuk persamaan regresi, level 2 dikodekan menjadi -
penyimpangan dari nilai targetnya dimana penyimpangan 1 dan level 1 tetap sebagai level 1. Persamaan yang
tersebut disebabkan oleh noise. Oleh sebab itu diinginkan dihasilkan adalah sebagai berikut:
suatu rancangan yang mempunyai nilai SNR yang besar.
yˆ = 2.1713 + 0.8838C 0.2975 D 3.9712 A +
Namun demikian, ada kelemahan dari SNR (Mitra, 1998).
SNR mengukur pengaruh faktor terhadap rata-rata respon 0.8213W + 0.46 BC + 0.4162 BD 0.2225CD +
dan standar deviasi secara simultan. Bila sebuah faktor 0.7338CW + 1.5788 AW (2)
berpengaruh terhadap variansi dan juga ra-rata respon,
maka nilai SNR yang besar tidak menjamin variabilitas Nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi di atas
yang kecil. Oleh karena itu perlu dilihat faktor mana yang adalah 97%.
berpengaruh terhadap disperse (variansi) dan lokasi (rata- Salah satu keunggulan dari RSM adalah dapat
rata). Tabel 6 merupakan rangkuman hasil uji ANOVA pada menghasilkan contour plot dan surface plot dimana kedua
Tabel 3 dan 4. plot ini dapat menjelaskan hubungan antara interaksi faktor
dan respon yang dihasilkan sehingga dapat dicari level
faktor yang memberikan respon yang minimum.
Jurusan Teknik Industri
Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Juli – Desember 2007

Gambar 3: Surface plot interaksi faktor kehalusan butir dan Gambar 7: Surface plot interaksi faktor komposisi bahan
tekanan pembentukan. dan karakteristik lempung.

Gambar 3 menunjukkan surface plot interaksi faktor B Berdasarkan surface plot di atas, dapat diperoleh level
(kehalusan butir) dan C (tekanan pembentukan). Dari atau tingkat perlakuan untuk parameter produksi yang
gamber tersebut terlihat bahwa nilai respon semakin dapat meminimasi peyimpangan ukuran ubin keramik
mengecil (mendekati arah 0 sebagai target) sesuai dengan sebagai berikut:
arah kurva menuju level 1 untuk faktor B dan menuju level 1. Perbandingan antara feldspar : lempung : kuarsa adalah
-1 untuk faktor C. 50 : 35 : 15.
Gambar 4, 5, 6, dan 7 adalah surface plot untuk setiap 2. Kehalusan butir bahan baku: < 80 mesh.
interaksi faktor yang berpengaruh secara signifikan. 3. Tekanan pembentukan: 300 kg/cm2.
4. Temperatur pembakaran : 11500C.

5. PERCOBAAN KONFIRMASI

Percobaan konfirmasi digunakan untuk mengetahui


sejauh mana tingkat perlakuan usulan yang diberikan dapat
meningkatkan kualitas produk. Percobaan konfirmasi
dilakukan dengan mengatur setting parameter atau faktor
terkendali sesuai dengan yang diusulkan. Percobaan
dilakukan sebanyak 36 kali dimana 18 kali dilakukan
Gambar 4: Surface plot interaksi faktor kehalusan butir dan dengan faktor tak terkendali di atur pada level 1 (< 3 %)
temperatur pembakaran. dan 18 kali pada level 2 (≥ 3%).
Nilai rata-rata persentase penyimpangan ukuran dan
standar deviasi dari percobaan awal dan percobaan
konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7: Perbandingan hasil percobaan awal dan percobaan


konfirmasi.

Percobaan Percobaan
Nilai
Gambar 5: Surface plot interaksi temperatur pembakaran Awal Konfirmasi
dan tekanan pembentukan. Rata-rata 0.5429 - 0.5528
Absolut dari rata-rata 0.5429 0.5528
Standar deviasi 1.1722 0.1586

Hasil tersebut kemudian diuji dengan bantuan


perangkat lunak Statgraphic Plus dan diperoleh hasil bahwa
nilai absolute dari rata-rata antara percobaan awal dan
konfirmasi tidak berbeda secara signifikan sedangkan nilai
Gambar 6: Surface plot interaksi faktor tekanan standar deviasi percobaan konfirmasi lebih kecil secara
pembentukan dan karakteristik lempung. signifikan dibandingkan dengan percobaan awal.
Jurusan Teknik Industri
Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Juli – Desember 2007

6. KESIMPULAN variabilitas produk ubin keramik.

Response Surface Methodology dapat dipakai sebagai REFERENSI


alternatif dari metoda Taguchi untuk mendapatkan proses
yang robust terhadap faktor yang tidak dapat dikendalikan. Bagchi, Tapan P. (1993) Taguchi Methods Explained:
Dalam kasus ini, RSM dapat diterapkan untuk Practical Steps to Robust Design, Prentice Hall of India,
mendapatkan tingkat perlakuan atau level dari parameter New Delhi.
produksi pembuatan ubin keramik sehingga diperoleh ubin Hartono, M. (2000) Pengembangan Model Response
dengan penyimpangan ukuran yang minimum. Surface dengan Karakteristik Dinamis untuk Peningkatan
Dari empat faktor terkendali, hanya satu faktor, yaitu Kualitas, Tesis, Teknik Industri ITB, Bandung.
tekanan pembentukan, yang dapat ditentukan tingkat Mitra, A. (1998) Fundamentals of Quality Control and
perlakuannya dengan menggunakan SNR dari metode Improvement, Prentice Hall, Englewood Cliff, NJ.
Taguchi. Tingkat perlakuan dari faktor atau parameter Montgomery D.C. (1991) Design and Analysis of
lainnya ditentukan dengan menggunakan RSM. Experiment, John Wiley & Sons Inc., New York.
Percobaan konfirmasi menunjukkan bahwa tingkat Myers R.H. and Montgomery, D.C. (2002) Response
perlakuan parameter yang diusulkan dapat memperbaiki Surface Methodology, John Wiley & Sons Inc., New York
kualitas ubin keramik. Nilai standar deviasi percobaan Peace, G.S. (1993) Taguchi Methods: A Hands On
konfirmasi lebih kecil dibandingkan dengan percobaan Approach, Addison-Wesley, Canada.
awal. Hal ini menunjukkan usulan level atau tingkat Ross, P.J. (1996) Taguchi Techniques for Quality
perlakuan parameter produksi dapat meminimasi Engineering, McGraw-Hill Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai