Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM SIPIL TERPADU

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

BAGIAN
PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN &
2 3 & PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON

Setelah melakukan praktikum untuk bagian I, hasil yang diperoleh merupakan


variabel perencanaan adukan beton. Bagian 2 & 3 ini merupakan prosedur perencanaan
campuran beton dengan menggunakan metode Dreux, Metode Texas, dan metode British
1986. Praktikan menetapkan nilai parameter bagi rencana campuran, berdasarkan
ketentuan dalam masing-masing metode perancangan campuran beton.

A. PERENCANAAN CAMPURAN BETON

1. TUJUAN

Menentukan komposisi komponen/unsur beton basah dengan ketentuan kekuatan tekan


karakteristik dan slump rencana.

2. PERALATAN

a. Timbangan.
b. Peraltan untuk membuat adukan : wadah, sendok semen, peralatan pengukur slump,
dan peralatan pengukur berat volume.

3. BAHAN

Unsur beton (air, semen, agregat halus, dan agregat kasar) yang telah memenuhi
persyaratan.

4. PROSEDUR PRAKTIKUM

Tabel-tabel berikut ini dapat digunakan bagi nilai parameter yang perlu dalam perancangan
campuran beton.

B. PEMERIKSAAN MUTU BETON DAN MUTU PELAKSANAAN


Selama masa pelaksanaan pekerjaan beton, mutu beton dan kualitas pekerjaan harus
diperiksa secara berkesinambungan dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Untuk setiap m3
beton harus dibuat satu benda uji pada permulaan pelaksanaan konstruksi.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 43
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Setelah terkumpul sejumlah benda uji, maka pada umur 28 hari dilakukan pemeriksaan
kekuatan tekan beton.
Tabel 1 : Deviasi Standar Berdasarkan Isi Pekerjaan

Isi pekerjaan Deviasi standar S (kg/cm2)

Sebutan Jumlah beton (m3) Baik sekali baik Dapat diterima

Kecil < 1000 45 < S < 55 55 < S < 65 65 < S < 85

Sedang 1000 – 3000 35 < S < 45 45 < S < 55 55 < S < 75

Besar > 3000 25 < S < 35 35 < S < 45 45 < S < 65

C. PERANCANGAN CAMPURAN BETON DENGAN METODE MODIFIKASI


ACI

Seperti telah diuraikan, beton merupakan campuran antara semen, pasir (agregat
halus), kerikil (agregat kasar) dan air. Proporsi dari unsur pembentuk ini harus ditentukan
sedemikian rupa, sehingga terpenuhi syarat-syarat :

1. Kekenyalan tertentu yang memudahkan adukan beton ditempatkan pada


cetakan/bekisting (workability) dan kehalusan muka (finishability) beton basah yang
ditentukan dari :
a. volume adukan
b. keenceran pasta adukan
c. perbandingan campuran agregat halus dan kasar
2. Kekuatan rencana dan ketahanan (durability) pada kondisi beton setelah mengeras.
3. ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen.

Untuk tujuan menentukan proporsi bahan-bahan pembentuk beton, dikembangkan


berbagai metode secara empiris berdasarkan hasil-hasil percobaan adukan beton yang
pernah dibuat.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 44
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Oleh karena sifat rumusan dan tabel bagi penentuan proporsi unsur-unsur beton adalah
empiris, maka di dalam pembuatan beton bagi tingkat kekuatan tekan tertentu, selalu harus
dibuat adukan rencana yang disebut adukan uji coba atau trial mix.

Berdasarkan hasil-hasil trial mix inilah kemudian pembuatan beton dilakukan, setelah
dari pemeriksaan benda uji terpenuhinya ketentuan kekenyalan, kekuatan dan sifat
ekonomis adukan.

Sebelum digunakan tabel-tabel atau grafik untuk menentukan pembuatan trial mix
beton, beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam perancangan campuran beton dengan
metode modifikasi ACI adalah :

1. Gradasi/distribusi ukuran agregat harus berada di dalam batas-batas yang ditetapkan


pada gambar di bawah ini yaitu :

100
90
No.57
80
Prosentase Berat Lolos Kumulatif

No.8
70
Butiran
60
50
40
Butiran
30
No.46 No.7
20
10
0
0,15 0,30 0,60 1,19 2,38 4,76 9,5 19,0 38,1 75,2
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 11 : Kurva pembatasan gradasi agregat halus dan kasar


Gradasi agregat halus yang digunakan memiliki gradasi butiran yang berada dalam dua
kurva pembatas. Jika pada kondisi lapangan ternyata gradasi butirannya tidak
memenuhi syarat seperti yang ditetapkan, maka perlu dilakukan koreksi dengan
melakukan analisis kombinasi agregat dari beberapa kelompok agregat.

Untuk agregat kasar, berdasarkan besarnya diameter agregat maksimum yang


digunakan, terdapat empat kelompok kurva pembatas. Ukuran agregat kasar no. 2

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 45
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

merupakan kelompok agregat dengan ukuran maksimum butir 75,0 mm (3 inch); uuran
no. 467 dengan butiran maksimum 25,0 mm (1 inch) yang umum digunakan dalam
bangunan; dan ukuran no. 8 dengan butiran maksimum 10,0 mm (1/2 inch) yang sering
disebut sebagai beton gradasi jagung bagi pekerjaan perbaikan atau grouting.

2. untuk menghitung komposisi campuran beton dengan metode ini terlebih dahulu harus
diketahui data sebagai berikut :
a. ukuran terbesar kerikil (agregat kasar) yang akan digunakan
b. specific gravity agregat halus
c. specific gravity agregat kasar
d. specific gravity agregat kasar (dry rodded unit weight)
e. modulus kehalusan (fineness modulus) agregat halus.

Perencanaan campuran beton yang dilakukan berdasarkan rumusan, tabel atau grafik
menurut ketentuan yang ada pada metode ini adalah :
a. W/C (faktor air semen) merupakan perbandingan berat air dengan berat semen.
Penentuan nilai W/C ratio guna menentukan jumlah semen yang diperlukan dalam
setiap kubikasi beton dapat mengacu pada tabel 2 berikut ini yang berupakan nilai W/C
ratio maksimum yang diijinkan untuk berbagai jenis struktur dan sifat lingkungannya.

Tabel 2 : W/C Ratio berdasarkan jenis konstruksi dan kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan

Jenis konstruksi
Basah kering Mendapat pengaruh
Kondisi normal
bergantian sulfat dan air laut

Konstruksi
langsing, atau yang
mempunyai 0,53 0,49 0,40
penutup tulangan
kurang dari 25 mm

Struktur dinding
- 0,53 0,44
penahan tanah,

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 46
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

pilar, balok,
abutmen

Beton yang
tertanam dalam air, - 0,44 0,44
pilar, balok.

Struktur lantai
- - -
beton di atas tanah

Beton yang
terlindung dari
perubahan udara - - -
(konstruksi interior
bangunan)

W/C ratio ditentukan berdasarkan persyaratan kekuatan tekan rencana beton tabel 3 atau
gambar 12
Di samping faktor air semen berdasarkan tabel 2, unsur lain penentu faktor air
semen ditetapkan atas kekuatan rencana tekan beton, yang dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3 : Hubungan antara W/C dengan kekuatan tekan beton

Kekuatan tekan beton umur 28 hari (kg/cm2) Nilai rata-rata W/C

411 0,44

331 0,53

263 0,62

193 0,73

153 0,80

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 47
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Selain menggunakan nilai-nilai yang tercantum pada tabel 3, gambar 12 di bawah


ini dapat juga digunanan untuk menentukan nilai W/C untuk kekuatan tekan rencana
tertentu.
600

500
Kuat tekan rata-rata 28 (kg/cm2)

400

300

200

100
0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8
W/C
Gambar 12 : Hubungan antara kekuatan tekan 28 hari dengan W/C

b. Slump sebagai ukuran kekenyalan adukan beton.


Slump merupakan perbedaan tinggi dari adukan dalam suatu cetakan berbentuk kerucut
terpancung dengan tinggi adukan setelah cetakan diambil. Hubungan satu sama lain
antara parameter bahan penentuan komposisi bahan beton basah, dinyatakan dalam
tabel-tabel sebagai berikut :

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 48
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Tabel 4 : Ukuran slump yang dianjurkan untuk berbagai jenis konstruksi

Slump (mm)
Uraian
maksimum minimum

Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak


80 25
bertulang

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan


80 25
konstruksi di bawah tanah

Pelat, balok, kolom dan dinding 100 25

Perkerasan jalan 80 25

Pembetonan massal 50 25

Catatan : Nilai pada tabel 4 di atas berlaku untuk pemadatan menggunakan alat penggetar.
Untuk cara pemadatan yang lain, nilai slump dapat dinaikkan 25 mm lebih besar.

c. Ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan sesuai dengan ketentuan
dalam kemudahan pelaksanaan pengecoran dan syarat monolit beton adalah :

Tabel 5 : Ukuran maksimum agregat

Ukuran agregat maksimum yang digunakan harus memenuhi ketentuan

1/5 lebih kecil atau sama dari dimensi terkecil struktur

1/3 lebih kecil atau sama dari tebal pelat lantai

3/4 lebih kecil atau sama dari jarak bersih tulagan, berkas tulangan atau berkas
kabel pratekan

Untuk hal-hal khusus sesuai dengan jenis konstruksi beton tertentu, rincian ketentuan
ukuran maksimum agregat dapat diperoleh dari ketentuan yang berlaku. Pemilihan
jarak tulangan dari beberapa kemungkinan yang ditetapkan dalam peraturan, umumnya
didasarkan pada tinjauan kemudahan saat dilaksanakan pengecoran dan integritas beton
dengan tulangan.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 49
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

d. Dalam perancanaan adukan, berat air rencana dan prosentase udara yang terperangkap,
ditetapkan berdasarkan besarnya slump rencana dan ukuran maksimum agregat kasar
yang digunakan menurut tabel 6.

Tabel 6 : Jumlah air perlu untuk setiap m3 beton dan udara terperangkap untuk
berbagai slump dan ukuran maksimum agregat

Slump Berat air (kg/m3) beton untuk ukuran agregat berbeda

(cm) 10 mm 12,5 mm 20 mm 25 mm 38 mm 50 mm 75 mm 150 mm

2,5 – 5 208 199 187 179 163 154 142 125

7,5 – 10 228 217 202 193 179 169 157 136

15 - 17 243 228 214 202 187 178 169 -

Prosentase udara (%) yang ada dalam unit beton

3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,3 0,2

e. Untuk mendapatkan volume rencana agregat kasar untuk setiap unit volume beton,
digunakan nilai-nilai yang tercantum pada tabel 7 dengan menetapkan terlebih dahulu
ukuran agregat kasar dan nilai modulus kehalusan (fineness modulus) agregat hallus.

Tabel 7 : Prosentase volume agregat kasar/satuan volume beton

Ukuran Prosentase volume agregat kasar dibandingkan dengan satuan


maksimum volume beton untuk modulus kehalusan agregat halus tertentu
agregat kasar
(mm) 2,40 2,60 2,80 3,00

10,0 50 48 46 44
12,5 59 57 55 53
20,0 66 64 62 60
25,0 71 69 67 65
37,5 75 73 71 69
50,0 78 76 74 72
75,0 82 80 78 76
150,0 87 85 83 81

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 50
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Catatan : volume pada tabel di atas berdasarkan kondisi agregat kering muka atau dry
rodded. Nilai dalam tabel tersebut dipilih dari hubungan empiris untuk memperoleh
beton dengan tingkat kekenyalan umum. Untuk beton yang kurang kenyal bagi pekerjaan
jalan, nilai di dalam tabel dapat ditingkatkan hingga 10 %. Untuk beton yang lebih
kenyal, seperti beton yang ditempatkan melalui sistem pompa, nilai pada tabel dikurangi
sampai 10 %.

C.1 PROSEDUR PERENCANAAN

Prosedur perencanaan adukan dengan metode ini terdiri atas beberapa tahap pekerjaan
:
a. Menetapkan konsistensi beton dengan slump rencana berdasarkan tabel 4.
b. Menetapkan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan sesuai dengan jenis
konstruksi dari tabel 5.
c. Berdasarkan nilai slump dan ukuran agregat rencana, penentuan jumlah air yang
diperlukan untuk setiap m3 beton dan prosentase udara yang terperangkap mengacu
pada tabel 6.
d. Dari dua penentuan nilai W/C ratio; yang masing-masing diperoleh atas batasan sifat
ketahanan beton terhadap lingkungan (tabel 2) dan atas kekuatan rencana beton (tabel
3), gunakan nilai W/C ratio yang bernilai lebih kecil bagi perencanaan.
e. Jumlah semen dihitung dengan membagi besaran jumlah air yang diperoleh pada
langkah 3 dengan nilai W/C ratio :
Jumlah semen = Jumlah air / (W/C) ratio

Jumlah semen = Jumlah air / (W/C) ratio

f. Dengan besaran diameter maksimum agregat kasar dan nilai modulus kehalusan
agregat halus rencana, berdasarkan tabel 7 ditetapkan prosentase volume agregat
kasar/m3 beton.
Berat total agregat kasar yang digunakan diperoleh dari perkalian prosentase volume
dengan satuan berat agregat.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 51
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

g. Volume agregat halus dihitung dari selisih volume total beton dengan (volume semen +
volume agregat kasar + volume air + volume udara yang terperangkap). Dengan
diketahuinya nilai specific gravity agregat halus, berat agregat halus dapat dihitung.
h. Jumlah unsur adukan untuk jumlah kubikasi beton tertentu dihitung atas dasar jumlah
yang diperlukan pada saat pengecoran.
i. Untuk kondisi lapangan, modifikasi bagi konsistensi W/C ratio disesuaikan dengan
sifat bahan.
Jika G merupakan berat bahan rencana yang diperoleh dari tabel-tabel, m adalah
prosentase kadar kelembaban bahan di lapangan dan a adalah prosentase kemamuan
absorbsi di lapangan, maka :
 Tambahan air yang diperlukan = G (a – m) / (1 – m)
 Tambahan agregat yang diperlukan = G (m – a) / (1 – m)

C.2 CONTOH PERHITUNGAN

Sebagai contoh perencanaan proporsi unsur beton (semen, pasir, agregat kasar
dan jumlah air adukan) bagi elemen struktur balok/kolom yang terlindung, ditetapkan
kekuatan tekan rencana pada umur 28 hari = 246 kg/cm 2 .
Untuk perencanaan ditetapkan :
a. Berdasarkan kondisi lingkungan pengecoran, ditetapkan besarnya slump rencana antara
75 mm – 100 mm.
b. Jarak tulangan dan ukuran penampang balok hanya memungkinkan penggunaan ukuran
agregat maksimum = 40 mm; dan dari hasil pemeriksaan di laboratorium, pada kondisi
kering muka (Saturated Surface Dry = SSD) diperoleh :
Sifat agregat kasar :
 Specific gravity = 2,68
 Berat volume padat = 1600 kg/m3
Sifat agregat halus :
 Specific gravity = 2,64
 Modulus kehalusan = 2,80
c. Dari tabel 6 dengan ketentuan di atas diperoleh berat air campuran beton dan
prosentase udara yang terperangkap sebagai berikut :

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 52
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Jumlah air = 179 kg/m3,


Prosentase udara yang terperangkap = 1,0 %
d. Mengingat konstruksi beton terlindung, tidak diperlukan tabel 2 sehingga W/C ratio
rencana diperoleh berdasarkan pada kekuatan tekan rencana.
Nilai W/C ratio yang diperoleh dari gambar 12 untuk kekuatan tekan beton rencana =
246 kg/cm2 adalah 0,65.
e. Dari hasil langkah c dan d, dihitung berat semen perlu untuk 1 m3 betron :
Berat semen = 179 / 0,65 = 275 kg/m3 beton.
f. Dari tabel 7 dengan ketentuan :
Ukuran maksimum agregat kasar = 40 mm
Angka modulus kehalusan agregat halus (pasir) = 2,8
Diperoleh nilai volume agregat kasar sebesar = 0,72.
Dengan demikian, berat agregat kasar perlu yang memiliki berat volume = 1600
kg/m3 adalah :
0,72 x 1600 = 1152 kg/m3 beton.
g. Penentuan proporsi unsur beton bagi adukan beton untuk setiap m3 beton dari tahapan
perhitungan yang telah dilakukan (specific gravity semen = 3,15) :
Volume semen = 275 / (3,15 x 1000) = 0,087 m3.
Volume air = 179 / 1000 = 0,179 m3
Volume agregat kasar = 1152 / (2,68 x 1000) = 0,430 m3
Volume udara terperangkap = 1,0 % = 0,010 m3.
Total volume di luar unsur agregat halus = 0,706 m3.

Dari perhitungan di atas, volume agregat halus dalam setiap m3 beton :


Volume agregat halus = (1,0 – 0,706) m3 = 0,294 m3.
Dengan nilai specific gravity = 2,64 kondisi SSD, berat rencana agregat halus adalah :
(0,294 x 2,64 x 1000) kg = 776 kg.
h. Perhitungan berat bagi setiap m3 beton adalah :
Semen = 275 kg = 6,88 zak semen @ 40 kg = 5,5 zak semen @ 50 kg
Air = 179 kg
Agregat halus = 776 kg (kondisi SSD)

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 53
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Agregat kasar = 1152 kg (kondisi SSD)


Dalam istilah umum, campuran ini dikatakan memiliki faktor semen 6,88 zak semen /
m3 beton.
i. Proporsi unsur beton pada kondisi lapangan dapat ditentukan dengan memperhitungkan
kadar kelembaban dan penyerapan (absorbsi) agregat. Bila kadar kelembaban agregat
dan kemampuan absorbsi agregat kasar masing-masing adalah 5,50 % dan 3,75 %,
maka perlu penambahan air sebanyak :
(1152)(0,015 – 0,006)/(1-0,006) = 10,43 kg/m3, dan
(776)(0,0375 – 0,055) = -14,37 kg/m3 sehingga jumlah air yang diperlukan pada
kondisi lapangan = 179 + 10,43 – 14,37 = 175,06 kg/m3 dan penggunaan agregat kasar
dan halus masing-masing menjadi :
G + G(m – a) / (1 – m) = 1152 + 1152(0,006 – 0,015) / (1 – 0,006) = 1141,57 kg/m3.
G + G(m – a) / (1 – m) = 776 + 776(0,055 – 0,0375) / (1 – 0,055) = 790,37 kg/m3.
Perlu dicatat, bahwa bilai nilai m melebihi nilai a, hasil penambahan air bernilai
negatif dengan pengertian bahwa adanya penggunaan air yang kurang dibandingkan
dengan kondisi kering muka dan adanya penambahan berat agregat kasar.
j. Dalam pembuatan di lapangan atau nilai trial mix, kubikasi adukan bergantung pada
kapasitas pengaduk/mixer/molen.
Umumnya kapasitas molen ukuran sedang = 0,03 m3 sehingga berat unsur adukan
beton adalah :
Semen = 8,25 kg
Air = 5,25 kg
Agregat halus = 23,71 kg
Agregat kasar = 34,25 kg
Bagi setiap 0,03 m3 beton.

D. PERANCANGAN CAMPURAN BETON DENGAN METODE BRITISH 1986


Seperti perancangan dengan metode-metode yang telah diuraikan, hal pertama yang
harus diperhatikan adalah bahwa semua prasyarat yang ditentukan haruslah dipenuhi
sebelum melangkah ke proses perhitungan untuk menentukan komposisi campurannya.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 54
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Pada metode British 1986 persyaratan yang menyangkut gradasi agregat yang harus
dipenuhi yang ditunjukkan oleh besarnya prosentase barat lolos kumulatif saringan tertentu
untuk beberapa ukuran diameter maksimum butiran tercantum dalam BS 882 : 1983
sebagai standar mengenai agregat dari sumber alam untuk beton yang disahkan kembali
pada tahun berikutnya, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 8 : Persyaratan gradasi agregat gabungan menurut BS 882 1983

Ukuran saringan Prosentase berat lolos ukuran saringan


(mm) 40 mm 20 mm 10 mm 5 mm
50,0 100 - - -
37,5 95 – 100 100 - -
20,0 45 – 80 95 – 100 - -
14,0 - - 100 -
10,0 - - 95 – 100 -
5,0 25 – 50 35 – 55 30 – 65 70 - 100
2,36 - - 20 – 50 25 - 70
1,18 - - 15 – 40 15 - 45
0,60 8 – 30 10 – 35 10 – 60 5 - 25
0,30 - - 5 – 15 3 - 20
0,15 0–8* 0–8* 0–8* 0 - 15
Catatan : *Dapat ditingkatkan hingga 10 prosen untuk butiran halus dipecah.

Guna menentukan komposisi campuran untuk setiap unit volume beton juga
diperlukan data mengenai tingkat kemudahan pelaksanaan bagi jenis struktur yang
bersangkutan dan ditunjukkan oleh besarnya nilai slump rencana. Pada metode British,
besarnya slump rencana untuk berbagai tipe struktur dapat dilihat pada tabel 9 di bawah
ini.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 55
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Tabel 9 : Nilai Slump yang disyaratkan sesuai dengan penggunaan beton

Tingkat kemudahan Slump


Penggunaan beton cocok untuk
pelaksanaan (mm)

Jalan yang digetar dengan mesin penggetar


Sangat rendah 0 – 25 otomatis, dalam kasus tertentu dapat pula
digunakan mesin penggetar tangan

Jalan yang digetar dengan mesin penggetar tangan,


dalam kasus umum beton dapat dipadatkan secara
Rendah 25 – 50
manual baik memakai agregat bulat atau tak
beraturan

Pelat lantai yang dipadatkan dengan menggunakan


agregat batu pecah. Beton bertulang normal yang
Sedang 25 - 100
dipadatkan secara manual dan penampang beton
bertulang yang digetar

Tinggi 100 - 175 Penampang beton dengan tulangan rapat

Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode British 1986 ini penentuan
besarnyasemen yang diperlukan untuk 1 m3 beton didasarkan atas perbandingan berat air
terhadap berat semen sebesar 0,5 sehubungan dengan kuat tekan kubus beton bersisi 150
mm untuk umur, tipe semen dan agregat kasar yang digunakan pada proses perancangan
campuran. Dengan kata lain, penentuan faktor air-semen sangat tergantung pada jenis
agregat kasar yang digunakan, tipe semen serta umur beton dimana kekuatan tekannya
akan ditinjau.
Untuk lebih jelasnya, maka besarnya perkiraan kekuatan tekan beton bagi faktor air
semen sebesar 0,5 seperti terlihat pada tabel berikut telah disusun guna membantu dalam
menentukan faktor air-semen untuk kekuatan tekan yang direncanakan.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 56
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Tabel 10 : Perkiraan kekuatan tekan beton dengan faktor air semen (w/C) = 0,5

Jenis agregat Kekuatan tekan (MPa) pada umur (hari)


Tipe semen
kasar 3 7 28 91

Tipe I Tidak dipecah 22 31 43 50


Tipe V Dipecah 27 36 48 55
Tidak dipecah 29 37 49 55
Tipe III
Dipecah 34 43 54 60

Penentuan faktor air semen (W/C) untuk kekuatan tekan rencana tertentu ditetapkan
dengan langkah sebagai berikut :

a. Tentukan kadar kuat tekan rencana, tipe semen, jenis agregat kasar yang digunakan,
serta umur kubus beton dimana kekuatan tekan rencananya akan ditinjau.
b. Dari tabel 10, maka perkiraan kekuatan tekan kubus beton untuk W/C = 0,5 dapat
ditetapkan.
c. Dengan menggunakan kurva hubungan antara kekuatan tekan dan W/C pada gambar
13, tarik garis vertikal ke atas dari W/C = 0,5 sehingga memotong kekuatan tekan
sesuai tabel pada langkah b.
d. Dari perpotongan antara W/C = 0,5 dan perkiraan kekuatan tekan menurut tabel 10,
gambarkan kurva mengikuti kurva di sebelahnya pada kurva hubungan kekuatan tekan
dengan W/C seperti pada gambar 13.
e. Nilai W/C untuk kekuatan tekan yang direncanakan dapat dicari dengan menarik garis
dari kekuatan tekan rencana hingga memotong kurva yang telah digambar pada
langkah d, kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke bawah hingga
memotong nilai W/C. Nilai W/C inilah yang dijadikan dasar untuk perhitungan jumlah
semen bagi kekuatan tekan yang direncanakan.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 57
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

100
90
80
Kekuatan Tekan (MPa)

70
60
50
40
30
20
10
0
0.3 0.4 0.5 W/C
0.6 0.7 0.8 0.9

Gambar 13 : Kurva hubungan kekuatan tekan dengan W/C (kurva ini didasarkan
pada benda uji kubus 150 mm x 150 mm x 150 mm).

Dengan telah ditetapkannya nilai W/C, maka kuantitas semen yang dibutuhkan dalam
perencanaan dapat dihitung dengan menggunakan data banyaknya air bebas yang
diperlukan untuk setiap kubikasi beton, seperti tercantum pada tabel 11 berikut :

Tabel 11 : Perkiraan jumlah air bebas yang diperlukan untuk memberikan tingkat
workability tertentu

Ukuran Jumlah air (kg/m3) untuk


maksimum Jenis Agregat Slump (mm)
agregat (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Tidak dipecah 150 180 205 225
10
Dipecah 180 205 230 250
Tidak dipecah 135 160 180 195
20
Dipecah 170 190 210 225
Tidak dipecah 115 140 160 175
40
Dipecah 155 175 190 205

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 58
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Besarnya jumlah semen yang dihitung atas dasar jumlah air bebas dan W/C yang
sebelumnya telah ditetapkan, tidak boleh kurang dari jumlah semen minimum yang
disyaratkan pada kondisi “exposure” tertentu untuk menjamin ketahanan pada kondisi yang
disyaratkan seperti tabel berikut :

Tabel 12 : jumlah semen minimum untuk kondisi terekspos

Kondisi Ekspos Selimut beton (mm)


Ringan 25 20 20 20 20
Sedang - 35 30 25 20
Buruk - - 40 30 25
Sangat buruk - - 50 40 30
Ekstrim - - - 60 50
W/C maksimum 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45
Jumlah semen
minimum 275 300 325 350 400
(kg/m3)
Kekuatan
30 35 40 45 50
minimum (MPa)

Langkah selanjutnya dari perancangan beton dengan metode British 1986 ini adalah
memperkirakan berat jenis beton segar dengan memanfaatkan data jumlah air bebas dan
specific gravity agregat gabungannya. Untuk memperkirakan besarnya berat jenis beton
segar, guna menentukan jumlah masing-masing agregat untuk 1 m3 beton, terlebih dahulu
dibutuhkan prosentase masing-masing agregat sehingga langkah untuk memperkirakan
berat jenis beton segar dapat dilakukan.

Perkiraan prosentase masing-masing agregat dalam satu unit beton dapat ditempuh
dengan memanfaatkan grafik hubungan antara besarnya faktor air semen (W/C) dengan
prosentase agregat halus untuk beberapa ilai slump dan ukuran maksimum agregat yang
dipakai yang dapat dilihat pada gambar 14a, 14b, dan 14c berikut :

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 59
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

80 80
slump 0 - 10 mm slump 10 - 30 mm
70 70
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton


60 60

50 50 15 1
1

40 2 40 40 2
60 3
3 80
30 30 100 4
4

20 20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

80 80
slump 30 - 60 mm slump 60 - 180 mm
70 70
Prosentase agregat halus / m3 beton
Prosentase agregat halus / m3 beton

1
60 60 15
15 40
50 1 50
2
60
40 2
40 40 3
60 3 80
100 4
30 80 4 30
100
20 20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

Gambar 14a : Penentuan Prosentase agregat halus untuk diameter maksimum


10 m

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 60
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

80
80
70 slump 0 - 10 mm slump 10 - 30 mm
70
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton


60
60
50
50
40
40
15
30 15
30 40
40 60
20 60 80
80 20 100
100
10
10
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

W/C W/C

70 80
slump 30 - 60 mm slump 60 - 180 mm
60 70
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton

60
50

1 50 1
40 15
15
40 2
40 40 2
30
3 3
60 30 60
80 80 4
20 4
20 100
100
10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

Gambar 14b : Penentuan Prosentase agregat halus untuk diameter maksimum 20 mm

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 61
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

80 80
slump 0 - 10 mm slump 10 - 30 mm
70 70

Prosentase agregat halus / m3 beton


Prosentase agregat halus / m3 beton

60 60

50 50

40 40

15
1 1
30 30
15 2 2
40
40 3
20 60 3 20 60

80 4 80 4
100
10 100 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

80 80
slump 30 - 60 mm slump 60 - 180 mm
70 70
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton

60 60

50 50

40 40 15 1
15 1
40 2
2
30 40 30
3
60 60
3 4
20 80 4 20 80
100 100

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

Gambar 14c : Penentuan Prosentase agregat halus untuk diameter maksimum


40 mm

Angka-angka di sebelah kiri garis pada gambar 14a, 14b, 14c menunjukkan prosentase
agregat halus lolos saringan 0,60 mm.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 62
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Dengan telah ditentukannya prosentase agregat halus, maka prosentase agregat kasar
adalah 100 % - prosentase agregat halus, sehingga besarnya specific gravity agregat
gabungan merupakan jumlah hasil perkalian antara masing-masing prosentase agregat
dengan specific gravity-nya.

Perkiraan berat jenis beton segar dapat dihitung dengan menggunakan bantuan grafik
hubungan antara jumlah air bebas dengan specific gravity gravity gabungan seperti pada
gambar 15 berikut :

2700 Berat Jenis


Agregat Gabungan
2600
Berat jenis beton segar (kg/m3)

2500
2,9
2400
2,8
2,7
2300
2,6
2200 2,5
2,4
2100
95 110 125 140 155 170 185 200 215 230 245 260
Kadar air bebas (kg/m3)

Gambar 15 : Grafik perkiraan berat jenis beton segar

Berat keseluruhan agregat yang diperlukan untuk setiap m3 beton merupakan hasil
pengurangan jumlah semen dan air dari berat jenis beton segar yang diperkirakan menurut
gambar 15 di atas.

D.2 CONTOH PERHITUNGAN

Diminta perencanaan beton dengan kekuatan tekan karakteristik K-300 dengan


slump 12,5 cm dengan menggunakan agregat berupa batu pecah berukuran maksimum
20 mm serta semen tipe I.
Data hasil analisa saringan untuk agregat halus diketahui sebagai berikut :

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 63
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Prosentase
Ukuran saringan Berat tertahan Prosentase berat Prosentase berat
lolos
(mm) (gram) tertahan tertahan kumulatif
kumulatif
0,50 0 0 0 100
4,76 0 0 0 100
2,38 37 7,40 7,40 92,60
1,19 87 17,40 24,80 75,20
0,59 135 27,00 51,80 48,20
0,297 126 25,20 77,00 23,00
0,149 75 15,00 92,00 8,00
Wadah 40
Jumlah 500
Modulus kehalusan 253/100 = 2,53

 Menentukan W/C

Kekuatan tekan karakteristik = 300 kg/cm2, maka kekuatan tekan rata-rata pada umur
28 hari (dengan s = 46 kg/cm2) adalah 375 kg/cm2 = 37,5 MPa.
Dari tabel 10 diperoleh bahwa untuk semen tipe I dan agregat dipecah untuk slump
125 mm (60 – 180 mm), maka untuk W/C = 0,5 perkiraan kuat tekan pada umur 28 hari
adalah 48 MPa.
Dengan menggunakan kurva pada gambar 13 didapat W/C untuk kekuatan tekan
rata-rata 37,5 MPa sebesar 0,60.
Dari tabel 12, untuk kondisi terekspos ringan, diperoleh jika selimut beton nominal
25 mm, maka W/C maksimum = 0,65 dengan jumlah semen minimum sebesar 275
kg/m3 beton.

 Menentukan Jumlah Kadar Air Bebas


Untuk mendapatkan nilai kadar air bebas, gunakan tabel 11 yang dibuat untuk agregat
gabungan alami (tidak dipecah) dengan agregat yang dipecah. Untuk agregat gabungan yang
berupa campuran antara pasir alami dan kerikil (batu pecah) maka kadar air bebas
diperhitungkan dengan rumus :
2 1
Wf + Wc
3 3
dimana : Wf = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar dipecah
Wc = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar tidak dipecah

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 64
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

Dalam contoh di atas untuk agregat dengan ukuran maksimum 20 mm dengan nilai slump
2 1
60-180 diperoleh : * 225 + * 195 = 215
3 3

 Menentukan Jumlah Semen

Karena W/C yang diperoleh dari kurva pada gambar 13 lebih kecil dari nilai W/C
menurut tabel 12, maka yang diambil adalah nilai yang terkecil, yaitu 0,60. Sehingga jumlah
semen yang dibutuhkan adalah = 215 / 0,60 = 358 kg/m3 > 275 (memenuhi persyaratan
jumlah semen minimum menurut tabel 12).

 Menentukan Prosentase Agregat Halus

Dari hasil analisis saringan agregat halus, diketahui agregat halus termasuk zone 2,
sehingga untuk W/C = 0,60 dengan nilai slump 125 mm (60 – 180) bagi agregat maksimum
berukuran 20 mm didapat dari gambar 14b bahwa prosentase agregat halusnya sebesar 45 %.

 Menentukan Berat Jenis Beton Segar

Diketahui dari hasil pengujian di laboratorium bahwa specific gravity kondisi SSD :
Agregat halus = 2,69
Agregat kasar = 2,70
sehingga specific gravity agregat gabungan adalah :
0,45 (2,68) + (1 – 0,45) (2,70) = 2,69
Dari gambar 15, untuk jumlah air bebas 215 kg/m3 dan specific gravity gabungan 2,69
diperkirakan bahwa berat jenis beton segar = 2400 kg/m3.

 Menentukan Jumlah Agregat

Jumlah total agregat = berat jenis beton segar – jumlah semen – jumlah air bebas
= 2400 – 358 – 215 = 1827 kg/m3
Jumlah agregat halus = 0,45 (1827) = 822 kg/m3
Jumlah agregat kasar = 0,55 (1827) = 1005 kg/m3

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 65
LABORATORIUM SIPIL TERPADU
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Jl. Danau Sentani no 99 Telp.(0341) 727150

 Menentukan W/C

Dari hasil pengujian di laboratorium diketahui bahwa kelembaban agregat halus dan
kasar masing-masing sebesar 5 % dan 3 % serta absorbsi bagi masing-masing agregat adalah
3,5 % dan 1,5 %.
Jumlah agregat halus = 822 + 822 * (5 – 3,5) / 100 = 834 kg/m3
Jumlah agregat kasar = 1005 + 1005 * (3 – 1,5) / 100 = 1020 kg/m3
Jumlah air = 215–822 (5–3,5) / 100–1005 * (3–1,5) / 100 = 167,6 kg/m3
Jumlah semen = 358 kg/m3
Inspeksi secara visual untuk evaluasi konsistensi pasta adukan dan integritas unsur-unsur
beton dapat dilakukan dengan membandingkan catatan inspeksi (gambar dokumentasi)
dengan dokumentasi gambar dari contoh-contoh trial mix berindikasi sifat pasta/adukan
tertentu. Hal ini adalah salah satu usaha dalam merencanakan kembali adukan pasta beton
yang mudah dikerjakan.

Buku Petunjuk Praktikum BETON Jur. Teknik Sipil S-1 Universitas Wisnuwardhana Malang 66

Anda mungkin juga menyukai