Anda di halaman 1dari 18

CONCRETE MIX

DESIGN PROPORTION
I. KONSEP :
Perbandingan proporsi campuran beton harus
dipilih sedemikin rupa sehingga mendapatkan
campuran yang paling ekonomis dimana
dengan menggunakan bahan-bahan yang ada
tersedia dihasilkan beton yang mempunyai
strength (kekuatan), worability (tingkat
kemudahan pekerjaan) dan durability sesuai
dengan yang diinginkan (sesuai spesifikasi).
II.METODE :
 Metode perancangan menurut “ROAD NO.4”

 Metode perancangan menurut “AMERICAN


CONCRETE INSTITUTE”

 Metode perancangan menurut “CARA


INGGRIS”

 Metode perancangan menurut “US BUREAU


OF RECLAMATION”

 Metode perancangan menurut “JAPAN


SOCIETY OF CIVIL ENGINEER”
III. PROSEDUR :
Pada prinsipnya dengan cara coba-coba di
laboratorium, dan pada garis besar prosedurnya
sebagai berikut :

1. Pengujian terhadap material beton


2. Menentukan ukuran agregat kasar maksimum
3. Menentukan slump beton
4. Menentukan jumlah air adukan beton
5. Menentukan w/c
6. Menghitung perbandingan proporsi
campuran materil beton
7. Percobaan campuran di Laboratorium
8. Penyesuaian dan percobaan di lapangan
IV. PERHITUNGAN RANCANG CAMPUR
4.1Tujuan:
Tujuan dari perhitungan rancang campur beton
adalah menentukan proporsi campuran material
beton sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton
yang paling ekonomis yang memenuhi persyaratan
strength (kekuatan), durability dan workability.
Jadi tiga parameter utama dari mix design adalah:
- Workability (consistency)
- Strength dan durability
- Economy
Harga beton akan tergantung dari harga material
pembentuk beton, transportasi dan tenaga dalam
proses pencampuran dan pengecoran beton.
Pada umumnya perhitungan proporsi campuran
beton berdasarkan prinsip prinsip berikut :

1. Campurannya harus workable (mudah


dikerjakan)
2. Semen yang digunakan harus sekecil mungkin
3. Gunakan air adukan sesedikit mungkin
4. Agregat kasar dan agregat halus harus
proportional, sehingga didapatkan campuran beton
yang padat
5. Maximum size of aggregate harus sebesar
mungkin
6. Water-cemen ratio (factor air semen) harus
ditentukan sesuai dengan compressive strength
(kuat tekan) yang disyaratkan.
4.2 Required Strength :
ACI 318 merekomendasikan bahwa proporsi
campuran beton harus dirancang berdasarkan
pengalaman lapangan atau trial mix di
laboratorium. Proporsi campuran beton
dirancang berdasarkan Required strength
yang harus lebih tinggi dari Design strength,
dan dihitung dengan rumus berikut :

f’cr = f’c + 1,34 S atau


f’cr = f’c + 2,33 S + 500
dimana : f’cr = required strength
f’c = design strength
S = standar deviasi dari
sejumlah benda uji yang telah disiapkan dari
beton tersebut.
4.3 Mix Design Prosedure :
Prosedur perancangan campuran beton diformulasikan
untuk mendapatakan suatu campuran yang
memenuhi persyaratan yang diinginkan, yaitu
sebagai berikut :

1. Workability (slump) ditentukan sesuai dengan jenis


pekerjaan atau jenis struktur
2. Ukuran agregat kasar maksimum dipilih berdasarkan
kebutuhan pekerjaan
3. Kandungan udara dalam beton ditentukan
berdasarkan durability requirement
4. Water-cement ratio (w/c) ditentukan sesuai dengan
strength dan durability yang disyaratkan
5. Jumlah air adukan ditentukan berdasarkan slump
(workability) dan ukuran agregat kasar maksimum

Beton yang dihasilka untuk berbagai jenis konstruksi


akan selalu mengandung udara (entrapped air)
anatara 0,5% sampai 2,5%, yang besarnya
tergantung dari ukuran agregat kasar maksimum.
Step-1 : Menentukan slump :
 Slump beton sebaiknya ditentukan serendah-
rendahnya, akan tetapi beton masih dapat
dikerjakan dengan baik (workable).

Table- 3.5 :
Recommended Slump For Variation type of Construction
No. Type of Construction Max. Slump Min. Slump
[mm] [mm]
1 Footings, caissons, foundations 75 25
walls and substructure wall
2 Beams, columns and walls 100 25
3 Pavements and slabs 75 25
4 Mass concrete 50 25
Step-2 : Memilih ukuran agregat kasar maksimum :
 Maksimum size agregat (MSA) ditentukan
berdasarkan jenis struktur, dimensi struktur dan
kerapatan tulangan beton terpasang, dan untuk
perkiraan bisa ditentukan berdasarkan rumusan
berikut :

  Dimensi terkecil
 MSA 
 5

 untuk struktur slab bisa digunakan :


 Tebal slab
 MSA  atau
 3
 0.75 dari jarak bersih antar tulangan
beton
Step-3 : Menentukan air adukan (W) dan
kandungan udara (A) :
 Jumlah air adukan (W) ditentukan dengan
menggunakan tabel-3.7 yang didasarkan atas nilai
slump dan type beton.

Appraximate requirement for mixing water and air content for


different wokability and MSA according to ACI 211.1-91
Workability Water Content of Concrete [kg/m3] for indicated Max. size
Aggregates
& 10 12,5 mm 20 mm 25 mm 40 mm 50 mm 70 mm 150 mm
Air content mm

30 – 50 mm 205 200 185 180 160 155 145 125


80 – 100 mm 225 215 200 195 175 170 160 140
150 – 180 250 230 210 205 185 180 170
mm
Approximate
Entrapped 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0.3 0.2
Air Content
(%)
Step-4 : Menentukan water-cement ratio (w/c) :
 Water-cement ratio (w/c) ditentukan berdasarkan kebutuhan
kuat tekan atau Required strength (f’cr) yang nilainya lebih
tinggi dari Design strength (f’c) dan keawetan
(durability) beton, yaitu dengan mengunakan tabel hububgan
antara w/c dg kuat tekan dari ACI 211.1-91 dibawah ini :
 Relation between w/c ratio and everage Compressive Strength of
concrete according to ACI 211.1-91
Average Comp. Strength at 28 Effective w/c ratio by mass
days
Mpa. Psi. Non AE- concrete Air Entrain
concrete
45 6000 0.38
- - 0.41
40 5000 0.43
35 - 0.48 0.40
30 4000 0.55 0.46
- - 0.57 0.48
25 3000 0.62 0.53
- - 0.68 0.59
20 - 0.70 0.61
Step-5 : Menghitung kandungan semen (C) :
 Setelah didapat jumlah air adukan dan harga w/c
maka dapat dihitung jumlah kandungan semen, yaitu
:
 W
 Jumlah semen : C =
 w/c

 Step-6 : Menghitung kandungan Agregta kasar (Ca) :


 Dari tabel-3.12 dapat tentukan volume agretgat
kasar (dry-rodded condition per satuan volume
beton), untuk menghasilkan beton sesuai dengan
workability yang disyaratkan. Dalam tabel-3.12 ini
volume agregat kasar juga ditentukan berdasarkan
Fineness Modulus (FM) dari pasir dan Ukuran
agregat kasar maksimum (MSA).
Dry bulk volume of coarse aggregate per unit
weight of concrete, as given by ACI 211.1- 91
Max. Size Dry bulk volume of coarse aggregate per unit weight of
Aggregate concrete for Fineness Modulus of sand of :

[mm] 2.4 2.6 2.8 3.0


10 0.50 0.48 0.46 0.44
12.5 0.59 0.57 0.55 0.53
20 0.66 0.64 0.62 0.60
25 0.71 0.69 0.67 0.65
40 0.75 0.73 0.71 0.69
50 0.78 0.76 0.74 0.72
70 0.82 0.80 0.78 0.0.8176
150 0.87 0.85 0.83

The values given willl produce a mix with a workability


suitable for reinforce concrete construction.
Dari satuan volume aggregat kasar yang didapat
dari tabel diatas dijadikan satuan berat :
 berat = volume x density (unit weight)
Unit weight Ca didapat dari test lab.
 misalnya = 1600 kg/m3

Step-7 : Menghitung kandungan agregat halus :


Sampai step-6 seluruh berat material sudah
didapat kecuali agregat haluhars (pasir).
Sebelum menghitung kandungan pasir harus tahu
dulu density (unit weight) beton segar, density
(unit weight) beton segar didapat dari tabel yang
diberikan oleh ACI 211.1- 91 yaitu sebagai
berikut :
Estimate of density (unit weight) of fresh concrete
as given by ACI 211.1-91

Max. Size Estimate of density (unit weight) of


Aggregate fresh concrete
Non air entrained concrete Air entrained concrete
mm in
Kg/m3 Lb/yd3 Kg/m3 Lb/yd3
10 3/8 2285 3840 2190 3690
12.5 ½ 2315 3890 2235 3760
20 ¾ 2355 3960 2280 3840
25 1 2375 4010 2315 3900
40 1.5 2420 4070 2355 3960
50 2 2445 4120 2375 4000
70 3 2465 4160 2400 4040
150 6 2505 4230 2435 4120
Kandungan agregat halus (sand) apat dihitung
dengan menggunakan mass method, yaitu sebagai
berikut :

Berat pasir = Berat beton – berat (Cement + Air +


Ca)
Step-8 : Penyesuain proporsi campuran beton
dilapangan, sesuai dengan actual
kandungan air agregat kasar dan pasir
yang dipakai dilapangan.
  
  

 Step-9 : Perhitungan proporsi campuran


dilapangan :

Anda mungkin juga menyukai