Anda di halaman 1dari 8

Merancang suatu campuran beton merupakan suatu proses pemilihan bahan

– bahan pembentuk (pengisi, perekat) beton dan menentukan masing-masing


kadar/jumlahnya dengan tujuan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan
minimum, kekuatan, sifat tahan lama dan ekonomis. Pertimbangan yang mendasar dari
pembuatan suatu beton adalah harga yang ekonomis tetapi dapat memenuhi persyaratan
pemakaian.
Syarat – syarat minimum untuk beton umumnya mengenai hal-hal sebagai
berikut :
1. Kuat tekan minimum yang diperlukan untuk suatu struktur bangunan
beton.
2. Faktor air semen (f.a.s) maksimum atau kadar semen minimum atau
untuk keadaan cuaca tertentu disyaratkan kadar udara dalam beton minimum
agar betonnya memiliki sifat tahan lama.
3. Jumlah semen maksimum untuk menghindar terjadinya retak susut
dalam keadaan cuaca terbuka yang kelembabannya relatif rendah.
4. Jumlah semen maksimum untuk menghindar terjadinya retakan akibat
pengaruh suhu tinggi.
5. Berat volume beton minimum yang biasanya disyaratkan untuk jenis
bangunan beton tertentu.

Ada Beberapa Metode-metode di dalam menentukan atau menghitung


komposisi bahan campuran beton Normal antara lain :
a. Cara menurut Department of the Environment (DOE), Building
Laboratory Establishment, Transport and Road Research Laboratory di Inggris terbitan
1975 yang telah diteliti kecocokanya untuk Indonesia dimana menggunakan benda uji
kubus dengan ukuran sisinya 15 cm (15 x 15 x 15)
b. Cara menurut American Concrete Institute (ACI) dalam merancang
campuran beton dikutif dari cara ACI 211. 1-89 dengan satuan matrik (SI) dan dengan
menggunakan benda uji silinder Beton dengan diameter Ø 15 cm dan tinggi (t) 30 cm.

PERANCANGAN CAMPURAN BETON


METODE ACI (ACI 211.1-1991)

Tahapan perancangan campuran bahan beton berdasarkan metode ACI


211.1-1991, adalah sebagai berikut:

1. Penentuan SLUMP beton yang akan direncanakan


2. Menentukan ukuran agregt yang akan digunakan
3. Estimasi jumlah air pengaduk dan kadar udara beton
4. Pilih perbandingan antar berat air pengaduk dengan berat semen portland
yang dibutuhkan
5. Hitung kadar semen yang dibutuhkan
6. Estimasi volume agregat kasar
7. Estimasi volume agregat halus

8. Koreksi kadar air agregat yang sebenarnya.

Tabel 3.1 (ACI-Tabel A1.5.3.1) Nilai Slump Beton yang Disarankan Untuk
Berbagai Jenis Konstruksi
Nilai Slump yang direkomendasikan untuk berbagai type konstruksi
Slump (mm)
Jenis Pekerjaan
Maks. Min.
a. Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 125 50
b. Pondasi telapak tidak bertulang, kaosin, dan konstruksi di
90 25
bawah tanah
c. Pelat, balok, kolom dan dinding. 150 75
d. Pengerasan jalan 75 50
e Beton massa (tebal) 75 25

 Keterangan :
* dapat dipertinggi 25 mm untuk cara pemadatan tanpa getaran.

Tabel 3.2 (ACI-Tabel A1.5.3.3) Perkiraan jumlah Air Pengaduk dan


Jumlah Kadar Udara yang Disyaratkan Untuk Nilai Slump dan Ukuran Besar Butir
Maksimum Agregat yang berbeda-beda

Jumlah Air, kg/m3 Beton untuk Ukuran Besar Butir


Makimum Agegat yang Diketahui
Slump (mm)
9,5 12,5 19 25 37,5 50 75 15
0
Beton Tanpa Kadar Udara
25 sampai 50 207 199 190 179 166 154 130 11
3
75 sampai 100 228 216 205 193 181 169 145 12
4
150 sampai 175 243 228 216 202 190 178 160 -
Perkiraan Kadar
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0.3 0.2
Udara Terjebak (%)
Beton Dengan Kadar Udara (Menggunakan AEA)
25 sampai 50 181 175 68 160 150 142 122 10
7
75 sampai 100 202 193 184 175 165 157 133 11
9
150 sampai 175 216 205 197 184 174 166 154
Rata-rata Jumlah Udara yang Disarankan, %, Untuk Tingkat Pengaruh Cuaca
Cuaca Ringan 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
Cuaca Sedang 6.0 5.5 5.0 4.5 4.5 4.0 3.5 3.0
Cuaca Berbahaya &
7.5 7.0 6.0 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0
Ekstrim

 Keterangan :
Rekomendasi tambahan untuk kadar udaradan toleransi yang penting
mengenai kadar udara untuk pengawasan di lapangan, tercantum dalam beberapa
dokumen ACI, termasuk ACI 20, 345, 318, 301 dan 302. ASTM C-94 untuk Ready Mixed
Concrete juga memberi batasan mengenai kadar udara.
Persyaratan yang terdapat pada dokumen lain, tidak akan selalu cocok,
karena itu dalam pembuatan campuran beton pertimbangan-pertimbangan harus
diberikan untuk memilih jumlah kadar udara agar memenuhi keperluan di lapangan atau
memenuhi persyaratan pemakaian.
Tabel 3.3 (ACI-Tabel A1.5.3.4(a))”) Hubungan Antara f.a.s dan Kuat Tekan Beton

45

40

35

30
KEKUATAN TEKAN (MPa)

25

20

15

10

0
0.25 0.50 0.75 1.00
FAS
 Keterangan :
Nilai ini diperkirakan rata-rata kuat tekan beton yang mengandung udara tidak
lebih dari 2% untuk beton tanpa udara dan 6% jumlah udara untuk beton pakai udara
(pakai AEA). Untuk f.a.s yang tetap, kekuatan beton akan berkurang bila kadar udaranya
naik. Hubungan yang tercantum dalam tabel tersebut di atas ini diperkirakan bagi
penggunaan butir aggregat maksimum 19 sampai 25 mm. Untuk sumber aggregat yang
tertentu, kuat tekan yang dihasilkan untuk harga f.a.s yang tertentu, akan naik, bila besar
butir maksimum aggregat ukurannya turun. Apabila angka-angka dalam tabel ini
digambar dalam bentuk kurva, hubungan antara kuat tekan banding f.a.s akan terlihat
seperti pada gambar 5.5.
F.a.s maks. Yang diijinkan untuk beton yang terjamah cuaca
berbahaya

Untuk Jenis Struktur Beton penampang tipis (railing, curbam, ambang,


gawang dan pekerjaan omamen) dan penampang yang penutup betonnya kurang dari 5
mm di atas tulangannya, Struktur Yang Selalu atau Sering kali basah dan Struktur yang
Terpengaruh Oleh Kering dan Baku senilai 0,45 dan Struktur yang Terjamah Air Laut
atau Sulfat 0.40. Sedangkan struktur beton lainnya Struktur Yang Selalu atau Sering kali
basah dan Struktur yang Terpengaruh Oleh Kering dan Baku senilai 0,50 dan Struktur
yang Terjamah Air Laut atau Sulfat 0.45
 Keterangan :
Berdasarkan ACI 201 2R
 Betonnya juga harus mengandung udara (air-entrained)
 Bila dipakai Semen Portland Type II atau Type V, nilai
f.a.s dapat dipertinggi0.05
Tabel 3.5 (ACI-Tabel A1.5.3.6) Volume Aggregat Kasar Untuk Tiap Unit
Volume Beton”’)

Ukuran Butir
Volume Aggregat Kasar yang Dicocok-Padat‘) Tiap Unit Volume
Maksimum
Beton Untuk Sifat Angka Kehalusan yang Berbeda dari Aggregat
Aggregat
Halusnya”)
Nominal (mm)
2.40 2.60 2.80 3.00
9.5 0.5 0.48 0.46 0.44
12.4 0.59 0.57 0.55 0.53
19 0.66 0.64 0.62 0.60
25 0.71 0.69 0.67 0.85
37.5 0.75 0.73 0.71 0.69
50 0.78 0.76 0.74 0.72
75 0.82 0.80 0.78 0.76
150 0.87 0.85 0.83 0.81

 Keterangan :
Lihat ASTM Method 136 untuk menghitung angka kehalusan.
Volume berdasarkan aggregat yang dicocok-padat menurut ASTM C-39.
Volume ini dipilih dari hubungan empiris, untuk menghasilkan beton workabilitynya cocok
untuk digunakan dalam beton bertulang. Untuk beton yang agak kurang workable,
misalnya untuk beton hamparan jalan raya, nilai di atas dapat dipertinggi 10%. Untuk
beton yang workabilitynya tinggi (lebih cair), misalnya untuk beton pompa, nilainya
dikurangi 10%.
Disarankan, bila aggregat yang dipakai susunan butirnya masing-masing tidak
diperdagangkan atas dasar angka kehalusan atau tidak memenuhi susunan butir
menurut ASTM, sebaiknya digabung sedemikian rupa sehingga kurva gabungan butir
tetap terjaga atau gunakan pedoman susunan butir aggregat menurut McIntosh.
Tabel 3.6 (ACI-Tabel A1.5.3.7.1) Perkiraan Pertama Untuk Berat Beton
Segar
Besar Butir Maksimum Perkiraan Pertama Untuk Beton Segar (kg/m3)’)
Nominal (mm) Beton Tanpa Udara Beton Dengan Kadar Udara
9.5 2280 2200
12.5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37.5 2410 2320
50 2445 2345
75 2490 2400
150 2530 2435

 Keterangan :
Nilai dihitung dari persamaan pada langkah 7 untuk beton dengan kadar
semen medium (330 kg/m3 beton) dengan nilai slump sedang dan berat jenis aggregat
2.70. Jumlah air yang disyaratkan berdasar slump 75 atau 100 mm seperti pada tabel 2.2
(ACI-Tabel A1.5.3.3) bila dikehendaki perkiraan berat volume beton dapat diperkirakan
sebagai berikut : bila ada informasinya untuk tiap beda jumlah air pengaduk 5 kg dengan
slump 75 atau 100 mm, koreksi berat volumenya dengan 8 kg/m 3, untuk arah yang
berlawanan untuk tiap benda kadar semen sebesar 20 kg dari kadar semen 330 kg/m 3,
koreksi berat volumenya tiap m3 dengan 3 kg, pada arah yang sama, untuk tiap
perbedaan berat jenis aggregat 0.1 dari BJ 2.70, koreksi berat volumenya sebesar 60
kg,pada arah yang sama. Untuk beton yang mengandung udara, bagi beton yang
terjamah cuaca berbahaya, kadar udaranya seperti yang tercantum pada tabel 2.2 (ACI-
Tabel A1 5.3.3) dipakai. Berat volume betonnya dapat dinaikkan sebesar 1% untuk
penurunan kadar udara tiap 1% dari nilai tersebut pada tabel 2.2

IV. Data dan Perhitungan


4.1. Data
1. Mutu beton (fcr) : 30 Mpa
2. Standar deviasi (Sd) : 6 Mpa
3. Tipe semen : Tiga roda
4. BJ semen : 3,05
5. Slump : 75 - 50 mm
6. Jenis Agregat:
 Agregat halus : Pasir alam
 Agregat kasar : Batu pecah
7. Ukuran maksimal butir agregat kasar : 37,5 mm

FM=
∑ kumulatif agregat halus yang tertahan
100
351
= 100 = 3,51
 FM agregat halus > 3
9. Beton tanpa kadar udara

4.2. Perhitungan
1. Memperkirakan jumlah air pengaduk
 Nilai slump : 75 - 100 mm
 Maksimal butir : 20 mm
 Berdasarkan tabel 2.2 (ACI), jumlah air pengaduk yang diperlukan
3
sebesar 205 kg/m , kandungan udara yang diizinkan didapat 2 %.
2. Faktor air semen
Berat air
f.a.s = Berat semen
Jika : Sd = 6 MPa
f’cr = f’c + 1,64 Sd
= 30 + 1,64 (6)
= 39,84 MPa
Maka : f’cr = 39.84 MPa
Berdasarkan Tabel 2.3 dan beton tanpa udara (AEA) dengan cara interpolasi
maka didapat f.a.s sebagai berikut :
f.a.s = 0,47 – (0,47 – 0,42) x (39,84 –35)
40 - 35
= 0,4216
= 0,42
3. Jumlah Semen
Berat air
Berat Semen = f as
205
=
0,42
= 488,1 kg /m3
4. Menentukan Proporsi Agregat Kasar dan Halus
Karena FM >3 (agregat terlalu kasar) maka menentukan proporsi agregat
halus dan agregat kasar dilakukan modifikasi dengan menggabungkan agregat kasar dan
agregat halus dan menggunakan (tabel 3.5) untuk butir maksimal agregat ± 20 mm.
Dari hasil penggabungan didapat proporsi :
 Agregat Kasar (batu pecah) = 60 %
 Agregat Halus (pasir) = 40 %
Dengan menggunakan Tabel 2.6 didapat perkiraan berat/volume beton segar
= 2345 kg/m3.
 Berat agregat gabungan = 2345 – 488,1 – 205
= 1651,9 kg
 Agregat Halus = 40 % x 1651,9 kg
= 660,76 kg
 Agregat Kasar = 60 % x 1651,9 kg
= 991,14 kg
3
Jadi 1 m beton dalam keadaan SSD membutuhkan :
1) Semen = 488,1 kg
2) Air = 205 kg
3) Pasir (agregat halus ) = 660,76 kg
4) Batu pecah ( agregat kasar) = 991,14 kg
5) Berat volume beton = 2345 kg
6. Koreksi kadar air
Koreksi air %
Agregat

SSD Lap Selisih


Pasir 7,62 8,03 + 0,41
Batu Pecah 3,78 2,25 - 1,53

7. Estimasi bahan setelah dikoreksi terhadap kadar air lapangan


 Semen = 488,1 kg
 Air = 205 + [(( 3,78-2,25)/100 x 660,76]-[((8,03-7,62)/100
x 991,14]
= 205 + 10,11 – 4,06 = 211,046 kg
 Pasir = 660,76 - [(( 3,78-2,25)/100 x 660,76]
= 660,76 – 10,11 = 650,65 kg
 Batu Pecah = 991,14 + [(( 8,03-7,62)/100 x 991,14]
= 991,14 + 4,06 = 995,204 kg
 Berat volume beton = 2345 kg

V. Kesimpulan
Jadi untuk 1 m3 beton dalm kondisi agregat lapangan membutuhkan bahan
sebagai berikut :

1. Semen 488,1 kg
2. Air 211,046 kg
3. Pasir 650,65 kg
4. Batu Pecah 995,204 kg
3
Sedangkan untuk 1 m beton dalam keadaan SSD membutuhkan bahan
sebagai berikut :
1. Semen 488,1 kg
2. Air 205 kg
3. Pasir 660,67 kg
4. Batu Pecah 991,014 kg

Anda mungkin juga menyukai