Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PENGGUNAAN SENGKANG RANGKAP

PADA KOLOM SEGIEMPAT BERLUBANG BETON MUTU TINGGI

ABSTRAK
Dalam praktek sering dijumpai pipa pralon yang dimasukkan kedalam kolom
beton bertulang untuk menyalurkan air dari lantai atas ke lantai dasar. Hal ini
diijinkan oleh ACI 318-95 pasal 6.3.4 selama diameter lubang tidak lebih dari 4
persen dari penampang melintang yang dipergunakan dalam perhitungan
kekuatan. Hasil dari pengujian laboratorium menunjukkan penggunaan sengkang
rangkap pada kolom yang berlubang dapat meningkatkan kekuatan lentur
maksimum sebesar 14 % dibandingkan dengan kolom dengan sengkang tunggal.
Kata kunci : kolom segiempat berlubang, sengkang rangkap, beton mutu tinggi

1. PENDAHULUAN
Banyak kasus pemasangan saluran pipa air hujan yang terbuat dari pralon yang
tertanam pada kolom (alasan estitika) tanpa memperhatikan pengaruh pengurangan
kekuatan kolom. ACI 318-95 pasal 6.3.4 memperkenankan ini asalkan luas lubang tidak
lebih dari 4 persen dari penampang melintang yang dipergunakan dalam perhitungan
kekuatan.

2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui pengaruh lubang terhadap kapasitas lentur kolom.
b. Mengetahui persentase pertambahan kekuatan lentur dari kolom segiempat berlubang
dengan tulangan sengkang rangkap.

3. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menganalisa kekuatan maupun daktilitas penampang kolom beton bertulang
mutu tinggi dibutuhkan hubungan stress-strain beton maupun tulangan. Dalam penelitian
ini model hubungan stress-strain beton mutu tinggi masih tetap menggunakan blok stress
tegangan segiempat menurut peraturan ACI 318-95.

3 2a+ 2
Rumus : b = ………………………………………………. (1)
∫s a c+
3.1. Analisa Kapasitas Momen Lentur Menurut ACI 318-95
Untuk menganalisa kekuatan lentur menggunakan blok tegangan segiempat
penampang kolom beton bertulang mutu ekivalen pada tegangan 0,85.fc’ dan regangan
normal dibutuhkan hubungan stress-strain maksimum pada serat tekan beton sebesar
beton maupun tulangan. Peraturan yang 0,003 serta tinggi blok tegangan segiempat
digunakan untuk menganalisa kekuatan lentur ekivalen tergantung dari mutu beton, yaitu
kolom dalam bentuk diagram interaksi kolom sebesar a = β1.c.
adalah ACI 318-95, yaitu dengan

β1 = 0,85 untuk 0 < fc’ < 30 MPa

β1 = 0,85 – 0,008 . (fc’ – 30) untuk 30 < fc’ < 55 MPa bw

β1 = 0,65 untuk fc’ > 55 MPa

Gambar 1. Penampang Beton

Tabel 1. Perincian Rencana Benda Uji Kolom


Segiempat Ukuran 200 x 200 mm (φt =
12,68 mm, φs = 7 mm)

Kode φlub Rasio ht


Benda (mm) Lubang
Uji (%)
1 0 0
2 48 4,52

3.2. Pencampuran / Jobmix Formula Beton


3.2.1. Beton
Beton pada dasarnya adalah campuran dari dua bagian yaitu agregat dan mortar.
Mortar terdiri dari semen portland dan air, yang mengikat agregat (pasir dan kerikil / batu
pecah) menjadi suatu massa seperti batuan, ketika pasta tersebut mengeras akibat reaksi
kimia dari semen dan air. Berdasarkan kekeuatannya beton dibagi menjadi dua, yaitu:
Beton mutu normal dan beton mutu tinggi. Beton Mutu Normal (Normal Strength
Concrete) adalah beton dengan kuat tekan karakteristik f’c < 50 MPa, dan Beton Mutu
Tinggi (High Strength Concrete) adalah beton dengan kuat tekan karakteristik f’c ≥ 50
MPa [1]. Pada beton mutu tinggi untuk membuatnya sudah tentu memerlukan berbagai
persyaratan yang ketat. Baik persyaratan untuk material yang dipakai, maupun persyaratan
untuk pelaksanaan pada saat pengecoran, dan perawatannya.

3.2.2. Agregat
Agregat yang akan digunakan dalam pembuatan campuran beton haruslah memiliki
kriteria yang baik misalnya kekerasan, bentuk, tekstur, gradasi dan lain-lainnya seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat Kekerasan Agregat [1]

Kekerasan dengan bejana


tekan Rudolf bagian hancur Kekerasan dgn.Bejana
menembus ayakan 2 mm Los Angeles bagian
Kelas dan Mutu
maksimum % yang hancur tembus
Beton
ayakan 1,7 mm
Fraksi butir 19 Fraksi butir
maksimum (%)
– 30 mm 9,5 - 19 mm
Beton kelas I dan mutu Bo serta
22 – 30 24 – 32 40 – 50
mutu B
Beton kelas II atau beton mutu
14 – 22 16 – 24 27 – 40
K125, K175, K225
Beton kelas III atau beton mutu
diatas K225 atau beton pratekan < 14 < 16 < 27

3.3.3. Perencanaan Campuran (Mix Design)


Tujuan utama perencanaan campuran (mix design), menentukan volume/ kuantitas
masingmasing bahan untuk menghasilkan beton yang seekonomis mungkin. Secara umum
faktor-faktor perencanaan campuran beton [2], adalah:

1. Persyaratan -Jenis Struktur -Ukuran penampang


-Kondisi lingkungan -Koefisiem variasi
-Kualitas material
2. Dasar -Kekuatan rencana -Kecelakan (workability)
perencanaan -Ukuran butir terbesar -Ketahanan (durability)
-Kebutuhan semen -Jenis Admixture
-Slump
3. Perhitungan -Faktor air / semen -Faktor semen/aggregate
-Jumlah air -Perhitungan proporsi
Metode yang digunakan adalah metode DOE. Metode ini dikembangkan oleh Department
of Environment dari kerajaan Inggris. Metode ini menggunakan 2 (dua) anggapan dasar,
yaitu:
a) Mudahnya pengerjaan adukan beton tergantung dari jumlah air bebas dan tidak
tergantung dari kadar semen dan faktor air semen.
b) Kekuatan beton tergantung dari faktor air semen (FAS) dan tidak tergantung dari
banyaknya air dan kadar semen. Pada prinsipnya cara DOE ini didasarkan atas agregat
dalam keadaan jenuh permukaan (SSD). Akan tetapi semua rongga didalam butir
tersebut penuh berisi air.

Tabel 1. Hubungan nilai slump , kadar air campuran/air bebas, ukuran agregat maximum
dan jenis agregat [4]
S l u m p (cm) 0 – 10 10 - 30 30 - 60 60 – 180

V . B . (det) 12 6 - 12 3-6 0–3

Ukuran maximum agregat Jenis Kadar air bebas (kg/m3)


(mm) Agregat
alami 150 180 205 225
10
dipecah 180 205 230 250
alami 135 160 180 190
20
dipecah 170 190 210 225
alami 115 140 160 175
40
dipecah 155 175 190 205
PERSIAPAN

BAHAN :
PEMERIKSAAN
Semen, Air, Agregat
BAHAN
Halus, Agregat Kasar

PERENCANAAN CAMPURAN (f’c=50 MPa)


var. 1 (0 – 10) mm var. 2 (10 – 30) mm
var. 3 (30 – 60) mm var. 4 (60 – 180) mm

- 30 Benda Uji (1)


PEMBUATAN BENDA UJI - 30 Benda Uji (2)

PEMELIHARAAN BENDA UJI


(Curing )

PENGUJIAN KUAT TEKAN

ANALISIS
DATA

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

DAFTAR NOTASI
bw = Lebar penampang kolom (mm)
c = Tinggi garis netral (mm) terhadap sisi luar serat tekan beton (mm)
∆t = Perpanjangan pada serat tarik Yokes dari data LVDT

DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee 318 (1995), Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 18 M95)
And Commentary (ACI 318 RM-95) , American Concrete Institute.

Anda mungkin juga menyukai