Anda di halaman 1dari 35

DIKERJAKAN OLEH:

1.SIMON FC SITUMORANG(2322201054)

2.MAYES SIHOMBING(2322201028)

3.GILANG RAS MANA BARUS(2322201006)

METODE METODE PERENCANAAN PENCAMPURAN BETON

Metode-Metode Perencanaan Campuran Beton:

Berikut adalah beberapa metode perencanaan campuran beton yang umum digunakan, beserta
penjelasannya:

1. Metode SNI 03-2834-2000:


Merupakan metode yang paling umum digunakan di Indonesia.

Berdasarkan pada persyaratan kuat tekan beton dan workability.

Melibatkan beberapa tahapan, seperti:

 Menentukan faktor air semen (fas)


 Menghitung kebutuhan semen
 Menghitung kebutuhan agregat kasar dan halus
 Menghitung kebutuhan air
 Melakukan uji coba dan penyesuaian

Langkah-langkah:

1. Menentukan Faktor Air Semen (fas)

Pilih nilai fas berdasarkan tabel berikut:

Kuat Tekan Karakteristik (fck) (MPa) Faktor Air Semen (fas)

10 0.55

15 0.50
20 0.45

25 0.40

30 0.35

35 0.33

40 0.31

45 0.29

50 0.27

Metode perhitungan yang digunakan dalam perencanaan campuran beton

adalah metode SNI 03-2834-2000.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam perencanaan campuran beton adalah

sebagai berikut ini.

1. Menetapkan kuat tekan beton (f’c) pada umur 28 hari

Kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 50 MPa.

2. Menetapkan nilai deviasi standar (S)

Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (MPa)

Memuaskan 2,8

Sangat Baik 3.5

Baik 4.2

Cukup 5.6

Jelek 7.0

Tanpa kendali 8.4


Deviasi standar dihitung berdasarkan volume pembetonan yang akan dibuat

dan mutu pekerjaan. Nilai deviasi standar yang digunakan dalam perencanaan

campuran ini sebesar 7 Mpa yaitu tingkat pengendalian mutu pekerjaan jelek

karena belum mempunyai pengalaman sebelumnya.

3. Menghitung nilai tambah

Nilai tambah dapat dihitung menggunakan persamaan 3.3, adapun hasilnya

sebagai berikut ini.

M = 1,64 x 7 = 11,48 MPa ≈ 12 MPa

4. Menghitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan (f’cr) menggunakan

persamaan 3.4, maka

f’cr = f’c + M

= 50 + 12

f’cr = 62 MPa

5. Jenis semen yang telah ditetapkan adalah semen portland komposit yang

penggunaannya tidak memakai persyaratan khusus, jadi sama seperti semen

tipe 1.

6. Jenis agregat halus yang digunakan yaitu alami, menggunakan pasir merapi.

7. Jenis agregat kasar yang digunakan yaitu batu pecah clereng ukuran maksimal

20 mm.

8. Menentukan nilai faktor air semen dengan cara menggunakan grafik

“hubungan antara kuat tekan rata-rata dan faktor air semen berdasarkan umur

benda uji dan jenis semen” sebagai berikut ini.

a. Perkiraan kekuatan tekan dari Tabel 3.5 dapat diketahui dari jenis semen,

jenis agregat, bentuk benda uji yang digunakan dan umur beton pada kekuatan tekan

Kekuatan Tekan (MPa)


Pada Umur (hari) Bentuk
Benda
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar 3 7 28 91
Uji
Semen Batu tidak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
Portland Tipe Batu pecah 19 27 37 45
1
Semen Tahan Batu tidak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Sulfat Tipe II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tidak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen Batu pecah 25 33 44 48
Portland Tipe Batu tidak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
III Batu pecah 30 40 53 60

Dari tabel diatas didapatkan kekuatan tekannya yaitu sebesar 37 MPa.


Setelah itu, lihat pada Gambar 3.6 yaitu tentang hubungan antara kuat tekan rata-rata
dan faktor air semen dengan benda uji berbentuk silinder.
Buat garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong kurva
dengan warna merah, selanjutnya buat garis lurus ke kanan dari angka kuat tekan 37
MPa sampai garis tersebut menyentuh garis warna merah.
Lalu buat garis lengkung melalui titik perpotongan dari sub. Butir b secara proporsional.
Kemudian buat garis lurus ke kanan dari angka fcr sebesar 62 MPa sampai menyentuh
garis 2lengkung (kurva baru) yang sudah dibuat atau ditentukan dari sub butir c, diatas .
Selanjutnya buat garis lurus ke bawah melalui titik perpotongan tersebut. Kemudian dari
garis tersebut didapatkan nilai fas sebesar 0,31 dan selengkapnya.

Hubungan Antara Kuat Tekan Rata-Rata dan Faktor Air Semen (Benda Uji
Berbentuk Silinder Dengan Diameter 150 mm × Tinggi 300 mm)

9.Menentukan nilai faktor air semen maksmimum


Setelah ditentukan nilai fas dari gambar diatas, kemudian dilanjutkan dengan
menentukan faktor air semen (fas) maksimum yang dapat ditentukan dari Tabel
Persyaratan fas dan Jumlah Semen Minimum Untuk Berbagai Pembetonan dan
Lingkungan Khusus.
Jumlah Semen Minimum Nilai fas
Jenis Pembetonan
per m3 beton (Kg) Maksimum
Beton di dalam ruang bangunan
a. keadaan keliling non-korosif 275 0,6
b. keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi atau 325 0,52
uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan
a. tidak terlindung dari
325 0,6
hujan
danterik matahari langsung
b.terlindung dari hujan dan terik
275 0,6
matahari langsung
Beton masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan
325 0,55
kering berganti-ganti
b. mendapat pengaruh sulfat dan
Tabel 3.10
alkali dari tanah
Beton yang kontinu berhubungan
Tabel 3.11
dengan air tawar dan air laut

Nilai faktor air semen maksimum yang didapat dari Tabel 3.6 adalah sebesar 0,6 yaitu
jenis pembetonan di dalam ruang bangunan dengan keadaan keliling non korosif.
10.Menetapkan nilai slump
Tinggi slump perencanaan yang ditetapkan adalah sebesar 30-60 mm.
11.Menetapkan ukuran besar butir agregat maksmimum
Ukuran besar butir agregat maksimum yang digunakan yaitu sebesar 20 mm.
12.Menetapkan nilai kadar air bebas
Kadar air bebas dapat dengan menggunakan data ukuran agregat maksimum, jenis
batuan, dan slump rencana. Setelah didapatkan hasil perkiraan kebutuhan air per meter
kubik beton, kemudian jumlah kebutuhan air dapat dihitung menggunakan persamaan
3.3.

Ukuran Slump (mm)


Maksimum
Jenis Batuan
Agregat 0 – 10 10 – 30 30 – 60 60 – 180
(mm)
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
20
Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205

W= 2 1
3 Wh + 3 Wk
= 2 x 180 + 1 x 210
3 3
= 190 kg
Dari perhitungan diatas didapatkan nilai kadar air bebasnya adalah sebesar 190 kg.

2 .Menghitung kebutuhan semen


Jumlah kebutuhan semen dihitung berdasarkan persamaan 3.7.

Wsemen = 612, 9 kg

Dari perhitungan diatas didapatkan jumlah kebutuhan semennya adalah sebesar 612,9 kg.

14.Menetapkan kebutuhan semen yang digunakan


Setelah menghitung kebutuhan semen maka perlu dicari kebutuhan semen minimum
Dari tabel tersebut didapatkan nilai kebutuhan semen minimumnya adalah sebesar 325
kg. Jika kebutuhan semen yang diperoleh dari perhitungan ternyata lebih sedikit dari
pada kebutuhan semen minimum berdasarkan Tabel 3.6, maka yang digunakan adalah
kebutuhan semen dengan nilai yang terbesar dari kedua cara tersebut.

15.Menentukan persentase agregat halus dan kasar

Persentase jumlah agregat ditentukan oleh besar ukuran maksimum agregat kasar, nilai
slump, faktor air semen, dan daerah gradasi agregat halus. Untuk menentukan persentase
jumlah agregat halus karena ukuran butir maksimum yang digunakan yaitu 20 mm dan
slump yang digunakan adalah sebesar 30-60 mm. Selain itu, digunakan gradasi daerah
nomor 2 yang dihasilkan dari pengujian modulus halus butir agregat halus
a.Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen yang sudah didapatkan
sebelumnya sebesar 0,31 sampai memotong kurva bagian atas pada daerah gradasi no 2.
b.Kemudian dari titik perpotongan batas lengkung kurva atas dan batas lengkung kurva
bawah pada daerah gradasi nomor 2, ditarik garis mendatar ke kiri sampai memotong
sumbu tegak.

c.Dari penarikan garis atas dan garis bawah tersebut didapatkan angka yaitu sebesar
36,5 dan 29,5.

Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang Dianjurkan Untuk Ukuran Butir
Maksimum 20 mm

d.Nilai persentase agregat halus dan agregat kasar dapat dihitung dengan menggunakan
rumus dibawah ini.
%AH = 36,5+29,5
2
= 33%
%AK = 100% - %AH
= 100% - 33%
%AK = 67%
Dari perhitungan di atas didapatkan nilai persentase agregat halus (%AH) sebesar 33%
dan agregat kasar (%AK) sebesar 67%.
16.Menghitung berat jenis SSD agregat gabungan.
Berat jenis SSD agregat halus dan agregat kasar dapat diketahui dari pengujian berat
jenis agregat halus dan agregat kasar yang sudah dijelaskan pada sub bab 5.2.1 dan
5.3.1. Dari pengujian berat jenis tersebut didapatkan angka berat jenis agregat halus
(BJAH) yaitu sebesar 2,6 dan berat jenis agregat kasar (BJAK) yaitu sebesar 2,58. Setelah
didapatkan berat jenis kedua agregat tersebut, kemudian berat jenis agregat gabungan
dapat dihitung menggunakan persamaan 3.5.
BJgabungan = %AH x BJAH + %AK x BJAK
= 33% x 2,58 + 67% x 2,6
= 2,587
Dari perhitungan diatas didapatkan berat jenis agregat gabungannya (BJgabungan) yaitu
sebesar 2,587.
17.Menentukan berat isi beton
Berat isi beton basah ditentukan berdasarkan grafik pada Gambar 3.5 dengan
memasukkan berat jenis agregat gabungan dan kadar air bebas.
a.Buat kurva baru sesuai dengan berat jenis agregat gabungan secara proporsional
dengan memperhatikan kurva sebelah atas dan bawahnya yang sudah ada.
b.Lalu tarik garis tegak lurus ke atas dari nilai kadar air yang digunakan yaitu 190
kg/m3 sampai memotong kurva baru berat jenis gabungan tersebut.
c.Kemudian dari titik potong tersebut, ditarik garis mendatar kearah kiri sampai
memotong sumbu tegak.
d.Dari penarikan garis tersebut didapatkan nilai berat isi beton adalah sebesar 2358
kg/m3.
Perkiraan Berat Isi Beton Basah yang Telah Selesai Dipadatkan

18.Menghitung proporsi campuran beton


Proporsi campuran yang dihitung adalah proporsi campuran kebutuhan material
penyusun beton. Proporsi agregat halus dapat dicari menggunakan persamaan 3.7 dan
untuk menghitung proporsi agregat kasar dapat digunakan persamaan 3.8.
WAH = (Wisi beton basah – Wsemen – Wair) x %AH
= (2,358 - 612,9 - 190) x 33%
= 513,182 kg/m3
WAK = (Wisi beton basah – Wsemen – Wair) x %AK
= (2,358 - 612,9 - 190) x 67%
= 1041,915 kg/m3
Dari perhitungan diatas didapatkan berat agregat halus (WAH) adalah sebesar 513,182 kg/m3
dan berat agregat kasar (WAK) adalah sebesar 1041,915 kg/m3.
Proporsi Campuran untuk 1 m3 beton :
a.Semen Portland = 612,9 kg/m3
b.Air = 190 kg/m3
c.Agregat Halus = 513,182 kg/m3
d.Agregat Kasar = 1041,915 kg/m3

2.METODE DOE(DESIGN OF EXPERIMENT)


Metode DOE (Design of Experiment) adalah metode perencanaan campuran beton yang
menggunakan desain eksperimen untuk menentukan proporsi bahan-bahan campuran beton
yang optimal. Metode ini lebih kompleks daripada metode SNI dan ACI, tetapi dapat
menghasilkan campuran beton yang lebih optimal dengan biaya yang lebih rendah.
Perancangan adukan beton cara
Ingrris (“The British Mix Design Method”) ini tercantum dalam “Design of Normal
Concrete Mixes” telah menggantikan cara “Road Note No. 4” sejak tahun 1975. Di
Indonesia cara ini dikenal dengan cara DOE (“Department of Environment”). Perencanaan
dengan cara DOE ini dipakai sebagai standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan
Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku Standar No. SK. SNI.T-15-1990-03 dengan
judul buku “Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”. Dalam perencanaan
cara ini digunakan tabel-tabel dan grafik-grafik.
Langkah-langkah pokok cara ini adalah :
1.Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c’) pada umur tertentu.
Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan perencanaan
strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang dimaksudkan dengan kuat tekan beton
yang disyaratkan ialah kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu
hanya sebesar 5% saja.
2.Penetapan nilai deviasi standar (s)
Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi standarnya.
Penetapan nilai deviasi standar s ini berdasarkan pada hasil pengalaman praktek pelaksana
pada waktu yang lalu, untuk pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan bahan
dasar yang sama pula.
a.Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa
yang lalu, maka persyaratannya (selain yang disebut diatas) jumlah data hasil uji
minimum 30 buah. (Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan
dua silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari
atau umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30
buah maka dilakukan koreksi terhadap nilai deviasi standar dengan suatu faktor
pengali, seperti pampak pada tabel berikut.

Faktor pengali deviasi standar


Jumlah data 30 25 20 15 <15
Faktor pengali 1,0 1,,03 1,16 tidak
boleh
1,08

Jika pelaksana tidak mempunyai catatan/pengalaman hasil pengujian beton pada


masa lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (termasuk data hasil uji kurang dari
15 buah), maka nilai margin diambil sebesar 12 MPa.
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan beton, disini diberikan pedoman dengan melihat tabel berikut.
Nilai deviasi standar ntuk berbagai tingkat pengendalian mutu pekerjaan.

Tingkat pengendalian mutu pekerjaan sd (MPa)


Memuaskan 2,8
Sangat baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa kendali 8,4

1.Penghitungan nilai tambah (“margin”), (M)


Jika nilai tambah ini sudah ditetapkan sebesar 12 MPa maka langsung ke langkah
(4).
Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar s d maka dilakukan
dengan rumus berikut :
M = k.sd
Dengan : M =
nilai tambah, MPa k =
1,64
sd = deviasi standar, MPa

2. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan.


Kuat tekan beton rata-rata yang

direncanakan diperoleh dengan rumus : F’cr = f’c + M


Dengan : f’cr = kuat tekan rata-rata, MPaF’c = kuat tekan yang disyaratkan, MPa M = nilai tambah,
MPa

3. Penetapan jenis semen Portland


Menurut PUBI 1982 di Indonesia semen Portland dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu I,
II, III, IV dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa, adapun jenis III merupakan
jenis semen yang dipakai untuk struktur yang menuntut persyaratan kekuatan awal
yang tinggi, atau dengan kata lain sering disebut semen cepat mengeras.
Pada langkah ini ditetapkan apakah dipakai semen biasa ataukah semen yang cepat
mengeras.
penetapan jenis agregat.Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat
alami (tak dipecahkan) ataukah agregat jenis batu pecah (crushed aggregate).
4.Tatapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut :
Cara pertama berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata
silinder beton yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai faktor air-
semen dengan melihat Gb. 7.8.
Cara kedua berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat yang kasar,
dan kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai
faktor air-semen dengan Tabel 7.11 dan Gb. 7.9 Langkah penetapannya dilakukan
dengan cara sebagai berikut ini.
Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar, dan umur beton yang
dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang akan diperoleh jika
dipakai factor air-semen 0,50. Jenis kerikil maupun umur beton yang direncanakan,
maka dapat diperoleh kuat tekan beton seandainya dipakai fas 0,50.
Lihat Gb. 7.9. Lukislah titik A Gb. 7.9. dengan nilai fas 0,50 (sebagai
absis) dan kuat tekan beton yangdiperoleh dari Tabel 7.11. (sebagai ordinat). Pada
titik A tersebut kemuadian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan 2 grafik
yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis mendatar dari sumbu tegak di
kiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru
tersebut. Dari titik potong itu kemudian ditarik garis ke bawah sampai memotong
sumbu mendatar dan dapatlah dibaca nilai factor air-semen yang dicari.
3.Penetapan factor air-semen maksimum
Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu ditetapkan nilai
faktor air-semen maksimum. Penetapan nilai faktor air-semen maksimum dilakukan
dengan Tabel 7.12
Jika nilai fas maksimum ini lebih rendah daripada nilai fas dari langkah (7), maka
nilai fas maksimum ini yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya.

Beton didalam ruang bangunan :


Keadaan keliling non-korosif
Keadaan keliling korosif, disebebkan oleh kondensasi atau uap korosif
Beton di luar bangunan :
Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

Beton yang masuk ke dalam tanah :Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti
Mendapat pengaruh sulfat

alkali dari tanah atau air tanah Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut

5. Penetapan nilai slam


Penetapan nilai slam dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan pembuatan,
pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya. Cara
pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam pipa yang dipompa dengan
tekanan membutuhkan nilai slam yang besar, adapun pemadatan adukan dengan alat
getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slam yang agak kecil. Nilai slam yang
diinginkan dapat diperoleh dari table 7.13.

6. Penetapan besar butir agregat maksimum


Penetapan esar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil dari
ketentuan-ketentuan berikut :
Tiga per empat kali jarak bersih minimum antar baja tulangan, atau berkas baja
tulangan atau tendon prategang atau selongsong
Sepertiga kali tebal plat
Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan

7. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran
maksimum agregat, jenis agregat dan slam yang diinginkan.

Penyesuaian kebutuhan semen


Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari (12) ternyata lebih sedikit daripada
kebutuhan semen minimum (13) maka kebutuhan semen yang harus dipakai yang
minimum (yang nilainya lebih besar)
Penyesuaian jumlah air atau factor air-semen
Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai factor air-semen
berubah.
Dalam hal ini dapat dilakukan dua cara berikut :
Cara pertama, factor air-semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah
air dengan jumlah semen minimum
Cara kedua, jumlah air disesuaikan denga mengalikan jumlah semen minimum
dengan faktor air semen.
Catatan : Cara pertama akan menurunkan factor air-semen, sedangkan cara kedua
akan menaikkan jumlah air yang diperlukan.
Penentuan daerah gradasi agregat halus.
Berdasarkan gradasinya (hasil analysis ayakan) agregat halus yang akan dipakai
dapat diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi itu didasarkan
atas grafik gradasi yang diberikan dalam Tabel 7.16. Dengan Tabel 7.16. tersebut

Perbandingan agregat halus dan agregat kasar


Nilai banding antara berat agregat halus dan agregat kasar diperlukan untuk
memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari nilai
banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran. Penetapan dilakukan
dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar, nilai slam, factor air-
semen dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan grafik pada
Gb. 7.10a atau Gb. 7.10b atau Gb. 7.10c dapat diperoleh persentase berat agregat
haslus terhadap berat agregat campuran.
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus
Bj camp = berat jenis agregat campuran bj ag.hls = berat jenis agregat halus
bj ag.ksr = berat jenis agregat kasar
P = persentase agregat halus terhadap agregat
campuran K = persentase agregat kasar terhapap agregat
campuran
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,60 untuk agregat tak
dipecah/alami dan 2,70 untuk agregat pecahan.
Penetuan berat jenis beton
Dangan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan air tiap
meter kubik betonnya maka dengan grafik pada Gb. 7.11. dapat diperkirakan berat
jenis betonnya.
Dari berat jenis agregat campuran pada langkah 17 dibuat garis kurva berat jenis gabungan yang
sesuai dengan garis kurva yag paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 7.11.
Kebutuhan air yang diperoleh pada langkah (11) dimasukkan dalam Gambar
7.11. Kemudian dari nilai ini ditarik garis vertical keatas sampai mencapai garis kurva yang
dibuat pada a diatas.
Dari titik potong ini kemudian ditarik garis horizontal ke kiri sehingga diperoleh nilai berat jenis
beton
Kebutuhan agregat campuran
Kebutuhan agregat campuan dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik
dikurangi kebutuhan air dan semen.
Hitung berag agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (17) dan (20).

Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalkan kebutuhan agregat campuran dengan
persentase berat agregat halusnya.
Hitung agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (20) dan (21) Kebutuhan
agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat campuran dengan kebutuhan
agregat halusnya.
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan jenuh kering-
muka, sehingga dilapangan yang pada umumnya keadaan agregatnya tidak jenuh kering-muka
maka harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus selalu dilakukan
minimum satu kali per hari.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
1. Air = A – [(Ah-A1)/100] x B – [(Ak-A2)/100] x C
Agregat halus = B + [(Ah-A1)/100] x B
Agregat kasar = C + [(Ak-A2)/100] x C
Dengan :
A = jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B = jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%) Ak =
kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%) A1 = kadar
air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)
A2 = kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)Untuk mempermudah pelaksanaan,
maka berikut ini diberikan formulir isian.

FORMULIR PERANCANGAN ADUKAN BETON


(Menurut Standart Pekerjaan Umum)

No. Uraian
1 Kuat tekan yang disyaratkan, pada umur …. Hari ……………
Mpa
2 Deviasi standar (s) ……………
Mpa
3 Nilai tambah (m) ……………
Mpa
4 Kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f'cr) ……………
Mpa
5 Jenis semen (biasa/cepat keras) ……………
6 Jenis agregat kasar (alami/batu pecah) ……………
Jenis agregat halus (alami/pecahan) ……………
7 Faktor air-semen (gb. 7.8 atau tab. 7.11 dan gb. 7.9) ……………
8 Faktor air-semen maksimum (tabel 7.12) --- dipakai faktor air-semen yang ……………
rendah
9 Nilaai slam (tabel 7.13) …………… cm
10 Ukuran maksimum agregat kasar …………… mm
11 Kebutuhan air (tabel 7.14) …………… ltr
12 Kebutuhan semem Portland (dari butir 8 dan 11) …………… kg
13 Kebutuhan semen Portlan minimum (tabel 7.15) …………… kg
14 ---- dipakai kebutuhan semen Portland …………… kg
15 Penyesuaian jumlah air atau fas ……………
16 Daerah gradasi agregat halus (tabel 7.16) 1, 2, 3, 4
17 Persen berat agregat halus thd campuran (gb. 7.10) …………… %
18 Berat jenis agregat campuran (dihitung) …………… t/m
……………
19 Berat jenis beton (gb. 7.11) kg/m3
……………
20 Kebutuhan agregat (langkah 19-11-14) kg/m3
……………
21 Kebutuhan agregat halus (langkah 17x20) kg/m3
……………
22 Kebutuhan agregat kasar (langkah 20-21) kg/m3
Kesimpulan
: Berat total Air Semen Ag. Halus Ag. Kasar

1 m3 : …………..kg :……………kg :………………kg :…………….kg


kg
1 adukan : …………..kg :……………kg :………………kg :…………….kg
kg

Menentukan kurva reference kekuatan beton pada fas 0,5 :


a. Dengan bantuan tabel 4.1 tentukan kekuatan tekan beton pada fas 0,5 dengan pertimbangan umur,
jenis semen portland,dan jenis agregat kasar.

● Pada gambar 4.1 tentukan titik potong fas 0,5 dengan kekuatan tekan beton yang didapat dari
tabel 4.1.

● Melalui titik potong tersebut, buat kurva reference yang parallel (identik) dengan kurva di
sampingnya.
b. Melalui gambar 4.1 tarik garis horizontal dari titik target kekuatan tekan beton rata-rata sehingga
memotong kurva reference, kemudian dari titik potong tesebut tarik garis vertikal sehingga
didapat nilai fas rencana.
Tabel 4.1 Kekuatan Tekan Beton yang dibuat dengan fas 0,5 (British Methode DoE in 1988)

Kuat tekan beton *) (Mpa (psi)), Pada


Type Type
Umur (hari)
Semen Agregat
3 7 28 91
Portland Kasar
Type I, Non Batu Pecah 22(320 30(440 42(610 49(710
Biasa 0) 0) 0) 0)
Batu Pecah 27(390 36(520 49(710 56(810
0) 0) 0) 0)
Type V, Non Batu Pecah 22(320 30(440 42(610 49(710
tahan sulfat 0) 0) 0) 0)
Batu Pecah 27(390 36(520 49(710 56(810
0) 0) 0) 0)
Type III, Non Batu Pecah 29(420 37(540 48(700 54(780
pengerasa 0) 0) 0) 0)
n awal
tinggi Batu Pecah 34(490 43(620 55(800 61(890
0) 0) 0) 0)

*)
Kubus dengan rusuk 15 cm
● Gambar 4.1 Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton Fas bebas yang digunakan pada
pemilihan campuran metoda Inggris (British Method DoE in 1988)
● Langkah 3 : Menentukan kadar air bebas.
Dengan nilai workability (slump dan Vebe),ukuran maksimum agregat kasar (10mm, 20mm, dan 40
mm), dan type agregat kasar (non batu pecah dan batu pecah), maka berdasarkan tabel 4.2 dapat
ditentukan perkiraan kadar air bebas campuran beton.

Tabel 4.2 Perkiraan kadar air bebas untuk berbagai tingkat workability type dan
jenis agregat yang digunakan (British Methode DoE in 1988)

Agreg Workability Kadar Air,kg/m3 (lb/yd3)


at
Ukur Slump (mm) 0 – 10 10 - 30 30 - 60 –
Type 60 180
an
mak Ve-Be (det) Lebih 6 – 12 3–6 0-3
12
s
(mm)
Non Batu 150 180 205 225
10 Pecah
180 205 230 250
Batu Pecah
Non Batu 135 160 180 195
20 Pecah
170 190 210 225
Batu Pecah
Non Batu 145 140 160 175
40 Pecah
155 175 190 205
Batu Pecah

Langkah 4 :Menghitung kadar semen yang dibutuhkan


Dengan cara membagi jumlah air pengaduk (hasil pada langkah ke dua) dengan rasio air semen/ fas
(hasil pada langkah pertama).

Langkah 5 :Menentukan Kadar Agregat Halus dan Kasar


Menentukan Kadar Agregat Halus
a. Tentukan proporsi agregat halus dengan bantuan gambar 4.3a dan gambar 4.3b, dengan dasar
pertimbangan ukuran maksimum agregat, tingkat workability, fas bebas, dan
besarnya prosentase agregat halus yang lolos 0,6 mm (600 pm).

0. Hitung perkiraan kebutuhan agregat halus, dengan cara mengalikan prosentase agregat
halus yang didapat di atas dengan berat agregat total (hasil langkah 4).

b. Menentukan Kadar Agregat Kasar

0. Hitung perkiraan kebutuhan agregat kasar, dengan cara mengurangi berat agregat total
(hasil langkah 4) dengan berat agregat halus (hasil dari langkah 5a)

Gambar 4.3b Proporsi Agregat Halus yang direkomendasikan terhadap berat total agregat yang
merupakan fungsi dari fas bebas untuk berbagai variasi tingkat workability dan ukuran maksimum
agregat (dengan berbagai variasi jumlah prosentase agregat halus lolos 0,6 mm(Building Research
Establishment)
Langkah 6: Menentukan berat volume beton segar
a. Pada gambar 4.2 buat kurva reference berat jenis ssd agregat gabungan

b. Tarik garis vertikal dari titik kadar air (jumlah air pengaduk) yang telah diperkirakan
(hasil langkah kedua), sehingga memotong kurva reference berat jenis.

c. Melalui titik potong tersebut tarik garis horizontal untuk menentukan berat volume padat

beton segar.

Gambar 4.2Perkiraan berat volume padat beton segar (Building


Research Establishment)
Langkah 7 :Koreksi Proporsi campuran
DATA DAN PERHITUNGAN
Data
f’c = 22,5 Mpa
Slump = 75 - 100 mm
Standar Deviasi = 7,5 Mpa
Type semen = Portland Type PCC

Agregat kasar :
7Tipe = batu pecah

● Ukuran max butir = 20 mm

● Bj SSD = 2.58 gr/cm3

● Penyerapan Air = 3,25%

● Kadar air dilapangan = 3.52%

Agregat Halus :

● lolos ayakan 0,6 mm = 28,19 %

● Penyerapan Air = 6,49 %

● Bj SSD = 2.51gr/cm3

● Kadar air dilapangan = 7,33%

● Persentase agregat halus lolos ayakan 0.6 mm = 53%


Perhitungan
Menentukan target kuat tekan beton rata-rata f’cr = f’c + Sd. k
= 22,5+ 7,5.1,64
= 34,8 Mpa
Menentukan kuat tekan beton pada fas 0,5
Tabel 4.1, Kuat tekan beton (28 hari) : 49Mpa(7100psi)
Menentukan nilai Fas rencana Gambar 4.1, Fas rencana : 0.64
Tentukan kadar air bebas
Dari tabel 4.2,dengan ukuran agregat maksimum 20 mm, type agregat batu pecah dan slump 75 -
100 mm maka ditentukan kadar air bebas campuran beton adalah 225 kg/m3.
Menghitung Kadar Semen Yang Dibutuhkan Kadar semen = kadar air
bebas / fas Kadar Semen = 352 kg/m3
Menghitung Kadar Agregat
Dari grafik 4.2, dengan melihat hasil analisis ayak agregat halus ukuran 0.6 mm, maka dapat
ditentukan persentase lolos ayakan sebesar 52%, didapatkan persentase proporsi agregat halus 52%
dan 48% untuk agregat kasar.
Dari grafik 4.2, dapat ditentukan berat volume kadar padat beton segar adalah 2320 kg/m 3Maka :
Volume agregat = V.beton segar - kadar air - kadar semen
= 1743 kg/m3
Menentukan Kadar Agregat Halus dan Kasar
Kadar agregat halus = 52% x 1743Kg/m3
= 907kg/m3
Kadar agregat kasar = 1760–440 Kg/m3
= 837 kg/m3

Lapangan
1. Koreksi Proporsi Bahan Terhadap Kadar Air
Agregat Di ▪ Koreksi terhadap berat agregat

Penyerapan Air (%) Kadar Air di


Lapangan (%)
Agregat Kasar 3,25 3,52
Agregat Halus 6,49 7,33

Koreksi komposisi.Air = komp.air – (kdr.agr hls – serap air hls)*komp.agr


hls/100 –
(kdr.agr ksr – serap air ksr)*komp.agr
ksr/100 3,25)*837/100
=225 – (7,33–6,49)*907/100 –
(3,52–

= 215liter
Koreksi agr halus =komp.agr hls+(kdr.agr
hls–serap air
hls)*komp.agr/100
= 907 + (7,33–6,49)*907/100
= 914 kg
Koreksi agr kasar = komp.agr ksr+(kdr.agr ksr–serap air
ksr)*komp.agr/100
= 837 + (3,52–3,25)*837/100
= 839 kg
KESIMPULAN
Proporsi bahan campuran beton dengan metoda DoE dengan mutu
beton f’c-22,5adalah sebagai berikut:

Komposisi Komposisi
N JENIS BAHAN beton beton
o. 1m3sebelum 1m3sesudah
dikoreksi dikoreksi
1 Semen Portland 352 352
(kg)
2 Air (liter) 225 215
3 Agg. Kasar (kg) 907 914
4 Agg. Halus (kg) 837 839
3.METODE ACI(AMERICAN CONCRETE INTITUTE)

PERANCANGAN CAMPURAN BETON


menurut “ AMERICAN CONCRETE INTITUTE (ACI) “

The American Concrete Institute (ACI) menyarankan suatu cara perancangan campuran yang
memperhatikan nilai ekonomi, bahan yang tersedia, kemudahan pengerjaan (workability), keawetan
serta kekuatan yang diinginkan. Cara ACI ini melihat kenyataan bahwa pada ukuran maksimum
agregat tertentu, jumlah air per meter kubik adukan menentukan tingkat konsistensi/ kekentalan (Slump)
adukan beton.
Secara garis besar, langkah perencanaan campuran beton menurut ACI sebagai berikut:
1. Hitung Kuat Tekan Rata-rata Beton berdasarkan Kuat Tekan Yang Disyaratkan (dulu disebut
Kuat Tekan Karakteristik) dan Nilai Margin/ tambah yang besarnya tergantung dari tingkat
pengawasan mutunya.

dimana fcr’ = Kuat tekan rata-rata (Mpa atau kg/ cm2)


fc’ = Kuat tekan yang disyaratkan (Mpa atau kg/ cm2) M =
Nilai Margin/ tambah (Mpa atau kg/ cm2)
= 1,64 x Sd
Sd = Nilai Deviasi Standar (lihat Tabel 1)

Tabel 1. Nilai Deviasi Standar (kg/ cm2)

Volume Pekerjaan Mutu Pelaksanaan


m3 Baik Sekali Baik Cukup

Kecil < 1000 45 < s <= 55 55 < s <= 65 65 < s <= 85


Sedang 1000 - 3000 35 < s <= 45 45 < s <= 55 55 < s <= 75
Besar > 3000 25 < s <= 35 35 < s <= 45 45 < s <= 65

2. Tetapkan Faktor Air Semen (fas) berdasarkan Kuat Tekan Rata-Rata pada umur yang
dikehendaki (lihat Tabel 2) dan keawetannya (berdasarkan jenis struktur dan kondisi lingkungan
(lihat Tabel 3). Dari dua hasil dipilih yang paling rendah.
Tabel 2. Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan rata-rata Silinder Beton
pada Umur 28 Hari

Faktor Air Semen ( f a s ) Perkiraan Kuat Tekan Rata-rata


( Mpa )
0,35 42
0,44 35
0,53 28
0,62 22,4
0,71 17,5
0,80 14

Catatan : Jika nilai kuat tekan rata-rata dari hasil hitungan tidak ada dalam tabel, penentuan nilai f a s dengan
Interpolasi.

Tabel 3. Faktor Air Semen Maksimum

Beton di dalam ruang bangunan:


a. Keadaan keliling non-korosif 0,60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau 0,52
uap korosif

Beton di luar ruang bangunan:


a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. 0,60
Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 0,60

Beton yang masuk ke dalam tanah:


a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. 0,55
Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air 0,52
tanah

Beton yang kontinu berhubungan dengan air:


a. Air tawar 0,57
b. Air laut 0,52

3. Berdasarkan jenis strukturnya, tetapkan nilai slump (lihat Tabel 4).


Tabel 4. Nilai Slump (cm)

Pemakaian Beton Mak Min


s
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak beton bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, struktur di dalam tanah 9,0 2,5
Pelat, balok, kolom 15,0 7,5
Pengerasan Jalan 7,5 5,0
Pembetonan Masal 7,5 2,5
4. Tetapkan jumlah air, berdasarkan ukuran maksimum agregat dan nilai Slump yang diinginkan (lihat Tabel 5).
Tabel 5. Perkiraan kebutuhan air berdasarkan nilai slump dan ukuran agregat maksimum

Slump (cm) Ukuran Maksimum Agregat (mm)


10 20 40
2,5 - 5,0 206 182 162
7,5 - 10,0 226 203 177
15,0 - 17,5 240 212 188
Udara Terperangkap 3% 2% 1%

5. Hitung semen yang diperlukan, berdasarkan langkah (2) dan (4) di atas.

6. Tetapkan Volume agregat kasar yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran maksimum
agregat dan nilai modulus kehalusan agregat halus (lihat Tabel 6).

Tabel 6. Perkiraan kebutuhan agregat kasar per meter kubik beton, berdasarkan ukuran maksimum
agregat dan modulus halus pasir dalam m3
Ukuran Maksimum Agregat Modulus Halus Pasir
( mm ) 2,4 2,6 2,8 3,0
10 0.46 0.44 0.42 0.40
20 0.65 0.63 0.61 0.59
40 0.76 0.74 0.72 0.70
80 0.84 0.82 0.80 0.78
150 0.90 0.88 0.86 0.84
Catatan : Jika nilai modulus kehalusan pasir tidak sama dengan yang ada dalam tabel, maka dapat ditentukan
melalui Interpolasi.

7. Hitung volume agregat halus yang diperlukan, berdasarkan jumlah air, semen dan agregat kasar yang
diperlukan, serta udara yang terperangkap dalam adukan (dari Tabel 5) dengan cara hitungan volume absolut.
CONTOH:

Rencanakanlah campuran adukan beton dengan data material sebagai berikut:


- Kuat Tekan beton yang disyaratkan fc’ = 20 Mpa = 200 kg/ cm2.
- Volume pekerjaan sedang dan mutu pekerjaan cukup.
- Beton di dalam ruangan dengan keadaan sekeliling non-korosif.
- Jenis struktur adalah balok dan kolom gedung.
- Ukuran maksimum kerikil (dari analisa ayak) 40 mm
- Berat satuan kerikil = 1,60
- Berat jenis kerikil (ssd) = 2,60
- Berat jenis pasir (ssd) = 2,60
- Modulus kehalusan pasir (dari hitungan analisa ayak) = 2,80
- Berat jenis semen = 3,15
PENYELESAIAN:

1. Tentukan deviasi standar dari Tabel 1, dengan data volume pekerjaan sedang dan mutu pekerjaan cukup
diperoleh:
sd = 65 kg/ cm2
M = 1,64 x sd = 1,64 x 65 = 107 kg/ cm2
fcr’ = fc’ + M = 200 + 107 = 307 kg/ cm2

2. Hitung nilai faktor air semen (fas) dari Tabel 2. Dengan interpolasi diperoleh nilai f a s = 0.495
Dari Tabel 3, diperoleh fas maksimum 0,60 sehingga nilai faktor air semen yang dipakai tetap, yaitu = 0,495

3. Tetapkan nilai slump dari Tabel 4. Dari tabel tersebut untuk jenis struktur balok dan kolom disarankan nilai
Slump = 7,5 - 15 cm

4. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton dengan Tabel 5. Berdasarkan nilai Slump 7,5 - 15
cm dan ukuran maksimum kerikil 40 mm, maka diperoleh kebutuhan air per meter kubik beton sebesar Wa =
177 liter atau 0,177 m3 = 177 kg.

5. Hitung jumlah semen yang diperlukan per meter kubik beton dengan cara:
Ws = A / f a s = 0.177 / 0,495 = 0,358 ton = 358 kg.

6. Hitung volume kerikil dengan Tabel 6. Berdasarkan ukuran maksimum kerikil 40 mm dan modulus
kehalusan pasir 2,80 maka diperoleh kebutuhan volume kerikil = 0,72 m3

7. Hitung Berat kerikil, dengan data Berat satuan kerikil = 1,60 maka berat kerikil
Wk = 1,60 x 0,72 = 1,152 ton = 1152 kg.
8. Hitung Berat Pasir, dengan cara menentukan volume absolut pasir berdasarkan Jumlah volume absolut Air,
Semen, Kerikil dan Udara adalah :
Volume air = 0,177 Volume
semen = 0,358 / 3,15 = 0,11365
Volume kerikil = 1,152 / 2,6 = 0,44308
Volume udara = 0,01

Jumlah Total = 0,74373 m3 Volume

absolut pasir = 1 - 0,74373 = 0,25627 m3

Berat Pasir (Wp) = 0,25627 x 2,6 = 0,6663 ton = 666,30 kg

9. Kontrol hitungan, dengan cara menghitung berat 1 m3 beton, yaitu berat total air, semen, pasir dan kerikil :

Berat beton = Wa + Ws + Wp + Wk
= 177 + 358 + 1152 + 666,30
= 2353,30 kg

Diperkirakan betul, karena berat beton antara 2200 - 2400 kg/ m3

Anda mungkin juga menyukai