Anda di halaman 1dari 37

Rancangan Campuran Beton Normal

 Untuk menghitung banyaknya bahan pembentuk beton


dalam setiap meter kubik, dapat dihitung dalam berbagai
cara. Di Indonesia, perhitungan rancangan campuran yang
dibakukan dalam SNI 03 – 2834 – 2000 “Tata cara
pembuatan rencana campuran beton normal” Metode
Departmen of Environmental ( DoE ) British Standard,
dengan berbagai penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia

 Metode rancangan campuran lain yang banyak dipakai


adalah yang berasal dari American Concrete Institute
( ACI )
Langkah-langkah Perancangan dengan
metoda SNI 03-2834-2000

Ada tiga faktor yang harus dperhatikan dalam merancang


campuran cara ini, yaitu :

 Harga- harga yang didapatkan dari tabel dan grafik dimaksudkan


untuk 1meter kubik beton.

 Agregat dianggap berada pada kondisi jenuh permukaan kering


( ssd ) sehingga harus dilakukan koreksi terhadap kadar air
agregat yang sebenarnya.

 Suhu dasar adalah 20 0 C sehingga harus dilakukan koreksi


terhadap kadar air pada suhu sebenarnya karena adanya
penguapan saat proses pengerjaan beton.
Data dari bahan yang digunakan, meliputi :
a. Jenis semen : Jenis I, II, III, IV atau V
b. Jenis agregat :
 batu pecah (bentuknya bersudut dan
permukaannya kasar),
 batualami (bentuknya bulat, permukaannya
licin)
c. Berat jenis SSD agregat kasar dan halus
d. Diameter maksimum agregat
e. Gradasi agregat halus
Untuk memudahkan perhitungan gunakan urutan seperti
pada tabel berikut, selain lebih praktis juga mudah
mengontrolnya.
1. Kuat beton yg disyaratkan pada umur 28 hari =..............MPa
2. Standard Deviasi rencana =.............. MPa
3. Nilai Margin = ............ MPa
4. Kuat Tekan rata-rata yang ditargetkan = ........... MPa
5. Jenis Semen = Jenis................
6. Jenis Agregat Kasar =........................
Jenis Agregat Halus =.........................
7. Faktor Air Semen ( fas ) *=.........................
8. Fas Maksimum *=.........................
* Pilih yang paling kecil =..........................
9. Slump rencana =...................mm
10. Diameter maksimum agregat =...................mm
11.Kadar Air Bebas = .............Kg/m3
12.Kadar semen = .............Kg/m3
13.Kadar Semen Maksimum **= ..............Kg/m3
14. Kadar Semen Minimum **=...............Kg/m3
** Pilih yang paling besar =...............Kg/m3
15. Fas yang disesuaikan =..........................
16.Susunan besar butir agregat halus =..........................
17. Susunan besar butir agregat kasar/ gabungan =..........................
18.Persentase agregat halus =.....................%
19.Berat jenis relatif agregat (kering permukaan) =
20. Berat Isi Beton =..............Kg/m3
21.Kadar agregat gabungan =..............Kg/m3
22.Kadar agregat halus =..............Kg/m3
23.Kadar agregat kasar =..............Kg/m3
KEBUTUHAN BAHAN PER M3 BETON
 
1. Semen =..................Kg
2. Air =..................Kg
3. Agregat Halus =..................Kg
4. Agregat Kasar =..................Kg
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan
pada umur 28 hari
a. Sebelum merancang campuran, perlu diketahui terlebih dahulu mutu
beton yang disyaratkan. Mutu beton di Indonesia ada yang masih
menggunakan PBI’ 71 yaitu dengan notasi K atau metoda SK SNI T 15 –
1990 – 03 dengan notasi fc, kedua cara tersebut yang berbeda adalah
benda uji dan jumlahnya.
a. Jika menggunakan metoda DOE benda ujinya berbentuk kubus
sisi 150 mm, jadi jika benda ujinya berbentuk silinder diameter
150 mm tinggi 300 mm, maka harus dikonversi dulu ke kubus sisi
150 mm. Tetapi jika menggunakan metoda SK –SNI, ke dua
benda uji tidak perlu dikonversi, karena bentuk benda ujinya bisa
silinder atau kubus.

 Dalam contoh ini besarnya kuat tekan yang disyaratkan adalah


30 N/mm2 pada umur 28 hari (butir 1)
2. Standard Deviasi rencana
a.Standard Deviasi. Standard deviasi disini adalah standard deviasi rencana, karena
benda ujinya belum ada, serta betonnya belum dibuat. Ada 3 cara untuk
menentukan :
 Berdasarkan pengalaman. Jika seseorang selalu rutin membuat beton, dengan
alat yang sama, operatornya sama, dan bahannya sama. Dari hasil pengujian
beton yang dia buat nilai standard deviasinya bisa dijadikan data untuk
menentukan standard deviasi rencana
 Berdasarkan literatur, dari buku properties of concrete untuk standard deviasi,
tergantung dari nilai dan volume pekerjaannya seperti pada Tabel di bawah ini :
 Berdasarkan pengamatan di lapangan. Yang perlu diamati adalah :
oBahan, bahan untuk pembuatan beton
oOperator, pekerja yang membuat beton
oAlat. Alat untuk mengaduk beton.
b. Umumnya standard deviasi berkisar antara 20 sd 100 kg/cm2.

 Dalam contoh ini diambil standard deviasi (S) = 5 N/mm2 (butir 2)


3. Nilai Margin

a. Nilai margin adalah suatu angka yang


menunjukkan banyak sampel yang mengalami
penyimpangan.
b. Banyaknya sampel yang menyimpang, di
Indonesia telah disepakati sebesar 5 %, jadi nilai
k untuk penyimpangan tersebut adalah 1,64 (k)
 Sehingga nilai margin untuk merancang
campuran beton sebesar = K x S = 1,64 x 5N/
mm2 = 8,2 N/ mm2 (butir 3)
4. Kuat Tekan rata-rata beton yang
ditargetkan

a. Kuat Tekan yang ditargetkan, adalah kuat


tekan rata-rata yang diharapkan dapat
dicapai dan
 Besarnya adalah mutu beton ditambah
dengan nilai margin = butir 1 + butir 3 = 30 +
8,2 = 38,2 N/ mm2 (butir 4)
5. Jenis Semen

a. Jenis semen yang banyak digunakan di


Indonesia adalah Jenis I (butir 5), (Ordinary
Portland Cement) tapi tidak menutup
kemungkinan pemakaian semen jenis lain.
6. Jenis Agregat Kasar
a. Jenis agregat kasar dan agregat halus.
b. Hanya ada dua pilihan dalam menentukan jenis agregat, yaitu batu
pecah (crushed) atau batu alami (uncrushed), untuk
membedakannya dapat dilihat secara visual atau dari sumbernya.
c. Jika agregat berasal dari hasil pemecah batu maka disebut batu
pecah, tapi jika agregat tersebut diambil langsung dari sumbernya
(sungai atau gunung, tanpa pengolahan terlebih dahulu) dinamakan
batu alami. Atau dapat dilihat dari bentuk permukaan butirannya,
batu pecah umunya memiliki bentuk permukaannya kasar dan
bersudut, sedangkan batu alami bentuk permukaannya licin, tidak
bersudut.

 Dalam contoh ini diambil Bentuk agregat kasar, batu pecah


 Dalam contoh ini BJ SSD agregat kasar = 2,64 (butir 6)
Jenis Agregat Halus
Berat jenis SSD agregat halus
 Dalam contoh ini diambil Bentuk agregat
halus: pasir alami (butir 6)
 Dalam contoh ini BJ SSD agregat halus =
2,62
7. Faktor Air Semen bebas
 Faktor air semen (fas), dapat dicari dengan terlebih dahulu melihat pada
Tabel 2 di bawah. Di situ tertera jenis semen, jenis agregat kasar, dan kuat
tekan beton pada umur tertentu dengan fas 0.5. Jadi pertama tentukan
jenis semen yang digunakan, lalu jenis agregat kasar yang dipakai, dan
umur beton (umumnya 28 hari).

 Contoh : Beton dengan agregat kasar batu pecah, FAS 0,5, semen Portland
tipe 1, benda uji silinder, mempunyai kuat tekan 37 N/mm2. Setelah itu lihat
Grafik 1. Tarik garis mendatar (horizontal) dari angka 370 kg/cm2 hingga
memotong tegak lurus garis FAS 0,5. Lihat apakah terdapat kurva kekuatan
agregat pada perpotongan tersebut. Jika tidak, buat kurva baru pada
perpotongan tersebut sebagai garis kerja kekuatan agregat 37 N/mm2.
 Tarik garis hosontal dari kuat tekan rata-rata 38,2 N/mm2 memotong kurva
agregat yang baru. Tarik garis vertikal kebawah dari titik perpotongan
tersebut untuk mendapatkan besarnya FAS. Dari contoh di dapatkan FAS
0,49. (butir 7)
 Tabel 2 Perkiraan Kuat Tekan Beton yang Dibuat dengan
fas 0.5
38,2 N/mm2
37 N/mm2

Fas =0,49
 Tabel 3 kadar semen minimum dan fas maksimum menurut PBI’1971
Jenis Pekerjaan Beton Jumlah semen Min, Nilai fas
1 M3 Beton, Kg maksimum
Beton di dalam Ruang Bangunan (terlindung)
a. Keadaan keliling non korosif 275 0.60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh 325 0.52
pengembunan atau uap korosif
Beton di luar Ruang Bangunan ( terbuka )
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325 0.60
secara langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari secara 275 0.60
langsung
Beton Yang Masuk ke dalam Tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti- 325 0.55
ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat, alkali dari tanah 375 0.52
atau air tanah
Beton yang terus menerus berhubungan dengan
air 275 0.57
a. Air tawar 375 0.52
b. Air laut, air bergaram
8. Fas Maksimum

a. Jika ditentukan, tulis besarnya FAS


maksimum (butir 8)
9. Nilai Slump rencana
a. Nilai slump. Adalah nilai workability pada beton yang akan dibuat, jika diuji dengan alat slump. Nilai slump sangat
tergantung dari jenis konstruksi yang akan dibuat. Untuk menentukan nilai slump, lihat pada Tabel 1 di bawah

b. Tabel 1 Besar nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton menurut PBI’71.

URAIAN SLUMP MAX SLUMP MIN


(Cm) (Cm)
Dinding pelat pondasi telapak bertulang 12.5 5.0
Pondasi telapak tidak bertulang, caison dan 9.0 2.5
konstruksi bawah tanah
Pelat, Balok, kolom, dinding 15.0 7.5
Perkerasan Jalan 7.5 5.0
Pembetonan masal 7.5 2.5

 Sebagai contoh diambil slump 30 – 60 mm (Beton direncanakan untuk pondasi telapak) .


(butir 9)
10. Diameter maksimum agregat
a. Diameter butir maksimum, yaitu diameter butiran agregat yang
paling besar.
b. Nilai ini dapat dilihat dari hasil analisa ayak atau terlebih dahulu
diperkirakan. Jika dilihat dari analisa ayak, perhatikan berapa
persen agregat yang tertahan pada saringan paling atas, misal
pada saringan paling atas (19 mm) ada agregat yang tertahan
kurang dari 10 %, maka agregat tersebut memiliki diameter
maksimum 19 mm atau 20 mm menurut British Standard (BS),
c. Jika lebih dari 10 % dan diatas saringan 19 mm ada saringan 37.5
mm dengan berat agregat kurang dari 10 %, maka agregat
tersebut memiliki diameter butiran 37.5 mm ( atau 40 mm
menurut BS)

 Sebagai contoh ditetapkan 20 mm (butir 10)


11. Kadar Air Bebas
a. Kadar air bebas, adalah berat air yang dibutuhkan untuk campuran beton.
b. Besarnya tergantung dari diameter maksimum agregat, jenis agregat serta nilai slump yang
diinginkan. Besar kadar air pada beton dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini .
c. Jika agregat kasar dan agregat halus berbeda jenisnya gunakan rumus sebagai berikut:
1 2
d. W = Wk  Wh
3 3
e. Wk adalah kebutuhan air untuk agregat kasar, sedangkan Wh adalah kebutuhan air untuk agregat
halus.
f. Banyaknya air di atas dihitung dengan menganggap kondisi agregat dalam keadaan SSD atau
dalam keadaan jenuh permukaan kering. Jika agregat tidak dalam kondisi seperti ini, kadar air
pada beton harus dikoreksi. (lihat contoh koreksi pada rancangan campuran )

 Kadar air bebas , lihat tabel 4. Nilai slump 30 –60 mm, ukuran besar butir maksimum agregat 20
mm, jenis agregat kasar batu pecah, agregat halus pasir alam, kadar air tidak dapat diambil
langsung dari tabel, tetapi dihitung dari rumus : 1/3 agregat kasar + 2/3 agregat halus.
 Dari contoh, kadar air bebas = 1/3 x 210 kg + 2/3 x 180 kg = 190 kg.
 Karena tidak ditetapkan secara pasti, koreksi air terhadap suhu dapat ditambahkan pada kadar air
ini., atau terakhir setelah semua perhitungan selesai. Jika ditambahkan pada tahap ini maka kadar
air = 190 kg + 10 kg = 200 kg/m3 (butir 11)
 Tabel 4 Perkiraan Kebutuhan Kadar Air Bebas pada berbagai
workability
12. Kadar Semen

 Kadar semen, adalah berat semen yang


dibutuhkan dalam pembuatan beton.
Besarnya adalah kadar air dibagi dengan fas.

 Kadar semen dihitung dari bu tir 11 dibagi


butir 7 = 200 : 0,49 = 408 kg/m3 (butir 12)
13. Kadar semen maksimum

 Kadar semen maksimum diisi jika ditetapkan


(butir 13)
14. Kadar Semen Minimum
** Pilih yang paling besar
a. Kadar semen minimum, yaitu banyaknya semen yang paling
rendah yang diijinkan dalam pembuatan beton.
b. Jika hasil hitungan kadar semen di atas lebih rendah dari kadar
semen minimum, maka gunkana kadar semen minimum,
demikian pula jika hasil hitungan kadar semen lebih tinggi dari
kadar semen minimum, maka gunakan hasil hitungan.
c. Jika tidak disyaratkan gunakan kadar semen hasil hitungan.
Kadar semen minimum syaratnya bersamaan dengan fas
maksimum, jadi tergantung dari lingkungan pembuatan beton.
Lihat pada Tabel fas maksimum di atas.

 Kadar semen dihitung dari butir.11 dibagi butir 7 = 200 : 0,49 =


408 kg/m3 (butir 14)
15. Faktor air semen yang disesuaikan

 Faktor air semen yang disesuaikan diisi jika no.13 dan


14 ditetapkan atau hal ini dapat diabaikan oleh karena
syarat minimum kadar semen sudah dipenuhi.
 Apabila ternyata dari hasil hitungan kadar semen
semen lebih rendah dari kadar semen minimum,
maka kadar semen yang digunakan adalah kadar
semen minimum. Karena ada perubahan pada kadar
semen, maka fas juga akan berubah untuk itu fas
perlu disesuaikan, yaitu = kadar air dibagi dengan
kadar semen minimum.(butir 15)
16. Susunan besar butir agregat halus
17. Sususnan agregat kasar/ gabungan
 Komposisi antara agregat kasar dan agregat
halus sangat tergantung dari gradasi (susunan
butiran ) pada agregat halusnya, untuk itu
sebelum merancang campuran beton gradasi
agregat halus perlu dianalisa terlebih dahulu.
Dari hasil uji analisa ayak hanya ada empat zone
kemungkinan gradasi pada agregat halus, yaitu
zone 1 sampai zone 4.
 dari laboratorium didapat zona II (butir 16 & 17)
18. Persen agregat halus dilihat
 Persen agregat halus, yaitu banyaknya agregat halus yang
diperlukan dalam campuran beton. Persentase agregat halus
sangat dipengaruhi oleh zone gradasi agregat tersebut.
Untuk menentukannya pertama harus diketahui diameter
maksimum agregat kasarnya, kemudian workability
betonnya (nilai slump atau nilai vb), lalu faktor air semen.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 sampai gambar 4
dibawah ini.
 Persen agregat halus dilihat dari grafik 12 untuk besar butir
maksimum agregat 20 mm, kolom slump 30 – 60 mm, FAS
0,49, susunan butit zona II, didapatkan 34% - 40 %, diambil
rata-rata 37%. (butir 17)
19. Berat jenis relatif agregat

 Dalam pembuatan beton perlu diketahui


terlebih dahulu Berat Jenis SSD masing-
masing agregat, kemudian komposisinya.
Baru dapat dicari BJ gabungannya, yaitu = %
ag.A x Bj A + % ag B x Bj B + ……=
 Berat jenis relatif agregat (kering permukaan)
dihitung = 37% x 2,62 + 63% x 2,64 = 2,63.
(butir 19)
20. Berat isi beton
 Berat Isi Beton segar, berdasarkan berat jenis agregat dan kadar air, maka berat
isi beton dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar dibawah ini.
 Berat isi beton dilihat dari grafik diambil 2365 kg/m3 (butir 20)

2365
21. Kadar agregat gabungan

 Kadar agregat gabungan, yaitu banyaknya


agregat kasar dan agregat halus yang
dibutuhkan dalam pembuatan beton.
Besarnya dapat dihitung dengan mengurangi
berat isi beton – kadar semen – kadar air
 Kadar agregat gabungan = butir 20 – (butir 12
+ butir 11 ) = 2365-(408+200) =1757 kg/m3
(butir 21)
22. Kadar agregat halus

 Kadar agregat halus, adalah banyaknya


agregat halus untuk campuran beton, dapat
dihitung dengan mengalikan persentase
agregat halus dengan kadar agregat
gabungan
 Kadar agregat halus butir.18 x butir.21 =
37% x 1757 = 650 kg/m3 (butir 22)
23. Kadar agregat kasar

 kadar agregat kasar, adalah banyaknya


agregat kasar yang dibutuhkan dalam
memebuat beton. Banyaknya dapat dihitung
dengan cara mengalikan persentase agregat
kasar dengan kadar agregat gabungan.
 Kadar agregat kasar = butir 21 – butir 22 =
1107 kg/m3 (butir 23)
Campuran beton rencana untuk 1 m3 beton :

 Semen = 408 kg
 Air = 200 kg
 Agregat halus = 650 kg
 Agregat kasar = 1107 kg
 Berat isi beton segar rencana = 2365 kg/m3
Koreksi air agregat

1.Agregat halus : penyerapan air 2,1 %. Kadar air 1,9 %


Koreksi : ( 2,1% - 1,9% ) x 650 kg = 1,3 kg
2.Agregat kasar : penyerapan air 1,1 %. Kadar air 1,3 %
Koreksi : | 1,1% - 1,3% | x 1107 kg = 2,2 kg
Campuran beton pelaksanaan untuk 1 m3 beton :
 Semen = 408 kg ≈ 408 kg
 Air = 200 + 1,3 – 2,2 = 199,1 kg ≈ 199 kg
 Agregat halus = 650 – 1,3 = 648,7 kg ≈ 649 kg
 Agregat kasar = 1107 + 2,2 = 1109,2 kg ≈ 1109 kg
 Berat isi beton segar pelaksanaan = 2365 kg/m3

Anda mungkin juga menyukai