Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk
perencanaan dari campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan
beton yang memadai serta menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk
menghasilkan beton yang kuat tapi tetap seekonomis mungkin. Apabila tidak
tersedia cukup data yang menunjukkan bahwa suatu campuran beton tertentu
yang diharapkan dapat menghasilkan mutu beton yang disyaratkan dan bahwa
deviasi standart rencana yang diusulkan benar-benar akan tercapai dalam
pelaksanaan yang sesungguhnya, maka harus diadakan percobaan
pendahuluan. Sebagai persiapannya dianjurkan untuk mengadakan dulu
percobaan-percobaan di laboratorium yang mana kami menggunakan aturan
menurut SNI 03-2834-2000 sebagai langkah untuk melakukan pekerjaan mix
design yang akan kami kerjakan nanti di laboratorium.
Perencanaan campuran merupakan bagian yang terpenting dari suatu
pelaksanaan struktur beton. Sebelum diadakan perencanaan campuran, semua
bahan dasar dari semen, pasir, kerikil atau batu pecah, dan air harus diperiksa
terlebih dahulu mutunya.
Suatu campuran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat-syarat berikut :
a. Campuran yang seekonomis mungkin
Masalah ekonomi yang berkaitan dengan suatu pelaksanaan
pembuatan campuran beton. Dalam pembuatan campuran beton diharapkan
mempunyai ruang pori adukan yang minimum, karena semakin minimum
ruang porinya makin sedikit pasta yang dipergunakan, sehingga kebutuhan
juga berkurang. Oleh karena itu, yang paling menentukan perencanaan
campuran beton adalah bahan atau material.
Dengan melihat harga semen yang lebih mahal daripada harga
agregat maka dengan mengurangi kadar semen merupakan faktor penting
dalam menurunkan biaya pembuatan beton. Hal ini dilakukan dengan cara
memakai slump yang rendah sesuai dengan batas yang diizinkan, memakai
ukuran butir meksimum agregat dan bila perlu dipakai bahan admixture.
Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan nilai slump yang rendah
yaitu dapat mengurangi terjadinya penyusutan beton dan panas hidrasi
rendah. Tetapi apabila kadar semen terlalu rendah akan dapat menurunkan
kekuatan awal beton.
b. Campuran mudah dikerjakan pada saat masih muda (Workability)
Dalam design yang baik, campuran harus mudah dikerjakan dalam
dipadatkan sesuai peralatan yang tersedia. Kemampuan penyelesaian akhir
harus ditingkatkan sehingga segregasi (pemisahan agregat dengan pasta
semen) dan bleeding (keluarnya air yang berlebihan) dapat dikurangi.
Kebutuhan air untuk workabilitas yang minimum dengan menambah mortar
semen sedikit daripada penambahan banyak air atau agregat halus.
c. Memenuhi kekuatan karakteristik yang dikehendaki dan keawetannya.
Yang dimaksud dengan kekuatan karakteristik adalah kekuatan
tekan, dimana dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji,
kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai
5% saja. Pada umumnya spesifikasi beton akan memerlukan kekuatan tekan
yang minimum. Ini penting untuk menjaga supaya kebutuhan ini tidak
bertentangan satu dengan yang lain. Spesifikasi ini juga menghendaki,
seperti perlawanan terhadap pembekuan dan pencairan atau terhadap
serangan bahan kimia, pertimbangan ini selanjutnya memberikan batas
penentuan untuk faktor air semen atau kadar air semen.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan yang dibahas pada laporan ini antara lain :
1. Bagaimana cara merancang dan membuat beton mutu 23 MPa?
2. Bagaimana tes uji tekan terhadap beton?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan laporan ini yaitu :
1. Mahasiswa mamou merancang beton mutu 23 MPa.
2. Mahasiswa mampu melakukan uji tekan terhadap sampel beton yang telah
dibuat berdasarkan hasil rancangan.

1.4 BATASAN MASALAH


Pada laporan ini kami akan membahas mengenai cara merancang dan
membuat beton mutu 23 MPa serta melakukan uji tekan terhadap beton yang
telah dibuat untuk mengetahui kekuatan beton apakah memenuhi kekuatan
yang direncanakan atau tidak.

1.5 METODE PENULISAN


Kami menggunakan media internet dan media kepustakaan untuk
mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Selain itu, kami juga melakukan praktikum yang bersangkutan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
BAB II
PERENCANAAN CAMPURAN BETON (MIX DESIGN)

2.1 PERENCANAAN CAMPURAN ADUKAN BETON


Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih
dikenal sebagai Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap
yang saling berkaitan, yaitu :
a. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran
beton seperti semen, agregat halus, agregat kasar, dan air.
b. Penentuan jumlah relative dari bahan-bahan campuran untuk menghasilkan
beton yang baik.
Data Perencanaan
1. Jenis konstruksi : Rigid Pavement
2. Mutu beton yang disyaratkan f’c : 25 MPa
3. Umur beton : 28 hari
4. Agregat halus : Pasir alami (Borito)
5. Agregat kasar : Batu pecah (Katunun)
6. Ukuran max. agregat : 20 mm
7. Gradasi pasir : Zona 2
8. Gradasi batu pecah : Zona 1
9. Jenis Semen : Portland type I
10. Berat jenis agregat halus : 2,64
11. Berat jenis agregat kasar : 2,77
12. Koreksi terhadap kondisi bahan
Bahan Absorbtion (%) Kadar Air (%)
Pasir 0,26 1,1
Batu Pecah 0,76 0,125
Langkah-langkah Pembuatan Rencana Campuran Beton
1. Kuat Tekan yang Disyaratkan (f’c)
Kuat tekan yang di syaratkan sudah ditetapkan sebesar 25 MPa
untuk umur beton 28 hari.

2. Deviasi Standar (S)


Deviasi standar dihitung berdasarkan pengalaman di lapangan
selama produksi beton menurut rumus :
𝑛

𝑠 = √ ∑ (𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑖−𝐼
…………..
𝑛−1

Dengan :
𝑠 = deviasi standar
𝑥1 = kuat tekan beton yang didapat dari masing masing benda uji
𝑥̅ = kuat tekan beton rata rat menurut rumus
𝑛

𝑥̅ = ∑ 𝑥1
𝑖−𝐼
……………….
𝑛

Dengan :
n adalah jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu
hasil uji adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji).
Dua hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus
sebagai berikut :
1. Mewakili bahan-bahan prosedur pengawasan mutu, dan kondisi
produksi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan.
2. Mewakili kuat tekan beton yang di syaratkan f’c yang nilainya dalam
batas 7 MPa dari nilai fcr yang ditentukan.
3. Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua keompok
hasil uji diambil dalam produksi selama jangka waktu tidak kurang dari
45 hari.
4. Bila suatu produksi beton tidak mempunyai dua hasil uji yang
memenuhi, tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 benda hasil uji
yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah perkalian deviasi
standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor pengali
dari tabel 2.1

Tabel 2.1.1 Faktor pengali untuk deviasi standar bila data hasil uji yang
tersedia kurang dari 30

5. Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang


memenuhi tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fcr
harus diambil tidak kurang dari (f’c + 12 MPa);

3. Kuat Tekan Rata-rata yang Ditargetkan


Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung menurut rumus berikut :

fcr = f’c + M

Dengan
fcr : Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
f’c : Kuat tekan yang disyaratkan
M : Nilai tambah
Karena perencanaan campuran beton ini tidak memiliki catatan hasil uji
sebelumnya, dan diketahui f’c = 25 MPa serta nilai tambah (M) = 12 MPa,
sehingga kuat tekan rata-rata yang ditargetkan adalah sebesar :
fcr = f’c + M
= 25 + 12
= 37 MPa
Jadi, didapatkan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan sebesar 37 MPa.

4. Jenis Semen
Semen Portlanda dimabi menjadi lima type, yaitu :
Type I : Semen untuk penggunaan umum, yang tidak memerlukan
persyaratan khusus.
Type II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
sedang.
Type III : Semen untuk beton yang memerlukan kekuatan awal tinggi
(cepat mengeras).
Type IV : Semen untuk beton yang memer;lukan panas hidrasi rendah.
Type V : Semen untuk beton yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat
yang tinggi.
Dalam Perencanaan campuran beton ini semen yang digunakan adalah
semen Portland type I merk Tiga Roda.

5. Jenis Agregat
Jenis agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat halus dan
agregat kasar. Dalam perencanaan campuran beton ini jenis agregat halus
yang digunakan adalah Pasir Barito yang termasuk dalam agregat alami
sedangkan unutk agregat kasar yang digunakan adalah Batu Katunun
yang termasuk dalam batu pecah.
6. Faktor Air Semen (FAS)

37

Gambar 2.1.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton


Untuk f’cr = 37 MPa dan Umur 28 hari dan jenis semen Tipe I
maka faktor air semen didapat sebesar 0,5
Dengan cara :
 Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan
Tabel 2.12 , sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai.
 Lihat Grafik 2.1.1 untuk benda uji berbentuk silinder.
 Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 di atas
didapat patokan lengkung 28 hari.
 Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan
sampai memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 di atas.
 Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.

Tabel 2.1.2 Perkiraan kuat tekan (MPa) beton dengan faktor air semen

Grafik 2.1.1. Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (benda uji
berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm)

Dengan menggunakan faktor air semen 0,5 untuk kuat tekan 37


MPa pada umur 28 hari sebagai patokan kurva lengkung pada umur 28
hari. Dengan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan adalah 37 MPa di plot
pada patokan kurva lengkung 28 hari (lihat grafik 1) didapat faktor air
semen sebesar 0,5.

7. Faktor Air Semen Maksimum


Faktor air semen maksimum ditetapkan dengan melihat tabel
(2.1.3, 2.1.4, atau 2.1.5) sesuai dengan kondisi beton itu sendiri (dapat
ditetaokan sebelumnya atau tidak).
Tabel 2.1.3 Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen
maksimum untuk berbagai macam pembetonan dalam
lingkungan khusus.

Tabel 2.1.4 Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air


Tabel 2.1.5 Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah
yang mengandung sulfat
Perencanaan campuran beton ini ditujukan untuk konstruksi Pile
Cap dimana konstruksinya berhubungan langsung dengan tanah. Sehingga
dengan melihat tabel 3 untuk mencari faktor air maksimum, didapatkan
faktor air semen maksimum sebesar 0,60. Oleh karena nilai faktor air
semen pada langkah ke 7 lebih kecil, maka kita menggunakan faktor air
semen yang terendah yaitu 0,5.

8. Slump
Nilai slump beton digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu
adukan beton. Nilai slump dapat ditentukan sebelumnya, namun apabila
tidak ditentukan nilai slump dapat diperoleh menggunakan tabel berikut :

Tabel 2.1.6 Ukuran nilai slump yang dianjurkan untuk berbagai macam
konstruksi

Perencanaan campuran beton ini ditujukan untuk pembuatan Pile


Cap yang termasuk kedalam konstruksi bawah tanah, sehingga dengan
tabel 6 sebagai patokan didapatkan nilai slump dengan range sebesar :
6,0 – 7,5 cm.

9. Ukuran Agregat Maksimum


Ukuran agregat maksimum diperoleh melalui pengayakan. Unutk
penetapan butir maksimum dapat menggunakan saringan dengan diameter
maksimum 40 mm, 20mm, dan 10 mm.
Dalam perencanaan campuran beton ini uji analisa saringan
didapatkan ukuran maksimum agregat 20 mm (dari data lab) .
10. Kadar Air Bebas
Kadar air bebas ditentukan berdasarkan ukuran agregat maksimum
dan nilai slump yang diinginkan

Tabel 2.1.7 Perkiraan kadar air bebas (Kg/m3) yang dibutuhkan untuk
beberapa tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton.

Keterangan : Apabila agregat halus dan agregat kasar yang digunakan dari
jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air
yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus berikut

W = 0,67Wh + 0,33Wk
Dengan :
W = Kadar air bebas yang dibutuhkan (Kg/m3)
Wh = Kadar air bebas yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Wk = Kadar air bebas yang dibutuhkan menurut agregat kasarnya

Oleh karena dalam perencanaan campuran beton ini digunakan


agregat halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda maka didapatlah
kadar air bebas berdasarkan rumus perbaikan diatas sebesar :

W = 0,67Wh + 0,33Wk
= (0,67 x 195) + (0,33 x 225)
= 204,9 kg/m3
Jadi, didapatkan kadar air bebas sebesar 204,9 kg/m3.
11. Jumlah Semen
Jumlah semen/kadar semen dihitung dengan membagi kadar air
bebas dengan faktor air semen. Sehingga dalam perencanaan campuran
beton ini didapatkan kadar semen sebesar :

Kadar Semen = Kadar Air Bebas / Faktor Air Semen


= 204,9 / 0,5
= 409,8kg/m3
Jadi, didapatkan jumlah semen/kadar semen sebesar 409,8 kg/m3.

12. Jumlah Semen Maksimum


Karena jumlah semen maksimum tidak ditetapkan dalam
perencanaan ini, maka dapat diabaikan.

13. Jumlah Semen Minimum


Jumlah semen minimum dapat dilihat pada tabel dengan
memperhatikan kondisi lokasi beton yang akan dibuat.
Tabel 2.1.8 Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen
maksimum untuk berbagai macam pembetonan dalam
lingkungan khusus.

Berdasarkan tabel 2.1.8 didapatkan kadar semen minimum sebesar


325 kg/m3.
Bila kadar semen hasil hitungan poin 12 lebih kecil atau belum
mencapai syarat dari kadar semen minimum, maka kadar semen yang
dipakai adalah kadar semen minimum. Namun karena dalam perencanaan
campuran beton ini kadar semen hasil hitungan poin 12 lebih besar
daripada kadar semen minimum, maka digunakan kadar semen
hitungan poin 12, yaitu sebesar 409,8 kg/m3.

14. Faktor Air Semen yang Disesuaikan


Faktor air semen perlu disesuaikan kembali apabila kebutuhan
kadar smen dari hitungan poin 12 lebih kecil dari syarat kadar semen
minimum atau lebih besar dari kadar semen maksimum (bila ditetapkan),
maka dalam hal ini faktor air semen harus dihitung kembali. Dalam
perencanaan campuran beton ini nilai faktor air semen tetap digunakan
sebesar 0,5 (tidak memerlukan penyesuaian kembali), karena
kebutuhan semen hasil hitungan poin 12 lebih besar dari kadar semen
minimum

15. Susunan Butir Agregat Halus


Susunan butir agregat halus seperti pada data yang didapatkan dari
analisa saringan di laboratorium, untuk agregat halus (pasir) masuk
kedalam daerah gradasi no.2 (zona 2).

16. Susunan Butir Agregat Kasar atau Gabungan


Susunan butir agregat kasar dan gabungan seperti pada data yang
didapatkan dari analisa saringan di laboratorium, untuk agregat kasar (batu
pecah) masuk kedalam daerah gradasi no.1 (zona 1).
17. Persen Agregat halus
Prosentase agregat halus dicari dengan melihat ukuran butir
maksimum yang dalam perencanaan campuran beton ini yaitu 20 mm, nilai
slump yang masuk dalam range 30-60 mm, faktor air semen sebesar 0,51
dan susunan butir agregat halus masuk dalam daerah gradasi no.2 (zona2).

Grafik 2.1.2 Persen pasir terhadap total agregat yang dianjurkan untuk
ukuran butir maksimum 20 mm

Sehingga berdasarkan grafik didapat prosentase agregat halus sebesat


40%.

18. Berat jenis Relative Agregat


Berat jenis relative agregat adalah berat jenis agregat gabungan,
artinya gabungan agregat halus dan agregat kasar. Dalam perencanaan
campuran beton ini memiliki data hasil uji untuk berat jenis agregat halus
dan agregat kasar.
Berat jenis agregat halus = 2,64
Berat jenis agregat kasar = 2,77
Sehingga berat jenis agregat gabungan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :

Bj.Ag.Gab = (%Ag.Halus x Bj.Ag.Halus)+(%Ag.Kasar x Bj.Ag.Kasar)


= (0,4 x 2,64) + (0,6 x 2,77)
= 1,056+ 1,662
= 2,72

Jadi, didapatkan berat jenis relative agregat sebesar 2,72.

19. Berat Isi Beton


Berat isi beton dicari dengan menggunakan grafik, sesuai dengan
berat jenis agregat gabungan dan kadar air bebas.

2460

2.72

Grafik 2.1.3 Perkiraan berat isi beton basah

Sehingga dari drafik didapatkan untuk kadar air bebas sebesar 189,9 kg/m3
dan berat jenis agregat gabungan sebesar 2,722 didapatkan berat isi beton
dalam keadaan basah sebesar 2460 kg/m3.
20. Kadar Agregat Gabungan
Kadar agregat gabungan adalah berat isi beton dikurangi jumlah kadar
semen dan kadar air. Dalam perencanaan campuran beton ini digunakan
kadar semen sebesar 102,45 kg/m3 dan kadar air bebas sebesar 204,9
kg/m3. Sehingga didapatkan kadar agregat gabungan sebesar :

Kadar Agregat Gabungan = Berat Isi Beton – ( Kadar Semen + Kadar Air)
= 2460 – (409,4 + 204,9)
= 2255,4 kg/m3

21. Kadar Agregat Halus


Kadar agregat halus adalah prosentase agregat halus dikali dengan
kadar agregat gabungan. Dalam perencanaan campuran beton ini
didapatkan prosentase agregat halus sebesar 40% dan kadar agregat
gabungan sebesar 2255,4 kg/m3. Sehingga didapatkan kadar agregat halus
sebesar :

Kadar Agregat Halus = %Agregat Halus x Kadar Agregat Gabungan


= 0,40 x 2255,4
= 902,16 kg/m3

Jadi, didapatkan kadar agregat halus sebesar 902,16 kg/m3.


22. Kadar Agregat Kasar
Kadar agregat kasar bisa kita peroleh dengan mengurangkan kadar agregat
gabungan dan kadar agregat halus. Dalam perencanaan campuran beton ini
diperoleh kadar agregat gabungan sebesar 2255,4 kg/m3 dan kadar agregat
halus sebesar 902,16 kg/m3. Sehingga didapatkan kadar agregat kasar
sebesar :

Kadar Agregat Kasar = Kadar Agregat Gabungan – Kadar Agregat Halus


= 2255,4 – 902,16
= 1353,24 kg/m3

Jadi, didapatkan kadar agregat kasar sebesar 1353,24 kg/m3.

23. Proporsi Campuran


Dari hasil hitungan dari langkah 1 hingga langkah 23 kita dapatkan
susunan campuran beton teoritis untuk tiap m3 sebagai berikut :
- Semen Portland = 409,5 kg/m3
- Air = 204,9 kg/m3
- Agregat Halus (Pasir) = 902,16 kg/m3
- Agregat kasar (Batu Pecah) = 1353,24 kg/m3

24. Koreksi Proporsi Campuran


Untuk mendapatkan susunan campuran yang sebenarnya yang
nantinya akan digunakan sebagai campuran uji, angka-angka teoritis
tersebut perlu dibetulkan dengan memperhitungkan kadar air bebas yang
terdapat didalam agregat, dapat berupa pengurangan air (jika penyerapan
agregat < kadar air agregat), dan koreksi jumlah agregat sebagai akibat dari
kadar air tersebut.
Dalam perencanaan campuran beton ini memiliki data koreksi
terhadap kondisi bahan sebagai berikut :
Bahan Absorbtion (%) Kadar Air (%)
Pasir 0,26 1,1
Batu Pecah 0,76 0,125

Untuk pasir memiliki kadar air 1,1% dan penyerapan 0,26% ini
berarti pasir mempunyai nilai kadar air > nilai penyerapan, karena itu air
campuran harus dikurangi sebesar :
Pasir = (1,1 – 0,26) . 902,16/100 = 7,578 kg

Kebutuhan pasir dikoreksi menjadi :


902,16– 7,578 = 894,582 kg/m3

Sedangkan untuk batu pecah memiliki kadar air 0,125% dan


penyerapan 0,76% ini berarti batu pecah mempunyai nilai kadar air < nilai
penyerapan, karena itu air campuran harus ditambah sebesar :
Kerikil = (0,125-0,76) . 1353,24/100 = -8,593 kg/m3

Kebutuhan batu pecah dikoreksi menjadi :


1353,24 + 8,592 = 1361,832 kg/m3

Sehingga didapat proporsi campuran setelah dikoreksi menjadi :


- Semen Portland = 409,8 kg/m3
- Air = 204,9 kg/m3
- Agregat Halus (Pasir) = 894,582 kg/m3
- Agregat kasar (Batu Pecah) = 1361,832 kg/m3

Persentase pasir dan batu pecah yang didapat dikontrol dengan


analisa ayakan campuran pasir dan kerikil. Untuk percobaan, benda uji :
diameter 0,15 m x 0,3 m
1 1
Volome silinder = (4 𝜋. 𝑑 2 . 𝑡) = (4 𝜋. 0,152 . 0,3) = 0,00530 m3
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga
kemungkinan susut, sehingga diperlukan material = 0,00530 + (0,2 x
0,0530) = 0,00636 m3. Benda uji yang akan dibuat adalah sebanyak 9 buah,
maka = 0,00636 x 9 = 0,05724 m3.
Sehingga diperlukan proporsi campuran untuk 9 sampel benda ujisebagai
berikut :
- Semen Portland = 0,05724 x 409,8 = 23.457 kg/m3
- Air = 0,05724 x 204,9 = 11,728 kg/m3
- Ag. Halus = 0,05724 x 834,582 = 51,206 kg/m3
- Ag. kasar = 0,05724 x 1361.832 = 77,951 kg/m3
FORMULIR PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Pekerjaan : Rigid Pavement
Tabel/Grafik/
No. Uraian Nilai
Perhitungan
Kekuatan tekan yang
25 MPa pada umur 28
1. disyaratkan (benda uji Ditetapkan
hari
silinder/kubus)
Tanpa data pengujian
2. Deviasi Standar 7 MPa
sebelumnya
3. Nilai tambah (M) 1,64 x (2) 12 MPa
Kekuatan rata-rata yang
4. (1) + (3) 23 + 12 = 37 MPa
ditargetkan
5. Jenis semen Ditetapkan Portland type I
Jenis Agregat : -halus Pasir Alami (Barito)
6. Ditetapkan
-kasar Batu Pecah (Katunun)
Tabel 2.1.2 , Grafik
7. Faktor air semen 0,5
2.1.1
8. Faktor air semen maksimum Tabel 2.1.3 0,60
9. Slump Tabel 2.1.6 6,0-7,5 mm
10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11. Kadar air bebas Tabel 2.1.7 204,9 Kg/m3
12. Jumlah Semen (11) : (8) 102,45 Kg/m3
13. Jumlah semen maksimum Tidak ditetapkan -
14. Jumlah semen minimum Tabel 2.1.8 325 Kg/m3
Faktor air semen yang
15. 0,5
disesuaikan
Susunan besar butir agregat
16. Ditetapkan Zona 2
halus
Susunan agregat kasar atau
17. Ditetapkan Zona 1
gabungan
18. Persen agregat halus Grafik 2.1.2 40%
Berat jenis relative, agregat (%Ag.Halus x
19. Bj.Ag.Halus)+(%Ag.Kasar 2,72
(kering permukaan) x Bj.Ag.Kasar)
20. Berat isi Beton Grafik 2.1.3 2460 Kg/m3
21. Kadar Agregat Gabungan (20) – (12) – (11) 2336,65 Kg/m3
22. Kadar Agregat Halus (18) x (21) 934,66 Kg/m3
23. Kadar Agregat Kasar (21) – (22) 1401,99 Kg/m3
24. Proporsi campuran
Semen Air Agregat kondisi SSD
Jumlah bahan (teoritis) Halus Kasar
(kg) (kg)
(kg) (kg)
3
-tiap m 102,45 204,9 934,66 1401,99
-tiap 0,05724 m3 5,864 11,728 534.99 802,499
25. Koreksi proporsi campuran
-tiap m3 102,45 204,9 926,809 1410,892
-tiap 0,05724 m3 5,864 11,728 53,050 80,759
26. Pengujian Air (kg) Semen(kg) Ag halus (kg) Ag Kasar(kg) Total
-Proporsi untuk 1 m3 204,9 409,8 894,582 1361,832 2871,114
-Proporsi untuk 9 silinder 11,728 23,457 51,250 77,951 164,386
-Proporsi untuk 1 sak semen 25 50 109 166 350

Anda mungkin juga menyukai